• Tidak ada hasil yang ditemukan

Top 5 Reasons Employees Stay in a Job Women vs. Men

3.3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Apabila telah diperoleh karyawan, dikembangkan kemampuannya, diberikan kompensasi yang adil dan layak serta dipenuhi keinginan karyawan dan organisasi, berarti telah diperoleh karyawan yang cakap, mampu, dan mau melakukan kerja sama. Oleh karena itu, selayaknyalah dilakukan pemeliharaan terhadap karyawan-karyawan tersebut. Pemeliharaan berarti mempertahankan mereka agar tetap mau bersama organisasi dan memelihara sikap

commit to user

kerja sama dan kemampuan kerja para karyawan tersebut. (Tulus, 1994 : 157)

Perlu ditambah berbagai kegiatan yang terutama dapat membantu memelihara kemampuan dan sikap para karyawan tersebut. Program-program keselamatan dan kesehatan (safety and health) akan membantu memelihara kondisi fisik mereka. Program-program pelayanan karyawan (employee services) akan membantu memelihara sikap para karyawan. Program-program kesehatan mental akan membantu memelihara mental-spiritual mereka. (Tulus, 1994 : 157)

Jadi, kegiatan pemeliharaan karyawan dapat berbentuk program keselamatan dan kesehatan karyawan serta pelayanan karyawan. Kedua program tersebut memiliki tujuan masing-masing dalam membentuk karyawan, baik fisik maupun sikap mereka.

Pelaksanan program keselamatan dan kesehatan kerja (P3K) di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1970 yang disebut sebagai UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA. Ini disebabkan dalam setiap pekerjaan, kecelakaan kerja seringkali sulit dihindari dan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. (S. Panggabean, 2002 : 112)

commit to user

Usaha dalam menghindari kecelakaan kerja tentunya harus didukung oleh banyak pihak, seperti pengusaha yang menyediakan tempat kerja aman dengan berbagai alat pengaman dan karyawan itu sendiri dengan memegang prinsip bekerja aman dengan mematuhi peraturan yang berlaku.

Pada prinsipnya dasar keselamatan dan kesehatan kerja menekankan beberapa hal, yaitu : (Sedarmayanti, 2009 : 208)

a. Setiap karyawan berhak memeroleh jaminan atas keselamatan kerja agar terhindar dari kecelakaan.

b. Setiap karyawan yang berada di tempat kerja harus dijamin keselamatannya.

c. Tempat pekerjaan dijamin selalu dalam keadaan aman.

Cara menanggulangi keselamatan dan kesehatan kerja, antara lain dengan cara : (Sedarmayanti, 2009 : 208)

a. Meniadakan unsur penyebab kecelakaan. b. Mengadakan pengawasan yang ketat.

Sasaran yang hendak dicapai oleh keselamatan dan kesehatan kerja adalah : (Sedarmayanti, 2009 : 208-209)

a. Tumbuhnya motivasi untuk bekerja secara aman.

b. Terciptanya kondisi kerja yang tertib, aman, dan menyenangkan. c. Mengurangi tingkat kecelakaan di lingkungan kantor.

d. Tumbuhnya kesadaran akan pentingnya makna keselamatan kerja di lingkungan kantor.

commit to user e. Meningkatnya produktivitas kerja.

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa usaha menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja harus didukung oleh pengusaha dan karyawan sehingga selain tercipta tempat kerja dan cara kerja karyawan yang aman, produktivitas karyawan juga diharapkan meningkat yang diikuti pula peningkatan laba perusahaan.

Untuk mengetahui keselamatan dan kesehatan kerja secara rinci, berikut akan dijelaskan beberapa hal yang terkait di dalamnya : a. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja akan disampaikan dalam dua pengertian, dimana pengertian pertama antara keselamatan kerja dan kesehatan akan dijelaskan secara terpisah. Sedangkan dalam pengertian kedua, antara keselamatan kerja dan kesehatan akan disampaikan secara bersamaan.

Berikut kedua pengertian tersebut :

1) Keselamatan kerja meliputi perlindungan karyawan dari kecelakaan di tempat kerja, sedangkan kesehatan merujuk kepada kebebasan karyawan dari penyakit secara fisik maupun mental (Mondy dan Noe, 1990 dalam S. Panggabean, 2002 : 112).

2) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah pengawasan terhadap orang, mesin, material, dan metode yang mencakup

commit to user

lingkungan kerja agar pekerja tidak mengalami cidera (Sedarmayanti, 2009 : 208).

Dari dua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah perlindungan karyawan di tempat kerja dengan melakukan pengawasan terhadap faktor-faktor produksi, seperti sumber daya manusia, mesin, lingkungan kerja, dan lain-lain agar para karyawan tidak mengalami cidera atau sakit, baik fisik maupun mental.

b. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tulus (1994 : 157-162) mengemukakan program keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut :

1) Keselamatan Kerja

Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang dikeluarkan oleh Pemerintah RI pada tanggal 12 Januari 1970 mengatur masalah-masalah keselamatan kerja di dalam tempat kerja. Tujuan undang-undang ini ialah perubahan pengawasan yang bersifat represif menjadi pengawasan yang bersifat preventif. Pasal 3 undang-undang tersebut antara lain memuat syarat-syarat keselamatan kerja, yaitu :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran. c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan .

commit to user

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja. g. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau

menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar laut atau radiasi, suara, dan getaran.

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi, dan penularan.

i. Memeroleh penerangan yang cukup dan sesuai. j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik. k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. l. Memelihara kebersihan, kesehatan, ketertiban. m. Memeroleh keserasian antara proses kerja.

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau barang.

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan

bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan barang. q. Mencegah terkena aliran listrik.

commit to user

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamatan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaanya menjadi bertambah tinggi.

Program-program keselamatan kerja dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Pertama, membuat kondisi kerja aman (safety condition), antara lain dengan mempergunakan mesin-mesin yang dilengkapi dengan alat-alat pengaman (safety device); menggunakan alat-alat yang lebih baik; mengatur lay-out pabrik dan penerangan sebaik mungkin; lantai, tangga dijaga agar bebas dari air, minyak, dan gemuk; melakukan pemeliharaan fasilitas pabrik secara baik; dan menggunakan petunjuk-petunjuk serta peralatan keamanan.

Kedua, melakukan kegiatan pencegahan kecelakaan dengan mengendalikan praktik-praktik manusia agar bertindak aman (safety act). Pencegahan ini dapat dilakukan dengan mendidik para karyawan dalam hal keamanan, memberlakukan larangan-larangan secara keras; memasang poster-poster dan kartun-kartun untuk selalu mengingatkan tentang keamanan; menunjukkan gambar-gambar karyawan yang cidera dan data statistik kecelakaan; membentuk tim manajemen serikat pekerja untuk menaggulangi masalah-masalah keamanan dan keselamatan kerja, dan sebagainya. 2) Kesehatan Kerja

commit to user

Di samping usaha mencegah karyawan mengalami kecelakaan, perusahaan perlu pula memelihara kesehatan para karyawan (employee health). Menurut Sedarmayanti (2009 : 223), kesehatan merujuk pada keadaan umum kesejahteraan fisik, mental, dan emosional. Seseorang yang sehat adalah seseorang yang bebas dari keadaan sakit, luka, atau masalah mental dan emosional yang mengganggu aktivitas manusia normal. Kesehatan karyawan yang buruk akan mengakibatkan kecenderungan tingkat absensi yang tinggi dan produksi yang rendah.

Adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena mereka akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan sehingga secara keseluruhan mereka akan mampu bekerja lebih lama, berarti lebih produktif. Program kesehatan kerja dapat dilakukan dengan penciptaan lingkungan kerja yang sehat. Hal ini menjaga kesehatan karyawan dari gangguan-gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan, dan lain-lain. Penciptaan lingkungan kerja yang sehat secara tidak langsung akan mempertahankan atau bahkan meningkatkan produktivitas. Kegiatan-kegiatan pengaturan lingkungan kerja ini mencakup pengendalian suara bising, pengaturan penerangan tempat kerja, pengaturan

commit to user

suhu udara, kelembaban udara, pelayanan kebutuhan karyawan, pengaturan penggunaan warna, pemeliharaan kebersihan lingkungan dan penyediaan berbagai fasilitas yang dibutuhkan karyawan, seperti kamar mandi, ruang ganti pakaian, dan sebagainya.

