• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. ASPEK-ASPEK KEPUASAN KERJA

Kepuasan kerja karyawan Perusahaan Batik Merak Manis dapat dinilai melalui pekerjaan, gaji, promosi, rekan kerja, dan atasan.

a. Pekerjaan

Kepuasan kerja karyawan terhadap pekerjaan dapat dilihat dari bagaimana proses penempatan karyawan, kondisi atau sifat pekerjaan itu sendiri, uraian job desk sehari-hari, kondisi sarana dan prasarana kerja, serta kondisi tempat kerja.

Proses penempatan karyawan Perusahaan Batik Merak Manis dilakukan berdasarkan masa training atau percobaan. Masa training dilakukan selama 3 bulan dimana calon karyawan sebisa mungkin di-rolling ke setiap bagian selama jangka waktu tersebut. Harapannya agar calon karyawan dapat mengetahui bagaimana pekerjaan di setiap bagian. Selama 3 bulan tersebut, foreman sebagai pihak yang bertanggung jawab

commit to user

122

di setiap bagian, memantau bagaimana calon karyawan tersebut bekerja. Selain foreman, Pak Badrus selaku manajer juga turut memberikan penilaian terhadap pekerjaan calon karyawan yang bersangkutan. Setelah 3 bulan mengikuti masa training, diputuskan apakah calon karyawan tersebut layak diterima bekerja atau tidak. Jika pekerjaannya bagus, maka ia langsung diterima bekerja. Sebaliknya, jika pekerjaannya kurang bagus, maka ia tidak dipekerjakan lagi. Untuk penempatan di setiap bagian, terlebih dahulu dilihat selama masa training tersebut. Jika calon karyawan dapat maksimal bekerja di bagian toko misalnya, maka ia langsung ditempatkan di bagian tersebut. Sebaliknya, jika ia kurang maksimal di bagian toko, maka dimungkinkan ia di-rolling ke bagian yang paling cocok untuknya. Seperti penjelasan Pak Badrus saat wawancara pada tanggal 7 Mei 2010 sebagai berikut :

“Dalam masa training, ada rolling ke setiap bagian agar bisa merasakan dan dari situ dapat dilihat calon karyawan cocok

ditempatkan di bagian mana”.

Hal istimewa dari Perusahaan Batik Merak Manis adalah calon karyawan yang sedang dalam masa training mendapat gaji layaknya karyawan yang lain. Akan tetapi, konsekuensinya tidak boleh izin selama jangka waktu 3 bulan tersebut. Dengan adanya masa training untuk calon karyawan, proses penempatan cenderung tepat karena selama jangka waktu tersebut dapat menilai sejauh mana kemampuan calon karyawan untuk ditempatkan di bagian tertentu. Ada kalanya penempatan calon karyawan juga belum tepat. Hal ini dapat diatasi dengan memindahkan calon karyawan tersebut

commit to user

123

ke bagian yang paling dikuasainya, umumnya diawali dengan usulan foreman tiap bagian kepada Pak Badrus selaku manajer. Kemudian Pak Badrus langsung yang me-rolling calon karyawan tersebut ke bagian yang paling dikuasai.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa proses penempatan karyawan didasarkan atas masa training. Masa training tersebut berlaku sejak manajemen Pak Bambang hingga saat ini. Lama masa training maksimal 3 bulan, tetapi jika kurang dari 3 bulan calon karyawan dinilai sudah mampu bekerja, maka masa training akan diakhiri dan calon karyawan yang bersangkutan langsung bekerja menjadi karyawan Batik Merak Manis. Konsekuensi selama masa training, calon karyawan tidak boleh absen atau dengan kata lain harus masuk setiap harinya. Walaupun harus masuk setiap hari, tetapi calon karyawan yang mengikuti training mendapatkan gaji layaknya karyawan Perusahaan Batik Merak Manis lainnya. Upah yang diterima tentunya upah awal dengan standar karyawan baru.

