• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN

B. Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Usaha

Konsumen merupakan pihak yang lemah kedudukannya bila dibandingkan dengan pelaku usaha. Oleh karena itu diperlukan suatu aturan yang dapat melindungi kepentingan konsumen agar tidak dirugikan atau diperlakukan sewenang-wenang oleh pelaku usaha. Perlindungan konsumen dibutuhkan untuk menyelamatkan daya tawar konsumen terhadap pelaku usaha dan mendorong pelaku usaha untuk bersikap jujur dan bertanggungjawab dalam menjalankan kegiatannya. Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen menjamin adanya kepastian hukum terhadap segala kebutuhan konsumen. Atau dengan kata lain, perlindungan konsumen yang dimaksud Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 merupakan segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen seperti yang tercantum pada Pasal 1 butir (1).

Air minum tergolong komoditi berisiko tinggi karena dikonsumsi langsung dan tanpa diolah. Oleh karena itu dibutuhkan regulasi yang tegas dan pengawasan yang memadai agar air minum yang dikonsumsi masyarakat terjamin mutunya. Usaha AMD isi ulang merupakan salah satu bidang usaha yang bergerak dalam hal penyediaan air minum untuk pemenuhan kebutuhan konsumen. Oleh karena berhubungan dengan kepentingan konsumen, maka keberadaannya tidak terlepas dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.

Banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha AMD isi ulang terhadap ketentuan Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang

79

perlindungan konsumen telah merugikan konsumen. Pemakaian botol galon milik AMDK yang masih berlabel oleh AMD isi ulang telah melanggar ketentuan Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, dimana pelaku usaha AMD isi ulang telah memberikan keterangan tidak benar kepada konsumen. Dengan demikian, konsumen telah dikelabui dan mendapatkan informasi yang salah mengenai produk yang dibelinya.

1. Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Usaha AMD Isi

Ulang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Perlindungan Konsumen memberikan perlindungan kepada setiap konsumen yang merasa dirugikan hak-haknya oleh pelaku usaha. Dalam kaitannya dengan produk AMD isi ulang, maka setiap pelanggaran yang telah dilakukan oleh pelaku usaha AMD isi ulang dengan mengelabui konsumen, yaitu memberikan keterangan tidak benar kepada konsumen maka telah melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Aspek hukum perlindungan konsumen terhadap munculnya usaha AMD isi ulang dapat dilihat pada beberapa pasal dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, antara lain Pasal 4 butir a dan c, Pasal 7 butir b dan d, serta Pasal 8.

Pasal 4 butir a Undang-undang Perlindungan Konsumen memberikan hak kepada setiap konsumen atas keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Oleh karena itu, produk AMD isi ulang juga harus aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat karena berdasarkan ketentuan itu, konsumen berhak untuk itu. Undang-undang Perlindungan Konsumen

memberikan perlindungan kepada konsumen agar setiap konsumen yang mengkonsumsi produk AMD isi ulang terjamin keselamatannya. Sedangkan pasal 4 butir c memberikan hak kepada konsumen untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/jasa. Dalam mengkonsumsi AMD isi ulang, setiap konsumen berhak untuk mendapatkan keterangan yang benar dari pelaku AMD isi ulang terhadap produk yang dibelinya itu. Undang-undang Perlindungan Konsumen juga memberikan jaminan hak konsumen tersebut. Jadi, Undang-undang Perlindungan Konsumen memberikan perlindungan hukum kepada setiap konsumen untuk menuntut haknya agar memperoleh keterangan yang benar, jelas dan jujur mengenai produk AMD isi ulang yang dibelinya, apakah layak dan aman untuk dikonsumsi serta telah sesuai dengan persyaratan kualitas air minum yang telah ditetapkan pemerintah.

Aspek hukum perlindungan konsumen dalam ketentuan Pasal 7 butir b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 menyebutkan bahwa pelaku usaha wajib untuk memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi barang dan/atau jasa. Ketentuan pasal ini memberikan kewajiban kepada setiap pelaku usaha untuk memberikan informasi dan keterangan yang jujur mengenai barang dan/atau jasa yang diproduksinya. Begitu juga halnya dengan pelaku usaha AMD isi ulang harus mematuhi ketentuan yang telah diatur dalam Pasal 7 ini, yaitu dengan memberikan informasi yang benar tentang produk air minum yang diproduksinya sesuai kenyataan dan tidak mengelabui konsumen. Dengan adanya ketentuan pasal ini maka akan mendorong pelaku usaha untuk bersikap jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan usahanya.

