• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendirian dan beroperasinya usaha akan lebih diketahui serta diakui keberadaannya oleh pemerintah jika berbentuk badan usaha dan memiliki perizinan usaha. Kelengkapan dan keabsahan dokumen sangat penting karena ini merupakan dasar hukum yang harus dipegang apabila dikemudian hari timbul masalah. Keabsahan dan kesempurnaan dokumen dapat diperoleh dari pihak-pihak yang menerbitkan atau mengeluarkan dokumen tersebut.

6.5.1. Badan Hukum

Ada beberapa bentuk perusahaan dari segi yuridisnya di Indonesia. Bentuk badan usaha tersebut antara lain, perusahaan perseorangan, firma, Perseroan Komanditer (CV), Perseroan Terbatas (PT), perusahaan negara, perusahaan pemerintah, koperasi, dan yayasan. Usaha yang dirtintis sejak tahun 2007 ini memiliki badan usaha yaitu, perseroan komanditer (CV).

Perseroan komanditer (CV) merupakan persekutuan yang didirikan oleh beberapa orang dan masing-masing menyerahkan sejumlah uang, yang tidak perlu sama. Sekutu dalam perseroan komanditer ini ada dua macam, yakni (1) sekutu komplementer yaitu, orang-orang yang bersedia mengatur perusahaan; (2) sekutu komanditer yaitu, orang-orang yang mempercayakan modal usahanya dan bertanggung jawab sebatas modal yang diikutsertakan dalam perusahaan.

64 6.5.2. Perizinan

Ada beberapa jenis perizinan yang perlu dipersiapkan sebelum suatu usaha dijalankan untuk mendapatkan legalitas usaha. Perizinan usaha yang dimiliki CV WPIU adalah sebagai berikut:

1) Akta Pendirian

Akta pendirian biasanya dalam bentuk akta notaris yang berisi keputusan rapat pendirian oleh pendiri tentang anggaran dasar dan anggaran rumah tangga badan hukum usaha. CV WPIU dikenai biaya sebesar Rp 650.000 untuk mengurus akta pendirian.

2) Surat Keterangan Domisili Usaha

Surat ini dikeluarkan oleh Kelurahan sebagai bukti adanya persetujuan penguasaan daerah setempat. Sebelumnya, untuk mendapatkan persetujuan dari kelurahan, pihak pengurus perizinan membutuhkan tanda tangan persetujan dari warga yang bertempat tinggal di sekitar lokasi usaha atau persetujuan dari RT/RW setempat.

3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

NPWP ini dikeluarkan oleh Kantor Dinas Pajak Daerah. Untuk mendapatkan NPWP, badan hukum harus menyiapkan akta notaris pendirian yang berisi AD/ART, fotokopi KTP pemilik, dan Surat Keterangan Domisili Usaha. 4) Tanda Daftar Perusahaan

Undang-Undang No. 3 tahun 1983 mewajibkan perusahaan di Indonesia didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Setelah itu, perusahaan diberikan nomor Tanda Daftar Perusahaan. Karena itu, CV WPIU mendaftarkan usahanya.

5) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

CV WPIU mengurus izin usaha perdagangan ke Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Untuk mengurus izin, CV WPIU tidak dikenakan biaya atau dengan kata lain gratis.

6) Sertifikasi Halal

Sebagaian besar penduduk Indonesia beragama Islam. Dengan demikian, kehalalan produk yang dihasilkan menjadi sangat penting agar produk tersebut dapat diterima oleh semua konsumen dengan latar belakang agama

yang berbeda-beda. CV WPIU pun memiliki sertifikasi halal dengan No.MUI-JB 1006230904 untuk semua produk yang dihasilkannya dari Majelis Ulama Indonesia.

7) Izin Dinas Kesehatan

CV WPIU juga sudah mendapat izin dari BPPOM. Dengan adanya izin ini, produk yang dihasilkan CV WPIU sudah terdaftar dan layak untuk dikonsumsi. Seluruh produk yang dihasilkan CV WPIU baik jus dan sirup terdaftar dengan nomor IRT yang sama yaitu, 213327603088. Hal ini dikarenakan produk yang dihasilkan tidak lebih dari 20 jenis dan diproduksi oleh perusahaan yang sama dengan proses produksi yang hampir sama.