Selama jangka waktu 3 bulan tersebut, Pak Badrus selaku manajer akan mengusahakan untuk me-rolling calon karyawan agar mereka mengetahui pekerjaan di setiap bagian. Dengan menggunakan masa training, penempatan calon karyawan cenderung tepat sasaran. Jika belum tepat pun, calon karyawan yang bersangkutan akan dimutasi ke bagian yang paling dikuasainya berdasarkan usulan foreman dan pengamatan manajer.

commit to user

124

Untuk kondisi atau sifat pekerjaan itu sendiri, sebagian besar karyawan berpendapat bahwa mereka sudah merasa nyaman, enak, dan santai dalam bekerja. Dalam wawancara tanggal 13 Mei 2010, Astrid, karyawati bagian toko yang baru bekerja selama ± 5 bulan mengatakan bahwa :

“Kerja di sini santai mbak, kecuali pas ada order”.

Hal senada juga diungkapkan Pak Sarpin, foreman bagian mbabar yang sudah bekerja selama ± 22 tahun. Beliau mengatakan bahwa :

“Ya wajar mbak, saya dalam memandang pekerjaan saya ini”.

Jenis pekerjaan di Batik Merak Manis beragam, mulai dari potong kain hingga proses akhir (packaging). Sifat pekerjaannya dapat dikatakan monoton karena setiap harinya para karyawan mengerjakan pekerjaan yang sama. Sebagai contoh karyawan toko, pekerjaan mereka sehari-hari adalah melayani konsumen dan hal tersebut berulang setiap harinya. Walaupun begitu, para karyawan tidak merasa bosan dan merasa nyaman dalam bekerja.

Sejak menggunakan manajemen baru di tahun 2010 ini, Pak Badrus selaku manajer berusaha mengubah atau mereformasi apa yang menjadi kekurangan di manajemen sebelumnya, seperti adanya pembagian kerja atau job desk. Salah satu contoh kasusnya adalah ketika manajemen dipegang sepenuhnya oleh pemilik, dalam hal ini Pak Bambang, pernah terjadi kasus kehilangan barang dimana barang tersebut menjadi tanggung

commit to user

125

jawab Pak X (sebut saja begitu). Secara otomatis Pak X yang dimintai pertanggungjawaban karena barang tersebut menjadi tanggung jawab beliau. Akan tetapi, setelah ditelusuri ternyata Pak X mendapat pekerjaan yang overload. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut terjadi lagi, maka Pak Badrus mulai menyusun job desk untuk seluruh karyawan, termasuk supervisor, foreman, wakil foreman, dan staf lainnya sehingga kerja mereka menjadi semakin jelas. Dengan adanya uraian job desk tersebut, diharapkan akses pemilik atau anggota keluarga yang lain untuk memberikan tugas di luar pekerjaan dapat diminimalisir. Ke depannya,

diharapkan tidak ada lagi karyawan yang bekerja secara “serabutan”.

Walaupun tidak menutup kemungkinan jika tugas pokok karyawan selesai, mereka tetap ikut membantu bagian lain yang masih membutuhkan tenaga. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Pak Mul, begitu beliau akrab disapa, seorang supervisor yang sudah bekerja selama ± 25 tahun, dalam wawancara tanggal 12 Mei 2010 beliau mengatakan bahwa :

“Pembagian kerja tidak ada mbak, jika mampu ya tambah terus. Jadi,

pekerjaan saya serabutan”.

Berbeda dengan perusahaan formal, di perusahaan formal seluruh karyawan bekerja berdasarkan job desk yang ada sesuai dengan struktur organisasi perusahaan tersebut. Oleh karena Perusahaan Batik Merak Manis masih berbentuk home industry dan memiliki struktur organisasi yang baru di tahun 2010, maka struktur tersebut belum baku sifatnya sehingga para karyawan belum sepenuhnya bekerja berdasarkan job desk

commit to user

126

yang diberikan. Struktur organisasi bersifat belum baku artinya seorang karyawan dimungkinkan melaksanakan job desk bagian lain ketika job desk bagiannya sudah terselesaikan sehingga kerja karyawan tersebut

dapat dikatakan menjadi “serabutan”.

Walaupun telah ada upaya perbaikan manajemen dengan pemberian job desk untuk para karyawan, tetapi culture yang sudah tersistem kurang lebih 30 tahun masih sulit untuk diubah karena para karyawan telah terbiasa dengan culture tersebut.

