• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Keterkaitan Input Pakan Ikan (Pelet) dengan Parameter Kesuburan Air (NO3-, PO43- dan Klorofil-a)

4.3.1 Aspek Konsentrasi Fosfat (PO4 3- )

Unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa organik yang berupa partikulat (Jefferies and Miles (1996) dalam Effendi (2003). Polifosfat merupakan bentuk fosfor yang tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan aquatik, oleh sebab itu sebelum dimanfaatkan terlebih dahulu harus direduksi menjadi bentuk ortofosfat. Ortofosfat merupakan senyawa fosfor yang secara langsung dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan akuatik seperti fitoplankton dan alga (APHA, 1989), sehingga keberadaan ortofosfat pada suatu perairan dapat menjadi faktor pembatas yang mempengaruhi tingkat produktivitas suatu perairan.

Dari hasil pengukuran nilai konsentrasi PO43-perairan Danau Toba pada saat dilaksanakan penelitian diketahui bahwa rata-rata konsentrasi PO43- pada masing-masing stasiun penelitian bervariasi pada kisaran 0,1676 – 0,2262mg/L, dimana rata-rata konsentrasi tertinggi terdapat pada stasiun I (0,2262mg/L) dan rata-rata konsentrasi terendah terdapat pada stasiun IV (0,1676 mg/L). Bila mengacu kepada klasifikasi kandungan fosfat menurut Poernomo dan Hanafi (1982) maka perairan Danau Toba pada stasiun II, III dan IV tergolong perairan dengan klasifikasi konsentrasi fosfat yang tinggi, sedangka pada stasiun I tergolong perairan dengan klasifikasi konsentrasi fosfat yang sangat tinggi (Tabel 4.6). Selanjutnya, berdasarkan peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001, konsentrasi fosfat pada perairan stasiun I telah melewati nilai baku mutu air yang dipersyaratkan untuk air kelas I maupun kelas II.

Tabel 4.6 Klasifikasi Kandungan Fosfat pada Perairan Konsentrasi PO4 ( mg.L-1 ) Klasifikasi 0,00 - 0,02 Rendah 0,02 - 0,05 Sedang 0,05 - 0,20 Tinggi > 0,20 Sangat tinggi

Sumber : Poernomo dan Hanafi, (1982)

Tingginya nilai konsentrasi fosfat pada saat dilaksanakan penelitian ini mengindikasikan bahwa perairan Danau Toba telah menerima masukan limbah yang bersumber dari aktifitas manusia di badan air maupun di sekitarnya, dimana pada saat ini aktifitas manusia yang dominan di perairan Danau Toba adalah kegiatan budidaya ikan dalam KJA. Kevern (1982) dalam Margonof (2007) menyatakan bahwa pada umumnya kandungan fosfat pada perairan alami adalah sangat kecil, dimana konsentrasinya tidak pernah melampaui 0,1 mg/liter, kecuali bila terjadi penambahan dari luar oleh faktor antropogenik seperti dari limbah budidaya ikan dan limbah pertanian.

Hasil uji beda nyata (ANOVA) terhadap parameter PO43-, diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan konsentrasi PO43- antar stasiun penelitian (Sig

terdapat aktifitas KJA dengan input pakan yang bervariasi (stasiun I, II dan III), mempunyai konsentrasi PO43-yang relatif sama dengan perairan danau yang tidak terdapat aktifitas KJA (stasiun IV). Meskipun konsentrasi fosfat antar stasiun penelitian tidak berbeda nyata, namun nilai propabilitas (sig) yang diperoleh sebesar 0,08 adalah nilai yang mendekati nilai signifikan, sehingga cenderung mengarah kepada adanya perbedaan signifikan antar stasiun penelitian. Meskipun perbedaan bobot input pakan ke perairan cukup tinggi antar stasiun penelitian, tetapi hasil pengukuran konsentrasi fosfat di badan air tidak menunjukan perbedaan nyata antar stasiun penelitian. Hal ini dapat disebabkan karena adanya pengaruh faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian ini, seperti adanya arus air yang menyebabkan menyebarnya limbah dari stasiun yang mempunyai aktifitas KJA, sehingga limbah KJA tidak hanya terakumulasi di perairan sekitar KJA saja. Keadaan ini dapat diindikasi dari tingginya konsentrasi fosfat yang ditemukan pada stasiun IV (kontrol) dengan rata-rata 0,1676 mg/L.

