• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAR RAJUNGAN BETINA BERTELUR BERAT BADAN

6.10 Hasil Analisis ( CBA ) Setelah Penerapan Kebijakan

Simulasi penerapan kebijakan ini dilakukan dengan cara menghitung CBA

dari cash flow mini plant dimana input yang digunakan dalam produksi merupakan rajungan yang berukuran karapasnya lebih dari delapan sentimeter. Perubahan data cash flow terjadi pada perubahan harga input rajungan, harga jual daging rajungan, serta jumlah daging rajungan yang dihasilkan. Berdasarkan

60 perubahan-perubahan tersebut perhitungan CBA akan berbeda secara aktual sehingga dapat dibandingkan perbedaan hasil perhitungan CBAtersebut guna mengetahui perbandingan tingkat profitability mini plant. Perhitungan CBA

dengan penerapan kebijakan ini digunakan untuk mengestimasi tingkat perubahan

profitability mini plant bila diterapkan kebijakan minimum legal size input production.

Penerapan kebijakan minimum legal size input production padamini plant

Bapak Maulana akan membuat mini plant ini tidak menerima rajungan kecil dari nelayan. Sehingga ukuran input rajungan yang diproduksi adalah hanya rajungan yang ukurannya lebih dari delapan sentimeter. Sehingga hasil perhitungan CBA

ini akan berbeda dengan perhitungan CBA secara aktual. Perhitungan CBA saat diterapkan kebijakan minimum legal size input production menghasilkan NPV sebesar 1.508.365.375. Hasil perhitungan IRR mini plant ini meningkat menjadi 37 persen. Sedangkan NET B/C yang didapatkan dari perhitungan CBA sebesar 6,45 dan payback period diestimasi hingga 10,089tahun. Secara keseluruhan hasil perhitungan CBA setelah penerapan kebijakanmenjadilebih tinggi dibandingkan secara aktual. Hal tersebut menyimpulkanbahwa usaha mini plant pengolahan rajungan milik Bapak Maulana layak dan menguntungkan untuk dijalankan.Hasil perhitungan CBA pada mini plant Bapak Maulana setelah diterapkan kebijakan dapat dilihat pada Lampiran 12.

Hasil perhitungan CBA setelah penerapan kebijakan dilakukan juga di mini plant skala rumah tangga milik Bapak Abdul Hamid karena mini plant ini tidak menggunakan input rajungan kecil pada produksinya. Input rajungan di mini plant

ini besar karena pedagang (bakul) telah melakukan penyortiran ukuran rajungan sesuai dengan ukuran rajungan yang dipesan oleh mini plant Abdul Hamid. Hasil perhitungan CBA setelah kebijakan dapat dilihat berdasarkan nilai NPV sebesar 62.504.193,49. Nilai IRR yang didapatkan sebesar 27 persen dengan nilai NET B/C sebesar 2,94 dan payback period diestimasi hingga 6,14 tahun. Sehingga diketahui bahwa mini plant ini layak untuk dijalankan karena masih menguntungkan. Tabel perhitungan data CBA setelah kebijakan yang diterapkan di mini plant Bapak Abdul Hamid dapat dilihat pada Lampiran 13.

61

6.11 Estimasi Dampak Penerapan Kebijakan

Kebijakan minimum legal size input production yang diterapkan pada mini plant pengolahan rajungan akan berdampaklangsung pada finansial mini plant.

Dampak finansial tersebut terlihat pada perubahan produksi yang mempengaruhi

cash inflow dan cash outflow mini plant. Berdasarkan perhitungan cost benefit analysis diketahui bahwa terjadi peningkatan secara kelayakan fianansial jika dilihat dari hasil NPV, IRR, NET B/C, dan payback period setelah diberlakukannya kebijakan minimum legal size input production. Perubahan hasil Bapak Maulana dapat dilihat pada Tabel 22 sedangkan hasilperhitungan CBA

pada mini plantBapak Abdul Hamid dapat dilihatpada Tabel 23.

