• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

4.2 Hasil penelitian dan pembahasan

4.2.4 Aspek Kelayakan Finansial

Aspek kelayakan finansial usaha integrasi antara jeruk dengan sapi ataupun non integrasi perlu diperhitungkan untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan tersebut telah layak secara finansial ataukah belum layak. Pengukuran kelayakan usaha berdasarkan aspek finansial mutlak dibutuhkan untuk melihat bagaimana prospek usaha tersebut kedepannya dan upaya pengembangan usaha yang dapat dilakukan.

Analisis aspek finansial dilihat berdasarkan hasil perhitungan R/C, perolehan keuntungan, persentase keuntungan, perhitungan arus masuk penerimaan dan pengeluaran.

a) Analisis finansial biaya usaha tani integrasi dan non integrasi di Kabupaten Karo

Analisis finansial pada biaya antara integrasi dan non integrasi di Kabupaten Karo adalah di lihat berdasarkan penerimaan total, total biaya, biaya tetap, biaya tidak tetap, keuntungan, persentase keuntungan, dan R/C, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 4.12 Komparasi analisis finansial pada usaha tani integrasi dan non integrasi di Kabupaten Karo (ha) : Maret 2012 - Februari 2013

No. Komponen Integrasi

(Rp) Non Integrasi (Rp) 1 Penerimaan Total (TR) 217.468.068 101.970.624 2 Total Biaya (TC) 108.963.504 47.708.715 - Biaya Tetap (Rp) 3.275.127 2.911.222

- Biaya Tidak Tetap (Rp) 105.688.377 44.797.493

3 Keuntungan (Rp) 108.504.564 54.261.905

4 Persentase Keuntungan(%) 99,58 113,74

5 R/C (ratio) 2,00 2,13

Sumber : Lampiran 3 dan 4

Berdasarkan Tabel 4.12. dapat diketahui bahwa keuntungan yang diperoleh dari penerimaan total hasil usaha integrasi sebesar Rp.108.504.564 sedangkan pada non integrasi adalah sebesar Rp. 54.261.905,- dengan perolehan persentase keuntungan pada usaha integrasi 99,58 % sedangkan non integrasi adalah sebesar 113,74 %, hal ini disebabkan oleh karena volume usaha integrasi lebih besar dari pada non integrasi. Sedangkan biaya tidak tetap Rp 105.688.377,-

untuk usaha integrasi dan Rp 44.797.493,- untuk usaha non integrasi, perbedaan ini disebabkan karena usaha integrasi petani harus membeli sapi bakalan dan pakan konsentrat serta tenaga kerja untuk memelihara ternak sapi. Bila dilihat kelayakan finansial dapat diketahui bahwa kedua bentuk usaha tani tersebut layak untuk diusahakan karena nilai R/C antara usaha integrasi dan non integrasi tidak menunjukkan nilai yang negatif.

b) Analisis pendapatan antara integrasi dan non integrasi

Analisis pendapatan merupakan arus manfaat bersih sebagai hasil pengurangan arus biaya terhadap arus manfaat. Analisis pendapatan terdiri beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan tahap-tahap kegiatan usaha. Unsur-unsur tersebut terdiri atas total penerimaan dan total biaya usaha tani dalam satu periode atau satu tahun. Berikut dapat dilihat analisis pendapatan usaha tani antara integrasi dan non integrasi.

Tabel 4.13. Komparasi penerimaan dan biaya pada usaha tani antara integrasi dan non integrasi di Kabupaten Karo (ha), Maret 2012 – Februari 2013

No.