Selain faktor arus air, faktor lain yang dapat mempengaruhi konsentrasi fosfat adalah adanya peranan spesies-spesies ikan liar yang hidup di sekitar KJA, dimana spesies ikan tersebut memanfaatkan sisa-sisa pakan maupun sisa metabolisme (faeces) dari ikan budidaya sebagai salah satu sumber bahan makananya. Salah satu species ikan liar yang saat ini perkembangan populasinya sangat pesat di perairan Danau Toba adalah ikan bilih (Mystacoleucus padangensis). Selain dimanfaatkan oleh spesies ikan liar, limbah KJA yang lolos dari konsumsi ikan-ikan liar di badan air, sebagian besar akan mengalami pengendapan ke dasar danau membentuk sedimen, sehingga limbah KJA terakumulasi di dasar perairan danau. Hal ini didukung oleh Midlen dan Redding (2000) yang mengemukakan bahwa dari keseluruhan limbah posfor yang bersumber dari KJA, hanya 10 % yang berada dalam keadaan terlarut, sementara 65 % berada dalam bentuk partikel yang akan mengendap ke dasar perairan .

Bila data pengukuran konsentrasi PO43- dihubungkan dengan bobot pakan yang diterima oleh masing-masing stasiun penelitian, maka diperoleh gambaran bahwa rata-rata konsentrasi PO43- antar stasiun penelitian cenderung mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya input pakan pada masing-masing

stasiun penelitian. Perairan pada stasiun penelitian yang menerima input pakan dengan bobot lebih tinggi, cenderung mempunyai konsentrasi fosfat yang relatif lebih tinggi namun tidak signifikan. Demikian juga sebaliknya, perairan pada stasiun penelitian yang menerima input pakan dengan bobot yang lebih rendah, mempunyai konsentrasi fosfat yang relatif lebih rendah (Gambar 4.1). Hal ini mengindikasikan bahwa ada keterkaitan antara bobot input pakan yang diberikan pada kegiatan budidaya ikan KJA dengan terjadinya peningkatan konsentrasi PO43- di badan air.

Adanya peningkatan konsentrasi fosfat pada stasiun yang mempunyai aktifitas KJA bila dibandingkan dengan stasiun yang tidak mempunyai aktifitas KJA, terutama diduga bersumber dari hasil dekomposisi dari sisa pakan maupun sisa metabolisme ikan pada KJA yang terbuang ke perairan danau. Hal ini didukung oleh Juaningsih (1997) yang menyatakan bahwa sisa-sisa pakan dan buangan padat dari ikan akan mengalami proses dekomposisi sehingga menghasilkan senyawa-senyawa organik dan anorganik yang antara lain adalah senyawa nitrogen dan fosfor. Selanjutnya, Ryding dan Rast (1989) mengemukakan bahwa dari hasil penelitian KJA yang pernah dilakukan di Swedia, diketahui bahwa untuk setiap produksi 1 ton ikan dalam KJA mempunyai kontribusi input fosfor ke badan air sebesar 85–90 kg.

0,00 0,9467 1,2920 5,0666 0,1676 0,1993 0,2019 0,2262 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 I II III IV Stasiun Penelitian

Input pakan (ton/hari) PO4 (mg/L)

Gambar 4.1 Perbandingan Input Pakan dengan Konsentrasi PO43- pada masing-masing Stasiun Penelitian

Hasil uji korelasi pearson diketahui bahwa banyaknya input pakan pada kegiatan budidaya ikan KJA mempunyai korelasi positif dan tidak signifikan dengan pengayaan PO43- pada perairan danau (r = 0,894 dan sig = 0,106) (lampiran 14). Bila mengacu kepada kriteria hubungan antar faktor yang di kemukakan oleh Sugiono (2005) maka input pakan pada kegiatan budidaya ikan KJA mempunyai korelasi sangat kuat dengan peningkatan konsentrasi PO43- di badan air. Selanjutnya, hasil uji regresi liner sederhana menjelaskan bahwa input pakan pada kegiatan budidaya ikan KJA (X) mampu mempengaruhi pengayaan PO43- (Y) dengan persamaan regresi : Y = 0,181 + 00000965 X (Lampiran 15).

Dokumen terkait