• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek-aspek Pengembangan Kepedulian Sosial

BAB II. Kepedulian Sosial Remaja Usia SMA dan Upaya Pengembangannya

C. Pengembangan Kepedulian Sosial Remaja Usia SMA

2. Aspek-aspek Pengembangan Kepedulian Sosial

Kesadaran diri mempengaruhi semua aspek kehidupan. Melalui kesadaran diri, seseorang akan mampu mengelola emosional diri sendiri untuk kebahagiaan, kesehatan, keluarga, pekerjaan, persahabatan, karir, uang, kesejahteraan, dan mengelola hubungan dengan setiap orang yang berada di luar inti kehidupan.

Orang-orang yang sangat sadar diri terhadap realitas kehidupan selalu menjadi sangat cerdas untuk mengidentifikasi, mengenali, dan mengendalikan emosi mereka sendiri serta mengenali dan merespons dengan tepat terhadap emosi orang lain. Mereka sangat peduli untuk mengembangkan nilai-nilai pribadi atas dasar etika, moralitas, dan integritas. Mereka selalu membangun dan mengelola dirinya melalui standar kehidupan yang tidak berbenturan dengan realitas sosial di sekitar mereka.

Mereka sangat mencintai kehidupan dan kemanusiaan. Oleh karena itu, nilai-nilai pribadi (personal core values) mereka selalu mengacu kepada kebersatuan dalam keragaman dan perbedaan melalui perilaku toleransi dan kemanusiaan yang sangat tinggi.

Menurut Komensky dalam Doni Koesuma (2007: 368), “anak didik semestinya diajarkan seluruh keutamaan tanpa mengecualikannya. Ini adalah prinsip dasar pendidikan karakter, sebab sekolah merupakan sebuah lembaga yang dapat menjaga kehidupan nilai-nilai sebuah masyarakat.” Oleh karena itu, bukan sembarang cara bertindak, pola perilaku yang diajarkan di dalam sekolah, melainkan nilai-nilai yang semakin membawa proses membudaya dan manusialah yang boleh masuk di dalam penanaman nilai di sekolah.

Ada beberapa kriteria nilai yang bisa menjadi bagian dalam kerangka pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah. Nilai-nilai ini diambil sebagai garis besarnya saja, sifatnya terbuka, masih bisa ditambahkan nilai-nilai lain yang relevan dengan situasi kelembagaan pendidikan tempat setiap individu bekerja (Doni Koesoema, 2007: 205). Nilai-nilai itu antara lain nilai keutamaan, nilai kerja dan nilai kemanusiaan. Secara lebih lengkap dapat dijelaskan seperti di bawah ini :

1) Nilai Keutamaan

Manusia memiliki keutamaan kalau ia menghayati dan melaksanakan tindakan-tindakan yang utama, yang membawa kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain. Dalam konteks Yunani kuno, misalnya, nilai keutamaan ini tampil dalam

kekuatan fisik dan moral. Kekuatan fisik disini berarti ekselensi, kekuatan, keuletan dan kemurahan hati. Sementara, kekuatan moral berarti berani mengambil resiko atas pilihan hidup, konsisten dan setia.

Sejarah pendidikan di negeri ini, sejak zaman kolonial, menempatkan nilai keutamaan, seperti kesatuan dalam hidup bersama sebagai sebuah bangsa sebagai nilai utama yang diperjuangkan. Para pahlawan bangsa dan pendiri bangsa ini lebih mengutamakan nilai-nilai yang berguna bagi kepentingan bangsa daripada kepentingan kelompoknya sendiri. Bahkan, kalu perlu mengorbankan dirinya demi kemerdekaan bangsa. Itulah sebabnya, nilai-nilai seperti kepahlawanan, jiwa pengorbanan, mementingkan kesatuan bangsa daripada kepentingan kelompok, merupakan nilai keutamaan yang memiliki akar tradisi sejarah yang kuat dalam perjalanan bangsa kita.

2) Nilai Kerja

Jika ingin berbuat adil, manusia harus bekerja. Penghargaan atas nilai kerja inilah yang menentukan kualitas diri seorang individu. Menjadi manusia utama adalah menjadi manusia yang bekerja. Untuk itu butuh kesabaran, ketekunan dan jerih payah. Jika lembaga pendidikan kita tidak menanamkan nilai kerja ini, individu yang terlibat di dalamnya tidak akan dapat mengembangkan karakter dengan baik. Bangsa kita adalah sebuah bangsa yang bekerja keras. Dinamika masyarakat kita yang sebagian besar adalah petani membuktikan adanya etos kerja itu.

