• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK LEGALITAS

Dalam dokumen IV. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 43-46)

Pendirian dan beroperasinya suatu industri akan lebih diketahui serta diakui keberadaannya oleh pemerintah apabila telah berbentuk badan usaha. Suatu industi yang layak untuk direalisasikan, perlu mendapatkan legalitas sehingga dalam perjalanannya dapat melakukan akses keluar yang baik, dan mendapat dukungan serta terikat pada kebijakan yang berlaku baik di tingkat wilayah/daerah, nasional, maupun internasional.

IV. 7. 1. Badan Usaha

Perusahaan yang ada di Indonesia terdapat dalam beberapa bentuk, yaitu Perseroan Terbatas (PT), Persekutuan Komanditer (CV), Koperasi, Firma, Kongsi, Yayasan dan bentuk usaha tetap. Dalam hal pemilikan, bentuk perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran perusahaan, jenis perusahaan, pembagian laba, resiko yang akan ditanggung, pembagian pengawasan dan aturan penguasaan perusahaan. Berdasarkan pertimbangan diatas,

69 maka bentuk perusahaan yang sesuai untuk industri biodiesel ini adalah Perseroan Terbatas (PT). Pemilihan ini dilakukan dengan alasan modal investasi yang dibutuhkan relatif cukup besar.

IV. 7. 2. Perizinan

Untuk mendirikan suatu industri, menurut Keputusan Menteri Negara Investasi (Menives) No. 38/SK/1999 pada Bab I tentang Ketentuan Umum, diperlukan izin-izin dan persyaratan legalitas sebagai berikut :

1. Persetujuan fasilitas dan izin pelaksanaan penanaman modal yang dikeluarkan Menives/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) atau Ketua BPKMD terdiri dari :

• Persetujuan pemberian fasilitas pembebasan bea masuk dan fasilitas perpajakan atas pengimporan barang modal.

• Persetujuan pemberian fasilitas pembebasan bea masuk atas pengimporan bahan baku dan/atau bahan penolong untuk keperluan produksi 2 (dua) tahun berdasarkan kapasitas terpasang.

• Persetujuan pemberian fasilitas pajak penghasilan yang ditanggung oleh pemerintah untuk usaha industri tertentu.

• Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT).

• Keputusan tentang Rencana Penggunaan Tenaga Kerja warga Negara asing pendatang (RPTK).

• Keputusan tentang Izin Kerja Tenaga Kerja Warga Negara Asing pendatang (IKTA). • Izin Usaha Tetap (IUT), Izin Usaha Perluasan dan Pembaharuan IUT.

2. Izin pelaksanaan penanaman modal yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota terdiri dari :

• Izin lokasi

• Izin Undang-undang Gangguan (UUG)/HO • Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Menurut Ariyoto (1990), minimal diperlukan persyaratan legalitas sebagai berikut : • Persetujuan prinsip mendirikan industri

• Surat Izin Umum Perusahaan (SIUP) • Tanda Daftar Perusahaan (TERDAPAT) • Akta Pendirian Perusahaan

Persyaratan izin Undang-undang gangguan (HO) dan izin tempat usaha adalah : • Mengisi formulir permohonan dan materai Rp.3000 sebanyak 2

• Surat persyarataan tidak keberatan dari tetangga • Rekomendasi pertimbangan dari Camat

• Berita acara pemeriksaan lapangan dari kecamatan setempat • Gambar lokasi ruangan yang akan dipergunakan

• Keterangan Kartu Tanda Penduduk (KTP)

• Pas photo hitam putih ukuran 3 x 4 sebanyak 6 lembar • Akta Pendirian Perusahaan, bagi yang berbadan hukum • Surat keterangan tanda bukti pemilikan/penyewaan bangunan

70 • Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

• Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

• Surat Keterangan (SEKRI) bagi keturunan asing

• Rekomendasi dari instansi yang sesuai dengan jenis yang dimohon

Perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia. Perseroan memperoleh status sebagai badan hukum setelah akta pendirian persero disyahkan oleh menteri kehakiman Republik Indonesia. Berdasarkan UU Republik Nomor 1 tahun 1995 tentang perseroan terbatas (PT), pasal delapan menyatakan bahwa akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain, seperti :

• Nama lengkap, tempat tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan kewarganegaraan pendiri • Susunan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan

kewarganegaraan anggota direksi dan komisaris yang pertama kali diangkat • Nama pemegang saham yang mengambil bagian saham pada saat pendirian

Selain itu, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, direksi perseoan wajib mendaftarkan perusahaan. Hal-hal yang harus didaftarkan :

• Akta pendirian beserta surat pengesahan menteri kehakiman RI

• Akta perubahan Anggaran Dasar beserta laporan kepada menteri kehakiman RI

Untuk mendirikan suatu industri juga diperlukan izin lokasi usaha, untuk memperoleh izin lokasi, pemohon menyampaikan permohonan secara tertulis kepada gubernur kepala daerah melalui Kanwil BPN dengan dilengkapi :

