• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECAMATAN TARUMAJAYA KABUPATEN BEKAS

DAFTAR LAMPIRAN

6. Aspek Finansial

Analisis terhadap aspek finansial dilakukan untuk melihat apakah proyek tersebut mampu memenuhi kewajiban finansial ke dalam dan ke luar perusahaan serta dapat mendatangkan keuntungan yang layak bagi perusahaan atau pemiliknya (Husnan dan Suwarsono, 2000). Dalam aspek finansial ditentukan jumlah dan modal tetap serta modal awal kerja yang dibutuhkan, struktur permodalan, sumber pinjaman yang diharapkan, dan persyaratan serta kemampuan proyek memenuhi kewajiban finansial.

Analisis finansial dilakukan dengan tujuan untuk melihat suatu hasil kegiatan investasi. Analisis finansial merupakan analisis manfaat dan biaya yang berpusat pada hasil dari modal yang ditanamkan dalam proyek dan merupakan penerimaan langsung bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaannya. Analisis finansial penting artinya dalam memperhitungkan insentif bagi orang- orang yang terlibat langsung dalam menyukseskan proyek atau usaha tersebut (Kadariah et al, 1999). Dalam analisis finansial yang perlu diperhatikan adalah hasil dari modal saham (equity capital) yang ditanam dalam proyek/usaha.

Analisis finansial didasarkan pada keadaan sebenarnya dengan menggunakan data harga yang ditemuan di lapangan. Dengan mengetahui hasil analisis finansial, para pembuat keputusan dapat melihat apa yang terjadi pada proyek dalam keadaan sebenarnya dan para pembuat keputusan juga dapat segera melakukan penyesuaian apabila proyek berjalan menyimpang dari rencana semula. Salah satu cara untuk melihat kelayakan dari analisis finansial adalah dengan menggunakan metode cash flow analysis (Gittinger, 1986). Cash flowanalysis dilakukan setelah komponen-komponennya ditentukan dan diperoleh nilainya. Komponen tersebut dapat dikelompokan dalam dua bagian yaitu pengeluaran/biaya dan penghasilan/manfaat.

a. Teori Biaya dan Manfaat

Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang dapat membantu tujuan (Gittinger, 1986). Dalam suatu analisis finansial, biaya yang umumnya digunakan adalah biaya

20 langsung yaitu biaya operasional, biaya investasi, dan biaya lainnya. Manfaat lebih berupa nilai produksi total, pinjaman, nilai sisa, dan pendapatan lainnya.

Analisis biaya dan manfaat menurut Gittinger (1986) adalah suatu analisis yang ditujukan untuk melihat besarnya biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang akan diterima pada suatu kegiatan ekonomi. Analisis ini dapat membantu dalam pengambilan keputusan mengenai pengalokasian sumberdaya yang langka.

Pada dasarnya analisis biaya dan manfaat merupakan suatu cara untuk menghitung manfaat-manfaat yang akan diperlukan dan kerugian-kerugian yang harus ditanggung akibat dari suatu kegiatan ekonomi. Dalam analisis biaya dan manfaat juga dilakukan perhitungan terhadap biaya dan manfaat yang akan diterima oleh masyarakat dan juga individu. Analisis biaya dan manfaat yang ditujukan untuk melihat suatu proyek dari sudut pandang kelembagaan atau badan-badan yang mempunyai kepentingan langsung dalam proyek tersebut disebut analisis finansial.

Menurut Gittinger (1986), manfaat (benefit) adalah sesuatu yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang menggunakan sejumlah biaya. Menurut Kadariah (1999), manfaat dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Manfaat langsung (direct benefit) yang diperoleh dari adanya kenaikan nilai output, fisik, dan penurunan biaya.

2. Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yang disebabkan oleh adanya proyek tersebut biasanya dirasakan oleh orang tertentu serta masyarakat berupa adanya efek ganda, skala ekonomi yang lebih besar, dan adanya dynamic secondary effect misalnya perubahan dalam produktifitas tenaga kerja.

3. Manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang (intangible effect), misalnya perbaikan lingkungan atau pemandangan lingkungan.

b. Konsep Nilai Waktu Terhadap Uang (Time Value of Money)

Investasi suatu unit usaha berkaitan dengan usaha dalam jangka waktu yang panjang. Uang memiliki nilai waktu, yaitu uang dihargai secara berbeda dalam waktu yang berbeda. Konsep nilai waktu uang (time value of money)

21 yang diterima dikemudian waktu atau nilai sekarang adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang (Gittinger, 1986).

Waktu mempengaruhi nilai uang, sehingga untuk membandingkan nilai uang yang berbeda pada waktu penerimaan dan pengeluarannya perlu dilakukan penyamaan nilai tersebut dengan menggunakan tingkat diskonto (discount rate) yang bertujuan untuk melihat nilai uang di masa yang akan datang (future value)

danpada saat sekarang (present value).

c. Umur Proyek atau Usaha

Menurut Kadariah et al (1999), dalam menentukan panjangnya umur proyek, terdapat beberapa pedoman yang dapat menjadi acuan, antara lain :

1. Sebagai ukuran umum dapat diambil suatu periode (jangka waktu) yang kira- kira sama dengan umur ekonomis dari suatu aset. Umur ekonomis suatu aset adalah jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunannya.

2. Penentuan umur proyek yang mempunyai nilai investasi yang sangat besar dapat menggunakan umur teknis. Dalam hal ini, untuk proyek-proyek tertentu, umur teknis dari unsur-unsur pokok investasi adalah lama, tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek karena obsolascene (ketinggalan zaman karena penemuan teknologi baru yang lebih efisien).

3. Untuk proyek-proyek yang umurnya lebih lama daripada 25 tahun dapat diambil 25 tahun, karena nilai-nilai sesudah itu, jika di-discount dengan

discount rate sebesar 10% ke atas maka nilai present value-nya sudah sangat kecil.

2.6. Studi Analisis Kelayakan Investasi

Dalam kegiatan investasi keputusan untuk menanam modal adalah suatu tindakan yang mengandung konsekuensi yang sangat besar. Oleh karena itu untuk melihat besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk kegiatan investasi perlu dilakukan analisis investasi.

Studi kelayakan investasi adalah penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono,

22 2000). Studi kelayakan investasi diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah, terutama bagi perekonomian nasional sehingga dapat menambah devisa dan perluasan kesempatan kerja.

Kriteria-kriteria yang digunakan dalam melakukan suatu evaluasi terhadap investasi proyek adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost (NET B/C), dan Payback Period.

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Valuemerupakan manfaat bersih yang diterima selama umur proyek pada tingkat diskonto tertentu. Ukuran ini bertujuan utuk mengurutkan alternatif yang dipilih karena adanya kendala biaya modal, dimana proyek ini memberikan NPV biaya sama atau NPV penerimaan yang kurang lebih sama setiap tahun. Proyek dinyatakan layak atau bermanfaat jika NPV lebih besar dari nol. Jika NPV sama dengan nol, berarti biaya dapat dikembalikan persis sama besar oleh proyek. Pada kondisi ini proyek tidak untung dan tidak rugi. NPV lebih kecil dari nol, proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan dan ini berarti bahwa proyek tersebut tidak layak dilakukan (Gray.et al, 1992).

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Returnmenunjukan rata-rata tingkat keuntungan internal tahunan perusahaan yang melaksanakan investasi dan dinyatakan dalam persen. IRR adalah tingkat suku bunga yang membuat nilai NPV proyek sama dengan nol.

Investasi dinyatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto (discount rate), sedangkan jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Tingkat IRR mencerminkan tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber dana yang digunakan. Suatu investasi dinyatakan layak jika nilai IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku.

23

3. Net Benefit Cost (NET B/C)

Net Benefit Costadalah besarnya manfaat tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. NET B/C adalah merupakan perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari net benefit yang positif dengan net benefit yang negatif. Proyek dinyatakan layak bila nilai NET B/C lebih besar dari satu.

4. Payback Period

Payback Periodmerupakan penilaian kelayakan investasi dengan mengukur jangka waktu pengembalian investasi. Semakin cepat waktu pengembalian investasi, maka semakin baik proyek tersebut untuk dilaksanakan.