Secara umum, kondisi sarana dan prasarana kerja di Batik Merak Manis sudah cukup atau bahkan cenderung bagus karena jumlahnya selalu melebihi dari yang dibutuhkan. Sebagai contoh, Bu Rosmini, karyawati bagian jahit hem yang baru bekerja selama ± 8 bulan, mengatakan bahwa :

“Penyediaan mesin jahit merk Juki sudah bagus karena jarang rusak

mbak. Seandainya rusak pun, jika bisa diservice ya diservice. Tetapi,

misal sudah ga bisa dibenerin ya beli yang baru”.

Selain bagian jahit hem, sarana dan prasarana di bagian mbabar, seperti sarung tangan dan masker, jumlahnya bahkan melebihi dari yang dibutuhkan. Hal tersebut diungkapkan Pak Sarpin, foreman bagian mbabar yang sudah bekerja selama ± 22 tahun dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 sebagai berikut :

“Sarung tangan dan masker jumlahnya cukup mbak, sok-sok malah

ada cadangan”.

Walaupun secara umum sudah mencukupi bahkan cenderung bagus, tetapi masih ada kendala sarana dan prasarana untuk pengangkutan mori. Selama

commit to user

127

ini pengangkutan mori dari truk hingga gudang penyimpanan masih menggunakan tenaga manusia.

Sarana dan prasarana kerja berupa alat-alat dan bahan-bahan di Batik Merak Manis cukup memadai, bahkan terkadang melebihi kebutuhan. Hal tersebut dapat dilihat dari penyediaan mesin jahit di bagian jahit serta sarung tangan, masker, dan obat batik di bagian mbabaran. Walaupun secara umum penyediaan sarana dan prasarana telah memadai, tetapi tetap ada kendala dalam proses pengangkutan bahan mentah (mori) yang masih menggunakan tenaga manusia.

Kondisi lingkungan kerja dan tempat kerja di Perusahaan Batik Merak Manis secara umum baik. Lingkungan kerja aman, sedangkan tempat kerjanya bersih dan cukup sehat. Walaupun dahulu pernah terjadi pencurian, hal tersebut disebabkan karena bangunan pabrik yang masih terbuka sehingga memungkinkan siapa saja masuk dan juga karena manajemen yang kurang baik. Pak Mul selaku supervisor yang sudah bekerja selama ± 25 tahun dalam wawancara tanggal 12 Mei 2010 mengungkapkan bahwa :

“Ketika pabrik masih bangunan terbuka dan manajemen kurang baik,

pernah kecurian beberapa kodi dan 2 gelondong kain mori”.

Akan tetapi, kondisi bangunan pabrik yang saat ini sudah tertutup, cenderung aman dari pencurian. Sedangkan untuk tempat kerja yang sehat di Batik Merak Manis, didukung oleh sifat pemilik yang resikan dan kesadaran para karyawan untuk membersihkan tempat kerja seusai mereka

commit to user

128

selesai bekerja. Jadi, sekiranya tempat kerja masih kotor, maka pemilik akan terjun langsung menegur karyawan yang bersangkutan dan menyuruh untuk membersihkannya. Seperti yang diungkapkan oleh Pak Sarpin, foreman bagian mbabar yang sudah bekerja selama ± 22 tahun. Dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 beliau menjelaskan bahwa :

“Lingkungan kerja di Merak Manis, terutama di mbabar bersih,

setelah selesai bekerja dibersihkan dulu. Jam 15.30 sebelum pulang sudah bersih-bersih. Coba bandingkan pabrik lain dengan Merak

Manis, yang lainnya kotor mbak”.

Kurang layaknya bangunan pabrik yang masih terbuka mendukung terjadinya pencurian. Kondisi ini diperbaiki dengan pembangunan pabrik yang lebih tertutup dan dukungan masyarakat sekitar. Selain dari pihak perusahaan yang menjaga keamanan, masyarakat sekitar juga turut menjaga Perusahaan Batik Merak Manis, terutama saat malam hari. Selain keamanan, kebersihan pabrik juga terjaga. Hal tersebut didukung oleh sifat pemilik yang resikan. Jadi, secara umum kondisi tempat kerja dan lingkungan sekitar nyaman dan aman.