81

Sedangkan PASAL 7 butir d Undang-Undang Perlindungan Konsumen mewajibkan pelaku usaha untuk menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkannya. Disini dapat dilihat bahwa aspek perlindungan hukum yang diberikan oleh Undang-Undang Perlindungan Konsumen yaitu dengan membebankan kewajiban kepada pelaku usaha AMD isi ulang agar produk yang diperdagangkannya terjamin mutunya, sehingga aman untuk dikonsumsi masyarakat.

Aspek hukum perlindungan konsumen terhadap munculnya usaha AMD isi ulang juga termuat dalam ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Pasal 8 memberikan perlindungan kepada konsumen dengan mencantumkan ketentuan tentang beberapa perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, tak terkecuali bagi pelaku usaha AMD isi ulang . perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, tak terkecuali bagi pelaku usaha AMD isi ulang, yaitu setiap pelaku usaha dilarang untuk memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak sesuai standar yang dipersyaratkan, label tidak sesuai dengan isinya, tidak sesuai dengan mutu yang tercantum pada label, dan pencantuman kadaluarsa. Pelaku usaha juga dilarang memperdagangkan pangan yang rusak atau tercemar. Beberapa perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha yang tercantum dalam ketentuan Pasal 8 ini, bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen agar mereka aman dalam mengkonsumsi AMD isi ulang . dengan adanya beberapa perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha AMD isi ulang ini, Undang-Undang Perlindungan Konsumen telah memberikan perlindungan hukum kepada konsumen sehingga konsumen

memiliki kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi AMD isi ulang .

Apabila pelaku usaha AMD isi ulang melanggar pasal-pasal yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, maka setiap konsumen yang merasa dirugikan dan hak-haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha dapat mengajukan gugutan sengketa konsumen melalui BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) atau melalui pengadilan negeri sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Berdasarkan ketentuan Pasal 47 dan 48 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 , disebutkan bahwa tata cara penyelesaian sengketa konsumen dapat diajukan melalui dua cara, yaitu :

1. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang dilaksanakan melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).

2. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan yang mengacu pada ketentuan peradilan umum.

Dengan demikian , bila terjadi sengketa konsumen maka konsumen dapat memilih untuk mengajukan gugatan melalui pengadilan atau di luar pengadilan. Apabila para pihak yang bersengketa (konsumen dan pelaku usaha) sepakat untuk menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan, maka gugatan dapat diajukan ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) sesuai ketentuan Pasal 47. penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini dapat dilakukan dengan cara mediasi, konsiliasi atau arbitrase sesuai ketentuan Pasal 52 Undang-undang Nomor 8 tahun 1999.

83

Namun, apabila gugatan sengketa konsumen tersebut diajukan melalui pengadilan maka didasarkan pada ketentuan Pasal 48 jo 45 jo 64 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen . Pasal menyebutkan bahwa penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan umum yang berlaku. Ketentuan Pasal 48 ini juga harus memperhatikan ketentuan dalam Pasal 45 dimana setiap konsumen yang dirugikan dapat mengajukan gugatan di luar pengadilan maupun melalui pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa. Jadi, pilihan penyelesaian sengketa konsumen didasarkan pada kesepakatan para pihak secara sukarela. Apabila penyelesaian sengketa konsumen dilakukan melalui pengadilan, maka tata caranya berdasarkan pada hukum acara perdata. Namun demikian dalam penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan, berlaku asas lex spesialis derogat lex generalis, yaitu berdasarkan ketentuan Pasal 64 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dimana hukum yang dipakai adalah hukum acara perdata sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen . jadi dalam menyelesaikan kasus sengketa konsumen melalui pengadilan, hakim mengacu pada ketentuan hukum perdata sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen . Apabila bertentangan dengan Undang-Undang-Undang-Undang Perlindungan Konsumen maka yang digunakan adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Dengan demikian, maka Undang-Undang Perlindungan Konsumen telah memberikan jaminan kepastian hukum bagi konsumen agar dapat menuntut hak-haknya apabila merasa dirugikan oleh pelaku usaha AMD isi ulang .