2.7 Penelitian Terdahulu

Nugraha (2011) menyatakan hasil analisis bioekonomi dilihat dari net benefit untuk usaha penangkapan menunjukan keuntungan rata-rata nelayan rajungan di Kabupaten Cirebon Rp -2.522,76 juta/tahun. Nilai net benefit aktual dibawah profit MEY yang dikhawatirkan terjadi overfishing secara ekonomi. Apabila diberlakukan regulasi minimum legal size rajungan lebih dari 8,5 cm, dimana share rata-rata rajungan dibawah ukuran legal mencapai lima persen. Hasil analisis tersebut menghasilkan batasan penangkapan rajungan berbagai rezim perikanan lestari, sole owner, dan open acces berturut-turut sebesar 2.425,41, 1.856,26 dan 2.423,05 ton/tahun. Sedangkan effort lestari, sole owner, dan open access sebesar 607.994, 313.471 dan 626.943 days fishing/tahun. Simulasi penerapan kebijakan minimum legal size secara grafik menunjukan terjadinya efisiensi dan efektifitas penggunaan input perikanan tangkap. Kebijakan dapat mendorong tingkat stok lebih stabil, mengefektifikan penggunaan effort yang menghasilkan keuntungan maksimal, produksi yang memberikan nilai rajungan besar yang stabil setiap tahunnya, serta profitability nelayan rajungan selama lima tahun kedepan yang stabil.

Rosidah et al (2004) menyatakan hasil penelitiannya bahwa produksi hasil tangkapan rajungan per tahun per orang/nelayan sebesar 6.300 kg dimana nelayan rajungan ini adalah nelayan Cirebon. Berdasarkan analisis ekonomi, penghasilan

24 per nelayan per tahun adalah 18 juta rupiah dengan nilai revenue per cost (R/C) rasio sebesar 1,54 yang berarti layak untuk dikembangkan.

25

III.

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis

Tingginya tingkat permintaan rajungan membuat nelayan terus mengeksploitasi sumberdaya rajungan. Penangkapan rajungan secara besar- besaran dan terus-menerus membuat stok rajungan akan semakin menurun dan mengarah pada kelangkaan sumberdaya rajungan. Tingginya permintaan juga mendorong nelayan untuk menangkap lebih tanpa menghiraukan ukuran dan kondisi stok rajungan demi keuntungan yang akan diperoleh dari pengolah rajungan mini plant. Apabila kegiatan tersebut terus berlangsung maka akan berdampak pada pengurangan tingkat profitabilitymini plant dalam jangka panjang karena sulitnya mendapatkan input rajungan.

Penurunan stok rajungan dapat diatasi dengan kebijakan minimum legal size input production dimana permintaan rajungan dibatasi berdasarkan ukuran rajungan yang diminta atau diolah oleh produksi mini plant. Kebijakan tersebut dimaksudkan agar mini plant pengolahan rajungan tidak menerima rajungan dengan ukuran kecil sebagai input produksinya sehingga akan menurunkan penawaran nelayan terhadap rajungan kecil. Akibatnya, nelayan akan mengurangi atau tidak menangkap rajungan kecil yang akan membuat stok rajungan di laut meningkat dan juga meningkatkan tingkat profitabilitymini plant dalam jangka panjang.

Stok rajungan yang terjaga akan membuat input rajungan pada pengolahan rajungan menjadi stabil. Kestabilan input produksi ini berdampak langsung pada kestabilan biaya produksi dan juga peningkatan keuntungan pengolahan rajungan skalamini plant. Tingkat kenaikan keuntungan tersebutdapat dilihat dengan membandingkan hasil analisis kelayakan finansial mini plant, yaitu dengan menggunakan pendekatan Cost Benefit Analysis(CBA) saat sebelum dan sesudah penerapan kebijakan minimum legal size input production. Uji kelayakan finansial usaha pengolahan rajungan skala mini plant inidilakukan secara jangka panjang untuk melihat dampak kebijakan secara langsung.

26

3.2 Kerangka Operasional

Penelitian ini diawali dengan penelitian lapang untuk mendapatkan data primer dan data sekunder yang dibutuhkan dalam perhitungan analisis. Data primerdiperoleh melalui wawancara, pengamatan langsung dan percobaan. Sedangkan data sekunder didapatkan dari pihak mini plant pengolah daging rajungan di Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi. Data primer dan sekunder digunakan untuk menganalisis aspek finansial mini plant sehingga diperoleh NPV, IRR, Net B/C, dan payback perioddengan berbagai skenario kebijakan minimum legal size input production.Data primer khususnya digunakan untuk menghitung produksi rata-rata, harga, dan tingkat produktifitas tenaga kerja.

