• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Kesiapan Kehidupan Berumah Tangga

4. Aspek-Aspek Kesiapan kehidupan Berumah Tangga

Kesiapan menikah dibagi menjadi dua bagian yaitu kesiapan menikah pribadi (personal) dan kesiapan menikah situasi (circumstantial)

a. Kesiapan Pribadi (Personal) 1) Kematangan Emosi

Kemampuan untuk dapat siaga terhadap diri dan kemampuan mengidentifikasi perasaan sendiri merupakan konsep kematangan emosi dalam diri seseorang. Kematangan emosi yaitu konsep normatif dalam perkembangan psikologis yang berarti bahwa seseorang telah menjadi dewasa.

Kematangan emosi berasal dari pengalaman yang cukup

43Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat,… h. 23-42

terhadap suatu perubahan dan suatu permasalahan. Pengalaman tersebut akan membuat seseorang menjadi sadar terhadap perasaannya sendiri dan ia akan belajar untuk dapat merespon suatu peristiwa dalam kehidupannya.

Individu dewasa memiliki kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan pribadi, mampu mengerti perasaan orang lain, mampu mencintai dan dicintai, mampu untuk memberi dan menerima, serta sanggup membuat komitmen jangka panjang. Pernikahan berarti sanggup membangun suatu tanggung jawab dan memasuki suatu komitmen. Komitmen jangka panjang merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dalam suatu pernikahan yang dikaitkan dengan stabilitas kematangan.44

2) Kesiapan usia

Kesiapan usia berarti melihat usia yang cukup untuk menikah, menjadi pribadi yang dewasa secara emosi membutuhkan waktu, sehingga usia merupakan hal yang berkaitan dengan kedewasaan. Semakin tua usia seseorang maka semakin dewasa pemikiran seseorang, sebaliknya semakin muda usia seseorang maka semakin sulit untuk mengatasi emosi-emosinya. Semakin

44Shavreni Oktadi Putri, Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Madya yang Bekerja, (Medan, 2010), h.27

muda usia pada saat menikah makan semakin tinggi tingkat perceraian yang terjadi.45

3) Kematangan sosial

Kematangan sosial dapat dilihat dari :

a) Pengalaman berkencan (enough datting), yang dilihat dengan adanya kemauan untuk mengabaikan lawan jenis yang tidak dikenal dekat dan membuat komitmen dalam membangun hubungan hanya dengan seseorang yang khusus. Say seseorang letih terhadap hubungan yang tidak aman, maka individu secara sosial siap untuk menikah dan hanya terfokus pasa orang yang paling menarik perhatiannya.

b) Pengalaman hidup sendiri (enough single life), yang membuat individu memiliki waktu luang untuk sendiri agar mandiri dan waktu bersama orang lain. Seorang individu, khususnya wanita merasa perlu untuk membuktikan pada diri mereka sendiri, orang tua, dan pasangannya bahwa mereka mampu untuk mengambil keputusan dan mengatur takdirnya sendiri tanpa harus menyesuaikan dengan keinginan dan pendapat orang lain. Seorang individu harus

45Shavreni Oktadi Putri, Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Madya yang Bekerja…, h.30

mengetahui identitas pribadi secara jelas sebelum siap untuk melakukan pernikahan.46

4) Kesehatan emosional

Permasalahan emosional yang dimiliki manusia diantaranya adalah kecemasan, merasa tidak nyaman, curiga, dan lain-lain.

Jika hal tersebut berada tetap pada diri seseorang maka ia akan sulit menjalin hubungan dengan orang lain. Masalah emosi biasanya menjadi tanda dari ketidakmatangan yaitu bersikap posesif, ketidakmampuan bertanggungjawab dan tidak dapat diprediksi.

