• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari 5 bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I merupakan pendahuluan, dengan mengemukakan Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Penjelasan Judul dan Sistematika Penulisan.

BAB II merupakan landasan teori, yang mengemukakan pembahasan tentang Konsep diri yang meliputi: pengertian konsep diri, pembagian konsep diri, ciri-ciri konsep diri, terbentuknya konsep diri, isi konsep diri, faktor-faktor konsep yang mempengaruhi konsep diri, dan aspek konsep diri. Kesiapan Beumah Tangga yang meliputi: pengertian kesiapan berumah tangga, kriteria kesiapan berumah tangga, tujuan berumah tangga, bentuk-bentuk kesiapan berumah tangga, aspek-aspe kesiapan berumah tangga, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan berumah tangga. Hubungan konsep diri dengan kesiapan berumah tangga, kerangka konseptual, penelitian relevan, dan hipotesis.

BAB III merupakan metode penelitian, yang mengemukakan pembahasan mengenai Jenis penelitian, lokasi penelitian, , populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV merupakan hasil penelitian yang berisi deskripsi hasil penelitian, uji persyarat analisis, uji hipotesis dan pembahasan.

BAB V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri (Self Consept)

Konsep dalam kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.

Dan The Self (Diri) berarrti meliputi semua penghayatan, anggapan, sikap dan perasaan-perasaan baik yang disadari maupun tidak disadari, yang ada pada seseorang tentang dirinya sendiri.1

Self adalah sermua ciri, jenis kelamin, pengalaman, sifat-sifat, latar belakang budaya, pendidikan dan sebagainya yang melekat pada diri seseorang. Semakin dewasa dan tinggi kecerdasan seseorang, semakin mampu ia menggambarkan dirinya sendiri.2

Diri tidak terbatas tegas, fleksibel, dan tergantung pada konteks, diri terkait dengan orang lain (relevant others)3. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa diri adalah tidak tertutup, tidak kaku dan diri tidak bisa tanpa adanya hubungan dengan orang lain dan diri bisa berubah dengan lingkungan yang ada disekitarnya.

1Pusat Bahasa Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) cet ke-3, h. 588,267

2Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), cet ke-2, h. 500

3David Matsumoto, Pengantar Psikologi Lintas Budaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 35

GH. Mead dalam Slameto menyebutkan konsep diri sebagai suatu produk sosial yang dibentuk melalui proses internalisasi dan organisasi pengalaman psikologis yang merupakan hasil eksplorasi individu terhadap lingkungan fisiknya dan refleksi dari dirinya sendiri yang diterima dari orang-orang yang berpengaruh pada dirinya.4

Menurut Burns konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang lain berpendapat mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu5. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimilki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaluasi dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, baik, atau bahkan mengetahui kalau orang lain menilai dirinya negative, ramah jika ada informasi dari orang mengenai dirinya. Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat

4Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991) cet ke 2, h. 182

5Burns.R.B, Konsep Diri (teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku). (Alih Bahasa: Eddy), (Jakarta: Arcan, 1993), h. 6

menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik, atau tidak.

Seperti yang dikemukakan Djaali bahwa konsep diri adalah pandangan seseorang tentang diriya sendiri yang menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain.6

Robert mengemukakan bahwa konsep Self adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri yang terorganisasi.

Self memberikan sebuah kerangka berfikir yang menentukan bagaimana kita mengolah informasi tentang diri kita sendiri.7

Sedangkan menurut Hurlock konsep diri merupakan pengertian dan harapan seseorang mengenai bagaimana dirinya yang dicita-citakan dan bagaimana dirinya dalam realita yang sesungguhnya, baik secara fisik maupun psikologiknya. Konsep diri seseorang berkaitan dengan kepribadiannya. Kepribadian seseorang dapat diamati dari perilakunya dalam berbagai situasi dari pola reaksinya, sedangkan konsep diri tidak langsung dapat diamati seperti halnya perilaku ekspresi seseorang. Konsep diri terlihat dari pola reaksi tetap yang mendasari pola perilaku seseorang.8

6Djaali. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 129

7Robert A. Baron dan Donn Byrne, Psikologi Sosial jilid I,(Jakarta: Erlangga, 2004), h.