2. Aspek Hukum Perlindungan Konsumen terhadap Usaha AMD Isi Ulang Ditinjau Dari PP Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label Dan Iklan Pangan

Terhadap munculnya usaha AMD isi ulang, terdapat beberapa pelanggaran ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Peratuan Pemerintah Nomor 69 Tentang Label Dan Iklan Pangan yang telah dilakukan oleh pelaku usaha AMD isi ulang. Pemakaian botol galon AMDK yang masih berlabel oleh pelaku usaha AMD isi ulang, hal ini berarti telah mengelabui konsumen karena isi tidak sesuai dengan keterangan yang tertera pada label. Apabila dikaitkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tentang Label Dan Iklan Pangan, maka aspek perlindungan hukum terhadap munculnya usaha AMD isi ulang dapat dilihat pada beberapa pasal, diantaranya yaitu Pasal 3 Ayat 1 dan 2, Pasal 5 Ayat 1, Pasal 6 Ayat 1, Pasal 12, Pasal 13 Ayat 1, dan Pasal 14.

Pasal 3 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 69 menyebutkan bahwa “Label pada kemasan berisikan keterangan mengenai pangan yang bersangkutan”. Sedangkan pada ayat 2 disebutkan bahwa “Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sekurang-kurangnya : nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah Indonesia, tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa”. Bila dilihat ketentuan pasal diatas, maka aspek hukum perlindungan konsumen yang diberikan adalah setiap pelaku usaha memberikan keterangan yang benar pada label sehingga konsumen dapat memperoleh informasi yang benar mengenai produk yang dibelinya. Pelaku usaha AMD isi ulang yang memakai botol galon AMDK telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan ini, karena label yang

85

ada pada kemasan tidak berisikan keterangan sesuai dengan isinya. Pada botol galon tersebut disebutkan mengenai bahan yang digunakan pada produk AMDK, sedangkan pada kenyataannya, isi dari botol galon tersebut bukanlah produk AMDK melainkan AMD isi ulang. Selain itu pencantuman kadaluarsa yang ada pada botol galon juga tidak sesuai dengan isinya. Hal ini jelas sesuai dengan keterangan yang tertera pada label. Pemakaian botol galon yang masih berlabel bukan miliknya dapat mengelabui dan menyesatkan konsumen.

Pasal 5 ayat 1 menyebutkan bahwa “Keterangan dan atau pernyataan tentang pangan dalam Label harus benar dan tidak menyesatkan, baik mengenai tulisan, gambar, atau bentuk apapun lainya”. Pasal ini memberikan kewajiban bagi pelaku usaha untuk memberikan keterangan yang benar dan jujur pada label. Dengan adanya ketentuan pasal ini maka konsumen dilindungi haknya untuk mendapatkan informasi yang benar dan tidak menyesatkan. Bila dilihat ketentuan pada Pasal 5 ayat 1 ini, maka terdapat dua pelanggaran yang biasanya dilakukan oleh pelaku usaha AMD isi ulang. Pertama, pemakaian botol galon AMDK oleh AMD isi ulang merupakan suatu pelanggaran karena keterangan yang ada pada label tidak benar dan tidak sesuai dengan isinya. Pemakaian botol galon AMDK yang masih berlabel oleh pelaku usaha AMD isi ulang berarti telah menyesatkan konsumen karena informasi yang diberikan adalah tidak benar, dimana keterangan yang tertera pada label tidak sesuai dengan isinya. Keterangan pada botol galon tersebut merupakan keterangan untuk produk AMDK sedangkan apabila botol galon tersebut diisi dengan produk AMD isi ulang maka keterangan yang ada pada label botol galon adalah tidak benar dan tidak sesuai dengan isinya.

Kedua, penggunaan istilah isi ulang produk AMD isi ulang sering

menimbulkan kesalahpahaman bagi masyarakat. Istilah isi ulang yang digunakan oleh pengusaha AMD isi ulang sering diartikan atau dipahami sebagai pengisian kembali (refill) atas produk AMDK. Jadi, masyarakat menganggap bahwa produk AMD isi ulang yang dibelinya memiliki kualitas yang sama dengan produk AMDK dan merupakan refill dari produk AMDK. Hal ini jelas dapat menyesatkan konsumen dan menimbulkan persepsi yang salah di masyarakat, karena pengertian isi ulang dapat disamakan dengan refill atau pengisian kembali. Ini berarti produk tersebut merupakan produk air minum yang diproduksi dari AMDK dan dijual dengan nama yang sama. Tetapi yang terjadi adalah depot air minum ini bukan menjual produk dari perusahaan AMDK melainkan merupakan hasil produksinya sendiri secara home industri. Jadi keterangan atau istilah isi ulang yang digunakan pelaku usaha AMD isi ulang adalah dapat menyesatkan konsumen.

