• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

“Peningkatan Ekonomi Kerakyatan

Melalui Optimalisasi Pembangunan

Infrastruktur Dasar, Sumber Daya

Manusia Dan Tata Kelola

Pemerintahan

Yang Baik”

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN SINTANG

(2)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR GRAFIK ... Halaman i ii iv v BAB I PENDAHULUAN ... I - 1 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. Latar Belakang ... Dasar Hukum ... Hubungan Antar Dokumen ... Sistematika Dokumen RKPD ... Maksud dan Tujuan ...

I I I I I - - - - - 1 3 5 7 7

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2015 DAN

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN ….. II - 1

2.1. 2.2. 2.3.

Gambaran Umum Kondisi Daerah ... Evaluasi Pelaksanaan RKPD Tahun 2015 dan Realisasi RPJMD ... Permasalahan Pembangunan Daerah ...

II II II - - - 1 24 28

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN

KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH ………. III - 1

3.1.

3.2. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah ... Arah Kebijakan Keuangan Daerah ... III III - - 1 4

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

TAHUN 2017 ……… IV - 1

4.1.

4.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan ... Prioritas Pembangunan ... IV IV - - 1 18

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH .. V - 1

BAB VI PENUTUP ... VI - 1 LAMPIRAN

(3)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1. Luas Wilayah, Jumlah Desa di Kabupaten Sintang ... II - 1 2.2. Penduduk Kabupaten Sintang Menurut Jenis Kelamin ... II - 3 2.3. Kepadatan Penduduk Kabupaten Sintang ... II - 4 2.4. Laju Pertumbuhan Riil PDRB Menurut Lapangan Usaha Di

Kabupaten Sintang Tahun 2011 – 2014 (Persen) ………. II - 5 2.5. PDRB Kabupaten Sintang ADHK 2010 Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2011 – 2014 (Juta Rupiah) ... II - 6 2.6. PDRB Kabupaten Sintang ADHB Menurut Lapangan Usaha Tahun

2011 – 2014 (Juta Rupiah) ... II - 7 2.7. Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sintang Tahun

2011 – 2014 (Persen) ... II - 8 2.8. PDRB dan Peranan Sektoral dalam Perekonomian Kabupaten

Sintang Tahun 2014 ADHB ... II - 9 2.9. Nilai Inflasi Rata-Rata Kabupaten Sintang Tahun 2010 – 2014 ... II - 11 2.10. PDRB Per Kapita Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sintang

Tahun 2011 – 2014 (Juta Rupiah) ... II - 12 2.11. Statistik IPM Kabupaten Sintang ... II - 13 2.12. Banyaknya Sekolah Dasar (SD), Guru dan Murid Tahun 2014/2015 .. II - 14 2.13. Banyaknya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Guru dan

Murid Tahun 2014/2015 ... II - 15 2.14. Banyaknya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), Guru dan Murid

Tahun 2014/2015 ... II - 15 2.15. Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2011 – 2015 Kabupaten

Sintang ... II - 16 2.16. Perkembangan APM, AMH dan Rata-rata Lama Sekolah Tahun 2011

– 2015 Kabupaten Sintang ……… II - 16 2.17. Perkembangan Angka Partisipasi Kasar Tahun 2011 – 2015

Kabupaten Sintang ……….. II - 17 2.18. Banyaknya Tenaga Kesehatan di Kabupaten Sintang Tahun 2014 ... II - 18 2.19. Statistik Kesehatan Kabupaten Sintang Tahun 2013 – 2014 ... II - 19 2.20. Statistik Ketenagakerjaan Kabupaten Sintang Tahun 2014 ... II - 20 2.21. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga

Berlaku Menurut Pengeluaran Kabupaten Sintang Tahun 2011 –

2014 (Persen) ... II - 22 2.22. Nilai Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) Kabupaten

Sintang Tahun 2011-2014 (Juta Rupiah) ... II - 24 2.23. Realisasi Belanja Langsung Tahun Anggaran 2015 Per SKPD ... II - 24 2.24. Sasaran RPJMD Kabupaten Sintang Tahun 2016 – 2021 ………... II - 26 2.25. Realisasi Tahun 2014 RPJMD Kabupaten Sintang Tahun 2011 – 2015 II - 27 3.1. PDRB dan Nilai LQ Kabupaten Sintang serta PDRB Kalimantan Barat

Tahun 2014 Atas Dasar Harga Konstan 2010 (Juta Rupiah) ……….. III - 3 3.2. Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah Tahun 2011 – 2017 ….. III - 6

(4)

3.3. Kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD Tahun 2011 – 2017 ………. III - 6 3.4. Kontribusi Retribusi Daerah terhadap PAD Tahun 2011 – 2017 ………. III - 7 3.5. Kontribusi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

terhadap PAD Tahun 2011 – 2017 ……….. III - 7 3.6. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah terhadap PAD Tahun

2011 – 2017 ... III - 8 3.7. Kontribusi Dana Perimbangan terhadap Pendapatan Daerah Tahun

2011 – 2017 ………...…………. III - 8 3.8. Kontribusi Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak terhadap

Dana Perimbangan Tahun 2011 – 2017 ……… III - 9 3.9. Kontribusi Dana Alokasi Umum terhadap Dana Perimbangan Tahun

2011 – 2017 ……… III - 9 3.10. Kontribusi Dana Alokasi Khusus terhadap Dana Perimbangan Tahun

2011 – 2017 ………... III - 10 3.11. Kontribusi Lain-lain Pendapatan Yang Sah terhadap Pendapatan

Daerah Tahun 2011 – 2017 ……….. III - 10 3.12. Kontribusi Bagi Hasil Pajak Provinsi terhadap Lain-lain Pendapatan

Yang Sah Tahun 2011 – 2017 ……….. III - 11 3.13. Kontribusi Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus terhadap

Lain-lain Pendapatan Yang Sah Tahun 2011 – 2017 ……… III - 11 3.14. Realisasi, Target dan Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten

Sintang Tahun 2013 – 2017 ……….. III - 12 3.15. Realisasi, Target dan Proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Sintang

Tahun 2013 – 2017 ……… III - 13 3.16. Realisasi, Target dan Proyeksi Pembiayaan Daerah Kabupaten

Sintang Tahun 2013 – 2017 ……….. III - 14 4.1. Program Prioritas Pembangunan Daerah ... IV - 4 4.2. Prime Over (Penggerak Utama) Pembangunan Daerah Kabupaten

Sintang Tahun 2016 – 2021 ………... IV - 11

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.1. Hubungan Keterkaitan Antara RKPD dengan Dokumen Perencanaan

dan Penganggaran Lainnya ... I - 6 1.2. Bagan Alir Tahapan dan Tatacara Penyusunan RKPD …………... I - 8

(6)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

2.1. Penduduk Kabupaten Sintang Menurut Golongan Umur dan Jenis

Kelamin Tahun 2014 ... II - 4 2.2. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sintang ... II - 13 2.3. Persentase Penduduk Usia Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun

2014 ……… II - 20

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyelenggaraan otonomi daerah berdasarkan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disamping itu, dalam efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antar daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dalam rangka menjalankan amanat penyelenggaraan otonomi, Pemerintah Daerah dibekali dengan pedoman perencanaan pembangunan nasional melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai bagian intergral yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan daerah, yang mengamanatkan bahwa Pemerintah Daerah berkewajiban menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah, mulai dari perencanaan jangka panjang untuk kurun waktu 20 tahun yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), perencanaan jangka menengah untuk kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan perencanaan tahunan yaitu Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Pada pasal 5 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dijelaskan bahwa Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan penyusunannya mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

(8)

Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah. Sebagai dokumen rencana tahunan daerah, RKPD mempunyai kedudukan yang strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah mengingat beberapa hal sebagai berikut:

1. RKPD merupakan dokumen yang secara substansial merupakan penerjemahan dan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah yang ditetapkan dalam RPJMD kedalam program dan kegiatan pembangunan tahunan daerah. 2. RKPD memuat arahan operasional pelaksanaan program dan kegiatan

pembangunan tahunan bagi seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD). 3. RKPD merupakan acuan Kepala Daerah dan DPRD dalam menentukan Kebijakan Umum APBD dan penentuan prioritas serta pagu anggaran sementara yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

4. RKPD merupakan salah satu instrumen evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah. Melalui evaluasi terhadap pelaksanaan RKPD ini dapat diketahui sampai sejauh mana capaian kinerja RPJMD sebagai wujud dari kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah hingga tahun berkenaan.

