• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Aspek Kelayakan Usaha Tani Integrasi dan Non Integrasi

Analisis kelayakan finansial adalah penilaian atas proyek atau usaha tani yang didasarkan pada apakah usaha tani tersebut nantinya secara finansial menguntungkan atau tidak. Dengan diketahuinya layak atau tidak suatu usaha tani maka akan membantu pengembangan dan perencanaan usaha tani tersebut di masa yang akan datang (Suprapto, dkk., 2004).

Mubyarto (1991), menjelaskan bahwa pendapatan adalah hasil pengurangan antara hasil penjualan dengan semua biaya yang di keluarkan mulai dari produksi sampai pada produk tersebut berada pada tangan konsumen. Pada dasarnya petani dalam meningkatkan produksi adalah untuk meningkatkan pendapatan yang akan di terimanya. Hasil produksi yang di hasilkan dari setiap

penerimaan yang di peroleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan petani (Kartosapoetra, 1991).

Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Jadi : Pd = TR – TC

Keterangan :

Pd = Pendapatan usaha tani TR = Total penerimaan TC = Total biaya (Soekartawi, 1995).

Biaya dalam usaha tani dapat dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai usaha tani adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani, sedangkan biaya yang diperhitungkan merupakan biaya yang secara tidak tunai dikeluarkan petani. Biaya yang diperhitungkan dapat berupa faktor produksi yang digunakan petani tanpa mengeluarkan uang tunai seperti sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri, penggunaan tenaga kerja keluarga, penggunaan benih dari hasil produksi dan penyusutan dari sarana produksi (Defri, 2011).

Biaya produksi adalah banyaknya input yang digunakan dalam proses produksi dikalikan harga. Menurut (Suratiyah, 2006) biaya produksi diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

- Biaya tetap (fixed cost) biaya yang tidak habis dalam satu kali produksi. Biaya tetap terdiri dari : biaya kandang (penyusutan kandang), penyusutan alat, lahan tempat didirikan kandang.

- Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang habis digunakan dalam satu kali proses produksi. Terdiri dari: sarana produksi, upah tenaga kerja, suku bunga, biaya pembelian ternak.

Selain biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost), menurut Swartha dan Sukartjo (1993) ada juga yang disebut dengan biaya total yang merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya total juga merupakan jumlah biaya tetap dan biaya variabel yang dibebankan pada setiap unit yang disebut biaya total rata-rata (average total cost).

Biaya total = Biaya Tetap + Biaya Variabel

Untuk menganalisis pendapatan usaha tani diperlukan informasi mengenai keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usaha tani merupakan nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan harga satuan dari hasil produksi tersebut. Sementara yang disebut pengeluaran usaha tani adalah nilai penggunaan faktor-faktor produksi dalam melakukan proses produksi usaha tani (Defri, 2011).

Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:

��� = �� .���

Keterangan :

TRi = Total penerimaan suatu usaha tani-i

Yi = Produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani-i Pyi = Harga Y suatu usaha tani-i

Bila macam tanaman yang diusahakan adalah lebih dari satu, maka rumusnya berubah menjadi : �� = � �.�� � �=1 Keterangan :

n = Jumlah macam tanaman yang diusahakan

Dalam menghitung total penerimaan usaha tani perlu dipisahkan : (a) analisis parsial usaha tani; dan (b) analisis keseluruhan usaha tani. Jadi, kalau sebidang tanah ditanami tiga tanaman (misalnya tanaman padi, jagung, dan ketela pohon), dan bila tanaman yang akan diteliti adalah salah satu macam tanaman saja, maka analisis seperti ini disebut analisis parsial. Sebaliknya kalau ketiga- tiganya seperti ini disebut analisis keseluruhan usaha tani (wholefarm analysis) (Soekartawi, 1995).

Analisis R/C ratio merupakan salah satu syarat untuk mengevaluasi kelayakan usaha tani. R/C ratio adalah perbandingan antara penerimaan dengan total biaya per usaha tani (Suratiyah, 2009).