6.5.3. Perpajakan

Jumlah pajak yang menjadi kewajiban CV WPIU kepada negara adalah pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000 tentang tarif umum PPh wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap dimana sistem pajak ini adalah bersifat progresif. Adapun ketentuan tarif PPh adalah sebagai berikut:

1) Jika pendapatan < Rp 50.000.000 maka tarif pajak adalah 10 % x pendapatan. 2) Jika RP 50.000.000 < pendapatan < Rp 100.000.000 maka tarif pajak adalah

10 % x RP 50.000.000 + 15 % x (pendapatan- RP 50.000.000).

3) Jika pendapatan > Rp 100.000.000 maka tarif pajak adalah 10 % x RP 50.000.000 + 15% x (pendapatan- RP 50.000.000) + 30% x (pendapatan- RP 100.000.000).

6.5.4. Hasil Analisis Aspek Hukum

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dikatakan bahwa CV WPIU layak dilihat dari aspek hukum. Hal ini dikarenakan, CV WPIU sudah memiliki badan hukum dan memiliki perizinan-perizinan yang dibutuhkan dalam menjalankan suatu usaha. CV WPIU juga akan memenuhi kewajibannya kepada negara dengan membayar pajak sesuai dengan laba yang dihasilkan.

VII ASPEK FINANSIAL

Analisis finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu usaha dari segi keuangan. Analisis finansial yang dilakukan pada CV WPIU menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi yaitu, net present value (NPV),

internal rate of return (IRR), net benefit-cost ratio (Net B/C), dan payback period

(PBP). Arus kas (cash flow) digunakan untuk melakukan analisis terhadap ke-4 kriteria investasi karena dengan cash flow kita dapat mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu.

7.1. Arus Penerimaan (Inflow)

Arus penerimaan dalam usaha pengolahan ini dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu, pendapatan penjualan, pinjaman kepada pihak bank, dan nilai sisa. 7.1.1. Pendapatan Penjualan

Pendapatan penjualan dihitung dari perkiraan jumlah produksi dikalikan dengan harga jual. Pada tahun pertama dan kedua, CV WPIU berproduksi sebesar 70 persen dari kapasitas yang ingin dicapai karena, ini merupakan tahun-tahun awal produk yang dihasilkan dipasarkan di supermarket, sehingga produk belum dikenal konsumen secara luas dan ini juga merupakan awal CV WPIU memproduksi melebihi kapasitas yang sudah ada sebelumnya, sehingga dibutuhkan keterampilan dari tenaga kerja yang ada. CV WPIU berproduksi 100 persen untuk tahun ke-3 hingga tahun ke-10 karena sudah memiliki pengalaman dan produk sudah dikenal di pasaran. Pada tahun pertama dan kedua, CV WPIU akan memproduksi 259.200 botol jus dan 43.200 botol sirup. Sedangkan pada tahun ke-3 hingga ke-10, CV WPIU akan memproduksi 370.286 botol jus dan 61.715 botol sirup.

Harga jual eceran untuk seluruh jenis jus (1-119 botol) adalah Rp 3.500 dan seluruh jenis sirup (1-59 botol) adalah Rp 12.500. Harga jual grosir untuk seluruh jenis jus untuk (≥ 120 botol) adalah Rp 2.500 dan seluruh jenis sirup (≥ 60 botol) adalah Rp 9.000. Sedangkan harga jual kepada pihak supermarket untuk seluruh jenis jus adalah Rp 2.720 dan seluruh jenis sirup adalah Rp 9.010. Adapun proporsi penjualan yang dilakukan CV WPIU adalah 15 persen penjualan jus secara eceran, 17 persen penjualan sirup secara eceran, 41 persen penjualan jus

secara grosir, 50 persen penjualan sirup secara grosir, 44 persen penjualan jus ke supermarket, dan 33 persen penjualan sirup ke supermarket. Pendapatan yang diterima CV WPIU dari penjualan jus pada tahun pertama dan ke-2 adalah Rp 712.255.680 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 1.017.508.970 serta penjualan sirup pada tahun pertama dan ke-2 adalah Rp 414.192.680 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 591.505.510. Rincian pendapatan penjualan dapat dilihat pada Lampiran 1.