Uraian Komponen Jenis Usaha

Integrasi (Rp) Non Integrasi (Rp)

I Variabel Biaya Usaha Tani 108.963.504 47.708.715

Sarana Produksi 71.636.077 26.525.093

Prasarana dan Peralatan 3,275,127 2.911.222

Tenaga Kerja 30.195.300 14.890.400 Biaya Lainnya 3.857.000 3.382.000 II Variabel Penerimaan 217.196.293 101.970.624 Jeruk 115.890.768 101.970.624 Induk/Sapi 99.075.000 - Kotoran Ternak 2.230.525 - Net Benefit (Rp) 108.232.789 54.261.905

Dari Tabel 4.13. dapat diketahui biaya dan penerimaan antara integrasi dan non integrasi. Biaya pada usaha integrasi dan non integrasi masing-masing sebesar Rp. 108.963.504,- dan Rp. 47.708.715,- sedangkan penerimaan antara usaha integrasi dan non integrasi masing-masing Rp. 217.196.293,- dan Rp. 101.970.624,- .Net benefit integrasi lebih besar dibandingkan dengan non integrasi, biaya usaha tani meliputi biaya-biaya operasional yang terdiri atas biaya sarana produksi, prasarana dan peralatan, tenaga kerja dan biaya-biaya lainnya. Penerimaan meliputi hasil penjualan sapi, jeruk dan kotoran ternak sapi.

c) Variabel-variabel biaya pada usaha tani integrasi dan non integrasi

- Biaya sarana produksi

Biaya sarana produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan ketika melakukan kegiatan usaha. Biaya sarana produksi meliputi biaya-biaya yang harus dipenuhi untuk kebutuhan dalam kegiatan budidaya tanaman jeruk dan penggemukan sapi. Tanpa biaya-biaya ini kegiatan usaha tidak akan dapat berjalan dengan lancar. Berikut dapat dilihat biaya sarana produksi pada kegiatan usaha tani integrasi dan non integrasi di Kabupaten Karo Tahun 2013.

Tabel 4.14. Komparasi sarana produksi kegiatan usaha tani integrasi dan non integrasi di Kabupaten Karo (ha), Maret 2012- Februari 2013

Sarana Produksi

Integrasi (Rp) Non Integrasi (Rp)

a.Pupuk Anorganik - - - Urea 644.400 855.000 - SP.36 720.000 812.000 - KCl 1.216.800 1.489.800 - SS - 1.298.080 - NPK Phonska 791.200 936.100 - ZA 373.800 501.200 - Dolomit 512.000 461.000 - RY BAS 888.000 1.424.000 - Paten Kalibutir 843.200 1.351.600 - Hydro Grower 317.200 1.128.400 - Hydro Boron 616.000 457.600

b. Pupuk Organik / Pupuk Kandang 2.230.525 3.274.350

c. ZK 616.000 1.964.900 d. Kiesrit - 578.345 e. Insektisida 4.132.972 4.330.548 f. Fungisida 4.316.680 5.066.151 g. Herbisida - 153.000 h. PPC/ZPT - 221.556 i. Perata/perekat - 221.463 j. Sapi Bakalan 47.685.000 - k.Pakan Konsentrat 5.732.000 - Jumlah 71.636.077 26.525.093

Sumber : Lampiran 3 dan 4

Berdasarkan Tabel 4.14. diketahui bahwa pada sarana produksi anorganik dan organik di daerah penelitian terdapat perbedaan, hal ini dapat terjadi karena efek penggunaan pukan sapi atau pupuk organik dalam jangka waktu yang panjang penggunaan pupuk akan dapat meningkatkan kesuburan tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Bank Indonesia (2010) pupuk kandang memiliki kelebihan mampu memperbaiki kondisi tanah sehingga selain lebih gembur juga tidak mudah tererosi. Selain itu pupuk kandang juga memiliki sifat pelepasan unsur hara yang lambat sehingga efektif untuk diserap oleh tanaman dan tidak ada

residu unsur hara yang terbuang ke saluran air sehingga tidak mencemari perairan umum.

Disamping itu pupuk kandang yang digunakan pada usaha integrasi lebih asli dan terjamin kualitasnya karena diperoleh dari kotoran ternak sendiri, sedangkan pupuk kandang usaha non integrasi diperoleh dari tempat lain dimana kualitasnya kurang baik karena bercampur dengan benda-benda yang lain.