• Rekomendasi Bupati/Walikota Kepala Daerah

• Akte pendirian perusahaan bagi perusahaan yang berbadan hukum atau Surat Izin Usaha bagi perusahaan perseorangan

• Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) • Lay out pabrik

• Garis besar uraian proyek

• Pernyataan kesanggupan memberikan ganti rugi dan atau menyediakan tempat penampungan bagi pemilik tanah

• Pertimbangan aspek penatagunaan tanah

• Peta rencana tata ruang lokasi yang bersangkutan

Dewasa ini, pemerintah masih membuka kesempatan lebar bagi perusahaan yang bermaksud mendirikan industri yang dapat meningkatkan nilai tambah pada bahan baku, memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan pendapatan daerah. Oleh karena itu, selama persyaratan yang dibutuhkan dapat dipenuhi, maka tidak akan ada kesulitan untuk memperoleh perizinan tersebut.

IV. 7. 3. Peraturan Pemerintah

Pada saat ini, pemerintah sudah berperan proaktif dalam memacu perkembangan biodiesel Indonesia. Adanya peran tersebut pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang mendukung pengembangan biodiesel di Indonesia. Selain itu juga pemerintah telah membentuk

71 Tim Kerja Nasional biodiesel. Kebijakan pemerintah ini merupakan kekuatan daya dukung keberhasilan pengembangan biodiesel di Indonesia. Pemerintah menyadari bahwa biodiesel merupakan komoditas baru dan dalam pengembangannya akan melibatkan banyak pihak. Kebijakan tersebut dituangkan mulai dari peringkat hukum tertinggi (Undang-Undang Energi), secara bertingkat kepada Keppres, Inpres, Deklarasi sampai kepada penunjukkan Tim Kerja Tingkat Nasional. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain :

1. Rencana Undang-Undang RI yang masih dalam proses pembahasan di DPR

2. Peraturan Presiden RI No.5/2006 tanggal 25 Januari 2006, tentang Kebijakan Energi Nasional. Isi dari kebijakan ini antara lain tahun 2025 ditargetkan bahan energi terbarukan harus sudah mencapai lebih dari 5% dari kebutuhan energi nasional dan BBM ditargetkan menurun sampai di bawah 20%

3. Instruksi Presiden RI No.1/2006 tanggal 25 Januari, tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Bio-Fuel) sebagai bahan bakar lain. Isinya antara lain Presiden menginstruksikan kepada Menteri, gubernur, dan Bupati/Walikota untuk mengambil langkah percepatan pemanfaatan bahan bakar hayati

4. Keputusan Presiden RI No.10/2006 tanggal 24 Juli 2006, tentang Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati Untuk Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran

5. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor :Kep.11/MEKON/02/2006, tentang Tim Koordinasi Program Aksi Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Alternatif. Isinya adalah memutuskan pembentukan tim koordinasi tingkat nasional penyediaan dan pemanfaatan energi alternatif yang diketuai oleh Deputi Bidang Koordinasi energi Sumber Daya Mineral dan Kehutanan dengan tim pengarah 11 Menteri dan Menteri Negara.  

 

IV. 7. 4. Pajak

Industri biodiesel tidak terlepas dari kewajiban pajak yang dibebankan, sesuai dengan Undang Undang No.17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan yang menyatakan bahwa yang menjadi subyek pajak adalah badan yang terdiri dari Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Perseroan atau perkumpulan lainnya, Firma Kongsi, Koperasi, Yayasan atau lembaga untuk usaha tetap.

Penentuan besar pajak penghasilan yang dilakukan berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.17 tahun 2000, yaitu keuntungan dibawah Rp 50 juta maka dikenakan pajak sebesar 10 persen dari pendapatan, apabila pendapatan antara Rp 50 juta sampai dengan Rp 100 juta, maka dikenakan pajak 10 persen dari Rp 50 juta ditambah dengan 15 persen dari pendapatan yang telah dikurangi dengan Rp 50 juta, kemudian apabila pendapatan berada diatas Rp 100 juta, maka dikenakan pajak sebesar 10 persen dari Rp 50 juta ditambah 15 persen dari Rp 50 juta dan ditambah dengan 30 persen dari pendapatan yang telah dikurangi Rp 100 juta. Hal ini dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 21. Tarif pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.17 tahun 2000 Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp.50 juta (lima puluh juta rupiah) 10 persen (lima persen) Di atas Rp.50 juta s/d Rp.100 juta 15 persen (sepuluh persen) Di atas Rp.100 juta (seratus juta rupiah) 30 persen (lima belas persen)

Dalam dokumen IV. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 43-46)

Dokumen terkait