3) Nilai-nilai kemanusiaan

Apa yang membuat manusia sungguh-sungguh manusiawi itu merupakan bagian dari keprihatinan setiap orang. Menghayati nilai-nilai kemanusiaan mengandaikan sikap keterbukaan terhadap kebudayaan lain, termasuk di sini kultur agama dan keyakinan yang berbeda. Yang menjadi nilai bukanlah kepentingan kelompokku sendiri, melainkan kepentingan yang menjadi kepentingan setiap orang, seperti keadilan, persamaan di depan hukum, kebbeasan, dll. Nilai-nilai kemanusiaan ini menjadi sangat relevan diterapkan dalam pendidikan karakter karena masyarakat kita telah menjadi masyarakat global.

b. Aspek Kehendak

Kehendak merupakan kekuatan yang ada dalam diri seseorang untuk menggerakkannya melakukan sesuatu sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini benar. Sagala (2013: 132-133) merumuskan kehendak sebagai kekuatan dari dalam diri untuk memilih dan merealisasikan suatu tujuan yang merupakan pilihan antara berbagai tujuan yang bertentangan. Dalam kepedulian sosial, kehendak juga berkerja sebagai penggerak yang berperan mengaktifkan keinginan-keinginan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan hasil yang ingin diperoleh dari aspek kesadaran.

Setiap manusia diciptakan dengan kehendak bebasnya masing-masing. Kehendak bebas berfungsi agar manusia dapat memilih apa akan dilakukan untuk kehidupannya. Kehendak ini tidak pernah dapat lepas dari pikiran atau otak manusia untuk mencapai suatu tujuan. Otak yang mengatur seluruh tubuh itu juga

membutuhkan hati atau perasaan untuk mengatur tepat atau tidaknya hal yang akan dilakukan.

Kehendak yang dikolaborasi dengan kemampuan otak dan bekerjasama dengan perasaan (suara hati) akan membantu manusia untuk menentukan jalan mana yang akan diambil, pilihan hidup seperti apa yang akan ditempuh. Begitu juga dengan kepedulian sosial. Dengan kehendak yang menuntun otak dan berkolaborasi dengan hati untuk kearah peduli terhadap kehidupan sosial, maka seseorang itu dapat menjadi seorang yang berkepedulian sosial tinggi.

c. Aspek Keterlibatan

Keterlibatan adalah sikap dan tindakan seseorang sebagai wujud kepedulian untuk ikut ambil bagian terhadap situasi tertentu. Dalam keterlibatannya seseorang hadir dan memberikan sumbangsih baik tenaga maupun pikiran. Keterlibatan sosial adalah sikap dan tindakan seseorang sebagai wujud kepedulian untuk ikut ambil bagian terhadap situasi sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Adapun contoh keterlibatan sosial yang ada misalnya keterlibatan kaum muda kristiani di lingkungan Gereja dan di lingkungan masyarakat tempat tinggalnya. Keterlibatan di lingkungan Gereja seperti keikutsertaan dalam kor lingkungan, pendalaman iman, lektor, retret, kemping Rohani, dll. Adapun keterlibatan di lingkungan masyarakat tempat tinggalnya seperti terlibat dalam membangun suatu tatanan sosial yang ada di lingkungan masyarakat, misalnya ikut terlibat dalam kegiatan pembangunan desa, dengan melibatkan diri menjadi seorang aktivis, yang akan memperjuangkan hak dan

kewajiban masyarakat demi terciptanya tatanan masyarakat sosial yang lebih baik, ikut kegiatan kerja bakti di lingkungan masyarakat tempat tinggal, dll.

Dengan ikut terlibat secara aktif dalam kegiatan yang ada di lingkungannya kaum muda dapat menumbuhkan rasa kesadaran yang tinggi tentang keanekaragaman masyarakat yang majemuk, sehingga kaum muda kristiani dapat menghargai dan menghormati perbedaan agama dalam masyarakat yang majemuk. Kita mengetahui bahwa di dalam masyarakat majemuk tidak ada satu sistem sosial untuk semua dan juga tidak ada satu agama saja. Dengan demikian kaum muda dapat menyadari pentingnya keterlibatan mereka di lingkungan sosial dalam mengatasi permasalahan

Dokumen terkait