• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

Dalam dokumen PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG (Halaman 44-47)

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

Sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan yang mengarah pada desentralisasi, maka proses pembangunan di daerah hendaknya disesuaikan dengan potensi, kondisi dan kemampuan masing-masing daerah, disamping tidak terlepas dari kondisi makro ekonomi nasional dan dinamika ekonomi internasional. Potensi, kondisi dan kemampuan ekonomi regional/daerah untuk perencanaan pembangunan dapat dipetakan melalui analisis kondisi makro ekonomi dan proyeksinya dimasa datang. Telaah/analisis terhadap aspek makro ekonomi dapat menunjukkan seberapa jauh keberhasilan pembangunan ekonomi disuatu daerah. Beberapa indikator yang digunakan dalam analisis antara lain pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik dari sisi produksi maupun pengeluaran, struktur ekonomi daerah dan perkembangan nilai investasinya. Disamping itu untuk mengetahui kondisi stabilitas perekonomian daerah digunakan perkembangan laju inflasi.

3.1.1. Kondisi Makro Perekonomian Daerah

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sintang dalam empat tahun terakhr ini cenderung fluktuatif. Pada tahun 2014, capaian pertumbuhan ekonomi sebesar 5,36%, meningkat dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 4,79%. Namun sedikit menurun dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai 5,60% dan menurun cukup tajam dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 6,47%. Meskipun menurun dari tahun 2013, namun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sintang tahun 2014 ternyata tetap tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat (5,02%) dan pertumbuhan ekonomi nasional (5,32%).

Pertumbuhan ekonomi tertinggi dihasilkan oleh kategori Informasi dan Komunikasi sebesar 13,39%, kategori Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 12,85%, disusul kategori Konstruksi sebesar 11,61%.

3.1.2. Struktur Perekonomian

Struktur perekonomian Kabupaten di Sintang pada tahun 2014 belum mengalami perubahan. Sektor ekonomi/lapangan usaha yang masih mendominasi perekonomian Kabupaten Sintang yaitu kategori Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan; kategori Perdagangan Besar dan Eceran; kategori Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Konstruksi; serta kategori Industri Pengolahan.

3.1.3. PDRB Per Kapita

PDRB per kapita Kabupaten Sintang pada tahun 2014 sebesar Rp. 23,8 juta yang berarti rata-rata pendapatan satu orang penduduk Kabupaten Sintang selama setahun adalah sebesar Rp. 23,8 juta atau sebesar Rp. 1,98 juta per bulan. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, PDRB per kapita tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar Rp. 2,0 juta atau 9,17 persen. Peningkatan ini mengindikasikan keberhasilan daerah dalam meningkatkan PDRB dan mengendalikan laju pertumbuhan penduduk.

3.1.4. Inflasi

Laju inflasi yang menggambarkan besarnya perubahan harga yang dapat ditunjukkan oleh indeks harga implisit PDRB. Laju inflasi (indeks harga produsen) Kabupaten Sintang tahun 2014 relatif terkendali disekitar angka 6,85%, lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi nasional. Artinya, secara relatif daya beli masyarakat Kabupaten Sintang lebih terjaga yang mengindikasikan bahwa peningkatan PDRB per kapita dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3.1.5. Perbandingan dengan Provinsi Kalimantan Barat

Berdasarkan indeks Location Quotient (LQ) Kabupaten Sintang terhadap Provinsi Kalimantan Barat, sektor-sektor yang memiliki indeks LQ lebih dari 1 (satu) yaitu kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; kategori Pertambangan dan Penggalian; kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; kategori Informasi dan Komunikasi; kategori Jasa Pendidikan; serta kategori Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Hal ini berarti bahwa ke tujuh kategori tersebut merupakan sektor-sektor yang diharapkan dapat menjadi tumpuan/spesialisasi untuk dikembangkan sehingga mampu meningkatkan perekonomian Kabupaten Sintang.