165

8Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 234

Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman, konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya, yaitu berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik, dan lain-lain, kemudian individu memiliki perasaan terhadap keyakinan mengenai dirinya tersebut, apakah ia merasa positif atau negatif, bangga atau tidak bangga dengan dirinya.9

Menurut Singgih konsep diri merupakan sesuatu yang ada dalam diri sendiri, jadi pandanan dari dalam, atau untuk lebih jelasnya konsep diri adalah saya seperti saya melihat diri saya sendiri10. Dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah bagaimana individu memandang dirinya sendiri.

Pendapat lain, yaitu Enung Fatimah menurutnya konsep diri tidak hanya terbentuk dari bagaimana remaja percaya tentang keberadaan dirinya, tetapi juga dari bagaimana orang lain menilai tentang keberadaan dirinya.11

Menurut Burns kelompok teman sebaya mempunyai pengaruh yang kuat pada pemghiasan terakhir pada sikap diri dalam remaja.

Kelompok teman sebaya adalah penting, karena kelompok itu menggantikan keluarga sebagai sumber umpan balik, juga memberikan perasaan harga diri. Dan saling mendukung.12

9Sarlito W. Sarwono dan Eko A Meinarno, Psikologi Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 53

10Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), h. 237

11Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), h. 90

12R. B. Burn, Konsep Diri (Teori Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku)…, h. 208

Singgih berpendapat konsep diri pada seorang remaja cenderung tidak konsisten, hal ini disebabkan oleh sikap orang lain yang dipersepsikan oleh si remaja juga berubah, jadi menurut Singgih konsep diri remaja melalui suatu perkembangan konsep diri sampai akhir ia memilki suatu konsep diri yang konsisten.13

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah pandangan individu tentang bagaimana dirinya, baik itu perilakunya, isi pikiran dan perasaanya yang bisa berpengaruh terhadap orang lain. Konsep diri terbentuk selain dipengaruhi melalui keluarga, juga dipengaruhi oleh teman sebaya karena pada masa remaja individu akan sering membentuk kelompok dengan teman sebaya dan akan berusaha diterima didalam suatu kelompok.

2. Pembagian Konsep Diri

Menurut Alex Sobur, ada dua kompone konsep diri, yaitu:14 a. Komponen kognitif disebut citra diri ( Self Image )

Komponen kognitif merupakan pengetahuan individu, gambaran diri tersebut akan membentuk citra diri.

b. Komponen afektif disebut harga diri (Self Esteem) Merupakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri.

Pendapat diatas dapat diartikan bahwa konsep diri terdiri dari dua komponen yaitu Self Image yang berarti citra diri yang dimilki

13Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja…, h. 239

14Alex Sobur, Psikologi Umum…, h. 507

seseorang dan bagaimana pengetahuannya terhadap diri sendiri, seperti saya seorang pelajar, saya seorang kakak, tinggi badan saya 165 cm dan berat badan saya 50 kg, dan sebagainya. Dan Self Esteem yang berarti penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri, misalnya saya pemarah, saya sangat pandai, dan sebagainya.