Skenario dalam perhitungan analisis finansial mini plant dibagi menjadi dua, yaitu analisis finansial mini plant aktual dan analisis finansial jika diterapkannya kebijakan minimum legal size input production pada produksi mini plant. Penentuan minimum legal size input production yaitu batas ukuran minimal rajungan didapat dari hasil percobaan tingkat efisien rajungan dalam pengolahan berdasarkan ukurannya. Kemudian disimulasikan selama mini plant tersebut telah melakukan produksi untuk melihat profitability yang telahdidiskontokan dengan suku bunga yang belaku tahun 2012.

Data tersebut kemudian diolah dengan program komputer excel dengan membuat simulasi model. Kerangka pemikiran dan operasionalyang penulis lakukan dapat disederhanakan menjadi bagan kerangka operasional berikut ini:

27 Wilayah Penelitian

Gambar 5. Alur Kerangka Oprasional

Pengendalian permintaan Tingginya Permintaan

Rajungan

Overfishing, overcapacity dan penurunan ukuran rajungan

yang tertangkap

Aspek Biologi Aspek Ekonomi

Penurunan Stok Rajungan Penurunan Tingkat Keuntungan (Profitability) Penerapan Kebijakan

Minimum Legal Size Input Production Produksi dengan input rajungan all size Produksi dengan input rajungan minimal8 cm

Perubahan Tingkat Profitability

Perbandingan Analisis Finansial Proyek Pengolahan Rajungan

Simulasi Kebijakan

28

3.3 Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memiliki hipotesis yaitu pemberlakuan pembatasan ukuran minimal rajungan pada input produksi mini plant di Kecamatan tarumajaya Kabupaten Bekasi dengan hipotesis sebagai berikut : 1. Pemberlakuan pembatasan ukuran rajungan pada input produksi miniplant

dapat mengurangi permintaan terhadap rajungan kecil.

2. Penurunan permintaan terhadap rajungan kecil akan membuat nelayan enggan menangkap rajungan kecil sehingga nelayan akan lebih suka menangkap rajungan dengan ukuran optimal atau besar.

3. Pengurangan penangkapan rajungan kecil akan menambah stok rajungan di masa yang akan datang.

4. Pembatasan ukuran rajungan sebagai input produksi akan menurunkan penerimaan mini plantsecara aktual dalam jangka pendek. Namun akan meningkat dalam jangka panjang.

5. Tingkat rente ekonomi (profitability) mini plant akan menurun secara signifikan, tetapi perlahan akan meningkat dalam jangka panjang.

29

IV.

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan di Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa kawasan tersebut merupakan kawasan yang memiliki mini plant

pengolahan rajungan besar dengan jumlah pekerja yang juga besar.Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2012.

4.2 Metode Pengambilan Sampel dan Jenis Data

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara purposive sampling (sengaja) terhadap pengusaha pengolahan rajungan skala mini plant.

Mini plant yang dimaksud merupakan mini plant yang memproduksi daging kupas rajungan dengan input rajungan mentah.

Metode yang digunakan adalah survei dengan teknik wawancara dan obeservasi lapang untuk mengidentifikasi rajungan yang diolah di mini plant

pengolahan rajungan. Analisis dilakukan secara deskriptif dan juga dengan menggunakan pendekatan Cost Benefit Analysis(CBA) untuk analisis aspek ekonominya.

Menurut Nasution (2003), tidak terdapat aturan yang jelas mengenai jumlah sampel yang disyaratkan untuk suatu penelitian dari populasi yang tersedia. Selain itu tidak ada batasan yang jelas apa yang dimaksud dengan sampel yang besar dan kecil. Penentuan jumlah sampel yang sering digunakan yaitu sebanyak sepuluh persen dari jumlah populasi. Jika populasinya besar maka sampel yang diambil dapat kurang dari sepuluh persen dan jika populasinya kecil maka jumlah sampelnya dapat lebih besar dari sepuluh persen. Sampel diambil dari mini plant di Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasisebagai unit analisis. Teknik penarikan sampel dengan sistem probability sampling, dimana sampel dipilih secara sengaja oleh penulis. Hal iniberdasarkan jenis responden yang homogen dan asumsi dalam sampel adalahmenyebar normal.