Tabel 3.1

PDRB dan Nilai LQ Kabupaten Sintang serta PDRB Kalimantan Barat Tahun 2014 Atas Dasar Harga Konstan 2010 (Juta Rupiah)

No. Lapangan Usaha PDRB Kab

Sintang PDRB Kalbar LQ

1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2.103.381,3 24.952.391,3 1,21 2. Pertambangan dan Penggalian 532.288,0 4.584.158,6 1,66 3. Industri Pengolahan 741.727,2 18.045.671,8 0,59 4. Pengadaan Listrik dan Gas 1.360,7 88.430,7 0,22 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan

Daur Ulang

4.737,3 154.583,5 0,44 6. Konstruksi 800.393,5 11.693.728,3 0,98 7. Perdangan Besar dan Eceran: Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

1.334.608,1 16.183.223,2 1,18 8. Transportasi dan Pergudangan 145.464,6 4.491.791,7 0,46 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 177.005,2 2.447.718,0 1,03 10. Informasi dan Komunikasi 374.016,9 4.410.223,3 1,21 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 185.378,6 3.873.428,5 0,68 12. Real Estat 209.297,1 3.236.600,7 0,92 13. Jasa Perusahaan 33.309,8 515.235,2 0,92 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib

240.561,1 5.039.058,7 0,68 15. Jasa Pendidikan 371.598,5 4.661.973,4 1,14 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 175.125,8 1.559.912,3 1,61 17. Jasa Lainnya 57.011,5 1.153.899,4 0,71

TOTAL PDRB 7.487.265,3 107.092.028,6

Sumber : Penyusunan dan Pengolahan Data Neraca Wilayah Kabupaten Sintang Tahun 2015 3.1.6. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2017

Pada dasarnya, tantangan dan prospek perekonomian Kabupaten Sintang tidak lepas dari kondisi faktor internal dan eksternal baik pada level nasional maupun internasional. Dalam konteks sistem perekonomian terbuka, dimana Indonesia termasuk negara yang menganut dan aktif dalam globalisasi, kinerja makro ekonomi nasional dan daerah cukup rentan dengan gejolak eksternal. Namun signifikan tidaknya efek dari gejolak eksternal tersebut tergantung pada karakteristik ekonomi dan kekuatan faktor internal daerah Kabupaten Sintang.

3.1.6.1. Tantangan

Diperkirakan perekonomian Kabupaten Sintang masih akan dihadapkan pada sejumlah tantangan akibat pengaruh dari dinamika internal maupun lingkungan perekonomian global yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Beragam tantangan dimaksud perlu disikapi secara arif dan komprehensif serta langkah-langkah yang lebih nyata. Tantangan dimaksud antara lain masih mencakup:

1) Menurunkan angka kemiskinan; 2) Menurunkan angka pengangguran;

3) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan mengembangkan sektor-sektor ekonomi potensi lokal dan strategis;

4) Meningkatkan pemerataan pembangunan ekonomi antar wilayah; 5) Meningkatkan iklim investasi yang lebih kondusif dan konstruktif; 6) Menyediakan infrastruktur yang memadai dan berkualitas;

7) Meningkatkan daya saing produk dan sumber daya manusia agar dapat bersaing di pasar global; dan

8) Meningkatkan peran pemerintah, lembaga pendidikan, dunia usaha, dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan ekonomi.

3.1.6.2. Prospek Perekonomian Daerah

Adanya situasi keterbatasan keuangan daerah dalam pembiayaan pembangunan daerah berimplikasi luas terhadap perekonomian daerah. Berkaitan dengan kondisi yang digambarkan diatas serta mendasarkan pada kondisi perekonomian tahun 2016 dan perkiraan tahun 2017 serta tantangan yang dihadapi pada masa mendatang maka usaha-usaha yang harus dilakukan dalam pemantapan ekonomi daerah adalah:

1) Menyediakan infrastruktur perekonomian yang memadai dan berkualitas untuk menunjang pertumbuhan dan distribusi ekonomi daerah;

2) Meningkatkan kualitas pelayanan perizinan usaha;

3) Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di sektor ekonomi lokal dan strategis; dan

4) Meningkatkan aksesibilitas dan sinergitas antara masyarakat dunia usaha dan lembaga pendidikan dengan pemerintah daerah.

Dalam dokumen PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG (Halaman 44-47)

Dokumen terkait