7.1.2. Pinjaman dari Bank

Penerimaan lain yang diperoleh CV WPIU adalah dari dana pinjaman kepada pihak bank yaitu, Bank Jabar Banten. Dana yang akan dipinjam kepada pihak bank adalah sebesar Rp 60.000.000. Dana ini digunakan CV WPIU untuk mengembangkan usahanya. Pinjaman yang diberikan pihak bank akan diangsur selama 10 tahun oleh CV WPIU dengan bunga pinjaman sebesar 14 persen. Pinjaman akan diangsur mulai tahun pertama hingga tahun ke-10. Angsuran yang akan dibayar oleh CV WPIU terdiri dari angsuran pokok pinjaman dan beban bunga.

7.1.3. Nilai Sisa

Penerimaan lain yang diperoleh CV WPIU adalah dari nilai sisa atau

salvage value. Nilai sisa merupakan nilai sisa barang modal yang tidak habis

terpakai selama umur usaha berlangsung dan dinilai saat umur usaha berakhir. Barang-barang modal CV WPIU yang memiliki nilai sisa adalah lahan.

CV WPIU akan membuka usaha di lahan yang luasnya 175m2. Lokasi tempat usaha berada di dekat jalan raya. Dengan demikian, harga lahan per m2 adalah Rp 1.000.000, sehingga nilai lahan yang dimiliki CV WPIU adalah senilai Rp 175.000.000. Lahan tidak mengalami penyusutan, sehingga nilainya pada akhir usaha sama dengan nilai awalnya yaitu, Rp 175.000.000. Rincian Nilai sisa dapat dilihat pada Lampiran 2.

68 7.2. Arus Pengeluaran (Outflow)

Arus pengeluaran dalam usaha ini dikelompokkan menjadi dua jenis. Arus pengeluaran tersebut adalah biaya investasi dan biaya operasional.

7.2.1. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat awal proyek. Namun, jika terdapat aset yang umur ekonomisnya kurang dari umur usaha, biaya investasi juga dikeluarkan selama umur usaha berlangsung yang disebut biaya reinvestasi. Total biaya investasi yang dikeluarkan CV WPIU dalam menjalankan usahanya adalah Rp 251.170.500. Rincian biaya investasi dan reinvestasi dapat dilihat pada Lampiran 2.

7.2.2. Biaya Operasional

Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama usaha berjalan. Biaya operasional meliputi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan dan nilainya sama setiap tahun. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan dalam proses produksi.

Biaya tetap yang dikeluarkan oleh CV WPIU untuk memproduksi jus dan sirup buah adalah gaji karyawan tetap, biaya barcode, biaya komunikasi, promosi, administrasi kantor dan angsuran pinjaman. Rincian biaya tetap dapat dilihat dari penjabaran berikut:

1) Tenaga kerja tetap yang dimiliki CV WPIU adalah 10 orang dengan gaji masing-masing adalah Rp 800.000 per bulan. Dengan demikian, biaya gaji karyawan tetap CV WPIU dalam setahun adalah Rp 96.000.000.

2) Biaya barcode dalam satu tahun adalah Rp 180.000

3) Biaya komunikasi yang dikeluarkan CV WPIU dalam menjalankan kegiatan usahanya selama satu tahun adalah Rp 6.000.000. Dengan asumsi, biaya komunikasi per bulannya adalah Rp 500.000.

4) Biaya administrasi kantor yang dikeluarkan selama satu tahun adalah Rp 1.800.000.

5) Biaya promosi yang dikeluarkan CV WPIU pada tahun pertama dan kedua

Rp 14.400.000 per tahun. Hal ini dikarenakan tahun pertama dan kedua merupakan awal produk jus dan sirup yang dihasilkan CV WPIU memasuki supermarket, sehingga dibutuhkan promosi yang lebih gencar agar produk yang dihasilkan lebih dikenal konsumen.