Kadang-kadang masalah emosi juga dapat disebut dengan kematangan yang berlebihan atau terlalu kaku. Seseorang yang bersosialisasi secara berlebihan kemungkinan tidak dapat mentoleransi kekurangan orang lain. Sikap perfeksionis ini tidak hanya berlaku kepada orang lain atau pasangan tetapi juga berlaku untuk diri sendiri. Walaupun individu tersebut bisa menjadi permberi yang baik dalam hal kasih saying, tetapi kemungkinan dia tidak dapat menerima kasih sayang dari orang lain untuk menghindari keegoisan.47

46Shavreni Oktadi Putri, Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Madya yang Bekerja,…, h.31

47Shavreni Oktadi Putri, Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Madya yang Bekerja…, h.31

5) Kesiapan Model Peran

Banyak orang belajar bagaimana menjadi suami atau istri yang baik dengan melihat figur ayah dan ibunya mereka. Kehidupan pernikahan harus dijalani dengan mengetahui apa saja peran individu yang telah menikah sebagai suami istri. Peran yang ditampilkan harus sesuai dengan tugas-tugas mereka sebagai suami ataupun istri. Orangtua yang memilih figur suami dan istri yang tidak baik dapat mempengaruhi kesiapan menikah anak-anak mereka.48

b. Kesiapan situasi (Circumstansial) 1) Kesiapan finansial

Kesiapan finansial tergantung dari nilai-nilai yang dimiliki oleh masing-masing pasangan. Semakin tinggi pendapat seseorang maka semakin besar kemungkinan ia untuk menikah.

Pernikahan yang masih mendapat bantuan dari keluarga atau orang tua dapat mempengaruhi hubungan pasangan dalam rumah tangga.49

2) Kesiapan waktu

Persiapan sebuah pernikahan akan berlangsung baik jika masing-masing pasangan diberikan waktu untuk mempersiapkan segala hal, meliputi persiapan diberikan waktu

48Shavreni Oktadi Putri, Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Madya yang Bekerja…, h.32

49Shavreni Oktadi Putri, Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Madya yang Bekerja…, h.33

untuk mempersiapkan segala hal, meliputi persiapan sebelum maupun setelah pernikahan. Persiapan rencana yang tergesa-esa akan mengarah pada persiapan pernikahan yang buruk dan memberi dampak yang buruk pada awal-awal kehidupan pernikahan.50

Dari uraian di atas yang merupakan aspek yang harus disiapkan untuk berumah tangga adalah aspek yang mencakup diri pribadi dan aspek yang mencakup situasi.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kehidupan Berumah Tangga

Kesiapan untuk menikah atau berumah tangga dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal, antara lain :

a. Faktor Internal

Berarti kesiapan yang berasal dari dalam diri individu. Adanya keyakinan dalam diri bahwa individu merasa siap untuk menikah.

Individu mempunyai keinginan untuk mendirikan sebuah keluarga.

Faktor internal ini didukung oleh adanya kematangan emosional.51

50S Shavreni Oktadi Putri, Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Madya yang Bekerja…, h.33

51Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 245

b. Faktor Eksternal

Berarti kesiapan yang berasal dari luar diri individu. Hal ini bisa berupa dukungan atau dorongan dari pihak keluarga atau lingkungan pada individu untuk menikah.52

C. Hubungan Konsep Diri dengan Kesiapan kehidupan Berumah Tangga

Pencapaian tugas perkembangan berkenaan dengan pernikahan dan kehidupan berumah tangga sangat erat kaitannya dengan konsep diri yang dimiliki oleh seseorang. Bila seseorang memiliki konsep diri yang positif, maka ia akan lebih mampu mencapai tugas perkembangannya secara optimal. Orang yang memilki konsep diri yang positif lebih mampu menjalani kehidupan rumah tangga dengan baik, karena ia memiliki kepercayaan diri, tidak khawatir terhadap masa lalu dan masa depan, mampu menerima diri dan orang lain secara positif, sensitif terhadap kebutuhan orang lain dan mampu memodifikasi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan, sebaliknya bila seseorang memiliki konsep diri yang tidak sehat atau negatif, maka ia selalu mengalami hambatan dalam menjalani kehidupan pernikahan secara optimal.53

52Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 245

53Burns.R.B, Konsep Diri (teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku). (Alih Bahasa: Eddy), (Jakarta: Arcan, 1979), h. 280

Dapat disimpulkan bahwa konsep diri berhubungan dengan persiapan seseorang untuk memulai kehidupan berumah tangga. Bagi mereka yang mempunyai konsep diri positif akan lebih mudah menjalani kehidupan rumah tangganya dengan baik, sebaliknya bagi mereka yang memiliki konsep diri negatif tidak dapat menjalani kehidupan rumah tangganya dengan baik.

D. Kerangka Konseptual

Konsep Diri Kesiapan Kehidupan Berumah Tangga

Berdasarkan kerangka berfikir diatas dapat dilihat bahwa penelitian ini terdiri dari dua variable yaitu variable bebas dan terikat. Variable bebas disini adalah Konsep Diri, sedangkan variable terikatnya adalah kesiapan berumah tangga.

E. Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Septi Wulansari tahun 2010 dengan judul Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecenderungan Cinderella Aspek-aspek Konsep Diri:

1. Aspek fisik 2. Aspek Psikis 3. Aspek Sosial

Aspek Kesiapan Kehidupan Berumah Tangga:

1. Kesiapan Pribadi 2. Kesiapan Situasi Mahasiswa BK

Angkatan 2013

Complex. Diketahui hasilnya terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan Cinderella Complex.

Semakin positif konsep diri maka semakin rendah kecederungan Cinderella Complex, sebaliknya semakin negatif konsep diri maka semakin tinggi kecenderungan Cinderella Complex.54

Penelitian yang dilakukan oleh Komang Diah Laxmy Prabadewi tahun 2014 dengan judul Hubungan Konsep Diri Akademik dengan Motivasi Berprestasi pada Remaja Awal yang Tinggal di Panti Asuhan di Denpasar. Diketahui hasilnya adalah ada hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri akademik dengan motivasi berprestasi pada remaja awal yang tinggal di panti asuhan di Denpasar, yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi (r) antara variabel konsep diri dan motivasi berprestasi adalah 0,588 dengan nilai p 0.000 (p< 0,05) yang berarti bahwa variabel konsep diri akademik dan variabel motivasi berprestasi saling berkorelasi secara signifikan dan positif dan berada pada intensitas sedang.55

Penelitian yang dilakukan oleh Era Sukmawati dengan judul Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kecenderungan Depresi pada Remaja. Diketahui hasilnya adalah hubungan yang negatif antara konsep diri dengan kecenderungan depresi pada remaja, dengan nilai koefisien

54Septi Wulansari, e-journal Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kecenderungan Cinderella Complex, Fakultas Psikologi UNDIP, 2010

55Komang Diah Laxmy Prabadewi, e-journal Hubungan Konsep Diri Akademik dengan Motivasi Berprestasi pada Remaja Awal yang Tinggal di Panti Asuhan di Denpasar, Fakultas Psikologi Universitas Udayana, 2014

korelasi Pearson (rxy) sebesar -0,655 (p < 0,05), yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsep diri yang dimiliki maka akan semakin rendah kecenderungan depresinya. Nilai determinan (R2) sebesar 0,429, yang berarti sumbangan konsep diri terhadap munculnya kecenderungan depresi adalah 42,9 % sedangkan untuk sisanya 57,1% disumbangkan oleh faktor-faktor lain baik dari faktor-faktor internal maupun faktor-faktor eksternal.56

F. Hipotesis

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Pernyataan tersebut mengindikasi asumsi dasar yang melekat pada populasi yang bersangkutan. Berdasarkan variabel yang ada dalam penelitian ini, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

H0 :Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kesiapan kehidupan berumah tangga Mahasiswa Jurusan BK Angkatan 2013 IAIN Bukittinggi