30 Menurut Nazir (2005), sebuah sampel adalah bagian dari populasi. Survei sampel adalah suatu prosedur dimana hanya sebagian dari populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi. Dalam mencari sampel, para ahli biasanya menggunakan probability sample. Probability sample adalah suatu sampel yang ditarik sedemikian rupa, dimana suatu elemen (unsur) individu dari populasi tidak didasarkan pada pertimbangan pribadi, tetapi tergantung kepada aplikasi kemungkinan (probabilitas). Jika pemilihan individu dari populasi didasarkan atas pertimbangan pribadi, maka sampel tersebut dinamakan judgement sample.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara, pengamatan lapang dan percobaan. Penulis telah mempersiapkan kusioner dengan beberapa pertanyaan mengenai produksi, harga, kondisi input rajungan, jumlah tenaga kerja, upah tenaga kerja, dan kebijakan produksi daging rajungan. Selain itu penulis juga melakukan percobaan yang dilakukan di mini plant untuk mengetahui ukuran terbaik dari rajungan dalam pengolahannya.

Data sekunder dalam penelitian ini meliputi data time series untuk mengetahui rata-rata produksi, modal investasi, biaya produksi, penerimaan dari hasil penjualan, supplier rajungan mentah, jumlah input rajungan, dan jangka waktu produksi. Data sekunder ini didapatkan langsung dari pihak mini plant.

31

Tabel 3. Jenis Data dan Penggunaannya

Jenis Data Tujuan Analisis Hasil

Pengolahan rajungan berdasarkan klasifikasi ukuran& jenis kelamin Produksi, harga, kondisi input

rajungan, dan jumlah tenaga kerja.

Data time series

biaya dan

penerimaan dalam produksi daging rajungan skala mini-

plant. •Menghitung waktu pengupasan •Menghitung nilai ekonomi rajungan •Produksi aktual •Produktifitas tenaga kerja •ukuran rajungan yg diproduksi •NPV •IRR •Net B/C •PP

•Tingkat efisensi pengolahan rajungan

•Rente ekonomi rajungan

•Produksi rata-rata •Tingkat produktifitas •Rata-rata ukuran rajungan

yang digunakan

• Tingkat profitabilitymini plantsecara aktual

•Tingkat profitabilityminiplant

setelah diterapkannya

kebijakan minimum legal size input production

4.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data

Dalam penelitian ini data didapat dari hasil pengamatan lapang dan percobaan yang dianalisis dengan mencari rata-rata, nilai terkecil, dan nilai terbesar dari data yang diperoleh. Sedangkan, data yang diperoleh melalui wawancara dianalisis dengan pendekatan produksi rata-rata per jumlah pekerja dan Cost Benefit Analysis(CBA).Jumlah produksi rata-rata dibagi jumlah tenaga kerja digunakan untuk menghitung tingkat produktifitas tenaga kerja pada mini plant. Sedangkan analisis aspek finansial berupa CBAdilakukanuntuk mengetahui aspek finansial suatu proyek pengolahan rajungan skala mini plant saat sebelum dan sesudah diterapkannya kebijakan minimum legal size input production.Sehingga diketahui seberapa besar dampak penerapan kebijakan

32 terhadap tingkat profitabilitypada proyek pengolahan rajungan karena kebijakan ini akan mempengaruhi penggunaan dan biaya input rajungan.

4.3.1 Identifikasi Rata-Rata Rajungan

Data identifikasi rajungan didapat dengan cara melakukan pengukuran pada setiap ekor rajungan yang menjadi input produksi pada mini plant. Pengukuran rajungan dilakukan di dua lokasi berbeda, yaitu di nelayan dan mini plant yang membeli rajungan dari pedagang (bakul).Data identifikasi rajungan yang diambil diantaranya : jenis kelamin, kondisi fisik (bertelur/moulting), lebar karapas, dan berat rajungan. Setelah data didapat, kemudian dihitung ukuran rata- rata rajungan yang digunakan sebagai input produksi mini plant. Pengambilan data menggunakan tabel untuk mempermudah dalam pencatatan dan perhitungannya. Tabel data yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 4. Data Identifikasi Rajungan di Tingkat Mini plant

No.