Mengingat posisi strategis dokumen RKPD dalam penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka perhatian yang besar pantas diberikan sejak awal tahapan penyusunan hingga penetapan dokumen RKPD sehingga dapat dihasilkan dokumen RKPD yang berkualitas. Berkualitas dalam hal ini adalah telah memenuhi kriteria sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, antara lain: 1. Disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan RKPD tahun sebelumnya.

2. Program prioritas dalam RKPD harus sesuai dengan program prioritas sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJMD pada tahun berkenaan. 3. Program dan kegiatan prioritas dalam RKPD harus konsisten dengan program

dan kegiatan yang disepakati oleh seluruh pemangku kepentingan dalam forum Musrenbang.

4. Program dan kegiatan prioritas dalam RKPD harus dilengkapi dengan indikator kinerja hasil (outcome) untuk program dan indikator kinerja keluaran (output) untuk kegiatan, yang bersifat realistis dan terukur.

(9)

5. Program dan kegiatan dalam RKPD harus dilengkapi dengan pendanaan yang menunjukkan prakiraan maju.

RKPD Kabupaten Sintang Tahun 2017 merupakan pelaksanaan tahun keduabelas dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2006-2025. Bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), RKPD merupakan Pedoman bagi SKPD untuk menyempurnakan Rencana Kerja SKPD (Renja-SKPD) dan untuk menyusun RKA SKPD Tahun 2017.

Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor 3 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Sintang Tahun 2011–2015 sudah habis masa berlakunya pada tahun 2015 bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan Bupati dan Wakil Bupati Sintang periode tahun 2011-2015 dan pada saat ini dokumen rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Sintang Tahun 2016-2021 sudah selesai dan tahap selanjutnya masih menunggu penetapan Peraturan Daerah tentang RPJMD Daerah Kabupaten Sintang Tahun 2016-2021.

RKPD yang telah ditetapkan digunakan sebagai landasan penyusunan KUA dan PPAS dalam rangka penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabuap

RKPD yang telah ditetapkan dengan peraturan kepala daerah digunakan sebagai bahan evaluasi rancangan Peraturan Daerah tentang APBD guna memastikan APBD telah disusun berlandaskan RKPD.

1.2 Dasar Hukum

Penyusunan RKPD Kabupaten Sintang Tahun 2017 didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 352) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

(10)

Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);

12. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017;

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

(11)

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);

16. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 8 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2008-2013;

17. Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Sintang Tahun 2006-2025;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Susunan Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sintang;

1.3 Hubungan Antar Dokumen

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berangkat dan disusun dari sebuah proses penjabaran atas visi, misi dan program Kepala Daerah. RPJMD berperan sebagai acuan dasar dalam menentukan arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah yang pada intinya memuat mengenai arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program SKPD, lintas SKPD dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Sebagai suatu produk perencanaan, RKPD tidak dapat dipisahkan keberadaannya dengan dokumen perencanaan dan penganggaran lainnya. RKPD ini terintegrasi dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen perencanaan lainnya baik di tingkat nasional maupun daerah, terutama dengan dokumen perencanaan dan penganggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Adapun dokumen perencanaan dan penganggaran tersebut meliputi (1) RPJPD, (2) RPJMD, (3) Renstra-SKPD, (4) RKPD dan (5) Renja-SKPD. Semua dokumen perencanaan sebagaimana dimaksud di atas, dari sisi waktu mencakup 3 kerangka waktu, yaitu rencana jangka panjang (20 tahun), rencana jangka menengah (5 tahun) dan rencana jangka pendek (1 tahun). Secara substansi, keberadaan RKPD dengan dokumen perencanaan tersebut membentuk keterkaitan yang bersifat hierarkis, yaitu dokumen dengan jangka waktu yang lebih panjang menjadi rujukan bagi dokumen dengan jangka waktu yang lebih pendek. Secara diagramatis keterkaitan hubungan

(12)

RKPD dengan dokumen perencanaan dan penganggaran lainnya tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.2. berikut :

UU No. 25/2004 ttg Sistem UU No. 17/2003 ttg Perencanaan Pembangunan Keuangan Negara Nasional

Gambar 1.1

Hubungan Keterkaitan Antara RKPD dengan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Lainnya

Mengacu pada Gambar 1.1 dapat diketahui bahwa secara rinci hubungan RKPD dengan dokumen perencanaan dan penganggaran lainnya, adalah sebagai berikut :

 RKPD disusun dengan memperhatikan pokok-pokok arah kebijakan dalam RKP Nasional melalui mekanisme Musrenbang;

 RKPD disusun dengan berpedoman pada RPJM Daerah yang didalamnya memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah;

 RKPD menjadi pedoman bagi penyusunan Renja SKPD yang disusun dengan tugas pokok dan fungsi dari tiap SKPD;

 RKPD nantinya dijabarkan ke dalam RAPBD dengan berpedoman juga kepada Renja SKPD. Rincian APBN RKA K/L Renja K/L Renja K/L APBN RAPBN RKP RPJM Nasional RPJP Nasional APBD RAPBD RKPD RPJMD Kab/Kota RPJM Provinsi Rincian APBN RKA SKPD Renja SKPD Renstra SKPD Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman Dijabarkan Dijabarkan Diacu

Diacu Diperhaatikan Diserasikan melalui Musrenbang

P ed om an Di ac u P ed om an Di ac u P em er in ta h P u sa t P em er in ta h Da er ah

(13)

1.4 Sistematika Dokumen RKPD

Sistematika Penyusunan Dokumen RKPD Kabupaten Sintang Tahun 2017 adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum

1.3. Hubungan Antar Dokumen 1.4. Sistematika Dokumen RKPD 1.5. Maksud dan Tujuan

BAB 2 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN

KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.2. Evaluasi Pelaksanaan RKPD Tahun 2015 dan Realisasi RPJMD 2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB 3 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN

KEUANGAN DAERAH

3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah

BAB 4 PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2017

4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan 4.2. Prioritas Pembangunan

BAB 5 RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 6 PENUTUP

1.5 Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan RKPD adalah untuk memberikan arah pembangunan Kabupaten Sintang dan sinergitas program dan kegiatan di daerah, baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Sintang maupun yang dilaksanakan bersama-sama masyarakat.

(14)

Tujuan Penyusunan RKPD Kabupaten Sintang Tahun 2017 adalah :

1. Pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Sintang dalam penyusunan KUA dan PPAS Tahun 2017;

2. Kerangka acuan dalam penyusunan RAPBD Tahun 2017; 3. Pedoman bagi SKPD untuk menyusun Renja-SKPD; dan

4. Alat untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.

Gambar 1.2

Bagan Alir Tahapan dan Tatacara Penyusunan RKPD

Persiapan Penyusunan RKPD Pengolahan Data & Informasi Telaahan Kebijakan Nasional Perumusan Permasalahan Pembangunan Daerah Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah Analisis Ekonomi & Keuda Evaluasi Kinerja RKPD Tahun Lalu Perumusan prioritas & sasaran pembangunan berserta pagu Perumusan Kerangka Ekonomi & Kebijakan Keuda Perumusan Program Prioritas Daerah Berserta pagu indikatif Penyelarasan Rencana Program Prioritas Daerah Berserta pagu Indikatif Forum Konsultasi Publik RPJMD Dokumen RKPD tahun berjalan Pokok-pokok Pikiran DPRD Kabupaten SE Penyusunan Renja-SKPD Penyusunan Rancangan Renja-SKPD Kabupaten BA Musrenbang Kecamatan Rancangan Awal RKPD Musrenbang RKPD Kabupaten Penetapan PERBUP Tentang RKPD Penyusunan KUA & PPAS

Penyusunan APBD Rancangan Akhir RKPD Rancangan RKPD VERIFIKASI

(15)

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2015 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi

Analisis pada aspek geografi di Kabupaten Sintang perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik lokasi dan wilayah. Sedangkan gambaran kondisi demografi, antara lain mencakup perubahan penduduk, komposisi dan populasi masyarakat secara keseluruhan atau kelompok waktu tertentu di Kabupaten Sintang.