Untuk motivasi dalam bekerja, rata-rata karyawan menjelaskan karena kebutuhan. Hal tersebut diungkapkan oleh Pak Heri, foreman R.2 (back up toko), yang sudah bekerja selama ± 14 tahun. Dalam wawancara tanggal 9 Mei 2010, beliau mengatakan bahwa :

commit to user

129

Tanggapan berbeda disampaikan Astrid, karyawati bagian toko yang baru bekerja selama ± 5 bulan. Dalam wawancara tanggal 13 Mei 2010 ia menjelaskan bahwa :

“Pengen kerja aja mbak, cari pengalaman, mau kuliah ga ada biaya”.

Hal tersebut dikarenakan tak sedikit dari mereka yang lulusan SMA. Sebenarnya mereka ingin melanjutkan kuliah, tetapi karena terbentur biaya mereka langsung bekerja.

Jadi, sebagian besar motivasi karyawan dalam bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Ada yang membantu suami mencari nafkah dengan ikut bekerja, ada juga yang membantu meringankan beban orang tua mereka. Umumnya, ibu-ibu yang bekerja di bagian mbatik maupun jahit mengaku bahwa mereka membantu suami bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan karyawan yang masih single dan rata-rata lulusan SMA mengaku bahwa mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan juga untuk membantu meringankan beban orang tua.

b. Gaji

Pembahasan selengkapnya mengenai gaji akan penulis sampaikan pada poin kedua pembahasan berikutnya.

c. Promosi

Kesempatan promosi diberikan perusahaan lebih didasarkan pada kemampuan karyawan jika dibandingkan dengan lamanya kerja. Bisa saja seorang karyawan belum lama bekerja, tetapi kerjanya bagus, maka ia

commit to user

130

akan dipromosikan untuk naik jabatan. Seperti yang dialami oleh Warsini yang bekerja di bagian R.2 (back up toko), baru bekerja selama ± 1 tahun, 5 bulan terakhir ini ditunjuk Pak Badrus menjadi wakil foreman R.2 membantu Pak Heri.

Jika karyawan biasa yang dipromosikan, maka manajer dalam hal ini Pak Badrus terlebih dahulu berdiskusi dengan foreman bagian yang bersangkutan. Apakah karyawan tersebut sudah layak naik jabatan, apa dasar menaikkan jabatan untuk karyawan tersebut, siapa orangnya, dan lain-lain. Umumya ada usulan dari foreman masing-masing bagian yang bersangkutan terlebih dahulu, setelah itu baru ada tindak lanjut keputusan dari manajer.

Jika karyawan yang dipromosikan merupakan karyawan senior, maka kesempatan promosi tersebut langsung diberikan oleh pemilik kepada yang bersangkutan. Pemilik langsung yang menunjuk karena pemilik yang mengetahui bagaimana kerja karyawan tersebut sejak awal. Tentunya kesempatan promosi datang diikuti dengan bertambahnya tanggung jawab, upah, dan tunjangan yang diterima. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Pak Sarpin, foreman bagian mbabar yang sudah bekerja selama ± 22 tahun dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 sebagai berikut :

“Awal saya bekerja dulu di bagian lipat-lipat, lalu Pak Bambang menyuruh saya ke bagian mbabar sampai sekarang. Setelah jadi foreman di bagian mbabar, tanggung jawab, upah, dan tunjangan yang saya terima beda dengan teman-teman saya di mbabar yang

commit to user

131

Jadi, kesempatan promosi diberikan sepenuhnya oleh pihak perusahaan untuk setiap karyawan. Pemberian kesempatan promosi lebih didasarkan pada prestasi kerja yang bagus, walaupun ada beberapa contoh kasus yang mendapat kesempatan promosi karena lama kerjanya atau senioritasnya. Kesempatan promosi diberikan perusahaan tanpa kecuali, baik untuk karyawan lama maupun karyawan baru. Untuk karyawan lama, kesempatan promosi diberikan langsung oleh pemilik. Sedangkan untuk karyawan baru, kesempatan promosi diberikan berdasarkan usulan foreman tiap-tiap bagian dan juga dari pengamatan Pak Badrus selaku manajer. Tentunya kesempatan promosi diikuti oleh tanggung jawab, hak, dan kewajiban yang lebih besar.

d. Rekan Kerja

Dalam memandang rekan kerja, rata-rata karyawan berpendapat bahwa hubungan mereka dengan rekan kerja mereka bagus atau baik. Pak Heri selaku foreman R.2 (back up toko) memandang rekan kerjanya sopan dan familiar. Sedangkan Pak Mul selaku supervisor yang merupakan karyawan senior di Batik Merak Manis, memandang rekan kerja sebagai pihak yang saling memberi tahu, saling komunikasi, dan beliau sering dimintai pertimbangan atau media konsultasi oleh anak buahnya yang lain. Sementara di bagian toko, Astrid mengemukakan bahwa :

“Temen-temen kerja bisa kerja sama dan kompak”.