Tabel 22. Hasil Perhitungan CBA pada Mini Plant Bapak Maulana

Nilai Sebelum Penerapan

Kebijakan Setelah Penerapan Kebijakan Incremental Benefit Penerimaan 105.241.366.050 102.481.376.840 -2.759.989.210 Biaya Investasi & Operasioanal 105.025.679.326,9 102.139.245.952,9 -2.886.433.374 NPV 1.194.566.292 1.508.365.375 313.799.083 IRR 28 % 37 % 9 % NET B/C 4,67 6,45 1,78

Payback Period 10,09 tahun 10,089 tahun 0,001 tahun

Tabel 23. Hasil Perhitungan CBA pada Mini Plant Bapak Abdul Hamid

Nilai PenerapanKebijakan

Penerimaan 14.761.325.200

Biaya Investasi & Operasioanal 14.746.574.732

NPV 62.504.193,49

IRR 27 %

NET B/C 2,94

Payback Period 6,14 tahun

Produksi rajungan yang berukuran besar dapat menghasilkan daging yang lebih besar dan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Sehingga dapat disimpukan bahwa jika kebijakan tersebut diterapkan akan meningkatkan

62 berdampak pada peningkatan produktifitas tenaga kerja mini plant. Peningkatan produktifitas pekerja dikarenakan jumlah output (daging rajungan) mini plant

setelah penerapan kebijakan menjadi lebih besar dan hal tersebut berbanding lurus dengan tingkat produktifitas pekerja.

Dampak kebijakan minimum legal size input production juga mempengaruhi hal di luar mini plant, yaitu stok rajungan di laut. Bila kebijakan tersebut diterapkan pada mini plant secara langsung mkan akan mempengaruhi permintaan rajungan pada nelayan. Sehingga pihak mini plant akan membatasi permintaan rajungan yaitu hanya rajungan yang berukuran minimal delapan sentimeter sebagai input produksinya. Sehingga rajungan kecil (ukuran kurang dari delapan sentimeter) tidak memiliki pasar dan nelayan pun enggan menangkap rajungan kecil karena tidak bernilai ekonomi. Pembatasan ukuran tersebut membuat rajungan kecil memiliki kesempatan untuk berkembang biak dan melestarikan populasinya di laut. Dalam jangka panjang stok rajungan di laut akan menjadi stabil dan lestari.

6.12 Sistem Pemasaran Rajungan

Pengolahan rajungan tidak serta merta menangkap kemudian memproduksi. Namun, pengolahan rajungan ini memiliki alur sitem pemasaran dalam pengolahannya. Sitem pemasaran yang terbentuk dalam pengolahan rajungan mulai dari nelayan, pedagang (bakul), mini plant, plant, dan kemudian diekspor. Sitem pemasaran rajungan tersebut dapat dilihat Gambar 18.

Gambar 18. Sistem Pemasaran dalam Pengolahan Rajungan

Sistem pemasaran yang digambarkan dalam bagan di atas terlihat alur pemasaran rajungan mulai dari nelayan lokal hingga pasar interasional melalui ekspor. Dalam

63 Alur pemasaran rajungan terdapat beberapa proses pengolahan rajungan seperti perebusan, pengupasan, pengklasifikasian jenis daging rajungan, pengolahan daging rajungan, dan pengemasan daging rajungan olahan. Proses tersebut dijelaskan dalam bagan dengan menggunakan angka satu sampai lima yang menjelaskan masing-masing output dari sitem pemasaran. Maksud dari angka- angka tersebut adalah sebagai berikut :

(1) Nelayan menangkap rajungan kemudian menjual rajungan yang masih hidup (mentah) tersebut kepada pedagang (bakul).

(2) Rajungan yang dikumpulkan oleh pedagang (bakul) dari sejumlah nelayan kemudian dijual kembali kepada mini plantskala rumah tangga yang sudah menjadi pelanggannya.

(3) Hasil tangkapan nelayan selain dijual pada pedagang (bakul), dijual secara langsung juga pada mini plant yang sudah menjadi mitra usaha. Rajungan yang dijual ke mini plant merupakan rajungan mentah dan rajungan yang sudah direbus oleh nelayan.

(4) Mini plant memproses rajungan mentah dengan melakukan perebusan dan pengupasan untuk mendapatkan dagingnya. Setelah hasil daging rajungan diperoleh dari hasil produksi mini plant, daging rajungan tersebut dikelompokan berdasarkan jenis daging yang diinginkan oleh plant. Kemudian daging rajungan yang telah dipisahkan berdasarkan jenisnya di jual kepada pabrik (plant).

(5) Daging-daging rajungan yang diterima oleh plant dari berbagai mini plant

diperiksa berdasarkan standar mutu plant, bila daging tersebut telah lolos uji mutu maka dilakukan proses selanjutnya seperti pembekuan, pengolahan bahan makanan, pengalengan, dan pengemasan untuk diekspor ke negara lain seperti Amerika, Singapura, Malaysia, dan Korea.