Penjelasan mengenai R/C dikutip dari Rahim dan Hastuti (2008) yang menyatakan bahwa Analisis Return Cost (R/C) ratio merupakan perbandingan (rasio atau nisbah) antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

a = R/C R = Py x Y C = FC + VC

dimana :

a : R/C ratio

R : Penerimaan (Revenue) C : Biaya (cost)

Py : Harga Output

FC : Biaya Tetap (Fixed Cost) VC : Biaya Variabel

Kriteria Keputusan : R/C >1, usaha tani untung R/C <1, usaha tani rugi

R/C=1, usaha tani impas (tidak untung/tidak rugi).

b) Analisis Pendapatan

Analisis pendapatan merupakan penerimaan dan pengeluaran yang mengubah kondisi finansial proyek atau perusahaan setiap periode pembukuan (bulan, triwulan, semester, atau tahun). Pengeluaran dapat bersumber dari aktifitas financing (bantuan pinjaman oleh pihak luar), hasil penjualan produk, ataupun investasi oleh pihak lain, sedangkan penerimaan diakibatkan oleh pembiayaan- pembiayaan yang dilakukan. Dengan demikian, analisis pendapatan secara sederhana merupakan pergerakan keluar dan masuknya dana ke suatu bisnis atau proyek pada periode tertentu sehingga menggambarkan perubahan kondisi finansial proyek atau bisnis tersebut dari satu periode ke periode berikutnya. Selain itu, analisis pendapatan dapat juga mewakili proyeksi aliran dana suatu peluang bisnis atau investasi yang menggambarkan jumlah dan saat terjadinya

pemasukan (income atau revenue) dan pengeluaran (expenditure atau cost) selama life cycle dari proyek atau investasi tersebut (Soekartawi, 1995).

Analisis pendapatan merupakan arus manfaat bersih hasil pengurangan arus biaya terhadap arus manfaat. Analisis pendapatan terdiri dari beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan tahap-tahap kegiatan bisnis. Unsur-unsur tersebut terdiri atas penerimaan,pengeluaran, manfaat bersih (net benefit) dan manfaat bersih tambahan (incremental net benefit) bila diperlukan.

Analisis pendapatan memperhitungkan nilai penerimaan uang tunai dan nontunai yang dinilai uangkan dengan opportunity cost serta biaya yang semua dinilai uangkan. Dengan demikian tujuan utama laporan adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode. Untuk mencapai tujuan ini, laporan penerimaan dan pembayaran melaporkan : kas yang mempengaruhi operasi selama suatu periode, transaksi investasi, transaksi pembiayaan, dan kenaikan atau penurunan bersih kas selama satu periode.

c) Aspek Teknis

Aspek teknis pada usaha tani integrasi dan nonintegrasi memiliki perbedaan. Usaha taninon integrasi hanya membudidayakan tanaman jeruk sedangkan integrasi menggabungkan antara budidaya tanaman jeruk dengan budidaya sapi.

Aspek teknis pada usaha tani integrasi meliputi pada budidaya tanaman jeruk dan usaha penggemukan sapi. Aspek teknis dan produksi ini akan menjelaskan mengenai proses pemeliharaan; persyaratan teknis, yang meliputi :

penyiapan lahan lokasi penggemukan, kandang, sapi bakalan, pakan, pemeliharaan, panen dan limbah; serta kendala dalam penggemukan sapi potong.

Menurut Bank Indonesia (2010) bahwa lokasi lahan usaha baik untuk sapi import maupun sapi lokal memerlukan persyaratan sebagai berikut :

- Memiliki prasarana yang memadai untuk usaha penggemukan sapi (lokasi, lahan relatif datar, tersedia sumber air, kebutuhan air mencapai 70 liter/ ekor/hari).

- Memiliki sarana yang mencukupi untuk melakukan usaha penggemukan sapi (bangunan, peralatan, bakalan, pakan, obat hewan, tenaga kerja).

- Memahami proses produksi (aspek pemilihan bakalan, aspek perkandangan, aspek pakan, aspek kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat peternak, dan aspek penanganan hasil).Mudah di jangkau oleh truk (mobil angkutan).

Berdasarkan petunjuk teknis dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (2007)tentang petunjuk teknis persyaratan kandang sapi terdiri atas :

1. Pemilihan Lokasi

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan pada saat pemilihan lokasi antara lain :

- Tersedianya sumber air, terutama untuk minum, memandikan ternak dan membersihkan kandang

- Dekat dengan sumber pakan.