2.1.1.1 Aspek Geografis

Gambaran umum pada aspek geografis akan menjelaskan tentang luas dan batas wilayah administrasi, letak dan kondisi geografis, topografi di Kabupaten Sintang.

a. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Kabupaten Sintang memiliki luas wilayah 21.635 km² dan merupakan Kabupaten yang memiliki luas wilayah terbesar ketiga di Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis Kabupaten Sintang di bagian Utara berbatasan dengan Serawak, Malaysia Timur, dan Kabupaten Kapuas Hulu. Bagian Selatan berbatasan dengan Kalimantan Tengah dan Kabupaten Melawi serta Kabupaten Ketapang. Untuk bagian Timur berbatasan dengan Kalimantan Tengah dan Kabupaten Kapuas Hulu dan pada bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Ketapang, Sanggau dan Sekadau. Secara administrasi Kabupaten Sintang terbagi atas 14 Kecamatan, secara rinci luas masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Luas Wilayah, Jumlah Desa di Kabupaten Sintang

No. Kecamatan Jumlah Desa Luas Area (Km²) Persentase (%)

1. Serawai 38 2.127,50 9,84 2. Ambalau 33 6.386,40 29,52 3. Kayan Hulu 31 937,50 4,33 4. Sepauk 40 1.825,70 8,44 5. Tempunak 26 1.027,00 4,75 6. Sungai Tebelian 26 526,50 2,43 7. Sintang 13 277,05 1,28 8. Dedai 31 694,10 3,21 9. Kayan Hilir 43 1.136,70 5,25

(16)

No. Kecamatan Jumlah Desa Luas Area (Km²) Persentase (%) 10. Kelam Permai 17 523,80 2,42 11. Binjai Hulu 11 307,65 1,42 12. Ketungau Hilir 24 1.544,50 7,14 13. Ketungau Tengah 29 2.182,40 10,09 14 Ketungau Hulu 29 2.138,20 9,88 TOTAL 391 21.635,00 100

Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2015

b. Letak dan Kondisi Geografis

Kabupaten Sintang terletak dibagian timur Provinsi Kalimantan Barat atau diantara 1o05’ Lintang Utara dan 0o46’ Lintang Selatan serta 110o50’ sampai 113o20’ Bujur Timur. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah Kabupaten Sintang dilalui oleh garis Khatulistiwa. Di sebelah utara, wilayah Kabupaten Sintang berbatasan dengan Kabupaten Kapuas Hulu dan Malaysia Timur (Serawak), di sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Melawi dan Kabupaten Ketapang, di sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Melawi dan Kabupaten Kapuas Hulu dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sanggau, Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau. Wilayah Kabupaten Sintang merupakan daerah perbukitan dengan luas sekitar 13.573,75 Km² atau sekitar 62,74 persen dari luas Kabupaten Sintang (21.635 Km²). Sebagai daerah yang berhutan tropis dan memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi, Sintang memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Intensitas curah hujan di daerah ini sebesar 262,38 milimeter perbulan dengan rata-rata hari hujan sebanyak 20 hari perbulan, tantangan berat dari kondisi topografi ini adalah bagaimana meningkatkan upaya-upaya pemanfaatan lahan hendaknya disinkronisasikan antara komoditas yang akan ditanam dengan kondisi lahan agar ekosistemnya terjaga dan produktivitasnya optimal. Kabupaten Sintang dilalui oleh dua sungai besar, yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Terdapat empat gunung yang cukup tinggi, yaitu Gunung Batu Raya (tinggi 2.278 m) di Kecamatan Serawai, Gunung Batu Maherabut (tinggi 1.270 m), Gunung Batu Baluran (tinggi 1.556 m), dan Gunung Batu Sambung (tinggi 1.770 m) di Kecamatan Ambalau.

c. Topografi

Kabupaten Sintang dilalui oleh 2 sungai besar yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Melawi, serta dua sungai kecil yaitu Sungai Ketungau yang merupakan anak dari Sungai Kapuas dan Sungai Kayan yang merupakan anak dari Sungai Melawi. Sungai Kapuas melalui Kecamatan Ketungau Hilir, Kelam Permai, Binjai Hulu, Sintang, Tempunak sampai ke Sepauk. Sedangkan Sungai Melawi melalui Kecamatan

(17)

Ambalau, Serawai, Dedai sampai ke Sintang, Sungai Kayan melalui Kecamatan Kayan Hulu sampai ke Kayan Hilir, sedangkan Sungai Ketungau melalui Kecamatan Ketungau Hulu, Ketungau Tengah sampai ke Ketungau Hilir.

Dilihat dari tekstur tanahnya, sebagian besar daerah Kabupaten Sintang terdiri dari tanah latasol meliputi areal seluas 1,02 juta hektar atau sekitar 46,99 persen dari luas daerah yaitu 2,16 juta, selanjutnya tanah podsolit sekitar 0,93 juta hektar atau 42,89 persen yang terhampar hampir di seluruh kecamatan sedangkan jenis tanah yang paling sedikit ditemui di Kabupaten Sintang yaitu jenis tanah organosol hanya sekitar 0,05 juta hektar atau sebesar 2,08 persen.

Kabupaten Sintang memiliki potensi alam yang dapat dijadikan objek wisata, potensi alam tersebut berupa air terjun sebanyak 19 air terjun yang tersebar di 5 Kecamatan, yaitu Sepauk, Kayan Hulu, Ambalau, Ketungau Tengah dan Ketungau Hulu. Kabupaten Sintang juga memiliki 4 gunung yang terdapat di Kecamatan Serawai dan Kecamatan Ambalau.

2.1.1.2. Aspek Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Sintang berdasarkan Kabupaten Sintang Dalam Angka (KDA 2015) pada tahun 2014 sebanyak 390.796 jiwa atau rata-rata jumlah penduduk per desa/kelurahan sebanyak 945 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,74 persen selama kurun waktu 2010-2014. Penduduk ini tersebar di empat belas kecamatan, namun persebarannya tidak merata. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Sintang (68.126 jiwa). Secara keseluruhan jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada perempuan (sex ratio 106) dan kondisi ini terdapat di semua kecamatan.

Tabel 2.2

Penduduk Kabupaten Sintang Menurut Jenis Kelamin

No. Kecamatan Laki-Laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah (jiwa)

1. Serawai 11.775 11.201 22.976 2. Ambalau 6.843 6.474 13.317 3. Kayan Hulu 11.490 11.356 22.846 4. Sepauk 25.764 23.914 49.678 5. Tempunak 14.847 13.551 28.398 6. Sungai Tebelian 15.987 14.730 30.717 7. Sintang 34.567 33.559 68.126 8. Dedai 14.947 14.034 28.981 9. Kayan Hilir 13.298 12.243 25.541 10. Kelam Permai 8.226 7.769 15.995 11. Binjai Hulu 6.318 5.878 12.196 12. Ketungau Hilir 11.214 10.460 21.674

(18)

No. Kecamatan Laki-Laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah (jiwa)

13. Ketungau Tengah 15.133 14.131 29.264

14 Ketungau Hulu 11.012 10.075 21.087

Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2015

Grafik. 2.1

Penduduk Kabupaten Sintang Menurut Golongan Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2014

Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2015

Kabupaten Sintang dapat dikategorikan pada berpenduduk jarang karena kepadatan penduduknya baru mencapai 19 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Sintang (246 jiwa/km2) dan terendah berada di kecamatan Ambalau (3 jiwa/km2).