Singgih menjelaskan pada dasarnya konsep diri tersusun atas tahapan-tahapan, yaitu:15

a. Konsep diri Primer, adalah konsep diri yang terbentuk atas pengalamannya terhadap lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan rumahnya sendiri. Contohnya, saya seorang yang sangat menghargai orang lain, hal ini tertanam pada diri anak ketika didalam keluarganya sangat tertanam sikap saling menghargai.

b. Konsep diri Sekunder, adalah konsep diri yang dipengaruhi oleh konsep diri primer. Konsep diri sekunder terbentuk ketika anak mempunayi hubungan yang luas daripada hanya sekedar hubungan dalam lingkunan keluarga. Misalnya seseorang tergolong orang yang pendiam, penurut, tidak nakal atau tidak suka membuat keributan, ia akan cenderung pula memilih teman bermain yang sesuai dengan konsep diri yang sudah dimilikinya, dan teman-teman barunya itulah yang nantinya menunjang terbentuknya konsep diri sekunder

15Gunarsah, Psikologi Perkembangan Anak dan remaja…, h. 238-239

Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Alex Sobur bahwa, konsep diri pada dasarnya tersusun atas berbagai tahapan, yang paling dasar adalah konsep diri primer yaitu konsep diri yang terbentuk atas dasar pengalamannya terhadap lingkungan terdekatnya seperti lingkungan rumah. Pengalaman-pengalaman berbeda dan konsep diri bermula dari perbandingan yang anak terima melalui anggota keluarga, orang tua, nenek, paman atau saudara-saudaranya. Setelah anak bertambah besar ia mempunyai hubungan yang lebih luas daripada sekedar hubungan dalm lingkungan keluarga, anak mempunyai lebih banyak teman, kenalan sehingga terbentuk konsep diri yang baru, yang disebut konsep diri sekunder. Konsep diri sekunder banyak ditentukan oleh konsep diri primer. Apabila konsep diri seorang anak adalah pendiam, penakut, tidak nakal dan tidak suka melakukan keributan, anak akan cenderung pula memilih teman yang sesuai dengan konsep diri yang sudah dimilikinya dan teman-teman barunya itulah yang akan menunjang terbentuknya konsep diri sekunder.16

Konsep diri pada dasarnya merupakan suatu skema, yaitu pengetahuan tentang diri, yang mempengaruhi cara seseorang mengolah informasi dan mengambil tindakan, menurut Higgins sekma diri terbagi tiga jenis, yaitu:17

16Alex Sobur, Psikologi Umum…, h. 509-511

17Sarlito W. Sarwono dan Eko A. Meinarno, Psikologi Sosial…, h. 55

a. Actual Self, yaitu bagaimana diri kita saat ini

b. Ideal Self, yaitu bagaimana diri kita yang kita inginkan c. Ought Self, yaitu bagaimana diri kita yang seharusnya.18

Menurut Calhoun dan Acocella konsep diri dapat dikategorikan menjadi dua yaitu :19

a. Konsep diri positif

Dasar dari konsep diri positif bukanlah kebanggaan besar tentang diri tetapi berupa penerimaan diri. Kualitas ini lbeih mungkin mengarah pada kerendahan hati dan kedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan. Dapat diartikan bahwa konsep diri positif adalah penilaian postif dengan frekuensi tinggi yang dikombinasikan dengan penilaian diri negative yang rendah atau bagaimana penerimaan seseoran terhadap dirinya. Contoh, percaya diri.

Menurut Jalaludin orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal:20

1) Ia yakin akan kemampuan mengatasi masalah 2) Ia merasa setara dengan orang lain

3) Ia menerima pujian tanpa rasa malu

18Sarlito W. Sarwono dan Eko A. Meinarno, Psikologi Sosial…, h. 55

19Calhoun, James F dan Acocella, J.R, Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan, (Terjemahan RS Satmoko), (Semarang: IKIP Semarang Press, 1995), h. 72-74

20Jalaludin rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.

105

4) Ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan prilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat

5) Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkap aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya

b. Konsep diri negatif

Seseorang memiliki konsep diri negatif apabila pengetahuan mengenai dirinya sendiri yang sedikit. Konsep diri negatif adalah banyaknya penilaian diri negatif dengan sedikit penilaian diri positif. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai, dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Dapat diartikan bahwa konsep diri negatif adalah bagaimana seseorang yang kurang mengetahui dan kurang menerima dirinya sendiri, contoh seseorang yang pesimis dan tidak percaya diri.

Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert, ada empat tanda orang yang memiliki konsep diri negatif adalah peka terhadap kritik, responsif sekali terhadap pujian, cenderung merasa tidak disenangi orang lain dan bersikap pesimis

terhadap kompetisi seperti keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi21

3. Ciri-ciri Konsep Diri

Menurut Brooks dan Emmert dalam Safitri Ramadhani ada beberapa ciri-ciri konsep diri positif dan neatif yaitu:22

a. Ciri-ciri konsep diri positif

1) Mereka yakin akan kemampuan mengatasi masalah 2) Mereka merasa setara dengan orang lain

3) Punya rasa malu

4) Punya pendirian dan nilai-nilai hidup positif 5) Mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan

6) Mereka menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan prilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat

7) Mereka mampu memperbaiki dirinya karena mereka sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya, dan berusaha mengubahnya

8) Individu mampu menerima dirinya sendiri, bahwa orang dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik

9) Individu mampu menerima dan menyimpan informasi tentang dirinya sendiri, baik negatif maupun positif

21Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi…, h. 105

22Safitri Ramadhani, Positive Komunication, (Jakarta: Smartbooks Diglossia media, 2006), h. 88-90

10) Individu mampu menerima diri apa adanya dan menerima orang lain

b. Ciri-ciri konsep diri negatif

1) Individu peka terhadap kritikan orang lain. Bagi individu ini kritikan adalah ejekan untuk merendahkan harga diriya.

Individu ini tidak tahan terhadap kritik, dan cenderung marah, mempertahankan pendapat dengan logika keliru

2) Individu sangat responsif terhadap pujian, dan bereaksi secara berebihan walaupun berusaha tidak diperlihatkan

3) Individu sangat hipekritis terhadap orang lain, ia banyak mengeluh, mencela dan meremehkan prestasi orang lain

4) Mereka tidak pandai mengungkapan penghargaan dan pengakuannya terhadap prestasi orang lain

5) Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Akibatnya mereka merasa tidak diperhatikan, sehingga bereaksi terhadap orang lain sebagai musuh. Dia kurang mampu menunjukkan sikap yang hangat dan bersahabat dengan orang lain, sehingga dia tidak mampu membangun relasi dengan baik

6) Individu yang mempunyai konsep diri negatif, cenderung bersikap pesimis terhadap masa dengan atau persaingan

7) Pandangan terhadap diri seseorang yang terlalu kaku, sehingga tidak memiliki kategori mental yang dapat dikaitkan dengan informasi yang bertentangan dengan dirinya

8) Merasa diri tidak berharga, apa pun yang diperoleh tampaknya tidak berharga dibandingkan dengan apa yang diperoleh oleh orang lain

4. Terbentuknya Konsep Diri

Menurut Djaali konsep diri mula-mula terbentuk dari perasaan apakah diterima dan diinginkan kehadirannya oleh kelurga. Melalui perlakuan yang berulang-ulang dan setelah menghadapi sikap-sikap tertentu dari anggota keluarga maupun orang lain dilingkup kehidupannya, akan berkembanglah konsep diri seseorang. Konsep diri juga berasal dari perasaan dihargai atau tidak dihargai. Perasaan inilah yang menjadi landasan dari pandangan, penilaian, atau bayangan seseorang mengenai dirinya sendiri yang keseluruhannya yang disebut konsep diri.23

Menurut G.W. Allport, konsep diri terbentuk melalui beberapa tahap adalah sebagai berikut:24

a. Pemekaran diri sendiri (extension of the self), yang ditandai dengan kemampuan seseorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai bagian dari dirinya sendiri juga. Perasaan egois berkurang, dan tumbuh perasaan ikut memliki. Salah satu tandanya yang khas adalah tumbuhnya kemampuan untuk mencintai orang lain dan alam sekitarnya

23H. Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara), h. 130

24Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.