- Transportasi mudah, terutama untuk pengadaan pakan dan pemasaran - Areal yang ada dapat diperluas

2. Letak Bangunan

Beberapa hal yang harus di perhatikan letak bangunan dalam kandang sapi antara lain:

- Mempunyai permukaan yang lebih tinggi dengan kondisi sekelilingnya, sehingga tidak terjadi genangan air dan pembuangan kotoran lebih mudah. - Tidak berdekatan dengan bangunan umum atau perumahan, minimal 10

meter

- Tidak menggangu kesehatan lingkungan - Agak jauh dengan jalan umum

- Air limbah tersalur dengan baik

3. Konstruksi

Konstruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, mempunyai sirkulasi udara yang baik, tidak lembab dan mempunyai tempat penampungan kotoran beserta saluran drainasenya. Kontruksi kandang harus mampu menahan beban benturan dan dorongan yang kuat dari ternak. serta menjaga keamanan ternak dari pencurian. Penataan kandang dengan perlengkapannya hendaknya dapat memberikan kenyamanan pada ternak, serta memudahkan kerja bagi petugas dalam memberi pakan dan minum, pembuangan kotoran dan penanganan kesehatan ternak.

4. Bahan

Pemilihan bahan kandang hendaknya harus sesuai dengan kemampuan ekonomi dan tujuan usaha, baik itu tujuan dalam jangka panjang, menengah dan tujuan jangka pendek. Pemilihan bahan kandang hendaknya minimal tahan hingga

jangka waktu 5 – 10 tahun. Adapun bagian-bagian dan bahan kandang adalah sebagai berikut :

- Lantai

Lantai kandang harus kuat, tahan lama, tidak licin dan tidak terlalu kasar, mudah dibersihkan dan mampu menopang beban yang ada diatasnya. Lantai kandang dapat berupa tanah yang dipadatkan, beton atau pasir cemen (PC) dan kayu yang kedap air.

Berdasarkan kondisi alas lantai, dibedakan lantai kandang sistem litter dan non litter. Alas lantai kandang sistem litter merupakan lantai kandang yang diberi tambahan berupa serbuk gergaji atau sekam, dan bahan lainnya berupa kapur/dolomit sebagai dasar alas. Pemberian bahan dasar alas dilakukan pada awal sebelum ternak dimasukan kedalam kandang. Sistem alas litter lebih cocok untuk kandang koloni atau kelompok, karena tidak ada kegiatan memandikan ternak dan pembersihan kotoran feces secara rutin.

Alas lantai kandang sistem non litter merupakan lantai kandang tanpa mendapat tambahan apapun. Model alas kandang ini lebih tepat untuk ternak yang dipelihara pada kandang tunggal atau kandang individu. Lantai kandang harus selalu terjaga drainasenya, sehingga untuk lantai kandang non litter dibuat miring kebelakang untuk memudahkan pembuangan kotoran dan menjaga kondisi lantai tetap kering. Kemiringan lantai berkisar antara 2 – 5 %, artinya setiap panjang lantai 1 meter maka ketinggian lantai bagian belakang menurun sebesar 2 – 5 cm

- Kerangka

Dapat terbuat dari bahan besi, besi beton, kayu dan bambu disesuaikan dengan tujuan dan kondisi yang ada.

- Atap

Terbuat dari bahan genteng, seng, rumbia, asbes dan lain-lain. Untuk daerah panas (dataran rendah) sebaiknya mengunakan bahan genting sebagai atap kandang. Kemiringan atap untuk bahan genting adalah 30 – 45 % , asbes atau seng sebesar 15 – 20 % dan rumbia atau alang-alang sebesar 25 – 30 %, Ketinggian atap untuk dataran rendah 3,5 – 4,5 meter dan dataran tinggi 2,5 – 3,5 meter

- Dinding

Dibuat dari tembok, kayu, bambu atau bahan lainnya, dibangun lebih tinggi dari sapi waktu berdiri. Untuk dataran rendah, yang suhu udaranya panas dan tidak ada angin kencang, bentuk dinding kandang adalah lebih terbuka, sehingga cukup menggunakan kayu atau bambu yang berfungsi sebagai pagar kandang agar sapi tidak keluar. Dinding kandang yang terbuat dari sekat kayu atau bambu hendaknya mempunyai jarak atar sekat antara 40 – 50 cm.

- Lorong dan Gang

Merupakan jalan yang terletak diantara dua kandang individu, untuk memudahkan pengelolaan seperti pemberian pakan, minum dan pembuangan kotoran. Lebar lorong disesuaikan dengan kebutuhan dan model kandang, umumnya bekisar antara 1,2–1,5 meter.

5. Perlengkapan Kandang

Beberapa perlengkapan kandang untuk sapi potong meliputi : palungan yaitu tempat pakan, tempat minum, saluran darinase, tempat penampungan kotoran, gudang pakan dan peralatan kandang. Disamping itu harus dilengkapi

dengan tempat penampungan air yang terletak diatas (tangki air) yang dihubungkan dengan pipa ke seluruh kandang.