Pasal 6 ayat 1 menyatakan bahwa “Pencantuman pernyataan tentang manfaat pangan bagi kesehatan dalam label hanya dapat dilakukan apabila didukung oleh fakta ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan”. Dalam penjelasan Pasal 6 ayat 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pernyataan tersebut hanya dapat dicantumkan pada label atau iklan apabila secara ilmiah hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan, adalah antara lain melalui uji laboratorium atau uji klinis. Ketentuan pada Pasal 6 ayat 1 bertujuan agar pelaku usaha dalam mencantumkan manfaat pangan bagi kesehatan tidak sewenang-wenang dan tidak membohongi konsumen. Ketentuan ini memberikan perlindungan pada konsumen agar tidak dikelabui dengan pernyataan-pernyataan kesehatan yang tidak benar oleh pelaku usaha. Ketentuan pasal ini juga telah dilanggar oleh pelaku usaha

87

AMD isi ulang dengan mencantumkan pada label dan atau memberikan informasi yang menyesatkan pada iklan produknya sehingga dapat mengelabui konsumen. Pelanggaran ini yaitu dalam hal penggunaan tanda SNI (Standar Nasional Indonesia), ozone, UV, halal, standar Departemen Kesehatan dan air baku.

Pasal 12 menyebutkan bahwa “Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 3 ayat (2), bagian utama label sekurang-kurangnya memuat :

1. Nama produk;

2. Berat bersih atau isi bersih;

3. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah Indonesia”.

Dengan mencantumkan hal-hal di atas maka diharapkan agar konsumen yang hendak membeli produk tersebut memperoleh informasi mengenai produk yang akan dikonsumsinya. Produk AMD isi ulang tidak mematuhi ketentuan pasal ini, karena keterangan yang tertera pada label botol galon AMDK yang berlabel, tetapi menggunakan botol galon yang tidak berlabel sama sekali. Bila hal ini terjadi maka dapat juga dikategorikan melanggar ketentuan pasal ini, karena keterangan yang tertera pada label botol galon yang dipakai pelaku usaha AMD isi ulang tidak memakai botol galon AMDK yang berlabel, tetapi menggunakan botol galon yang tidak berlabel sama sekali. Bila hal ini terjadi maka dapat juga dikategorikan melanggar ketentuan pasal ini karena produk AMD isi ulang tidak mencantumkan label atau keterangan mengenai produknya.

Pasal 13 ayat 1 menyebutkan bahwa “Bagian utama label sekurang-kurangnya memuat tulisan tentang keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

12 dengan teratur, tidak berdesak-desakan, jelas dan dapat mudah dibaca”. Aspek hukum perlindungan konsumen yang diberikan dalam pasal ini yaitu dengan mewajibkan pelaku usaha untuk memberikan keterangan mengenai produknya secara jelas sehingga tidak terjadi kesalahpahaman atau kekeliruan pada konsumen dalam membaca atau memahaminya. Apabila dilihat ketentuan pada pasal ini, maka penulisan keterangan mengenai produk AMD isi ulang adalah tidak tercantum pada kemasan botol galon karena yang tertera adalah keterangan mengenai produk AMDK.

Pasal 14 menyebutkan bahwa “Bagian utama Label sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 harus ditempatkan pada isi kemasan pangan yang paling mudah dilihat, diamati dan/atau dibaca oleh masyarakat pada umumnya”. Mengenai ketentuan pasal ini, aspek hukum perlindungan konsumen yang diberikan yaitu dengan memberikan kewajiban bagi pelaku usaha untuk memuat label pada tempat yang mudah dilihat oleh konsumen. Dengan demikian akan memudahkan konsumen untuk mengetahui dan membaca mengenai informasi atas produk yang dibelinya. Berkaitan dengan ketentuan pasal ini, maka pelaku usaha AMD isi ulang jelas telah melanggar ketentuan atau mencantumkan label keterangan mengenai produknya melainkan label yang tercantum pada galon adalah label AMDK. Selain itu, pelanggaran dapat juga dilakukan oleh pelaku usaha yang tidak menggunakan botol galon AMDK yang masih berlabel. Dalam hal ini, pelanggaran yang dilakukan adalah pada botol galon tersebut tidak dicantumkan label sama sekali atau bila mencantumkan label tetapi pada tempat yang sulit dilihat atau dibaca.

89

Berdasarkan ketentuan pasal-pasal di atas maka terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha AMD isi ulang dapat diajukan gugatan ke pengadilan negeri. Penyelesaian sengketa konsumen yang diajukan melalui badan peradilan umum ini tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang diatur dalam Pasal 48 jo 45 jo 64, dimana berlaku asas lex spesialis derogat lex generalis.