71

b. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif (Self Objectivication) ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri (Self Insight) dan kemampuan untuk menangkap humor (Sense of Humor) termasuk yang menjadikan dirinya sebagai sasaran. Ia tidak marah jika dikritik

c. Memiliki flasafah hdup tertentu (Unifying Philosophy of Life).

Hal ini dapat dilakukan tanpa perlu merumuskannya dan mengucapkannya dalam kata-kata

Singgih mengemukakan konsep diri terbentuk berdasarkan persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain terhadap dirinya. Sehingga apabila ibu mengatakan secara terus menerus kepada anaknya bahwa ia nakal, maka lama kelamaan anak akan mempunyai konsep diri semacam itu.25

Menurut Cooley konsep diri seseorang diperoleh dari hasil penilaian atau evaluasi orang lain terhadapnya. Apa yang dipikirkan orang lain tentang kita menjadi sumber informasi tentang siapa diri kita. Selain itu hasil dari tindakan yang dilakukan juga akan membentuk konsep diri seseorang.26

25Singgih D. Gunarsa, Psikologi, Perkembangan Anak dan Remaja…, h. 238

26Sarlito W. Sarwono dan Eko A Meinarno, Psikologi Sosial…., h. 54

5. Isi Konsep Diri

Menurut Burns isi dari konsep diri selalu berkembang meluas sesuai dengan tingkatan usia. Secara isi dari konsep diri antara lain:27

a. Karekteristik fisik yaitu konsep diri yang berhubungan dengan karakteristik yang termasuk didalamnya penampilan secara umum, ukuran tubbuh dan berat tubuh. Sosok dan bentuk tubuh.

b. Penampilan, seperti cara berpakaian, model rambut dan make up.

c. Kesehatan dan kondisi fisik yaitu konsep diri yang berhubungan dengan kesehatan dan kondisi fisik individu.

d. Pemilik, yaitu benda-benda yang dipunyai dan pemiliknya.

e. Kondisi lingkungan keluarga, yaitu seperti kondisi rumah dan hubungan keluarga.

f. Minat dan bakat, yaitu kemampuannya untuk menyalurjkan potensi yang dimillikinya.

g. Sekolah dan pekerjaan sekolah, yaitu kemampuan yang dimiliki individu dan sikap yang ditampilkannya.

h. Sikap dan hubungan social, yaitu konsep diri anak dalam hubungan dengan orang lain, serta sikap yang ditampilkannya dalam bergaul.

27R. B. Burn, Konsep Diri (Teori, pengukuran,Perkembangan, dan perilaku)…, h.209

i. Status intelektual, konsep diri yang berhubungan dengan status kecerdasannya.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri

Menurut Hutagalung aspek yang paling berpotensi menimbulkan masalah bagi remaja adalah sosial. Penilaian orang lain terhadap diri remaja dan pengruh lingkungan sosial yang didapatkan, bergantung pada penilaian orang lain, terutama teman-temannya dan orang-orang yang berada disekitar remaja. Pengaruh lingkungan sosial ini mempengaruhi pengembangan konsep diri remaja tersebut.28

Singgih mengemukakan banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri seorang remaja. Faktor lingkungan, bagaimana reaksi orang lain terhadap dirinya, bagaimana pujian terhadap prestasi seseorang atau bahkan bagaimana hukuman yang diberikan orang lain terhadap kesalahan yang pernah dibuat akan membentuk suatu konsep tentang dirinya sendiri. Selain itu terdapat faktor-faktor yang lain, diantaranya adalah:29

a. Jenis kelamin

Di dalam keluarga, lingkungan sekolah ataupun lingkungan masyarakat yang lebih luas akan berkembang bermacam-macam tuntutan peran yang berbeda berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Dorongan biologis menyebabkan seseorang,

28Hutagalung, Pengembangan Kepribadian: Tinjauan Praktis MenujuPribadi Positif.(Jakarta: PT. Indeks, 2007), hal.12

29Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan anak dan remaja….h.242

secara bawaan, bertingkahlaku, berfikir dan berprasaan yang berbeda antara jenis kelamin yang satu dengan yang lain.