Kesehatan kerja meliputi kesehatan fisik dan mental. Berikut ini akan disampaikan penjelasan selengkapnya mengenai kesehatan fisik dan kesehatan mental :

a. Kesehatan Fisik

Nawawi (1998 : 423) mengemukakan bahwa program kesehatan fisik yang secara universal diperlukan manusia, dari sudut HIP harus dilaksanakan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan.

Beberapa di antara kegiatannya adalah :

1) Pemeriksaan kesehatan dalam rangka rekruitmen dan seleksi untuk mendapatkan pekerja yang kondisi kesehatannya cukup prima.

2) Pemeriksaan keseluruhan aspek kesehatan tubuh (general check up) personil kunci (para eksekutif dan personil produk lini) secara periodik. Kegiatan preventif ini dimaksudkan agar personil kunci secara fisik selalu siap bekerja keras dalam mewujudkan tujuan perusahaan.

commit to user

3) Pemeriksaan kesehatan seluruh pekerja, baik secara keseluruhan maupun aspek-aspek jasmaniah tertentu yang berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan. Pemeriksaan ini dilakukan secara periodik dan sukarela, terutama jika di lingkungan sekitar sedang terjadi wabah penyakit tertentu.

4) Pengadaan staf dan peralatan medis secara memadai. Kegiatan ini bahkan dapat dikembangkan dengan memiliki poliklinik atau rumah sakit perusahaan. 5) Bantuan pembiayaan perawatan karena sakit,

melahirkan, kecelakaan, dan lain-lain.

6) Mengupayakan lingkungan kerja dan sanitasi yang bersih dan sehat agar tidak menjadi sumber penyakit. b. Kesehatan Mental

Di samping memperhatikan keseluruhan fisik karyawan, usaha untuk menjaga kesehatan mental perlu pula dilakukan. Untuk itu diperlukan tenaga-tenaga ahli di bidang psikiatri.

Kondisi mental seseorang juga sangat memengaruhi prestasi kerjanya. Kondisi mental yang buruk nampak pada gejala-gejala tingginya tingkat kecelakaan, seringnya tidak masuk kerja atau datang terlambat, tingginya tingkat perputaran tenaga kerja, buruknya

commit to user

hubungan antara atasan dan bawahan atau dengan rekan-rekan sekerja.

Semakin maju suatu masyarakat, semakin banyak masalah yang dihadapi oleh anggota masyarakat tersebut. Perubahan sosial-ekonomi membawa pengaruh terhadap masyarakat. Karyawan, sebagai anggota masyarakat ikut pula terpengaruh. Dengan demikian banyak masalah yang harus dihadapi dan ini membawa pengaruh pula terhadap kondisi mental karyawan. Untuk membuat program kesehatan mental, perlu dilakukan salah satu atau keseluruhan cara berikut ini : (Nawawi, 1998 : 423-424) 1) Memberikan perhatian dan melaksanakan usaha

preventif dalam mencegah timbulnya masalah yang dapat mengakibatkan ketegangan mental, seperti stress, gangguan syaraf, dan lain-lain dalam melaksanakan pekerjaan.

2) Memberikan perhatian dan melaksanakan usaha kuratif dalam membantu pekerja yang mengalami ketegangan mental karena pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, misalnya menyediakan atau bekerja sama dengan psikiater.

3) Memelihara dan mengembangkan program-program hubungan manusiawi yang akrab dan sehat antara

commit to user

para pekerja dengan para manajer (eksekutif). Program ini dapat dilakukan di dalam dan di luar jam kerja sehari-hari.

4) Menyelenggarakan acara-acara pembinaan mental, khususnya bidang keagamaan yang dapat mencegah timbulnya perilaku yang merugikan pekerja atau perusahaan.

c. Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja S. Panggabean (2002 : 115-116) mengutarakan bahwa usaha keselamatan dan kesehatan kerja memerlukan partisipasi dan kerja sama dari semua pihak, yaitu pemerintah, pengusaha, dan pekerja. Bentuk partisipasi yang memenuhi dasar pemikiran di atas ialah partisipasi langsung dalam wadah panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan-perusahaan dan di tempat-tempat kerja lainnya.

