• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.1.4 Aspek Daya Saing

Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian suatu

daerah dalam mencapai

pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada

persaingan dengan daerah lainnya yang berdekatan, domestik atau internasional.

Kondisi dan perkembangan Aspek daya saing Kabupaten Karangasem dianalisa dengan

melihat beberapa fokus tentang kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau

infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia.

2.1.4.1

Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

A.

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita ( Angka Konsumsi RT Per

Kapita) dan Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Per Kapita ( Persentase

Konsumsi RT untuk Non Pangan) .

Fokus kemampuan ekonomi daerah adalah kemampuan daerah dalam meningkatkan

pendapatan masyarakatnya.

Tabel 2.3

Rata-Rata Pengeluaran per Kapita Sebulan

Penduduk Kabupaten Karangasem Tahun 2011-2012

Jenis

Pengeluaran

2011

2012

Jumlah

%

Jumlah

%

1

3

2

01. Makanan

247.700,00

54,09

245.939,77

55,01

02.

Non

Makanan

210.207,00

45,91

201.181,22

44,99

Jumlah /Total

457.907,00

100,00

447.120,99

100,00

Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), pengeluaran penduduk Karangasem

tahun 2012 secara rata-rata mencapai Rp 447.120,99 per kapita per bulan atau mengalami

penurunan sebesar 2,36 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan terjadi baik pada

komoditas non makanan (4,29 persen) maupun komoditas makanan (0,71 persen). Seperti

tahun-tahun sebelumnya, porsi konsumsi makanan lebih besar dibandingkan non makanan.

Adapun bila ditinjau lebih dalam maka terlihat bahwa di tahun 2012 ini porsi konsumsi

makanan cenderung mengalami peningkatan. Disisi lain, porsi konsumsi non makanan

mengalami penurunan. Berdasarkan teori yang ada, penurunan pengeluaran perkapita yang

diikuti dengan meningkatnya porsi konsumsi makanan ini mengindikasikan terjadinya

penurunan kesejahteraan penduduk Karangasem.

B.

Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP), yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima

petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persen), merupakan salah satu

indikator yang berguna untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani atau untuk melihat

tingkat kemampuan/ daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukan daya tukar

(termoftrade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk

biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/ daya

beli petani.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada bulan Desember 2012, NTP

Bali mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan bulan Nopember 2012 sebesar 0,11 persen

dari 108,28 menjadi 108,39. Secara umum naiknya NTP ini disebabkan oleh naiknya nilai

indeks yang diterima petani yaitu sebesar 0,55 persen lebih besar dibandingkan dengan

kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,44 persen. Naiknya indeks yang diterima petani

(I t) ini terjadi pada semua subsektor, demikian pula naiknya indeks yang dibayar petani (I b)

terjadi pada semua subsektor. Perbandingan NTP Desember 2012 terhadap Nopember 2012

menunjukkan bahwa subsektor yang mengalami kenaikan NTP adalah Subsektor Hortikultura,

Tanaman Perkebunan Rakyat, dan Peternakan, sedangkan Subsektor Tanaman Pangan dan

Perikanan mengalami penurunan.

2.1.4.2

Fokus Fasilitas Wilayah/ I nfrastruktur

Ketersediaan infrastruktur merupakan salah satu fasilitas yang sangat diperlukan dalam

meningkatkan daya saing daerah. Pada dasarnya sarana dan prasarana wilayah merupakan

elemen pendukung bagi berlangsungnya kehidupan suatu wilayah karena masyarakat yang

tinggal di suatu wilayah akan membutuhkan sarana prasarana untuk melangsungkan kegiatan.

Fasilitas sarana prasarana wilayah di kabupaten Karangasem meliputi jaringan transportasi

darat dan laut yang meliputi prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, jaringan pelayanan lalu

lintas serta angkutan barang; dan jaringan penyeberangan.

Data Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karangasem menunjukkan bahwa pada tahun

2012 terjadi penambahan panjang jalan kabupaten dan jalan desa sepanjang 63.647 km, jalan

provinsi mengalami penambahan sepanjang 15.890 km, sedangkan jalan negara mengalami

pengurangan sepanjang 14.799 km. Secara total terjadi penambahan panjang jalan sepanjang

64.738 km. Dari ruas jalan yang ada, sebesar 99,97 persennya sudah dalam kondisi diaspal.

Hanya 13,8 persen yang mengalami kerusakan berat.