Tabel 2.3

Kepadatan Penduduk Kabupaten Sintang

No. Kecamatan Luas Area

(Km²) Desa Penduduk Kepadatan Penduduk Per Km² Desa Per 1. Serawai 2.127,50 38 22.976 11 605 2. Ambalau 6.386,40 33 13.317 3 404 3. Kayan Hulu 937,50 31 22.846 25 737 4. Sepauk 1.825,70 40 49.678 28 1.242 5. Tempunak 1.027,00 26 28.398 28 1.093 6. Sungai Tebelian 526,50 26 30.717 59 1.182 7. Sintang 277,05 29 68.126 246 2.350 8. Dedai 694,10 31 28.981 42 935 - 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75 + Perempuan Laki-Laki

(19)

No. Kecamatan Luas Area (Km²) Desa Penduduk Kepadatan Penduduk Per Km² Desa Per 9. Kayan Hilir 1.136,70 43 25.541 23 594 10. Kelam Permai 523,80 17 15.995 31 941 11. Binjai Hulu 307,65 11 12.196 40 1.109 12. Ketungau Hilir 1.544,50 24 21.674 15 904 13. Ketungau Tengah 2.182,40 29 29.264 14 1.010 14 Ketungau Hulu 2.138,20 29 21.087 10 728

Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2015

2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Aspek kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan akhir dari penyelenggaraan pembangunan daerah yang merupakan upaya menciptakan kondisi kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Aspek kesejahteraan masyarakat meliputi (1) aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi; (2) aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan sosial dan; (3) aspek kesejahteraan fokus pada daya saing daerah. Kinerja masing-masing aspek kesejahteraan masyarakat sampai dengan tahun 2014 adalah sebagai berikut:

2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dapat dilihat dari indikator-indikator pertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian, laju inflasi, PDRB per kapita adalah sebagai berikut :

a. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sintang dalam empat tahun terakhir cenderung mengalami kenaikan dari sekitar 4,79% pada tahun 2011 menjadi 5,6% pada tahun 2012 dan kemudian meningkat menjadi 6,47% pada tahun 2013 kemudian turun pada tahun 2014 menjadi 5,36%.

Tabel 2.4

Laju Pertumbuhan Riil PDRB Menurut Lapangan Usaha Di Kabupaten Sintang Tahun 2011 - 2014 (Persen)

No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014**)

1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1,35 2,63 5,19 3,07 2. Pertambangan dan Penggalian 6,84 9 5,6 4,76 3. Industri Pengolahan 4,78 4,06 3,57 2,58 4. Pengadaan Listrik dan Gas 4,34 10,88 2,07 6,22 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 2,79 2,45 2,56 3,59

(20)

No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014**)

7. Perdangan Besar dan Eceran:

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7,72 3,42 6,81 5,3 8. Transportasi dan Pergudangan 9,51 8,93 8,21 4,55 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 5,94 5,25 5,07 5,19

10. Informasi dan Komunikasi 11,85 11,89 12,35 13,39 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 4,97 14,99 13,64 12,85

12. Real Estat 6,67 6,74 6,85 6,55

13. Jasa Perusahaan 6,92 7,66 7,16 3,9

14. Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

-9,65 7,57 2,83 2,84

15. Jasa Pendidikan 7,09 7,27 5,27 2,54

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,42 5,54 5,72 7,11

17. Jasa Lainnya 5,87 6,52 2,74 5,35

PDRB 4,79 5,60 6,47 5,36

Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2015

*) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sintang pada tahun 2013 bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat yaitu 6,08% dan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 5,76%. Meskipun menurun dari tahun 2013, namun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sintang tahun 2014 ternyata tetap lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat yaitu 5,02% dan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 5,32%. Besaran angka pertumbuhan ekonomi ini dapat dihitung dengan memanfaatkan data perkembangan PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2010.

Tabel 2.5

PDRB Kabupaten Sintang ADHK 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 - 2014 (Juta Rupiah)

No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014**)

1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.890.277,9 1.939.972,6 2.040.677,0 2.103.381,3 2. Pertambangan dan Penggalian 441.455,8 481.175,0 508.115,8 532.288,0 3. Industri Pengolahan 670.940,1 698.196,5 723.089,3 741.727,2 4. Pengadaan Listrik dan Gas 1.131,9 1.255,0 1.281,0 1.360,7 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang

4.352,1 4.458,9 4.573,1 4.737,3 6. Konstruksi 578.236,9 643.250,5 717.130,7 800.393,5 7. Perdangan Besar dan Eceran:

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1.147.389,2 1.186.593,0 1.267.428,1 1.334.608,1 8. Transportasi dan Pergudangan 118.035,4 128.580,4 139.131,1 145.464,6 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

152.149,5 160.141,9 168.264,7 177.005,2 10. Informasi dan Komunikasi 262.406,8 293.609,5 329.856,4 374.016,9

(21)

No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014**)

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 125.706,3 144.549,0 164.269,4 185.378,6 12. Real Estat 172.221,1 183.837,1 196.433,5 209.297,1 13. Jasa Perusahaan 27.790,9 29.918,5 32.060,1 33.309,8 14. Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

211.473,3 227.476,2 233.908,4 240.561,1 15. Jasa Pendidikan 320.898,1 344.235,8 362.386,8 371.598,5 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 146.531,6 154.653,2 163.494,1 175.125,8 17. Jasa Lainnya 49.450,1 52.676,1 54.117,3 57.011,5

TOTAL 6.320.448,2 6.674.579,2 7.106.216,7 7.487.265,3

Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2015

*) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

PDRB memang menjadi salah satu indicator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk menghitung besaran pertumbuhan ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi.

Tabel 2.6

PDRB Kabupaten Sintang ADHB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 - 2014 (Juta Rupiah)

No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014**)

1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2.018.244,4 2.112.674,8 2.301.443,2 2.413.968,4 2. Pertambangan dan Penggalian 478.380,2 586.010,7 667.112,7 750.585,7 3. Industri Pengolahan 696.225,1 787.830,4 884.634,3 932.663,3 4. Pengadaan Listrik dan Gas 1.049,0 1.043,7 1.040,0 1.197,8 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang

4.407,0 4.580,4 4.747,9 5.160,2 6. Konstruksi 636.624,3 773.701,5 940.191,6 1.124.493,4 7. Perdangan Besar dan Eceran:

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1.212.790,9 1.291.056,8 1.447.296,1 1.635.895,7 8. Transportasi dan Pergudangan 124.911,6 145.155,6 169.083,3 189.171,8 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

161.830,9 178.901,5 197.901,1 220.106,0 10. Informasi dan Komunikasi 278.390,7 312.886,5 352.827,5 404.569,3 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 130.731,7 156.426,0 185.149,8 215.793,6 12. Real Estat 183.803,9 205.796,3 239.494,2 265.939,1

(22)

No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014**)

13. Jasa Perusahaan 29.245,7 33.365,6 37.781,2 41.555,1 14. Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

215.734,6 265.751,9 303.107,9 347.716,7 15. Jasa Pendidikan 337.033,6 373.283,0 412.798,8 457.858,8 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 154.536,9 171.438,8 191.480,1 219.504,7 17. Jasa Lainnya 52.534,1 56.933,6 62.100,4 69.367,8

TOTAL 6.716.474,6 7.456.837,1 8.398.190,4 9.295.547,4

Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2015

*) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Dalam empat tahun terakhir, dimana kontribusi kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan cenderung menurun dan sebaliknya kontribusi kategori Pertambangan dan Penggalian, kategori Konstruksi, kategori Transportasi dan Pergudangan dan kategori Jasa Keuangan dan asuransi cenderung mengalami kenaikan. Sebagai contoh, kontribusi kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan menurun dari sekitar 30,05% pada tahun 2011 menjadi hanya 25,97% pada tahun 2014, sebaliknya kontribusi kategori Pertambangan dan Penggalian, serta kategori Konstruksi meningkat masing-masing dari sekitar 7,12 dan 9,48% pada tahun 2011 menjadi masing-masing sekitar 8,07% dan 12,10% pada tahun 2014.