6. Tipe Kandang

Tipe kandang berdasarkan bentuk dan fungsinya terdiri atas kandang individu dan kandang kelompok/koloni.

- Kandang individu

Kandang individu atau kandang tunggal, merupakan model kandang satu ternak satu kandang. Pada bagian depan ternak merupakan tempat palungan (tempat pakan dan air minum), sedangkan bagian belakang adalah selokan pembuangan kotoran. Sekat pemisah pada kandang tipe ini lebih diutamakan pada bagian depan ternak mulai palungan sampai bagian badan ternak atau mulai palungan sampai batas pinggul ternak tinggi sekat pemisah sekitar 1 m atau setinggi badan sapi. Sapi di kandang individu diikat dengan tali tampar pada lantai depan guna menghindari perkelahian sesamanya

Luas kandang individu disesuaikan dengan ukuran tubuh sapi yaitu sekitar panjang 2,5 meter dan lebar 1,5 meter Biaya kandang individu lebih tinggi dibanding kandang model kelompok (biaya pembuatan kandang, biaya tenaga kerja untuk memandikan sapi dan pembersihan kandang). Kelebihan kandang individu dibanding kandang kelompok yaitu : sapi lebih tenang dan tidak mudah stress, pemberian pakan dapat terkontrol sesuai dengan kebutuhan ternak, menghindari persaingan pakan dan keributan dalam kandang. Menurut susunannya, terdapat beberapa macam kandang individu yaitu :

a. Satu baris dengan posisi kepala searah

c. Dua baris dengan posisi kepala berlawanan , dengan lorong ditengah

- Kandang Kelompok

Kandang koloni atau kandang komunal merupakan model kandang dalam suatu ruangan kandang ditempatkan beberapa ekor ternak, secara bebas tanpa diikat.Penggunaan tenaga kerja untuk kandang koloni lebih efisien dibanding kandang model individu, karena pekerjaan rutin harian adalah membersihkan tempat pakan, minum dan memberikan pakan. Dalam hal ini satu orang tenaga kerja di kandang mampu menangani sekitar 50 ekor sedangkan untuk kandang individu sekitar 15 – 20 ekor.

Berdasarkan bentuk atap, kandang kelompok terdapat dua macam yaitu: a. Kandang kelompok beratap seluruhnya

b. Kandang kelompok beratap sebagian.

Sedangkan menurut Undang-undang No. 6 Tahun 1967mengatur tentang ketentuan-ketentuan pokok peternakan dan kesehatan hewan, antara lain sebagai berikut :

- Pasal 4 menyatakan bahwa perusahaan peternakan wajib menyediakan tanah, air dan pakan ternak.

- Pasal 12 menyatakan perlunya terdapat penertiban dan keseimbangan tanah untuk ternak.

- Pasal 14 menyatakan perlu adanya pewilayahan ternak.

Selanjutnya adalah menurut Direktur Jenderal Peternakan mengeluarkan SK Dirjenak No. 776/kpts/DJP/ Deptan/1982. Surat keputusan ini mengatur syarat-syarat teknis perusahaan peternakan sapi perah. Ketentuan yang berkaitan dengan kandang terlihat sebagai berikut:

Pasal 1, tentang tiga ketentuan tentang lokasi perusahaan peternakan sapi perah. 1) Lokasi peternakan sapi perah tidak bertentangan dengan ketertiban dan

kepentingan umum setempat.

2) Lokasi peternakan sapi perah tidak terletak di pusat kota dan pemukiman penduduk dengan jarak sekurang-kurangnya 250 m dari pemukiman penduduk.

3) Letak atau ketinggian lokasi terhadap wilayah sekitarnya harus memperhatikan lingkungan atau topografi sedemikian rupa sehingga kotoran dan sisa-sisa perusahaan tidak mencemari wilayah disekitar perusahaan.

Pasal 2, tentang jarak perusahaan sapi perah, pembinaan dan pengendalian kesehatan. Perusahaan sapi perah tidak boleh berjarak kurang dari 250 m dengan perusahaan sapi perah lain atau sekurang-kurangnya berjarak 50 m apabila merupakan satu kelompok usaha atau koperasi. Pembinaan dan pengendalian kesehatan ternak dilakukan secara bersama.

Pasal 3, Tentang batas Lokasi. Perusahaan sapi perah harus diberi pagar keliling yang rapat sekurang-kurangnya setinggi 1,75 m di atas tanah dan pagar tersebut sekurang-kurangnya 5 m dari kandang terluar.