Tabel 2.4

Panjang Jalan Negara, Propinsi dan Kabupaten menurut Kondisi Jalan di

Kabupaten Karangasem

Kondisi

Panjang Jalan ( Km )

Jalan

Kabupaten

dan Jalan

Desa

Jalan

Provinsi

Jalan

Negara

Jumlah

1. JENIS PERMUKAAN

a.Diaspal

770,837

170,22

62,801

1.003,86

b. Tidak Dirinci

-

-

-

-

c.Tanah

0,31

-

-

0,31

d.Kerikil

-

-

-

-

e.Paving

-

-

-

-

f.

Beton

-

-

-

-

2. KONDISI JALAN

a.Baik

379,513

97,82

41,421

518,754

b. Sedang

115,385

41,63

15,88

172,895

c.Rusak

137,42

30,77

5,5

173,69

d.Rusak Berat

138,829

-

-

138,829

Jumlah /Total

771,147

170,22

62,801

1.004,17

2011

707,5

154,33

77,6

939,43

2010

653,415

154,33

77,6

885,345

2009

653,415

154,33

77,6

885,345

2008

648,09

142,8

77,6

868,49

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab.Karangasem

Data Dinas Perhubungan Kabupaten Karangasem mencatat jumlah kunjungan kapal laut

di Pelabuhan Padangbai tahun 2012 sebanyak 7.298 kunjungan. Adapun jumlah penumpang

datang melalui pelabuhan ini, baik dari Pelabuhan Lembar maupun Nusa Penida berjumlah

753.578 orang. Sementara itu volume bongkar dan muat barang di Pelabuhan Padangbai

masing-masing sebesar 882.527 ton dan 1.112.596 ton.

Ketersediaan Air Bersih dan Listrik

Kebutuhan akan air bersih merupakan hal penting yang harus diperhatikan

ketersediaanya.

Besarnya persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih

menunjukkan gambaran tentang kondisi kesehatan suatu daerah. Sumber air bersih

diantaranya adalah air dalam kemasan, air isi ulang, air ledeng, pompa, mata air terlindung dan

sumur terlindung. Dengan melihat sumber air minum ini akan dapat menggambarkan tingkat

kesehatan rumah tangga/ masyarakat suatu daerah.

Seiring meningkatnya jumlah penduduk, maka besarnya pemakaian listrik dan air bersih

pun meningkat. Jumlah pelanggan PDAM Kabupaten Karangasem meningkat sebesar 6,8

persen sedangkan banyak pemakaian air minum meningkat 11,71 persen dibandingkan tahun

sebelumnya. Adapun pada tahun 2012 ini, jumlah desa yang sudah dilayani oleh jaringan PDAM

masih sama seperti tahun sebelumnya, yakni sebanyak 61 desa. Sedangkan 17 desa lainnya

belum dilayani oleh jaringan PDAM.

Data PT.PLN (Persero) Ranting Karangasem menunjukkan bahwa jumlah pelanggan

tahun 2012 meningkat 9,49 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan besarnya

pemakaian listrik mengalami peningkatan sebesar 10,25 persen.

2.1.4.3

Fokus I klim Berinvestasi

Peluang investasi di Kabupaten Karangasem masih sangat terbuka, khususnya potensi

investasi pangan (pertanian dalam arti luas) , Pariwisata, dan industri kecil.

I klim investasi dalam suatu daerah perlu di jaga agar memberikan rasa aman dan

nyaman dalam melakukan usaha. Kondisi yang kondusif (aman dan tertib) suatu wilayah

merupakan salah satu syarat untuk menarik investasi disamping prosedur dan proses perijinan

yang tepat waktu. Menurunnya angka kriminalitas dan jumlah demo serta lebih singkatnya

waktu penyelesaian perijinan diharapkan dapat mendukung iklim investasi di Kabupaten

Karangasem.

2.1.4.4

Fokus Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan daya

saing daerah. I ndikator kualitas sumber daya manusia ditunjukan dengan Angkatan kerja,

karena di dalam kelompok angkatan kerja terdapat kelompok penduduk yang bertindak sebagai

pelaku ekonomi. Semakin besar jumlah tenaga kerja di dalam suatu daerah, semakin besar

penawaran tenaga kerjanya. Apabila hal ini tidak diikuti dengan peningkatan permintaan tenaga

kerja (kesempatan kerja) maka akan jadi pengangguran. Disamping itu, semakin besar jumlah

tenaga kerja maka semakin besar kapasitas penduduk usia kerja untuk menopang penduduk

usia tidak produktif, sehingga nilai rasio ketergantungan akan cenderung menurun, namun ini

memerlukan jumlah kesempatan kerja yang mencukupi.

Dokumen terkait