Ketidakamanan dari kondisi tersebut dapat dikurangi dengan mendesain pekerjaan sedemikian rupa untuk mengurangi kecelakaan kerja dan sebagai tambahan penyelia dan manajer berperan dalam mengurangi kondisi yang kurang aman ini dengan melakukan pengecekan untuk mengenali dan mengatasi kecelakaan yang mungkin terjadi (S. Panggabean, 2002 : 116)

Usaha untuk mengawasi pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja dapat ditempuh dengan membentuk

commit to user

kepanitiaan di setiap perusahaan. Namun, jika dirasa sulit membentuk kepanitiaan, bisa juga ditempuh dengan menambah manajer yang bertugas khusus untuk mengawasi pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.

d. Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pada dasarnya program keselamatan dirancang untuk menciptakan lingkungan dan perilaku kerja yang menunjang keselamatan dan keamanan itu sendiri, serta membangun dan mempertahankan lingkungan kerja fisik yang aman, yang dapat diubah untuk mencegah terjadinya kecelakaan (S. Panggabean, 2002 : 112).

Kecelakaan dapat dikurangi apabila karyawan secara sadar berpikir tentang keselamatan kerja. Sikap ini akan meresap ke dalam kegiatan perusahaan jika ada peraturan yang ketat dari perusahaan mengenai keselamatan dan kesehatan. (S. Panggabean, 2002 : 112-113)

Pendapat lain disampaikan oleh Sedarmayanti (2009 : 108) bahwa tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan, dan kesempurnaan, baik jasmani maupun rohani manusia serta karya dan budayanya yang tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya.

commit to user

Dapat disimpulkan bahwa tujuan utama program keselamatan dan kesehatan kerja adalah membuat karyawan selamat dan sehat. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui penciptaan lingkungan kerja dan perilaku kerja yang aman serta peraturan pengamanan yang ketat dari perusahaan.

e. Arti Penting Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nawawi (1998 : 422-423) mengemukakan bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kewajiban setiap perusahaan untuk melaksanakannya dengan melakukan usaha-usaha melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Program keselamatan dan kesehatan kerja semakin penting peranannya dalam masa pembangunan saat ini karena semakin berkembangnya jenis dan spesialisasi pekerjaan dengan menyerap kemajuan teknologi baru yang meningkatkan berbagai risiko dalam bekerja. Oleh karena itu, sesuai dengan norma-norma HIP, program utamanya difokuskan pada kegiatan preventif untuk mencegah terjadinya kecelakaan, baik yang dapat merugikan para pekerja maupun perusahaan. Di dalam program tersebut harus terintegrasi juga kegiatan pemeliharaan kesehatan fisik dan mental karena pengaruhnya terhadap prestasi dan produktivitas dalam bekerja.

commit to user

Dapat ditarik kesimpulan bahwa diperlukan usaha yang preventif, bukan lagi represif untuk mewujudkan keselamatan dan kesehatan kerja. Program tersebut sangat penting dengan adanya perkembangan teknologi yang memungkinkan munculnya human error karena ketidaktahuan dalam mengoperasikan teknologi yang ada.

3.4. Upah

Kompensasi memiliki pengertian yang lebih luas dibandingkan pengertian gaji atau upah karena kompensasi menambahkan aspek penghargaan tidak langsung dan non-finansial di dalamnya (Tulus, 1994 : 141). Oleh karena itu, sebelum membahas upah, sebaiknya kita mengetahui beberapa konsep mengenai kompensasi terlebih dahulu.

Berikut akan disampaikan beberapa hal yang terkait dengan kompensasi.

a. Pengertian Kompensasi

Berikut pengertian kompensasi menurut beberapa ahli :

1) Moh. Agus Tulus mengatakan bahwa “Kompensasi atau balas jasa didefinisikan sebagai pemberian penghargaan langsung maupun tidak langsung, finansial maupun non-finansial yang adil dan layak kepada karyawan atas sumbangan mereka dalam pencapaian tujuan organisasi”

commit to user

2) Drs. Malayu S.P. Hasibuan menyatakan bahwa “Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan”.

Kompensasi berbentuk uang, artinya kompensasi dibayar dengan sejumlah uang kartal kepada karyawan yang bersangkutan.