Tabel 2.7

Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sintang Tahun 2011 - 2014 (Persen)

No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014**)

1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 30,05 28,33 27,40 25,97 2. Pertambangan dan Penggalian 7,12 7,86 7,94 8,07 3. Industri Pengolahan 10,37 10,57 10,53 10,03 4. Pengadaan Listrik dan Gas 0,02 0,01 0,01 0,01 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang

0,07 0,06 0,06 0,06

6. Konstruksi 9,48 10,38 11,20 12,10

7. Perdangan Besar dan Eceran: Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

18,06 17,31 17,23 17,60 8. Transportasi dan Pergudangan 1,86 1,95 2,01 2,04 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

2,41 2,40 2,36 2,37 10. Informasi dan Komunikasi 4,14 4,20 4,20 4,35 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 1,95 2,10 2,20 2,32

12. Real Estat 2,74 2,76 2,76 2,86

13. Jasa Perusahaan 0,44 0,45 0,45 0,45

14. Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

3,21 3,56 3,56 3,74

(23)

No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014**)

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,30 2,30 2,30 2,36

17. Jasa Lainnya 0,78 0,76 0,76 0,75

TOTAL 100 100 100 100

Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2015

*) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Berdasarkan studi empiris di berbagai Negara diketahui bahwa semakin maju perekonomian suatu daerah maka kontribusi kategori pertanian terhadap PDRB akan menurun dan sebaliknya kontribusi kategori non pertanian seperti sektor industri, pertambangan, jasa dan lain-lain akan meningkat. Namun perkembangan kontribusi sektor Industri Pengolahan di Kabupaten Sintang justru menurun. Jika pada tahun 2011 sektor Industri Pengolahan masih menyumbang sekitar 10,37%, maka pada tahun 2014 kontribusi sektor ini menurun menjadi hanya sebesar 10,03%.

b. Struktur Perekonomian

Kemampuan suatu daerah dalam menyediakan barang dan jasa yang diperlukan bagi peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya, tidak terlepas dari peranan sektor-sektor dalam perekonomian yang bersangkutan. Sebaliknya peranan antara sektor yang satu dengan sektor yang lainnya saling berkaitan. Ada sektor yang memiliki kekuatan untuk mendorong sektor-sektor lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga sektor lain tersebut mengalami pertumbuhan yang pesat, yang pada akhirnya mengakibatkan dampak yang berlipat ganda terhadap perekonomian daerah yang lebih luas. Di samping itu ada pula sektor yang bersifat melayani (pendistribusian) terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor lainnya.

Tabel 2.8

PDRB dan Peranan Sektoral dalam Perekonomian Kabupaten Sintang Tahun 2014 ADHB

No. Lapangan Usaha (Jutaan PDRB *

Rupiah)

Peranan Sektoral

(%)

1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2.413.968,4 25,97 2. Pertambangan dan Penggalian 750.585,7 8,07

3. Industri Pengolahan 932.663,3 10,03

4. Pengadaan Listrik dan Gas 1.197,8 0,01

5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah

(24)

No. Lapangan Usaha (Jutaan PDRB * Rupiah) Peranan Sektoral (%) 6. Konstruksi 1.124.493,4 12,10

7. Perdangan Besar dan Eceran: Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 1.635.895,7 17,60 8. Transportasi dan Pergudangan 189.171,8 2,04 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 220.106,0 2,37 10. Informasi dan Komunikasi 404.569,3 4,35 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 215.793,6 2,32

12. Real Estat 265.939,1 2,86

13. Jasa Perusahaan 41.555,1 0,45

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 347.716,7 3,74

15. Jasa Pendidikan 457.858,8 4,93

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 219.504,7 2,36

17. Jasa Lainnya 69.367,8 0,75

TOTAL 9.295.547,4 100

Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2015

*) Angka Sementara

Tabel diatas tersebut memperlihatkan bahwa kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan mendominasi perekonomian Kabupaten Sintang yakni 25,97%. Sektor perekonomian dominan berikutnya di Kabupaten Sintang adalah kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor serta kategori Konstruksi.

Dilihat dari dominannya peranan sektoral dalam pembentukan PDRB, maka struktur perekonomian Kabupaten Sintang terdiri dari: Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Konstruksi; serta industri Pengolahan.

c. Laju Inflasi

Inflasi menjadi salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu daerah, karena dapat menggambarkan naik turunnya harga. Keadaan ekonomi yang makin stabil ditunjukkan oleh perkembangan laju inflasi yang kecil. Suatu daerah dikatakan memiliki kondisi ekonomi yang lebih stabil jika tingkat inflasinya lebih rendah dibandingkan daerah lain dalam suatu kurun waktu tertentu.

Laju inflasi yang menggambarkan besarnya perubahan harga yang terjadi pada produsen dapat ditunjukkan oleh harga implisit PDRB. Laju inflasi Kabupaten Sintang relatif terkendali di sekitar angka 6,78% dan lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional tahun 2013 yang mencapai 8,38%, juga jauh lebih rendah dari laju inflasi Kota Pontianak tahun 2013 yang mencapai 9,48%. Artinya secara relatif daya

(25)

beli masyarakat Kabupaten Sintang lebih terjaga yang mengindikasikan bahwa peningkatan PDRB Perkapita dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Untuk lebih jelas inflasi Kabupaten Sintang selama 5 tahun belakang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.9

Nilai Inflasi Rata-Rata Kabupaten Sintang Tahun 2010 – 2014

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014* Rata-Rata

Laju Inflasi 6,84 6,80 6,48 6,97 6,85 6,78

Sumber : PDRB Kabupaten Sintang 2015

Tabel di atas menunjukkan bahwa laju inflasi (indeks harga produsen) Kabupaten Sintang tahun 2014 relatif terkendali di sekitar angka 6,85% lebih rendah dibandingkan dengan nasional yang mencapai 6,97%.

d. PDRB per Kapita

Untuk mengukur tingkat kemakmuran masyarakat, salah satu indikator yang digunakan adalah PDRB per kapita, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dibagi penduduk pertengahan tahun. Pada tahun 2014 PDRB per kapita Kabupaten Sintang adalah sebesar Rp. 23,8 juta yang berarti rata-rata pendapatan satu orang penduduk Kabupaten Sintang selama setahun adalah sebesar Rp. 23,8 juta atau sebesar Rp. 1,98 juta per bulan. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, angka PDRB per kapita meningkat sebesar Rp. 2,0 juta atau 9,17 persen.

Untuk lebih meningkatkan pendapatan per kapita, maka laju pertumbuhan ekonomi harus ditingkatkan dan sebaliknya laju pertumbuhan penduduk perlu untuk dikendalikan. Karena pada dasarnya laju pertumbuhan penduduk yang cepat akan berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi terutama sekali terhadap perkembangan pendapatan regional.