6) CV WPIU meminjam dana sebesar Rp 60.000.000 untuk mengembangkan usahanya kepada salah satu bank. Pinjaman tersebut diangsur setiap tahun selama 10 tahun dengan bunga sebesar 14 persen per tahun. Angsuran yang

dibayar CV WPIU setiap tahunnya selama 10 tahun adalah sebesar Rp 11.502.812. Angsuran yang dibayar tersebut termasuk pembayaran pokok

pinjaman dan biaya bunga. Rincian pokok pinjaman dan beban bunga yang dibayar CV WPIU dapat dilihat pada Lampiran 5.

Dari rincian biaya tetap di atas, diperoleh nilai dari total biaya tetap yang dikeluarkan CV WPIU pada tahun pertama dan kedua adalah Rp 135.882.812 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 129.882.812.

Biaya variabel yang dikeluarkan CV WPIU dalam menghasilkan jus dan sirup buah terdiri atas, biaya upah harian, buah belimbing manis, jambu biji merah, gula pasir, karagen, asam sitrat, natrium benzoat, botol jus dan sirup, label jus dan sirup, kardus jus dan sirup, gas LPG, listrik, dan transportasi. Rincian biaya variabel dapat dilihat dari penjabaran berikut.

1) Biaya upah tenaga kerja harian CV WPIU selama enam bulan. Tenaga kerja harian yang akan dipekerjakan adalah sebanyak lima orang dengan gaji masing-masing adalah Rp 23.500 per hari. Dengan demikian, total biaya upah harian selama 6 bulan adalah Rp 18.330.000. Biaya upah harian merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja yang membantu proses produksi.

2) Belimbing manis dan jambu biji merah yang digunakan adalah grade C, dimana harga belimbing manis dan jambu biji merah pada saat langka yaitu sekitar bulan Mei adalah Rp 5.000 dan Rp 4.000 pada saat panen raya dan hari biasa. Kebutuhan belimbing manis untuk jus dan sirup pada tahun pertama dan ke-2 adalah adalah 32.734 kg per tahun dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah 46.762 kg dan kebutuhan jambu biji merah untuk jus dan sirup pada tahun pertama dan ke-2 adalah 21.823 kg dan pada tahun ke-3

70 hingga ke-10 adalah 31.228 kg. Dengan demikian, total biaya pembelian buah pada pada tahun pertama dan ke-2 adalah Rp 222.775.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 318.455.000. Rincian biaya pembelian buah dapat dilihat pada Lampiran 3.

3) Biaya pembelian gula pasir yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 230.400.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 329.152.000

4) Biaya pembelian karagen yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 24.960.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 35.750.000.

5) Biaya pembelian asam sitrat yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp ke-2ke-2.176.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 31.658.000.

6) Biaya pembelian natrium benzoat yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 20.160.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 28.780.000.

7) Biaya pembelian kemasan jus (botol plastik) yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 207.360.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 296.228.800.

8) Biaya pembelian kemasan sirup (botol kaca) yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 43.200.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 61.715.000.

9) Biaya pembelian label jus yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 51.840.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 74.057.200.

10) Biaya pembelian label sirup yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 8.640.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 12.343.000.

11) Biaya pembelian kardus jus yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 21.600.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 30.858.000. Dimana satu kardus memuat 24 botol jus.

12) Biaya pembelian kardus sirup yang dikeluarkan selama tahun pertama dan 2 produksi adalah sebesar Rp 14.400.000 dan pada tahun 3 hingga ke-10 adalah Rp 20.572.000. Dimana satu kardus memuat 12 botol sirup.

13) Biaya pembelian gas LPG yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp Rp 23.400.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 33.450.000. Rincian biaya pembelian gula, karagen, asam sitrat, natrium benzoat, kemasan jus, kemasan sirup, label jus, label sirup, kardus jus, kardus sirup, dan gas LPG dapat dilihat pada Lampiran 4.

14) Biaya listrik yang dikeluarkan CV WPIU selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp Rp 22.800.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 32.600.000.

15) Biaya transportasi yang dikeluarkan CV WPIU selama tahun pertama dan 2 produksi adalah sebesar Rp Rp 24.010.000 dan pada tahun 3 hingga ke-10 adalah Rp 34.300.000.