Adanya perbedaan pada dosis pupuk antara petani yang menjalankan pola integrasi dan non integrasi dapat pula disebabkan sifat dan ciri tanah seperti tekstur yang berbeda pada masing-masing daerah. Hal ini sesuai dengan literatur Musa, dkk. (2006) yang mengatakan bahwa tekstur tanah berkaitan dengan frekuensi pemupukan dan penentuan dosis pupuk. Pada tekstur pasir dosis harus sedikit-sedikit tapi dengan frekuensi yang berulang, sedangan pada tekstur tanah liat pemberian pupuk dengan dosis cukup banyak dan diberikan satu kali saja.

Usaha tani integrasi dari Tabel 4.14. dapat diketahui tidak menggunakan herbisida, PPC/ZPT dan Perekat sedangkan petani non integrasi mengaplikasikannya, hal ini dilakukan oleh petani untuk menghindari keracunan pada hewan ternak pada saat pemberian pakan.

Perbedaan selanjutnya dapat dilihat bahwa penggunaan dolomit pada petani Integrasi lebih besar dibandingkan dengan penggunaan dolomit oleh petani non integrasi, ini dapat terjadi karena pH tanah yang berbeda pada masing-masing tempat. Pupuk dolomit yang diberikan berfungsi untuk menaikkan pH tanah sesuai dengan SOP jeruk siam madu (2006) yang menyatakan bahwa pemberian dolomit digunakan untuk mencegah penurunan pH tanah.

- Biaya Sarana dan Peralatan

Biaya sarana produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan ketika melakukan sebuah usaha. Biaya sarana produksi meliputi biaya-biaya yang harus dipenuhi untuk sarana dan peralatan yang dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan budidaya tanaman jeruk dan kegiatan penggemukan sapi. Tanpa biaya-biaya ini kegiatan usaha tidak akan dapat berjalan dengan lancar. Berikut dapat dilihat biaya sarana dan peralatan usaha tani integrasi dan non integrasi di Kabupaten Karo Tahun 2013.

Tabel 4.15. Komparasi biaya sarana dan peralatan usaha tani integrasi dan non integrasi di Kabupaten Karo (ha), Maret 2012 – Februari 2013

Prasarana dan Peralatan Usaha Tani

Integrasi (Rp) Non Integrasi (Rp)

a. Pembangunan Kandang Sapi 276.000 -

b. Pagar 660.000 777.500 c. Bak air 485.000 470.000 d. Gubuk 770.000 687.000 e. Sorong beko 91.667 91.667 f. Cangkul 167.751 66.999 g. Hand Sprayer 125.050 82.000 h. Power Sprayer 525.000 510.000 i. Gunting Jeruk 57.600 28.050 j. Garu 14.840 39.506 k. Sekop 12.720 33.125 l. Parang 63.999 99.375 m.Tenda 25.500 26.000 Jumlah 3.275.127 2.911.222

Sumber : Lampiran 3 dan 4

Dari tabel 4.15 dapat dilihat biaya prasarana dan peralatan pada kegiatan usaha tani integrasi dan non integrasi. Secara umum bahwa kegiatan usaha tani yang mengintegrasikan antara tanaman jeruk dengan usaha penggemukan sapi memiliki tingkat cost yang lebih besar dibandingkan dengan non integrasi. Biaya

yang diperlukan untuk sarana produksi pada usaha tani yang menerapkan integrasi adalah sebesar Rp.3.275.127 sedangkan usaha tani yang menerapkan non integrasi sebesar Rp.2.911.222. Selisih biaya yang harus dikeluarkan antara usaha tani yang menerapkan pola integrasi dan non integrasi adalah sebesar Rp. 363.905.

Tabel 4.15 juga dapat dilihat bahwa harga gunting, garu, sekop dan parang pada usaha integrasi dan non integrasi ada perbedaan, hal ini disebabkan oleh kualitas dan merek dagang peralatan usaha tani dimana semakin tinggi kualitas alat maka semakin tinggi pula harga peralatan tersebut.

- Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja adalah biaya yang harus dikeluarkan ketika melakukan sebuah usaha. Biaya tenaga kerja diperlukan untuk membiayai seseorang yang bekerja untuk melakukan bagian dari proses porduksi. Berikut dapat dilihat biaya tenaga kerja usaha tani integrasi dan non integrasi di Kabupaten Karo Pada Tahun 2012-2013.

Tabel 4.16. Komparasi biaya tenaga kerja usaha tani integrasi dan non integrasi di Kabupaten Karo (ha), Maret 2012 – Februari 2013

Tenaga Kerja Usaha Tani

Integrasi (Rp) Non Integrasi (Rp)

a. Pemupukan 550.000 650.000

b. Penyiangan 1.800.000 2.400.000

c. Pemangkasan 2.000.000 2.070.000

d. Penyemprotan 6.600.000 6.200.000

e. Pemeliharaan Ternak Sapi 15.187.500 -

f. Panen Jeruk 4.057.800 3.570.400

Jumlah 30.195.300 14.890.400

Sumber : Lampiran 3 dan 4

Berdasarkan Tabel 4.16. dapat diketahui bahwa biaya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh usaha tani dengan integrasi lebih tinggi dibandingkan dengan

usaha tani dengan metode non integrasi yaitu sebesar Rp.30.195.300 dan Rp.14.890.400. Hal ini disebabkan oleh pada usaha integrasi petani harus mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan sapi sebesar Rp.15.187.500. Penggunaan tenaga kerja pada usaha integrasi terdiri dari tenaga kerja keluarga dan luar keluarga. Berikut dapat dilihat penggunaan tenaga kerja pada kegiatan integrasi dan non integrasi

Tabel 4.17 : Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga pada kegiatan usaha integrasi dan non integrasi (Ha) dengan populasi ternak pada integrasi 3 Ekor Maret 2012 – Februari 2013 Uraian Tenaga kerja Jumlah (Rp) Dalam Keluarga (Rp) Luar Keluarga (Rp) Integrasi a. Pemupukan 378.125,00 171.875,00 550.000 b. Penyiangan 1.237.500,00 562.500,00 1.800.000 c. Pemangkasan 1.375.000,00 625.000,00 2.000.000 d. Penyemprotan 4.537.500,00 2.062.500,00 6.600.000 e. Pemeliharaan ternak 10.441.406,25 4.746.093,75 15.187.500 f. Panen Jeruk 2.789.737,50 1.268.062,50 4.057.800 Jumlah 20.759.268,75 9.436.031,25 30.195.300 Non Integrasi a. Pemupukan 483.470,00 166.530,00 650.000 b. Penyiangan 1.785.120,00 614.880,00 2.400.000 c. Pemangkasan 1.539.666,00 530.334,00 2.070.000 d. Penyemprotan 4.611.560,00 1.588.440,00 6.200.000 e. Panen Jeruk 2.655.663,52 914.736,48 3.570.400 Jumlah 11.075.479,52 3.814.920,48 14.890.400

Sumber : Lampiran 20 diolah

Dari tabel 4.17. dapat diketahui bahwa penggunaan tenaga kerja dalam keluarga sebanyak 69% pada usaha integrasi dan 74% pada usaha non integrasi sedangkan selebihnya adalah tenaga kerja luar keluarga yaitu 31% dan 26%. Hal

ini disebabkan karena peranan antara suami istri dan anak dalam bekerja secara langsung cukup dominan, dimana mereka disamping pengelola usaha juga sebagai pekerja langsung dalam mengoperasionalkan usaha. Secara tidak langsung bahwa pendapatan dan upah tenaga kerja merupakan pendapatan tambahan diluar Net Benefit.

d. Biaya lain-lain

Biaya lain-lain adalah biaya yang diperlukan untuk memperlancar kegiatan produksi seperti biaya packing dan transportasi. Kegiatan produksi ini merupakan biaya tidak tetap, dan biasanya sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi. Berikut dapat dilihat biaya lain-lain usaha tani integrasi dan non integrasi di Kabupaten Karo Tahun 2012-2013.