Secara umum, sikap rekan kerja terhadap karyawan yang lain baik, sopan, dan ramah. Antara karyawan yang satu dengan yang lain saling

commit to user

132

bertegur sapa dan bercanda. Antara karyawan lama dan karyawan baru saling menghormati dan menghargai sehingga terjalinlah hubungan kerja yang sehat.

Pendapat beragam disampaikan para karyawan terkait hubungan mereka dengan rekan kerja di Batik Merak Manis. Ada yang berpendapat hubungan mereka dengan rekan kerjanya yang lain biasa saja, ada juga yang hubungannya dekat, ada pula yang jauh. Seperti yang dikemukakan oleh Astrid, karyawati bagian toko dalam wawancara tanggal 13 Mei 2010 sebagai berikut :

“Hubungan antara saya dengan rekan kerja saya yang lain ya ada yang deket, ada yang jauh, ada juga yang biasa, merasa nyaman kalau sama yang deket. Secara umum hubungan antar karyawan

deket”.

Akan tetapi, secara umum hubungan karyawan dengan rekan kerja mereka baik-baik saja, bahkan cenderung akrab antara satu dengan yang lain. Walaupun tidak dipungkiri dengan adanya dukungan rekan kerja akan meningkatkan produktivitas.

Untuk pengaruh rekan kerja terhadap masing-masing karyawan juga berbeda-beda pendapatnya. Umumnya, pengaruh rekan kerja mendukung dalam pekerjaan, meskipun ada juga yang menghambat. Pak Sarpin, foreman bagian mbabar mengungkapkan bahwa pernah ada selisih antar anak buahnya. Beliau menjelaskan :

“Ada yang selisih, ada juga yang bagus. Jika ada yang selisih,

didekati dan diajak bicara bahwa kita sama-sama kerja di sini.

commit to user

133

Pengaruh rekan kerja yang mendukung atau menghambat pekerjaan dapat disiasati solusinya oleh karyawan sendiri. Sesuai pernyataan di atas, rekan kerja yang menghambat pekerjaan dapat diatasi dengan melakukan pendekatan personal kepada karyawan yang bersangkutan. Jika pendekatannya dilakukan dengan baik, maka suatu hambatan dapat diubah menjadi dukungan.

Contoh berbeda ditunjukkan di bagian pewarnaan. Pengaruh rekan kerja menjadi sedikit menghambat di bagian pewarnaan (ngelir) jika ada karyawan yang tidak masuk. Seperti diungkapkan Pak Wastono, karyawan bagian ngelir yang sudah bekerja selama ± 20 tahun di bagian tersebut :

“Pekerjaan di mbabar harus berpasangan mbak, kalau sendiri lama dan susah. Kalau satu ga masuk ya ga ngelir”.

Berhubung pekerjaan ngelir harus dilakukan secara berpasangan, maka ketika ada satu karyawan saja yang tidak masuk akan menghambat pekerjaan di bagian tersebut. Dibutuhkan kekompakan dan kerja sama sehingga hasilnya dapat maksimal.

Tanggapan berbeda disampaikan oleh Bus Rosmini, karyawati bagian jahit hem. Beliau menjelaskan :

“Misal ada yang ga masuk, pekerjaan tetap selesai mbak, karena

dibagi ke teman yang lain. Jadi, pekerjaan ga sampai

numpuk-numpuk”.

Jadi, keberadaan rekan kerja memberi pengaruh yang berbeda-beda antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Ada bagian yang merasa terhambat pekerjaannya jika ada salah satu karyawan yang tidak masuk,

commit to user

134

tetapi ada juga bagian lain yang tetap bisa menjalankan proses produksi secara normal tanpa terpengaruh dengan masuk atau tidaknya karyawan di bagian tersebut.

e. Atasan

Supaya tidak rancu sampai belakang, sebelumnya penulis akan memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan atasan dalam penelitian ini adalah Pak Bambang dan Ibu Bambang selaku pemilik, serta Pak Badrus selaku manajer.