Pasal 4, tentang macam bangunan yang harus ada di peternakan sapi perah. Perusahaan petenakan sapi perah wajib memiliki beberapa bangunan yang sesuai dengan kegiatan usahanya, yakni:

1) Perusahaan harus memiliki bangunan kandang untuk anak, induk, beranak, isolasi, karantina dan kandang pengobatan.

2) Perusahaan harus mempunyai gudang pakan dan peralatan.

4) Perusahaan harus menyediakan instalasi air bersih.

Pasal 5, tentang persyaratan kandang. Perusahaan harus membangun kandang dengan memperhatikan dan memenuhi persyaratan, sebagai berikut:

1) Kandang memenuhi daya tampung, antara lain luas lantai yang tidak termasuk jalur jalan dan selokan kandang sekurang-kurangnya 2 x 1,5 m persegi tiap ekor dewasa.

2) Ventilasi dan pertukaran udara didalam kandang harus terjamin. Udara segar dapat masuk leluasa ke dalam kandang dan sebaliknya udara kotor harus dapat keluar dari kandang.

3) Bangunan kandang mengikuti persyaratan teknis, ekonomis dan permanen atau semi permanen. Lantai kandang terbuat dari beton atau kayu yang tidak licin. Lantai miring ke arah saluran pembuangan yang mudah dibersihkan. Pasal 6, tentang tataletak kandang. Penataan letak bangunan kandang dan bangunan bukan kandang di dalam lokasi perusahaan peternakan sapi perah harus memperhatikan persyaratan atau pedoman sebagai berikut:

1) Jarak antara dua bangunan kandang sekurang-kurangnya 6 m dihitung masing- masing dari tepi atap kandang.

2) Bangunan kandang induk harus terpisah dari sapi anak.

3) Perusahaan harus menyediakan kandang untuk beranak yang terpisah dari kandang lainnya atau dibatasi dinding tembok.

4) Kandang isolasi terpisah 25 m atau minimal 10 m dan dibatasi dinding 2 m serta tidak boleh berhubungan langsung.

Mengenai penolakan, pencegahan, pemberantasan dan pengobatan penyakit hewan berdasarkan pada peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 15

tahun 1977 pasal 1. Salah satu aturan yang dimaksud adalah Pencegahan Penyakit Hewan adalah semua tindakan untuk mencegah timbulnya, berjangkitnya dan menjalarnya penyakit hewan dan Pemberantasan Penyakit Hewan adalah semua tindakan untuk menghilangkan timbulnya/terjadinya, berjangkitnya dan menjalarnya kasus penyakit hewan.

d) Aspek Lingkungan

Kriteria pertanian ramah lingkungan adalah: 1) terpeliharanya keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekologis biota pada permukaan dan lapisan olah tanah, 2) terpeliharanya kualitas sumberdaya alam pertanian dari segi fisik,hidrologis, kimiawi dan biologik mikrobial, 3) bebas cemaran residu kimia, limbah organik dan anorganik yang berbahaya atau mengganggu proses hidup tanaman, 4) terlestarikannya keanekaragaman genetik tanaman budidaya, 5) tidak terjadi akumulasi senyawa beracun dan logam berat yang membahayakan melebihi batas ambang aman, 6) terdapat keseimbangan ekologis antara hama/penyakit dengan musuh-musuh alami, 7) produktivitas lahan stabil dan berkelanjutan, dan 8) produksi hasil panen bermutu tinggi dan aman sebagai pangan atau pakan (Sumarno et al. 2000).

Aspek lingkungan pada usaha tani integrasi dan non integrasi dilihat berdasarkan kepada bagaimana pengolahan limbah, penggunaan pestisida, herbisida, dan pengunaan pupuk. Diharapkan dalam usaha tani integrasi dan non integrasi memperhatikan aspek lingkungan tersebut sehingga tetap terjaga keadaan lingkungan di daerah kegiatan usaha.

Jika dilihat dari segi integrasi bahwa pada usaha penggemukan sapi, bahwa limbah padat maupun cairnya apabila dikelola dengan baik dapat

dimanfaatkan oleh warga setempat, seperti biogas dan pupuk kandang untuk pertanian. Pupuk kandang memiliki kelebihan mampu memperbaiki kondisi tanah sehingga selain lebih gembur juga tidak mudah tererosi. Selain itu pupuk kandang juga memiliki sifat pelepasan unsur hara yang lambat sehingga efektif untuk diserap oleh tanaman dan tidak ada residu unsur hara yang terbuang ke saluran air sehingga tidak mencemari perairan umum (Bank Indonesia, 2010).