Dari rincian biaya variabel diatas maka diperoleh nilai total biaya variabel yang dikeluarkan CV WPIU pada tahun pertama dan kedua adalah sebesar

Rp 956.051.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-9 adalah sebesar Rp 1.358.249.000. Rincian biaya operasional CV WPIU untuk menghasilkan jus

dan sirup selama satu tahun mulai tahun pertama hingga ke-10 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Biaya Operasional CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Tahun 1-10 (Rp/Tahun) No Uraian Jumlah Tahun 1-2 Jumlah Tahun 3-10 A Biaya Tetap 1 Upah tetap 96,000,000 96,000,000 2 Barcode 180,000 180,000 3 Komunikasi 6,000,000 6,000,000 4 Promosi 20,400,000 14,400,000 5 Administrasi kantor 1,800,000 1,800,000 6 Angsuran Pinjaman 11,502,812 11,502,812

Total biaya tetap 135,882,812 129,882,812

B Biaya variabel

1 Upah harian 18,330,000 18,330,000

2 Belimbing manis 133,664,000 190,945,000

3 Jambu biji merah 89,111,000 127,510,000

4 Gula pasir 230,400,000 329,152,000 5 Karagen 24,960,000 35,750,000 6 Asam sitrat 22,176,000 31,658,000 7 Natrium benzoat 20,160,000 28,780,000 8 Botol jus 207,360,000 296,228,800 9 Botol sirup 43,200,000 61,715,000 10 Label jus 51,840,000 74,057,200 11 Label sirup 8,640,000 12,343,000 12 Kardus jus 21,600,000 30,858,000 13 Kardus sirup 14,400,000 20,572,000 14 Gas LPG 23,400,000 33,450,000 15 Listrik 22,800,000 32,600,000 16 Transportasi 24,010,000 34,300,000

Total biaya variabel 956,051,000 1,358,249,000

C Total biaya operasional (A+ B) 1,091,933,812 1,488,131,812

7.3. Analisis Laba Rugi

Analisa laba rugi digunakan perusahaan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam periode tertentu. Komponen laba rugi usaha pembuatan jus dan sirup buah ini terdiri atas, pendapatan penjualan hasil produksi, biaya operasional, biaya penyusutan, beban bunga, dan pajak penghasilan. Laba sebelum pajak (EBT) diperoleh dari pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya operasional, beban bunga, dan biaya penyusutan. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada Lampiran 2. Laba setelah pajak (EAT) diperoleh dari laba sebelum pajak

dikurangi dengan pajak penghasilan. Pembebanan pajak penghasilan dihitung berdasarkan ketentuan UU RI No.17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan badan usaha.

CV WPIU telah memperoleh keuntungan mulai tahun pertama usaha hingga tahun ke 10 berdasarkan analisa laba rugi. Rincian analisa laba rugi CV WPIU dapat dilihat pada Lampiran 6.

7.4. Analisis Finansial

Analisis kelayakan finansial CV WPIU menggunakan prinsip nilai uang saat ini tidak sama dengan nilai uang dimasa akan datang. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi yaitu, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan

Payback Period (PBP).

Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa NPV usaha pembuatan jus dan sirup buah ini lebih besar dari nol yaitu, Rp 292.938.966. Hal ini menunjukkan usaha yang akan dijalankan CV WPIU memberikan manfaat bersih sebesar Rp 292.938.966 selama kurun waktu 10 tahun dengan kapasitas produksi menghasilkan 370.286 botol jus per tahun dan 61.715 botol sirup per tahun yang dipasarkan ke supermarket, eceran, maupun secara grosir. Dengan demikian, berdasarkan kriteria NPV usaha ini layak untuk dilaksankan.

Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 48,95 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu, 14 persen. Hal ini menunjukkan tingkat pengembalian yang diberikan usaha dari modal yang telah diinvestasikan adalah sebesar 48,95 persen. Hal ini juga menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan menguntungkan karena lebih besar dari tingkat suku bunga kredit dari dana yang dipinjam. Dengan demikian, berdasarkan kriteria IRR usaha ini layak untuk dilaksanakan.