64

6.13 Rekomendasi Implikasi Kebijakan

Kebijakan minimum legal size input production merupakan kebijakan yang dapat melestarikan populasi rajungan serta meningkatkan profit mini plant

pengolahan rajungan dalam jangka panjang. Melihat manfaat dan keuntungan dari kebijakan tersebut maka rekomendasi implikasi kebijakan tersebut yang dapat dilaksanakan seperti :

1. Menerapkan kebijakan minimum legal size rajungan > 8 cmdi tingkat nelayan dengan pengawasan yang baik.

2. Menerapkan standarisasi mata jaring untuk menangkap rajungan sehingga nelayan tidak menggunakan mata jaring dengan ukuran kecil untuk menangkap rajungan.

3. Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan serta kecamatan dan desa setempat melakukan sosialisasi mengenai manfaat dan keuntungan bila kebijakan ini diterapkan pada seluruh mini plant pengolahan rajungan. 4. Memberikan denda dan sanksi yang tegas pada pemilik mini plant jika

terbukti masih menggunakan rajungan dengan ukuran kurang dari delapan sentimeter sebagai input produksinya.

5. Pemerintah setempat melakukan inspeksi berkala pada setiap mini plant

pengolahan rajungan untuk mengontrol pelaksanaan kebijakan ini.

6. Pemerintah setempat memberikan reward atau penghargaan kepada mini plant yang telah melaksanakan kebijakan ini dengan baik.

65

VII.

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Kondisi rajungan yang diolah di mini plant yang input rajungannya berasal langsung dari nelayan memiliki lebar karapas rata-rata sebesar 9,13 cm dengan berat rata-rata sebesar 59,61 gram. Sedangkan rajungan yang diolah di mini plant yang berasal dari pedagang memiliki lebar karapas rata-rata sebesar 9,85 cm dengan berat rata-rata sebesar 72,38 gram.

2. Tingkat efisiensi pengolahan rajungan dapat dilihat dari ukurannya karena semakin besar ukuran rajungan maka semakin efisien pengolahan rajungan tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari masing-masing rajungan mentah dengan berat lima kilogram menghasilkan daging yang berbeda, yaitu : ukuran 5-7 cm menghasilkan 1,15 gram daging, 8-10 cm menghasilkan 1,4 gram daging, dan 11-13 cm menghasilkan 1,6 gram daging.

3. Hasil perhitungan CBAmini plantpada saat sebelum penerapan kebijakan ataudengan input rajungan all size pada mini plant Bapak Maulana diketahui NPV sebesar 1.194.566.292, IRR sebesar 28%, NET B/C sebesar 4,67, dan payback period selama 10,09 tahun.

4. Simulasi penerapan kebijakan minimum legal size input productionmeningkatkan profitability mini plant. Hal tersebut terlihat pada peningkatan hasil perhitungan CBA pada mini plant, seperti hasil perhitungan CBAmini plantBapak Maulana diketahui NPV sebesar 1.508.365.375, IRR sebesar 37%, NET B/C sebesar 6,45, dan payback period selama 10,089 tahun. Sedangkan perhitungan CBA pada mini plant

Bapak Abdul Hamiddiketahui nilai NPV sebesar 62.504.193,49, IRR sebesar 27%, Net B/C sebesar 2,94, dan payback period selama 6,14 tahun.

66

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka diperlukan suatu tindakan untuk mengoptimalkan kebijakan minimum legal size input production, yaitu :

1. Pemanfaatan potensi sumberdaya rajungan harus berdasarkan prinsipkehati-hatian. Pemanfaatan rajungan yang belum mencapai ukuran delapan sentimeter harus ditinggalkan guna menjaga kelestarian populasi rajungan.

2. Mini plantpengolahan rajungan sebaiknya mengolah rajungan dengan ukuran besar karena mengahasilkan daging yang lebih banyak sehingga lebih menguntungkan.

3. Mini plantpengolahan rajungan sebaiknya menolak suplai rajungan baik dari nelayan maupun pedagang (bakul) dengan ukuran kurang dari delapan sentimeter karena pengolahan rajungan dengan input rajungan kecil dapat menurunkan profit mini plant dan produktifitas pekerja.

4. Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan serta kecamatan dan desa setempat agarhasil simulasi model ini dapat dimanfaatkan sebagai basis untuk menyusunarah kebijakan pemanfaatan sumberdaya rajungan yang lestari dan dapat mensosialisasikannya pada seluruh pengusaha/mini plantpengolahan rajungan.

Dokumen terkait