• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Daya Saing Daerah

Dalam dokumen PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG (Halaman 35-38)

1. APM SD/MI APM SMP/MTs

2.1.3. Aspek Daya Saing Daerah

Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa. Sejalan dengan paradigma baru di era globalisasi, iptek menjadi factor yang memberikan kontribusi signifikan dalam peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Implikasi paradigma ini adalah terjadinya proses transisi perekonomian dunia yang semula berbasiskan pada sumber daya alam menjadi perekonomian yang berbasiskan pengetahuan (Knowledge Base Economy/KBE). Pada KBE, kekuatan bangsa diukur dari kemampuan iptek sebagai faktor primer ekonomi menggantikan modal, lahan dan energi untuk peningkatan daya saing.

Salah satu cara untuk meningkatkan daya saing adalah dengan memperkuat sistem inovasi daerah (SIDa). Sistem ini diharapkan akan mampu membangkitkan kreatifitas dan inovasi yang diperlukan, agar produk-produk Kabupaten Sintang dapat bersaing secara langsung dengan produk daerah/Negara lain, baik di pasar domestik maupun internasional.

SIDa adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan institusi pemerintah, pemerintah daerah, lembaga pendidikan penunjang inovasi, dunia usaha dan masyarakat di daerah.

Bagi suatu daerah, kemampuan inovasi merupakan faktor daya saing yang sangat penting, terutama dalam menghadapi beberapa kecenderungan sebagai berikut :

1. Tekanan per saingan global yang terus meningkat;

2. Produk semakin kompleks dan memiliki siklus hidup yang semakin pendek karena cepatnya kemajuan teknologi dan perubahan tuntutan konsumen; dan

3. Perubahan persaingan pasar yang semakin cepat dan kompleks.

Peningkatan daya ungkit (leverage) peran iptek yang sesuai dan spesifik bagi daerah, serta meningkatkan kemampuan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam mengakses dan memanfaatkan iptek (dalam arti luas) dan hasil litbangyasa serta mengembangkannya. Hal ini sesuai dengan Nawa Cita nomor 6 yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional dan nomor 7 yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik salah satunya penciptaan Sistem Inovasi Nasional (SINAS) termasuk Sistem Inovasi Daerah (SIDA).

2.1.3.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Komponen PDRB menurut penggunaan meliputi konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), perubahan stok, serta ekspor dan impor.

Pertumbuhan PDRB menurut penggunaan yang tertinggi adalah pembentukan modal tetap bruto sebesar 9,82 persen, kemudian konsumsi pemerintah dengan pertumbuhan sebesar 4,65 persen disusul oleh konsumsi rumah tangga sebesar 3,56 persen.

Pada tahun 2014, komponen konsumsi rumah tangga merupakan komponen penyumbang terbesar terhadap PDRB Kabupaten Sintang. Konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 56,04 persen, disusul PMTB sebesar 39,08 persen dan konsumsi pemerintah sebesar 13,44 persen.

Tabel 2.21

Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Kabupaten Sintang Tahun 2011 – 2014 (Persen)

No. Komponen Pengeluaran 2011 2012 2013 2014

1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga 55,58 56,34 56,14 56,04 2. Pengeluaran konsumsi LNPRT 1,13 1,09 1,16 1,11 3. Pengeluaran konsumsi pemerintah 13,96 13,14 12,89 13,44 4. Pembentukan modal tetap bruto 38,56 40,15 38,51 39,08

5. Perubahan inventori 2,95 0,92 1,28 1,01

6. Ekspor luar negeri 25,61 29,50 31,37 29,74 7. Impor luar negeri 37,78 41,14 41,36 40,44

PDRB 100 100 100 100

Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2015

2.1.3.2. Fokus Fasilitas Wilayah atau Infrastruktur

Pada tahun 2014 panjang jalan di wilayah Kabupaten Sintang sepanjang 4.508,01 Kilometer, dimana permukaan jalan 15,88 persen jalan beraspal, 3,33 persen jalan kerikil, 90,47 persen jalan tanah dan 0,32 persen lainnya. Ditinjau dari kondisinya 13,91 persen baik, 30,65 persen sedang, 26,27 persen rusak dan 29,19 persen rusak berat.