Net B/C yang diperoleh adalah sebesar 3,09. Hal ini berarti setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha ini akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 3,09. Hal ini juga menunjukkan bahwa pendapatan bersih yang diperoleh adalah 3,09 dari biaya. Nilai Net B/C yang dihasilkan lebih besar dari 1. Karena itu, usaha pembutan jus dan sirup buah ini layak untuk dilaksanakan.

74

Payback period yang diperoleh adalah 3,76 tahun atau sama dengan

3 tahun 7 bulan 4 hari. Hal ini berarti, usaha dapat mengembalikan modal sebelum umur usaha berakhir. Nilai Payback period ini cukup singkat, sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Hasil perhitungan keempat kriteria kelayakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 10. Perhitungan cashflow usaha pembuatan jus dan sirup buah CV WPIU dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tabel 10. Hasil Perhitungan Kriteria Kelayakan Finansial CV Winner Perkasa Indonesia Unggul

Kriteria Kelayakan Finansial Hasil

NPV Rp 292.938.966

IRR 48,95 persen

Net B/C 3,09

PBP 3,76 tahun

7.6. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)

Analisis nilai pengganti (switching value) digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan penjualan yang dapat ditolerir, sehingga usaha masih layak untuk dilaksanakan.

Switching value ditentukan dengan uji coba, sehingga menghasilkan keuntungan

normal yaitu, NPV sama dengan 0, IRR mendekati atau sama dengan tingkat suku bunga, dan Net B/C sama dengan 1.

Usaha pembuatan jus dan sirup yang bahan baku utamanya merupakan buah-buahan tentu sangat dipengaruhi oleh ketersediaan buah. Namun, CV WPIU terletak di kecamatan Sawangan yang merupakan salah satu sentra penghasil belimbing manis dan jambu biji merah. Dengan demikian, ketersediaan bahan baku buah-buahan lebih terjamin. CV WPIU juga menetapkan harga pembelian bahan baku buah-buahan yang lebih tinggi dari harga di pasar, baik dalam keadaan bahan baku langka maupun panen raya kepada kelompok tani, sehingga CV WPIU tidak menghadapi harga bahan baku yang lebih tinggi daripada yang ditetapkan pada petani. Dengan demikian, ketersediaan dan harga buah-buahan tidak berpengaruh signifikan terhadap usaha ini. Bahan baku yang sangat berpengaruh terhadap usaha ini adalah gula pasir dan botol jus karena memegang

proporsi yang besar dalam biaya usaha. Selain itu, penurunan penjualan jus dan sirup buah juga perlu dianalisis. Hal ini dikarenakan, apabila persaingan semakin ketat dan produk tidak lagi di dalam tahap pertumbuhan.

Dengan demikian, variabel yang dianalisis merupakan variabel yang dianggap signifikan terhadap usaha yaitu, harga gula pasir, botol jus, penjualan jus, dan penjualan sirup. Kita akan memperoleh jumlah maksimum kenaikan harga gula pasir dan botol jus serta penurunan maksimum penjualan jus dan sirup yang membuat usaha ini masih tetap layak untuk dijalankan melalui analisis

switching value. Hasil analisis switching value pada usaha pembuatan jus dan

sirup buah ini dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Analisis Switching Value CV Winner Perkasa Indonesia Unggul

Uraian Switching Value (%)

Harga gula pasir Naik maksimal sebesar 18,84

Harga botol jus Naik maksimal sebesar 20,94

Penjualan Jus Turun maksimal sebesar 6,09

Penjualan Sirup Turun maksimal sebesar 10,48

Kita dapat melihat berdasarkan hasil analisis switching value, bahwa jika kenaikan harga gula pasir sebesar 18,84 persen dan kenaikan harga botol jus mencapai 20,94 persen maka usaha pembuatan jus dan sirup ini masih memperoleh keuntungan normal. Selain itu, penurunan penjualan jus sebesar 6,09 persen dan penurunan penjualan sirup sebesar 10,48 persen pun, CV WPIU masih mampu menghasilkan keuntungan normal.

CV WPIU menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga gula pasir

mengalami kenaikan melebihi 18,84 persen yaitu, sebesar Rp 1.507,2 per kilogram. NPV usaha akan lebih kecil dari nol atau negatif, IRR lebih kecil

Dokumen terkait