JENIS KELAMIN KONDISI UKURAN

Jantan Betina Bertelur Moulting Lebar ( cm ) Berat ( gram )

1 2 3 n

4.3.2 Tingkat Efisiensi Pengolahan Rajungan

Pengukuran tingkat efiensi pengolahan rajungan merupakan cara untuk mengetahui kondisi rajungan yang mudah dan cepat dalam pengupasan serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi dalam pengolahannya. Tingkat efisiensi pengolahan rajungan dapat diukur dengan melakukan dua percobaan berdasarkan klasifikasinya. Percobaan pertama, rajungan dikelompokan berdasarkan ukurannya (5-7 cm, 8-10 cm, dan 11-13 cm) dengan berat yang sama yaitu masing-masing lima kilogram. Kemudian percobaan dilakukan dengan menghitung berat sebelum perebusan, berat setelah perebusan, waktu yang dibutuhkan dalam pengupasan, berat daging yang dihasilkan, dan harga jualnya. Percobaan ini menggunakan tabel untuk memudahkan dalam pencatatan. Tabel yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 5.

33

Tabel 5. Pengolahan Rajungan Berdasarkan Klasifikasi Ukuran

Ukuran (cm) Sebelum Perebusan (kg) Setelah Perebusan (kg) Waktu Pengupasan ( Menit ) Total Berat Daging (kg) Harga Jual ( Rp ) 5 – 7 5 8 – 10 5 11 – 13 5

Percobaan kedua dilakukan sama seperti percobaan pertama, tetapi rajungan diklasifikasikan/dikelompokan berdasarkan jenis kelamin rajungan. Hasil percobaan kedua akan dicatat dalam tabel untuk memudahkan dalam perhitungan. Tabel data yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengolahan Rajungan Berdasarkan Klasifikasi Jenis Kelamin

Ukuran (cm) Sebelum Perebusan (kg) Setelah Perebusan (kg) Waktu Pengupasan ( Menit ) Total Berat Daging (kg) Harga Jual ( Rp ) Jantan 5 Betina 5

4.3.3 Tingkat Produktifitas Tenaga Kerja

Tingkat produktifitas tenaga kerja merupakan cara untuk melihat seberapa besar seorang pekerja dapat memproduksi dan menghasilkan output daging kupas rajungan. Tingkat produktifitasnya dapat dihitung dengan membagi jumlah rata- rata produksi satu periode produksi dengan jumlah pekerja. Sehingga dapat dilihat seberapa besar tingkat produktifitas rata-rata pekerja. Secara umum dapat dituliskan rumus sebagai berikut :

Dimana :

TK = Tingkat produktifitas tenaga kerja O = Jumlah Ouput Daging Rajungan/Tahun I = Jumlah Input Rajungan/Tahun

34

4.3.4 Analisis Aspek Finansial

Analisisaspek ekonomi suatu proyek atau usaha dapat dilakukan dengan menggunakan analisis kelayakan finansial.Analisis ini dilakukan dengan terlebih dahulu menyususun aliran kas (cashflow), yang terdiri dari cash inflow (arus penerimaan kas) dan cash outflow (arus pengeluaran). Cash inflow meliputi nilai produksi total, penerimaan pinjaman, dan nilai sisa. Cash outflow terdiri dari biaya investasi, biaya produksi, pembayaran pinjaman dan bunga, pajak dan lain- lain. Pengukuran cash inflow dengan cash outflow akan diperoleh manfaat bersih (net benefit). Analisis finansial dilakukan secara kuantitatif dan alat analisis yang digunakan untuk menguji kelayakan adalah Cost Benefit Analysis (CBA) dengan instrumen Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (NetB/C), dan Payback Period (PP). Tabel pengolahan data analisis aspek finansial dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.3.4.1 Net Present Value ( NPV )

Manfaat bersih merupakan selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan yang diterima selama umur proyek pada tingkat diskonto tertentu. NPV dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dokumen terkait