Ha :Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kesiapan kehidupan berumah tangga Mahasiswa Jurusan BK Angkatan 2013 IAIN Bukittinggi

56Era Sukmawati, e-journal Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kecenderungan Depresi pada Remaja, Universitas Setia Budi Surakarta

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika.1

Sedangkan penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi. Studi korelasional yang peneliti gunakan ini dapat memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi, bukan mengenai ada-tidaknya efek variabel yang lain.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi. Tempat ini menjadi pilihan penulis dikarenakan ada beberapa pertimbangan yang dilakukan peneliti, di antara pertimbangan itu adalah peneliti menganggap bahwa mahasiswa pada umumnya berada pada tahap perkembangan remaja akhir dan dewasa awal dimana tugas perkembangannya berkenaan

1Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung : ALFABETA, 2010), h. 7

dengan pernikahan dan kehidupan berumah tangga sehingga cocok dijadikan sampel yang sesuai dengan judul proposal penelitian ini.

Selain itu berdasarkan wawancara yang dilakukan pada beberapa mahasiswa BK Angkatan 2013 IAIN Bukittinggi memiliki konsep diri yang negatif sehingga mempengaruhi kesiapannya dalam membangun rumah tangga.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan angkatan 2013 IAIN Bukittinggi yang berjumlah 228 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.3 Metode pengambilan sampel yang dipakai pada penelitian ini adalah menggunakan teknik Probability Sampling.

Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) untuk menjadi anggota sampel. Lebih spesifikasi dari teknik ini yaitu Simple

2Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D..., h. 80

3Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D..., h. 81

Random Sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.4

Rumus yang dipakai adalah rumus Slovin yaitu:5

n =

.

Berdasarkan rumus Slovin di atas maka dari populasi yang ada dapat ditentukan besaran sampel sebagai berikut:

n =

.( , )

n =

.( , )

n =

,

n =

,

n

= 69,5 69

Keterangan : n = Besaran sampel N = Besaran Populasi

e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel) yaitu 10%.

4Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D..., h. 82

5 Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 137

Jadi sampel penelitian adalah 69 orang. Pemilihan objek yang akan menjadi anggota sampel pada tiap-tiap kelas dilakukan secara acak.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data untuk memperoleh data yang sejelas-jelasnya. Metode pengumpulan data ialah cara memperoleh data. Peneliti akan menggunakan beberapa metode atau cara untuk memperoleh data-data yang diperlukan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket dalam mengumpulkan data. Angket yang dijadikan alat pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan uji coba instrument. Uji coba instrument dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan dari angket yang disusun.

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada respon dan untuk dijawabnya.6 Skala pengukuran yang digunakan adalah dengan menggunakan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.7

Menggunakan Skala Likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel

6Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D..., h. 199

7Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D..., h. 93

kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Artinya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.

Skala likert ini memiliki lima alternatif jawaban dan penyusunan pernyataan dalam skala ini dikelompokkan menjadi item favorabel untuk menunjukkan pernyataan positif dan item non-favorabel untuk menunjukkan pernyataan negatif. Lima alternatif dipilih jawaban yaitu:

Tabel 1.

Kriteria dan Nilai Alternatif Jawaban

Favorabel Skor Non-Favorabel Skor

SS (Sangat Sesuai) S (Sesuai)

R (Ragu)

TS (Tidak Sesuai)

STS (Sangat Tidak Sesuai)

5

STS (Sangat Tidak Sesuai)

1 2 3 4 5 Setelah dilakukan uji coba angket, untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu butir angket dilakuka Uji Validitas dan Uji Reliabilitas.

1. Uji Validitas

Pengujian validitas yang peneliti lakukan adalah validitas konstrak (construct validity) dan validitas isi (Content Validity).

Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Dalam hal ini setalah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan

berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Setelah pengujian konstrak dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen.8

Dalam penelitian ini, untuk menguji validitas konstrak dengan menggunakan pendapat dari ahli (judgment experts) maka peneliti melakukan validasi instrumen penelitian kepada dosen yang ahli dibidangnya. Penelaahan isi instrumen yang akan peneliti gunakan dilakukan kepada dosen IAIN Bukittinggi yaitu Bapak Budi Santosa, S.Ag.,M.Pd, Ibu Sri Hartati, M.Psi dan Ibu Deswalantri, S.S dengan hasil baik serta bisa dilanjutkan dengan sedikit revisi. Adapun saran yang diberikan oleh ketiga dosen ahli ini adalah memperbaiki beberapa penulisan pernyataan angket dan mengganti indikator pilihan pada angket. Setelah itu dilakukan uji coba instrumen kepada 20 orang mahasiswa Bimbingan Konseling Angkatan 2013 IAIN Bukittinggi diluar sampel penelitian. Setelah uji validitas, dengan melihat nilai Pearson Correlation dari hasil pengolahan dengan menggunakan SPSS versi 20 maka dapat diketahui banyak item valid dan yang gugur setiap variabel sebagai berikut:

8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D..., hal. 177

Tabel 2.

Hasil Uji Validitas Instrumen

2. Uji Reliabilitas

Selain harus valid, instrumen juga harus memenuhi standar reliabilitas. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika dapat dipercaya untuk mengumpulkan data penelitian. Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah cukup baik.

Dalam menghitung reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Rumus ini digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya berbentuk skala:9

r

11

= 1 −

Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyak butir

∑ = Jumlah varian butir

= Varian total

9Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik..., h. 196

Variabel

Konsep Diri 90 52 38 52

Kesiapan Kehidupan

Beumah Tangga 50 26 24 26

Dalam penelitian ini, pengujian reliabiltas instrumen, peneliti menggunakan program SPSS versi 20. Dari hasil pengolahan ditemukan nilai Alpha Cronbach untuk setiap variabel sebagai berikut:

Tabel 3.

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Banyak

Butir

Alpha

Cronbach Keterangan

Konsep Diri 52 0.962 Sangat Reliabel

Kesiapan Kehidupan

Berumah Tangga 26 0.981 Sangat Reliabel

E. Teknik Pengolahan Data

Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pengolahan data dalam pada penelitian ini adalah:

1. Coding yaitu sebelum data diolah terlebih dahulu dilakukan penskoran terhadap jawaban responden. Penskoran lebih jelas dapat dilihat pada tabel.

STS (Sangat Tidak Sesuai)

SS (Sangat Sesuai) S (Sesuai)

R (Ragu)

TS (Kurang Sesuai)

STS (Sangat Tidak Sesuai)

5

2. Tally, pada tahap ini dilakukan perhitungan skor sekaligus memasukkan ke dalam tabel.

3. Pengolahan Data

Teknik yang digunakan untuk mengolah data pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik statistik sederhana dengan mencari skor mean, standar deviasi, range, skor minimum dan skor maksimum dengan formula:

a. Mean, yaitu : M = b.Range, yaitu : ST – SR

c. % skor yaitu : %

Keterangan:

∑ : Jumlah responden yang memilih (frekuensi) X nilai tengah pada setiap interval

N : Jumlah Responden M : Mean

Range : Rentang dari skor ST : Skor tertinggi SR : Skor terendah 4. Standar Deviasi

SD =

Keterangan:

SD = Standar Deviasi

∑ = Jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing-masing skor dengan deviasi skor yang telah di kuadratkan

N = Number of cases

Setelah data diolah dengan menggunakan rumus statistik sederhana, kemudian kedua variabel maka data diklasifikasikan ke dalam kategori interprestasi angket, sebagai berikut:

Tabel 5.

Pedoman Interprestasi Angket

Kategori Persentase

Konsep Diri Kesiapan Berumah Tangga

Sangat Sesuai (SS) Sangat Sesuai (SS) 81 - 100 %

Sesuai (S) Sesuai (S) 61 - 80 %

Ragu (R) Ragu (R) 41 - 60%

Tidak Sesuai (TS) Tidak Sesuai (TS) 21 - 40 % Sangat Tidak Sesuai (STS) Sangat Tidak Sesuai (STS) 0 - 20 %

5. Persyaratan Uji Analisis

Dalam penelitian ini uji data yang penulis lakukan adalah uji normalitas. Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Pedoman yang dipakai dalam uji normalitas ini adalah menggunakan uji Kolmogorov Smirnov yaitu membandingkan koefisien Asymp. Sig. atau P-value dengan 0,05 (taraf signifikansi), maka :

1) Jika Asymp. Sig. atau P-value) lebih besar dari 0,05, maka data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2) Jika Asymp. Sig. atau P-value) lebih kecil dari 0,05, maka data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bantuan program SPSS versi 20.00

6. Pengujian Hipotesis

Untuk melihat keeratan hubungan antara variabel, maka langkah selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan analisis Korelasi Product Moment sebagai berikut:

r

xy

=

(∑ )(∑ )

{ ∑ – ∑ ) (∑ )

Keterangan:

N : Jumlah Responden

rxy : Koefisien korelasi antara X dan Y X : Skor mentah variabel X

Y : Skor mentah variabel Y

∑ : Jumlah hasil penelitian tiap skor asli dari variabel X dan Y

∑ : Jumlah variabel X

∑ : Jumlah variabel Y

Setelah dilakukan perhitungan rumus di atas, maka selanjutnya melakukan interpretasi dengan menggunakan tabel “r” product moment dengan langkah:

a. Merumuskan hipotesis alternatif yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kesiapan berumah tangga mahasiswa Jurusan BK angkatan 2013 IAIN Bukittinggi.

b. Merumuskan hipotesis nihil yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kesiapan berumah tangga mahasiswa Jurusan BK angkatan 2013 IAIN Bukittinggi.

c. Menginterpretasikan dengan tabel “r” product moment, sebagai berikut:10

Tabel 6.

Pedoman Interpretasi Product Moment Nilai rxyhitung Interpretasi

0 Tidak berkorelasi

0.01 - 0.24 Rendah

0.25 - 0.49 Sedang

0.50 - 0.64 Tinggi

0.75 – 1.00 Sangat Tinggi

7. Interprestasi dengan melihat tabel koefisien korelasi (r) Pearson dengan menggunakan Rumus:11

df = N - nr12 Keterangan:

df = Ketetapan nilai dengan melihat tabel “r”

N = Number of cases

nr = Jumlah variabel yang dikorelasikan 8. Pengujian Hipotesis

Adapun teknik analisisnya sebagai berikut:

a. Jika nilai

r

hitung

>

nilai

r

tabel, maka Hoditolak Haditerima, terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kesiapan berumah tangga mahasiswa Jurusan BK Angkatan 2013 IAIN Bukittinggi.

10Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D..., h. 255

11Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Perss, 1999), h. 197

b. Jika nilai

r

hitung

<

nilai

r

tabel, maka Hoditerima Haditolak, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kesiapan berumah tangga mahasiswa Jurusan BK Angkatan 2013 IAIN Bukittinggi.

H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kesiapan kehidupan berumah tangga mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling Angkatan 2013 IAIN Bukittinggi.

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kesiapan kehidupan berumah tangga mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling Angkatan 2013 IAIN Bukittinggi.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Untuk mengetahui deskripsi hasil penelitian tentang hubungan konsep diri dengan kesiapan kehidupan berumah tangga mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling Angkatan 2013 IAIN Bukittinggi, maka penulis jabarkan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Konsep Diri

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, konsep diri mahasiswa Bimbingan Konseling Angkatan 2013 IAIN Bukittinggi dapat dilihat pada tabel berikut:

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, konsep diri mahasiswa Bimbingan Konseling Angkatan 2013 IAIN Bukittinggi dapat dilihat pada tabel berikut:

Dokumen terkait