Perkembangan konsep diri sejalan dengan peranannya baik itu sebagai wanita ataukah pria, di samping juga sudah ditentukan berdarakan bawaan biologis mereka.

b. Harapan-harapan

Harapan seseorang penting bagi perkembangan konsep diri remaja sendiri. Misalnya seoran wanita yang diharapkan oleh masyarakat untuk tidak berprilaku agresif, maka harapan ini juga akan menjadi konsep diri baginya untuk tidak berprilaku agresif.

c. Suku bangsa

Dalam masyarakat, umumnya terdapat suku kelompok suku bangsa tertentu yang dapat dikatakan sebagai kaum yang minoritas. Ramaja yang dari kelompok ini umumnya juga mengembangkan suatu konsep diri bagi remaja.

d. Nama dan pakaian

Kedua hal ini mempunyai pengaruh yang cukup penting bagi perkembangan konsep diri seorang remaja. Nama-nama tertentu akan menjadi tertawaan bagi remaja yang akhirnya akan membentuk diri remaja dan dari cara seseorang berpakaian bagaimana remaja tersebut melihat dirinya.

Menurut Robert sebuah pekerjaan yang baru, pengalaman dan reaksi orang lain terhadap juga mempengaruhi terbentuknya konsep diri seseorang.30 Jadi menurut Robert konsep diri juga dipengaruhi oleh situasi dan reaksi dari orang lain dalam lingkungan pekerjaan seseorang.

7. Aspek Konsep Diri

Konsep diri memiliki 3 aspek, yaitu:31 a. Aspek fisik

Aspek ini meliputi penerimaan terhadap bentuk tubuhnya, penampilan, pandangannya mengenai bentuk-bentuk bagian tubuhnya, pandangan orang lain terhadap fisik dan penampilannya, kondisi tubuhnya, perasaan yang sering muncul bila berhadapan dengan orang lain.

b. Aspek psikis

Aspek ini meliputi perasaan tentang keberadaan dirinya, sikap terhadap apa yang ada pada dirinya, kemauan yang sering muncul dari dalam dirinya dan berpikir tentang dirinya, kesadaran untuk meraih prestasi dan perhatiannya terhadap pendidikan

30Robert A. Baron dan Donn Byrne. Psikologi Sosial, Jilid 2 (Jakarta: Erlangga,2003). h.

173

31Muhammad Anas, Psycologi Menuju Aplikasi Pendidikan, ( Jakarta: Pustaka Education), h. 68

c. Aspek Sosial

Aspek ini meliputi perasaan dirinya sebagai anggota masyarakat, hubungannya dengan teman, tanggapan orang lain tentang dirinya, kerjasama dengan orang lain, sikapnya terhadap apa yang dilakukan orang lain terhadap dirinya dan penampilannya di depan umum.

B. Kesiapan Kehidupan Berumah Tangga 1. Pengertian Kesiapan Berumah Tangga

Kesiapan berasal dari kata “siap” yang mendapatkan awalan “ke”

dan akhiran “an”. Menurut Chaplin, kesiapan didefenisikan sebagai keadaan siap siaga untuk merekasi atau menghadapi stimulus. Chaplin juga menambahkan bahwa kesiapan adalah tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan suatu hal.32

Sedangkan menurut Corsini, kesiapan adalah berkembang atau mempersiapakan diri dalam belajar dan memperoleh beberapa tugas perkembangan atau keahlian khusus berdasarkan perkembangan fisik, sosial, dan intelektual.33

32J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Penerj. Kartini Kartono), (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), h. 419

33Corsini, The Dictionary of Psychology, (London: Macmillan), h. 512

Rumah tangga adalah sekelompok orang yang terdiri dari suami,

Rumah tangga adalah sekelompok orang yang terdiri dari suami,

Dokumen terkait