Kompensasi berbentuk barang, artinya kompensasi dibayar dengan barang. Misalnya kompensasi dibayar 10% dari produk yang dihasilkan. Di Jawa Barat, penuai padi upahnya 10% dari hasil padi yang dituainya (Hasibuan, 2002 : 117-118).

Dari kedua pendapat ahli di atas mengenai pengertian kompensasi, dapat disimpulkan bahwa kompensasi adalah penghargaan yang diterima karyawan dari pengusaha dalam bentuk uang maupun barang, secara langsung atau pun tidak langsung atas kontribusi yang diberikan untuk pencapaian tujuan organisasi.

Kompensasi merupakan pengeluaran dan biaya bagi perusahaan. Perusahaan mengharapkan agar kompensasi yang dibayarkan memeroleh imbalan prestasi kerja yang lebih besar dari karyawan. Jadi, nilai prestasi kerja karyawan harus lebih besar dari kompensasi yang dibayar perusahaan, supaya

commit to user

perusahaan mendapatkan laba dan kontinuitas perusahaan terjamin.

Besarnya balas jasa telah ditentukan dan diketahui sebelumnya sehingga karyawan secara pasti mengetahui besarnya balas jasa/kompensasi yang akan diterimanya. Kompensasi inilah yang akan dipergunakan karyawan itu beserta keluarganya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Besarnya kompensasi mencerminkan status, pengakuan, dan tingkat pemenuhan kebutuhan yang dinikmati oleh karyawan bersama keluarganya. Jika balas jasa yang diterima karyawan semakin besar berarti jabatannya semakin tinggi, statusnya semakin baik, dan pemenuhan kebutuhan yang dinikmatinya semakin banyak pula. Dengan demikian, kepuasan kerjanya juga semakin baik. Di sinilah letak pentingnya kompensasi bagi karyawan sebagai penjual tenaga (fisik dan pikiran) (Hasibuan, 2002 : 117).

Jadi, kompensasi yang tinggi dapat menciptakan kepuasan kerja yang baik yang selanjutnya akan menjadi nilai positif bagi perusahaan.

b. Pemberian Kompensasi

Program kompensasi atau balas jasa umumnya bertujuan untuk kepentingan perusahaan, karyawan, dan pemerintah/masyarakat. Supaya tujuan tercapai dan memberikan

commit to user

kepuasan bagi semua pihak, hendaknya program kompensasi ditetapkan berdasarkan prinsip adil dan wajar, undang-undang perburuhan, serta memperhatikan internal dan eksternal konsistensi.

Program kompensasi harus dapat menjawab pertanyaan apa yang mendorong seseorang bekerja dan mengapa ada orang yang bekerja keras, sedangkan orang lain bekerjanya sedang-sedang saja, bahkan mendorong seseorang meninggalkan pekerjaannya.

Faktor kompensasi menjadi alasan utama seseorang meninggalkan pekerjaannya sesuai dengan Jurnal Salarycom, Employee Job Satisfaction & Retention Survey, 2007/2008 yang ditunjukkan pada Grafik 1.2 dan 1.3 di bawah ini :

Compensation is the most important factor for employees when choosing to leave a job; it is less of a factor for why they stay in a job”.

Grafik 1.2 di bawah ini menunjukkan pengaruh kompensasi terhadap keputusan seseorang bertahan atau meninggalkan pekerjaannya.

commit to user Grafik 1.2 Reality of Competitive Offers

Fifty percent of employers believe a salary increase of 8-15% is enough to lure current employees away

►Thirty-eight percent of employees would need a competitive offer of 16-30% to consider moving to a different organization. Seventeen percent would expect 31% or more.

commit to user

Dari Grafik 1.2 di atas, dapat disimpulkan bahwa 50 % pengusaha yakin dengan pertumbuhan gaji sebsesar 8-15% akan cukup memikat karyawan untuk keluar dari pekerjaannya.

Sementara karyawan memiliki pendapat yang berbeda. Mereka membutuhkan penawaran kompetitif sebesar 16-30% untuk pindah ke perusahaan lain. Ada karyawan sekitar 17% yang mengharapkan penawaran sebesar 31% atau lebih.

Hampir sama dengan Grafik 1.2, Grafik 1.3 menunjukkan lima alasan mengapa karyawan meninggalkan pekerjaannya berdasarkan jenis kelamin.

Grafik 1.3

Dokumen terkait