C. Peranan Pemerintah Dalam Rangka Pengawasan Terhadap Munculnya Usaha AMD Isi Ulang

Air minum yang dijual oleh pengusaha AMD isi ulang seharusnya ditujukan hanya untuk konsumen lokal. Maksudnya adalah produk AMD isi ulang yang diproduksi secara home industri tersebut, peredarannya terbatas hanya untuk dijual di daerah atau wilayahnya saja dan tidak dapat dipasarkan secara nasional. Hal ini merupakan salah satu yang membedakan antara produk AMD isi ulang dengan produk AMDK. Meskipun air minum dari Depot ini dapat memenuhi persyaratan mutu dan kualitas air minum sesuai dengan yang dipersyaratkan Keputusan Menteri Kesehatan, Kepmenkes Nomor 507/Menkes/SK/VII/2002, tetapi sarana ini tidak dapat memenuhi persyaratan proses sesuai dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 705/MPP/Kep/11/2003 yang antara lain mempersyaratkan adanya laboratorium untuk menguji AMDK secara rutin. Oleh karena itu, AMD isi ulang tidak boleh dikategorikan sebagai AMDK. AMD isi ulang hanya boleh sebatas menjual air minum, dan kalaupun menggunakan botol galon maka ini hanya merupakan wadah yang kemudian diantar ke konsumen untuk langsung dipasang di

dispensernya. AMD isi ulang seharusnya dikonsumsi segera dan tidak untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama. Karena persyaratan teknis industrinya yang berbeda dengan AMDK, maka produknya tidak boleh dikemas tertutup, disegel, diberi label sebagai AMDK dan dijual secara terbuka karena hal ini merupakan pelanggaran hukum dari Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 705/MPP/Kep/11/2003.

Mengingat penjualan air minum ini sifat peredarannya lokal, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan, Kepmenkes Nomor 507/Menkes/SK/VII/2002, maka pengawasan mutu air minum produksi AMD isi ulang hendaknya dilakukan oleh masing-masing Dinas Kesehatan yang ada di Kabupaten atau Kota. Untuk menjamin bahwa hanya AMD isi ulang yang memenuhi syarat yang dapat beroperasi di masing-masing Kabupaten atau Kota, maka seharusnya Pemerintah Kabupaten atau Kota, mengatur perizinan usaha AMD isi ulang dan memantaunya secara ketat sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan, Kepmenkes Nomor 507/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) tidak berwenang melakukan pengawasan karena wewenangnya ada pada Dinas Kesehatan setempat. Namun demikian permasalahan yang timbul yaitu, belum adanya Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur tentang keberadaan air isi ulang sehingga Dinas Kesehatan belum dapat berbuat apa-apa. Belum adanya peraturan yang mengharuskan setiap pengusaha AMD isi ulang memeriksakan produknya secara periodik, mengakibatkan tidak terjaminnya produk AMD isi ulang tersebut.

91

Peranan pemerintah dalam rangka pengawasan terhadap munculnya usaha AMD isi ulang yaitu dengan mengeluarkan beberapa peraturan seperti Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) maupun Keputusan Menteri Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Kepmendeperindag) yang terkait dengan usaha AMD isi ulang . Namun hal tersebut belumlah cukup, pemerintah juga harus mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) tentang perizinan AMD isi ulang sehingga nantinya Dinas Kesehatan Kota akan mempunyai senjata untuk menangani kasus-kasus yang sering terjadi berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha AMD isi ulang.

Mengingat konsumen harus dilindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan berkaitan dengan air minum dari AMD isi ulang, maka kesadaran konsumen untuk memperoleh air minum yang memenuhi syarat kesehatan harus selalu ditingkatkan. Dalam hal ini peranan pemerintah (melalui Dinas Kesehatan) dapat dilakukan dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat. Konsumen perlu diberitahu bagaimana memilih AMD isi ulang yang memenuhi syarat, misalnya membeli AMD isi ulang yang bersih, produknya memenuhi syarat seperti ditunjukkan oleh sertifikat analisis air yang mutakhir, instalasinya jauh dari tempat yang kotor dan kumuh, dan informasi penting lainnya yang harus diketahui oleh konsumen. Konsumen juga perlu diberitahu bahwa kontamisasi silang karena wadah yang kotor dapat saja terjadi. Dengan demikian wadah atau botol galon untuk air minum harus selalu bersih dan dibersihkan di Depot Air

Dokumen terkait