(26)

Tabel 2.10

PDRB Per Kapita Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sintang Tahun 2010 – 2014 (Juta Rupiah)

No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014**)

1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 5,42 5,58 5,98 6,18 2. Pertambangan dan Penggalian 1,28 1,55 1,73 1,92 3. Industri Pengolahan 1,87 2,08 2,30 2,39 4. Pengadaan Listrik dan Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang

0,01 0,01 0,01 0,01

6. Konstruksi 1,71 2,04 2,44 2,88

7. Perdangan Besar dan Eceran: Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

3,26 3,41 3,76 4,19 8. Transportasi dan Pergudangan 0,34 0,38 0,44 0,48 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

0,43 0,47 0,51 0,56 10. Informasi dan Komunikasi 0,75 0,83 0,92 1,04 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,35 0,41 0,48 0,55

12. Real Estat 0,49 0,54 0,62 0,68

13. Jasa Perusahaan 0,08 0,09 0,10 0,11

14. Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

0,58 0,70 0,79 0,89

15. Jasa Pendidikan 0,91 0,99 1,07 1,17

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,42 0,45 0,50 0,56

17. Jasa Lainnya 0,14 0,15 0,16 0,18

TOTAL 18,0 19,7 21,8 23,8

Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2015

*) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

2.1.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

Pembangunan pada fokus kesejahteraan sosial meliputi pembangunan yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat antara lain pendidikan, kesehatan dan angkatan kerja. Kondisi pembangunan pada fokus kesejahteraan sosial sampai dengan tahun 2014 pada masing-masing indikator adalah:

a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu indeks komposit yang menghitung rata-rata pencapaian 3 dimensi dasar dalam pembangunan manusia yaitu: kesehatan, pendidikan dan standar hidup layak. Pada tahun 2014, digunakan metode baru dalam penghitungan IPM dimana indikator Angka Melek Huruf pada periode lama diganti dengan Angka Harapan Lama Sekolah dan PDB per kapita diganti dengan PNB per kapita.

Pencapaian IPM tertinggi pada tahun 2014 adalah Kota Pontianak dengan IPM sebesar 76,63, sedangkan angka IPM terendah terjadi di Kabupaten Kayong Utara dengan IPM sebesar 58,52.

(27)

Sementara itu, tingkat pencapaian IPM Provinsi Kalimantan Barat sebesar 64,89, sedangkan IPM Kabupaten Sintang sedikit di bawah IPM Kalimantan Barat yaitu sebesar 63,19. Secara peringkat provinsi, Kabupaten Sintang menempati urutan ke 8 dari 14 Kabupaten/Kota.

Grafik 2.2

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sintang

Sumber : IPM Kabupaten Sintang

Tabel 2.11

Statistik IPM Kabupaten Sintang

Uraian 2014

Angka Harapan Hidup (tahun) 70,95

Angka Rata-rata lama sekolah (persen) 6,63

Angka Harapan lama sekolah (tahun) 10,25

Pengeluaran Per Kapita (Ribu Rupiah) 8.059

Garis Kemiskinan (Rp)* 358.693

Penduduk Miskin (%)* 10,09

Sumber : IPM Kabupaten Sintang

*) Data tahun 2013

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pembudayaan yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tapi juga dengan maksud memajukan serta

59,91 60,8 61,66 62,64 63,19 58 59 60 61 62 63 64 2010 2011 2012 2013 2014 IPM

(28)

mengembangkan kebudayaan menuju kearah keluhuran hidup kemanusiaan. Pendidikan yang memadai akan menghasilkan sumber daya manusia yang unggul yang kemudian mampu bersaing di era globalisasi dan mampu bersikap kritis dalam perkembangan jaman ini.

Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai tentunya akan menjadi salah satu faktor penunjang terciptanya sumber daya manusia yang mumpuni. Jumlah sekolah dasar (SD) di Kabupaten Sintang pada tahun 2014/2015 adalah sebanyak 421 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 60.485 siswa dan 3.848 guru. Rasio murid terhadap guru untuk jenjang SD adalah sebesar 15,72 yang artinya 1 guru mendampingi 15-16 murid.

Tabel 2.12

Banyaknya Sekolah Dasar (SD), Guru dan Murid Tahun 2014/2015

No. Kecamatan Sekolah Guru Murid Murid Rasio

1. Serawai 26 240 3.959 16,50 2. Ambalau 29 167 2.808 16,81 3. Kayan Hulu 33 182 4.144 22,77 4. Sepauk 45 254 7.158 28,18 5. Tempunak 27 250 4.242 16,97 6. Sei. Tebelian 27 295 4.088 13,86 7. Sintang 35 689 8.859 12,86 8. Dedai 28 390 3.906 10,02 9. Kayan Hilir 34 333 3.987 11,97 10. Kelam Permai 16 161 2.398 14,89 11. Binjai Hulu 11 126 1.636 12,98 12. Ketungau Hilir 40 290 3.792 13,08 13. Ketungau Tengah 39 239 5.620 23,51 14. Ketungau Hulu 31 232 3.888 16,76 TOTAL 421 3.848 60.485 15,72

Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2015

Untuk sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) di Kabupaten Sintang pada tahun 2014/2015 adalah sebanyak 121 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 21.026 siswa dan 1.300 guru. Rasio murid terhadap guru untuk jenjang SLTP adalah sebesar 16,17 yang artinya 1 guru mendampingi 16-17 murid.

(29)

Tabel 2.13

Banyaknya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Guru dan Murid Tahun 2014/2015

No. Kecamatan Sekolah Guru Murid Murid Rasio

1. Serawai 7 67 1.182 18,46 2. Ambalau 4 29 727 23.64 3. Kayan Hulu 8 67 903 12,35 4. Sepauk 15 134 2.123 16,67 5. Tempunak 12 100 1.510 16,89 6. Sei. Tebelian 8 95 1.554 24,75 7. Sintang 20 335 5.677 17,24 8. Dedai 6 91 1.346 19,86 9. Kayan Hilir 8 72 1.141 15,90 10. Kelam Permai 6 67 975 15,89 11. Binjai Hulu 3 33 571 17,00 12. Ketungau Hilir 9 64 1.017 15,44 13. Ketungau Tengah 9 82 1.274 16,11 14. Ketungau Hulu 6 64 1.026 19,27 TOTAL 121 1.300 21.026 16,17

Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2015

Pada sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) jumlah sekolah pada tahun 2014/2015 adalah sebanyak 42 sekolah dengan jumlah guru sebanyak 536 guru dan jumlah murud sebanyak 12.902 siswa. Rasio murid terhadap guru yaitu 24,07.

Tabel 2.14

Banyaknya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), Guru dan Murid Tahun 2014/2015

No. Kecamatan Sekolah Guru Murid Murid Rasio

1. Serawai 2 16 438 27,40 2. Ambalau 1 9 290 18,22 3. Kayan Hulu 1 14 253 16,71 4. Sepauk 4 41 719 18,21 5. Tempunak 2 9 122 9,89 6. Sei. Tebelian 4 120 2.485 15,50 7. Sintang 15 206 5.827 32,70 8. Dedai 3 15 219 9,22 9. Kayan Hilir 2 11 396 21,54 10. Kelam Permai 2 34 663 24,87 11. Binjai Hulu 1 12 213 16,08 12. Ketungau Hilir 1 6 155 23,33 13. Ketungau Tengah 3 27 734 16,68 14. Ketungau Hulu 1 16 388 20,87 TOTAL 42 536 12.902 24,07

(30)

Masih seperti tahun sebelumnya, di Kabupaten Sintang terdapat 6 (enam) Perguruan Tinggi, yaitu Universitas Kapuas, Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP), Akademi Perawat (AKPER), Sekolah Tinggi Theologi Khatulistiwa (STTK), Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’arif (STAIMA), dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Kapuas Raya.

Angka Melek Huruf (AMH) merupakan salah satu unsur yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan pendidikan di dunia termasuk Kabupaten Sintang.

Tabel 2.15

Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2011 – 2015 Kabupaten Sintang

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1. Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis (jiwa)

215.361 218.479 228.331 231.814 241.216

2. Jumlah penduduk usia 15

tahun keatas (jiwa) 247.876 250.144 258.144 261.429 261.952 3. Angka Melek Huruf (%) 86,88 87,34 88,36 88,67 97,08

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sintang Tahun 2015

Tinggi rendahnya angka rata-rata lama sekolah (RLS) sangat ditentukan oleh angka melek huruf (AMH) dan angka partispasi murni (APM). Semakin tinggi AMH dan APM pada semua jenjang pendidikan, semakin tinggi angka RLS. Oleh karenanya, untuk meningkatkan RLS harus diupayakan menekan serendah mungkin penduduk buta huruf sekaligus menjalankan dengan konsisten program wajib belajar 12 tahun untuk peningkatan APM pada semua jenjang pendidikan, terutama APM SMA dan Perguruan Tinggi.