Rumah peternakan dibangun agar dapat memperhatikan leluasa ke segala arah. Letak rumah paling sedikit 30 m dari jalan raya. Kandang dan bangunan lainnya terletak di samping atau belakang rumah peternak berjarak minimal 30 m. Lahan antara rumah dan kandang disebut daerah layan. Rumah atau kamar susu dibuat di sisi kandang pada daerah layan. Bangunan lain dikelompokkan ke daerah ini dan jika mungkin terletak jauh dari kandang utama (kelastapepet, 2010).

Kotoran sapi pada usaha integrasi tidak terbuang dengan sia – sia, maka kotoran ini dimanfaatkan sebagai kompos organik yang baik untuk pembenahan tanah dan dapat meningkatkan produksi tanaman. Dalam tulisan Matenggomenada dan Farida (2013) menyebutkan bahwa ada beberapa keuntungan yang di peroleh dari upaya memanfaatkan kotoran hewan untuk dijadikan kompos,

1) Kandang menjadi lebih bersih dan sehat,

2) Kotoran yang dikumpulkan mengurangi pencemaran lingkungan, 3) Mengurangi populasi lalat di sekitar kandang,

4) Pembuatan pupuk organik tidak terlepas dari proses pengomposan yang diakibatkan oleh mikroba yang berperan sebagai pengurai atau dekomposisi berbagai limbah organik yang dijadikan bahan pembuat kompos,

5) Secara langsung kompos digunakan untuk lahan pertanian atau dapat dijual Pupuk kandang yang dihasilkan dalam usahatani integrasi menurut Tan (1994) memiliki kandungan hara antara lain sebagai berikut : 0,65 % N; 0,15 % P; 0,30 %K ; 0,12 %Ca; 0,10 %Mg ; 0,09%S dan 0,004 % Fe. Dalam Musa, dkk. (2006) bahwa kandungan kimia kotoran sapi terdiri atas 70% bentuk kotoran padat dan 30% urin. Kotoran padat mengandung 85% H2O ; 0,40% N ; 0,20 % P2O5 ; dan 0,10 K2O sedangkan urin sapi mengandung 92% H2O ; 1 % N ; dan 1,35 % K2O.

Dalam menggunakan pupuk kandang yang menjadi perhatian adalah tentang efisiensi pemupukan, efisiensi pemupukan yang dimaksud adalah sifat tanah yang akan dipupuk, sifat tanaman dan kebutuhan tanaman, sifat dan macam pupuk, dosis pupuk dan waktu cara pemupukan (Musa, dkk.,2006).

Selanjutnya faktor lingkungan yang menjadi perhatian adalah penggunaan pestisida bagi tanaman. Pengertian pestisida dapat dilihat dari Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973, PP RI No.6 tahun 1995, The United States Environmental Control Act, USEPA. Dalam penggunaan pestisida harus memperhatikan 5-T yaitu tepat dosis, tepat waktu, tepat sasaran, tepat cara, dan tepat jenis.

e) Aspek Sosial

Bahwa secara umum dampak sosial yang ditimbulkan pada usaha tani dengan cara integrasi dan non integrasi memberikan manfaat bagi masyarakat

sekitar, tidak menimbulkan spekulasi di dalam kehidupan masyarakat, dan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi semua pihak-pihak yang terlibat didalamnya.

Usaha sapi potong pada bentuk usaha tani integrasi mempunyai dampak positif bagi peternak, pengusaha maupun masyarakat. Usaha sapi potong merupakan usaha yang menguntungkan karena mempunyai pembeli yang jelas, selalu dibutuhkan oleh masyarakat dan harga cenderung meningkat terutama mendekati hari raya keagamaan. Selain itu, melakukan budi daya sapi potong akan menyerap tenaga kerja bagi masyarakat setempat sehingga akan membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka (Bank Indonesia, 2010).

Masyarakat yang bermukim dekat dengan peternakan kemungkinan akan merasa terganggu dengan aktivitas peternak. Bila limbah yang ada tidak ditangani dengan baik, tentu akan mencemari lingkungan sehingga menimbulkan keresahan masyarakat sekitarnya. Selain itu, berbagai aktivitas yang dilakukan di peternakan dapat memicu kecemburuan sosial jika masyarakat di sekitarnya tidak dilibatkan.

Dalam jurnal Ardhani (2006) tentang usaha penggemukan sapi potong

Dokumen terkait