Tabel 4.18. Komparasi biaya lain-lain usaha tani integrasi dan non integrasi di Kabupaten Karo (ha),Maret 2012 – Februari 2013

Lain-Lain Usaha Tani Integrasi (Rp) Non Integrasi (Rp) Integrasi (Rp/keranjang) Non Integrasi (Rp/keranjang) a. Biaya Packing 3.045.000 2.670.000 15.000 15.000 b. Biaya Transportasi 812.000 712.000 4.000 4.000 Jumlah 3.857.000 3.382.000

Sumber : Lampiran 3 dan 4

Dari tabel 4.18. dapat dilihat biaya lain-lain pada kegiatan usaha tani integrasi dan non integrasi. Secara umum bahwa kegiatan usaha tani yang mengintegrasikan antara tanaman jeruk dengan usaha penggemukan sapi memerlukan biaya yang hampir sama, yaitu sebesar Rp 3.857.000 dan Rp 3.382.000 perbedaan ini disebabkan karena volume produksi buah jeruk lebih

besar pada kegiatan integrasi. Biaya tersebut digunakan untuk kegiatan packing dan transportasi untuk tanaman jeruk.

Berdasarkan Tabel 4.18. juga dapat dilihat bahwa biaya packing dan transportasi yang dikeluarkan oleh petani integrasi dan non integrasi tidak berbeda yaitu biaya packing Rp. 15.000/keranjang sedangkan biaya transportasi sebesar Rp. 4.000/keranjang. Banyak keranjang yang diperoleh adalah sebesanyak 203 keranjang untuk usaha tani integrasi dan 178 keranjang pada usaha tani non integrasi dengan berat keranjang adalah sebesar 100 kg.

e) Variabel penerimaan pada usaha tani integrasi dan non integrasi

Variabel penerimaan merupakan pemasukan dalam suatu kegiatan usaha. Variabel penerimaan akan dapat meningkatkan pendapatan pada suatu kegiatan usaha, semakin beragam dan bertambahnya penerimaan akan meningkatkan pendapatan dan keuntungan pada suatu kegiatan usaha. Nilai variabel penerimaan pada kegiatan usaha tani antara integrasi dan non integrasi di Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel berkut ini :

Tabel 4.19. Komparasi variabel penerimaan pada kegiatan usaha tani antara integrasi dan non integrasi di Kabupaten Karo (ha),Maret 2012 - Februari 2013

Variabel Penerimaan Usaha Tani

Integrasi (Rp) Non integrasi (Rp)

Harga Buah Jeruk (Rp.) 115.890.768 101.970.624

Produksi (Kg) 20.289 17.852

Harga Jual Ternak Sapi - -

a. Induk/Sapi Besar ( 6 ekor) 99.075.000 -

b. Kotoran Ternak (8111 kg) 2.230.525 -

Jumlah 217.196.293 101.970.624

Dari Tabel 4.19 dapat diketahui penerimaan pada kegiatan usaha tani yang menerapkan pola integrasi dan non integrasi di Kabupaten Karo pada Tahun 2012-2013, penerimaan pada usaha tani yang menerapkan pola integrasi memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan non integrasi.

Variabel penerimaan yang dihasilkan dari kegiatan integrasi dan non integrasi berbeda, variabel masuk penerimaan pada kegiatan integrasi berasal dari kegiatan penjualan buah jeruk, penjualan sapi, dan penjualan kotoran ternak sapi, besarnya variabel masuk tersebut pada masing-masing kegiatan adalah sebesar Rp 115.890.768 ; Rp 99.075.000 dan Rp 2.230.300 sehingga total sebesar Rp 217.196.293. Sedangkan sumber variabel masuk pada usaha tani non integrasi hanya berasal dari hasil penjualan jeruk dengan nilai sebesar Rp 101.970.624.

Dokumen terkait