Tabel 2.16

Perkembangan APM, AMH dan Rata-rata Lama Sekolah Tahun 2011 – 2015 Kabupaten Sintang No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 1. APM SD/MI APM SMP/MTs APM SMA/MA/SMK 92,42 69,30 29,20 105,28 76,64 45,50 95,15 77,40 45,96 99,69 86,55 82,26 96,29 74,40 82,26 2. Angka Melek Huruf (%) 86,88 87,34 88,36 88,67 97,08 3. Rata-rata lama sekolah

(31)

Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan perbandingan antara jumlah siswa usia sekolah (7-12 tahun; 13-15 tahun; dan 16-18 tahun) yang bersekolah di SD/MI; SMP/MTs; dan SMA/SMK/MA dengan jumlah penduduk usia sekolah dan bukan usia sekolah pada periode yang sama.

Tabel 2.17

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar Tahun 2011 – 2015 Kabupaten Sintang

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1 SD/MI

1.1 Jumlah siswa kelompok usia 7-12 tahun yang bersekolah di jenjang pedidikan SD/MI 61.496 60.681 58.921 60.301 58.822 1.2 Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 52.686 49.319 51.670 49.397 47.000 1.3 APK SD/MI 116,72 123,04 114,03 122,07 122,55 2 SMP/MTs

2.1 Jumlah siswa kelompok usia 13-15 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs 18.062 17.055 18.236 24.653 25.560 2.2 Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun 18.781 20.596 20.596 21.465 25.219 2.3 APK SMP/MTs 96,17 82,81 88,54 114,85 101,35 3 SMA/SMK/MA

3.1 Jumlah siswa kelompok usia 16-18 tahun yang bersekolah dijenjang pendidikan SMA/SMK/MA 14.269 10.976 11.666 20.219 20.219 3.2 Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun 25.570 19.667 19.667 20.650 20.650 3.3 APK/SMK/MA 55,80 55,81 59,32 97,91 97,91 c. Kesehatan

Pemerintah selalu memperhatikan dan berupaya meningkatkan derajat atau tingkat kesehatan masyarakat karena unsur kemanusiaan, hal ini dapat dilihat dari adanya pembangunan berbagai fasilitas kesehatan.

Dengan adanya prasarana kesehatan yang memadai maka diharapkan tingkat pelayanan kesehatan dapat lebih baik. Pelayanan kesehatan merupakan

(32)

salah satu kewajiban Negara terhadap rakyatnya. Sebab status kesehatan masyarakat adalah salah satu indikator penting dari seluruh indikator yang ada dan merupakan faktor penting dari produktifitas ekonomi.

Pembangunan di bidang kesehatan saat ini diarahkan pada penyediaan berbagai sarana dan prasarana kesehatan yang meliputi bangunan fisik (Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan dan Poliklinik) serta pengadaan tenaga kesehatan yang terampil.

Pada tahun 2014, tenaga kesehatan yang tersedia di Kabupaten Sintang adalah tenaga medis (62 orang), tenaga perawat dan bidan (792 orang), dan teknisi medis (36 orang).

Tabel 2.18

Banyaknya Tenaga Kesehatan di Kabupaten Sintang Tahun 2014

No. Kecamatan Medis

Perawat dan Bidan

Farmasi Gizi Teknisi

Medis Sanitasi Kesehatan Masyarakat Jumlah 1. Serawai 2 31 2 1 - - - 36 2. Ambalau 1 24 1 - - 2 1 29 3. Kayan Hulu 3 44 2 - - - - 49 4. Sepauk 2 70 2 1 1 1 - 77 5. Tempunak 2 55 2 1 - 1 1 62 6. Sei. Tebelian 2 40 1 1 1 1 - 46 7. Sintang 36 205 19 9 29 13 25 336 8. Dedai 2 67 1 2 - 2 1 75 9. Kayan Hilir 3 51 2 1 1 1 - 59 10. Kelam Permai 3 44 2 2 - 2 - 53 11. Binjai Hulu 2 25 - 1 - - - 28 12. Ketungau Hilir 2 41 1 2 - - 1 47 13. Ketungau Tengah 1 49 1 1 3 - 1 56 14. Ketungau Hulu 1 46 - 1 1 - - 49 TOTAL 62 792 36 23 36 23 30 1.002

Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2015

Berdasarkan realisasi pencapaian peserta KB aktif, pemakaian alat kontrasepsi yang terbanyak adalah jenis suntik sebesar 46,24 persen dan pil KB sebesar 40,61 persen, jenis kontrasepsi ini banyak diminati karena lebih praktis baik dalam akses pelayanan dan proses penggunaan.

Angka harapan hidup Kabupaten Sintang tahun 2014 sebesar 70,95 tahun, yang artinya masyarakat Kabupaten Sintang mempunyai harapan hidup sampai dengan 71 tahun.

(33)

Tabel 2.19

Statistik Kesehatan Kabupaten Sintang Tahun 2013 – 2014 Uraian 2013 2014 Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit 3 3 Balai Pengobatan 14 19 Puskesmas 20 20 Polindes 107 108

Angka Harapan Hidup (tahun) 69,04

Penolong Kelahiran (%)

Dokter 4,50 3,26

Bidan 65,22 66,04

Tenaga Paramedis Lain 3,71 0,41

Dukun 18,37 28,10

Famili/Keluarga 10,20 2,18

Sumber : Susenas 2013 dan Kabupaten Sintang Dalam Angka 2015

d. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia karena menyangkut dimensi ekonomi dan sosial. Salah satu sasaran utama pembangunan adalah terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai agar dapat menyerap tambahan angkat kerja yang memasuki pasar kerja setiap tahun.

Berdasarkan hasil Sakernas tahun 2014, penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) di Kabupaten Sintang yang berjenis kelamin laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Penduduk usia kerja laki-laki di tahun 2014 mencapai 51,64 persen dan sisanya penduduk usia kerja wanita.

(34)

Grafik 2.3

Persentase Penduduk Usia Kerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014

Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2015

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tahun 2014 sebesar 79,04 persen, yang artinya dari 100 penduduk usia kerja yang ada di Kabupaten Sintang terdapat sekitar 79 orang diantaranya yang masuk ke dalam angkatan kerja. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Sintang tahun 2014 sebesar 3,06 persen, yang artinya setiap 100 penduduk usia kerja yang termasuk kelompok angkatan kerja, secara rata-rata terdapat 3 orang yang tidak bekerja.

Tabel 2.20

Statistik Ketenagakerjaan Kabupaten Sintang Tahun 2014 Uraian 2014 Angkatan Kerja (%) Bekerja 96,94 Pengangguran 3,06 TPAK (%) Laki-laki 45,91 Perempuan 33,14 TPT (%) Laki-laki 1,37 Perempuan 1,69

Sumber : Sakernas Kabupaten Sintang 2014

Pertanian Pertambangan Perdagangan Jasa Pendidikan Penyediaan Makan dan Minum

Konstruksi Adm. Pemerintahan Lain-lain 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% Pertanian Pertambang an Perdaganga n Jasa Pendidikan Penyediaan Makan dan Minum Konstruksi Adm. Pemerintah an Lain-lain Lapangan Usaha 67% 13% 6% 2% 2% 2% 1% 7%

(35)

2.1.3. Aspek Daya Saing Daerah

Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa. Sejalan dengan paradigma baru di era globalisasi, iptek menjadi factor yang memberikan kontribusi signifikan dalam peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Implikasi paradigma ini adalah terjadinya proses transisi perekonomian dunia yang semula berbasiskan pada sumber daya alam menjadi perekonomian yang berbasiskan pengetahuan (Knowledge Base Economy/KBE). Pada KBE, kekuatan bangsa diukur dari kemampuan iptek sebagai faktor primer ekonomi menggantikan modal, lahan dan energi untuk peningkatan daya saing.