Dengan jumlah “bos” yang lebih dari satu, maka tanggapan karyawan pun beragam. Mereka cenderung bingung harus menganut perintah siapa karena seringkali antara “bos” yang satu dengan yang lain

berbeda perintahnya. Hal tersebut diungkapkan Astrid, karyawati bagian toko dalam wawancara tanggal 13 Mei 2010 sebagai berikut :

“Kerja di sini fleksibel mbak, tidak ada aturan yang mutlak. Jadi, bingung ikut yang mana. Misalnya, antara Pak Bambang, Pak Badrus, dan Bu Badriyah beda-beda perintahnya. Akhirnya ya ikut

yang ada di tempat tersebut”.

Hampir sama dengan di bagian mbabaran, Pak Wastono pun terkadang merasakan kebingungan. Beliau mengungkapkan jika di belakang (proses

produksi), “bos” yang dianut tetap Pak Bambang karena sebagai pemilik,

beliaulah yang paling mengetahui bagaimana proses produksi harus berjalan agar hasilnya bagus dan maksimal.

Tidak adanya pembagian wewenang di antara atasan akan menimbulkan konsekuensi tersendiri bagi para karyawan. Mereka akan

commit to user

135

merasa bingung harus menganut perintah siapa. Diperlukan pembagian wewenang, siapa mengatur bagian mana sehingga tidak ada overlap perintah. Pak Bambang lebih cenderung fokus pada proses produksi karena beliau sangat paham bagaimana proses produksi harus berjalan agar hasilnya maksimal. Sedangkan Bu Bambang lebih sering stand by di bagian packaging dan Pak Badrus fokus pada manajemen secara umum, termasuk SDM di perusahaan tersebut. Dengan adanya pembagian wewenang, maka karyawan lebih tenang dan mantap dalam bekerja.

Secara umum, para karyawan memandang sikap atasan kepada mereka baik, familiar, dan ramah. Pak Sarpin, foreman bagian mbabar memiliki pendapat sendiri. Dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 beliau mengatakan :

”Kalau Pak Bambang itu yang penting harus bagus hasilnya, lebih

memberi toleransi kepada karyawan. Jika Bu Bambang dan Pak

Badrus disiplin, misalnya izin satu hari ya harus satu hari”.

Dapat disimpulkan bahwa Pak Bambang lebih mengedepankan hasil produksi dan cenderung memberikan kelonggaran atau toleransi untuk para karyawannya. Sedangkan Bu Bambang dan Pak Badrus lebih disiplin, baik itu terkait pekerjaan maupun cuti kerja.

Untuk hubungan antara karyawan dengan atasan, secara umum mereka akrab dan dekat. Akrab karena Pak Bambang selaku pemilik setiap hari terjun langsung dalam proses produksi dan terjadi interaksi antara pemilik dan karyawan. Sedangkan dekat dalam arti terjalin komunikasi yang efektif dan tentunya dekat yang dimaksud di sini adalah dekat

commit to user

136

sewajarnya antara karyawan dan “bos” dalam membahas semua hal terkait

pekerjaan.

Dengan terjunnya “bos” langsung dalam mengawasi proses produksi,

seperti Pak Bambang yang setiap hari stand by di bagian mbabar, Bu Bambang yang fokus di bagian packaging, dan Pak Badrus yang melakukan kunjungan ke bagian-bagian, hal tersebut merupakan suatu bentuk kontrol yang tepat agar kerja karyawan dan hasil produksi dapat terjaga.

Gaya kepemimpinan yang diterapkan pemilik dalam hal ini Pak Bambang adalah demokratis tetapi bertanggung jawab. Artinya, cenderung membebaskan karyawan, tidak terlalu mengekang, tetapi harus ada tanggung jawabnya. Pak Sarpin, foreman bagian mbabar dalam wawancara tanggal 17 Mei 2010 menambahkan sebagai berikut :

“Bapak bijaksana orangnya. Misal istri saya sakit dan minta pulang,

saya bilang langsung ke Pak Bambang, langsung dikasih gaji dari

beliau”.

Pemberian upah tersebut tentunya dihitung berdasarkan jumlah hari

Dokumen terkait