Sesuai perkembangan teknologi dan pembangunan perekonomian yang semakin mantap, peranan jasa angkutan darat yang ditujang dengan kondisi dan jenis permukaan jalan yang baik perlu lebih ditingkatkan sehingga mobilitas penduduk dan perdagangan antar daerah dapat berjalan dengan lancar.

Akhir tahun 2014, jumlah penambahan kendaraan bermotor yang tercatat pada Polres Sintang sebanyak 11.837 unit dengan jumlah terbesar sepeda motor

sebanyak 11.204 unit atau 94,65 persen. Hal ini cukup beralasan mengingat masih kurangnya sarana transportasi umum, disamping itu juga sepeda motor banyak digunakan oleh sebagian warga untuk berbagai keperluan.

Jumlah pesawat dan penumpang angkutan udara pada tahun 2014 baik yang berangkat maupun yang datang melalui Bandar Udara Sosilo Sintang mengalami peningkatan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini disebabkan adanya trayek angkutan penumpang komersil dari Sintang ke Pontianak dan ke Kabupaten lainnya.

Bandar Udara Susilo Sintang yang melayani penumpang domestik pada tahun 2014 jumlah kedatangan penumpang mencapai 31.716 orang meningkat dari tahun 2013 sebanyak 18.584 penumpang, sedangkan dari keberangkatan pada tahun 2014 mencapai 32.078 penumpang meningkat dari tahun 2013 sebanyak 13.347 penumpang.

2.1.3.3. Fokus Iklim Berinvestasi

Kegiatan penanaman modal (investasi) adalah kegiatan sentral dalam perekonomian, karena dapat mempengaruhi produksi nasional maupun regional dan diharapkan juga terjadi penambahan lapangan pekerjaan dalam rangka mengatasi masalah pengangguran. Pada tahun 2014 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Kabupaten Sintang hanya berada di kategori Perkebunan yang nilai investasinya turun 32,24 persen dibandingkan tahun 2013. Sedangkan total Penanaman Modal Asing (PMA) mengalami peningkatan dibandingkatan tahun sebelumnya. Tahun 2014 realisasi PMA mengalami peningkatan sebesar 40,69 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Pertumbuhan kategori jasa keuangan dan asuransi di Kabupaten Sintang tumbuh baik tiap tahunnya, dimana pada tahun 2014 mencapai 12,85 persen yang salah satunya dikarenakan dengan bertambahnya fasilitas perbankan di Sintang. Selain bank, lembaga keuangan non bank, credit union (cu) dan pengadaian juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian Kabupaten Sintang.

Dalam proses kegiatan ekonomi, investasi merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan. Hal ini karena investasi berkaitan erat dengan kegiatan menanamkan uang dengan harapan mendapatkan keuntungan atau peningkatan kapasitas sistem produksi pada masa yang akan datang.

Tabel 2.22

Nilai Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) Kabupaten Sintang Tahun 2011 – 2014 (Juta Rupiah)

Tahun Investasi Atas Dasar Harga Berlaku Investasi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 2010 2.264.808,25 2.264.808,25 2011 2.589.778,60 2.430.660,29 2012 2.993.943,89 2.607.808,50 2013 3.234.361,49 2.623.320,46 2014 3.632.983,19 2.881.047,86

Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2015

Nilai investasi yang ditanamkan di Kabupaten Sintang selama periode 2010-2014 atas dasar harga berlaku pada tahun 2010 tercatat 2.264.808,25 juta rupiah dan meningkat menjadi 3.632.983,19 juta rupiah pada tahun 2014.

2.2. EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2015 DAN REALISASI RPJMD

Dalam dokumen PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG (Halaman 35-38)

Dokumen terkait