Salah satu cara untuk meningkatkan daya saing adalah dengan memperkuat sistem inovasi daerah (SIDa). Sistem ini diharapkan akan mampu membangkitkan kreatifitas dan inovasi yang diperlukan, agar produk-produk Kabupaten Sintang dapat bersaing secara langsung dengan produk daerah/Negara lain, baik di pasar domestik maupun internasional.

SIDa adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan institusi pemerintah, pemerintah daerah, lembaga pendidikan penunjang inovasi, dunia usaha dan masyarakat di daerah.

Bagi suatu daerah, kemampuan inovasi merupakan faktor daya saing yang sangat penting, terutama dalam menghadapi beberapa kecenderungan sebagai berikut :

1. Tekanan per saingan global yang terus meningkat;

2. Produk semakin kompleks dan memiliki siklus hidup yang semakin pendek karena cepatnya kemajuan teknologi dan perubahan tuntutan konsumen; dan

3. Perubahan persaingan pasar yang semakin cepat dan kompleks.

Peningkatan daya ungkit (leverage) peran iptek yang sesuai dan spesifik bagi daerah, serta meningkatkan kemampuan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam mengakses dan memanfaatkan iptek (dalam arti luas) dan hasil litbangyasa serta mengembangkannya. Hal ini sesuai dengan Nawa Cita nomor 6 yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional dan nomor 7 yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik salah satunya penciptaan Sistem Inovasi Nasional (SINAS) termasuk Sistem Inovasi Daerah (SIDA).

(36)

2.1.3.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Komponen PDRB menurut penggunaan meliputi konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), perubahan stok, serta ekspor dan impor.

Pertumbuhan PDRB menurut penggunaan yang tertinggi adalah pembentukan modal tetap bruto sebesar 9,82 persen, kemudian konsumsi pemerintah dengan pertumbuhan sebesar 4,65 persen disusul oleh konsumsi rumah tangga sebesar 3,56 persen.

Pada tahun 2014, komponen konsumsi rumah tangga merupakan komponen penyumbang terbesar terhadap PDRB Kabupaten Sintang. Konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 56,04 persen, disusul PMTB sebesar 39,08 persen dan konsumsi pemerintah sebesar 13,44 persen.

Tabel 2.21

Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Kabupaten Sintang Tahun 2011 – 2014 (Persen)

No. Komponen Pengeluaran 2011 2012 2013 2014

1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga 55,58 56,34 56,14 56,04 2. Pengeluaran konsumsi LNPRT 1,13 1,09 1,16 1,11 3. Pengeluaran konsumsi pemerintah 13,96 13,14 12,89 13,44 4. Pembentukan modal tetap bruto 38,56 40,15 38,51 39,08

5. Perubahan inventori 2,95 0,92 1,28 1,01

6. Ekspor luar negeri 25,61 29,50 31,37 29,74 7. Impor luar negeri 37,78 41,14 41,36 40,44

PDRB 100 100 100 100

Sumber : Kabupaten Sintang Dalam Angka 2015

2.1.3.2. Fokus Fasilitas Wilayah atau Infrastruktur

Pada tahun 2014 panjang jalan di wilayah Kabupaten Sintang sepanjang 4.508,01 Kilometer, dimana permukaan jalan 15,88 persen jalan beraspal, 3,33 persen jalan kerikil, 90,47 persen jalan tanah dan 0,32 persen lainnya. Ditinjau dari kondisinya 13,91 persen baik, 30,65 persen sedang, 26,27 persen rusak dan 29,19 persen rusak berat.

Sesuai perkembangan teknologi dan pembangunan perekonomian yang semakin mantap, peranan jasa angkutan darat yang ditujang dengan kondisi dan jenis permukaan jalan yang baik perlu lebih ditingkatkan sehingga mobilitas penduduk dan perdagangan antar daerah dapat berjalan dengan lancar.

Akhir tahun 2014, jumlah penambahan kendaraan bermotor yang tercatat pada Polres Sintang sebanyak 11.837 unit dengan jumlah terbesar sepeda motor

(37)

sebanyak 11.204 unit atau 94,65 persen. Hal ini cukup beralasan mengingat masih kurangnya sarana transportasi umum, disamping itu juga sepeda motor banyak digunakan oleh sebagian warga untuk berbagai keperluan.

Jumlah pesawat dan penumpang angkutan udara pada tahun 2014 baik yang berangkat maupun yang datang melalui Bandar Udara Sosilo Sintang mengalami peningkatan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini disebabkan adanya trayek angkutan penumpang komersil dari Sintang ke Pontianak dan ke Kabupaten lainnya.

Bandar Udara Susilo Sintang yang melayani penumpang domestik pada tahun 2014 jumlah kedatangan penumpang mencapai 31.716 orang meningkat dari tahun 2013 sebanyak 18.584 penumpang, sedangkan dari keberangkatan pada tahun 2014 mencapai 32.078 penumpang meningkat dari tahun 2013 sebanyak 13.347 penumpang.

2.1.3.3. Fokus Iklim Berinvestasi

Kegiatan penanaman modal (investasi) adalah kegiatan sentral dalam perekonomian, karena dapat mempengaruhi produksi nasional maupun regional dan diharapkan juga terjadi penambahan lapangan pekerjaan dalam rangka mengatasi masalah pengangguran. Pada tahun 2014 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Kabupaten Sintang hanya berada di kategori Perkebunan yang nilai investasinya turun 32,24 persen dibandingkan tahun 2013. Sedangkan total Penanaman Modal Asing (PMA) mengalami peningkatan dibandingkatan tahun sebelumnya. Tahun 2014 realisasi PMA mengalami peningkatan sebesar 40,69 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Pertumbuhan kategori jasa keuangan dan asuransi di Kabupaten Sintang tumbuh baik tiap tahunnya, dimana pada tahun 2014 mencapai 12,85 persen yang salah satunya dikarenakan dengan bertambahnya fasilitas perbankan di Sintang. Selain bank, lembaga keuangan non bank, credit union (cu) dan pengadaian juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian Kabupaten Sintang.

Dalam proses kegiatan ekonomi, investasi merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan. Hal ini karena investasi berkaitan erat dengan kegiatan menanamkan uang dengan harapan mendapatkan keuntungan atau peningkatan kapasitas sistem produksi pada masa yang akan datang.

Gambar

Tabel  diatas  tersebut  memperlihatkan  bahwa  kategori  Pertanian,  Kehutanan  dan  Perikanan  mendominasi  perekonomian  Kabupaten  Sintang  yakni  25,97%

Referensi

Dokumen terkait

Kepala DPMPTSP Kota Bandung, Kabid B DPMTPSP Sekretaris DPMPTSP Kota Bandung 2018-2020, Kota Bandung hardcopy √ 5 tahun 62 Rekapitulasi Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan

Scanning Electron Microscope (SEM) merupakan mikroskop elektron yang dapat digunakan untuk mengamati morfologi permukaan dari suatu material dalam skala mikro dan nano.

Dalam rangka pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 Tentang

BHP telah dengan jelas diberikan tugas dalam Pasal 1126 KUHPerdata mengenai kedudukannya sebagai pengurus harta peninggalan yang tidak terurus, dan dengan tegas isi dari

Isnad yaitu mengumpulkan kalimat yang berstatus sebagai musnad (hukum yang disandarkan) pada kalimah lain yang berstatus sebagai musnad ilaih (yang disandari

Di Desa Akesahu Gamsungi Kecamatan Jailolo Timur Kabupaten Halmahera Barat terdapat titik mata air panas, Berdasarkan informasi adanya titik panas bumi tersebut

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 maka kebijaksanaan politik hukum yang ditempuh oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik berkewajiban menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan