• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

26

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1.

ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS

IV. 1. 1. Bahan Baku

Bahan baku merupakan salah satu unsur penting dalam proses produksi, dengan tersedianya bahan baku dalam jumlah dan waktu yang tepat akan memperlancar proses produksi dalam perusahaan, sehingga diharapkan dengan lancarnya proses produksi tersebut dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen baik jumlah dan waktunya. Bahan baku yang digunakan pada industri biodiesel ini adalah biji nyamplung.

Tanaman nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) merupakan jenis tanaman yang sudah sangat umum dikenal di Indonesia. Tanaman nyamplung dikenal masyarakat Indonesia sebagai salah satu tanaman yang memiliki manfaat yang banyak

Kendala yang dihadapi untuk memproduksi biodiesel skala industri adalah ketersediaan bahan baku tingkat produksi. Keunggulan biji nyamplung yang dijadikan bahan baku untuk produk biodiesel adalah produksi nyamplung sangat tinggi apabila dibandingkan dengan jarak pagar dan sawit, produksi biji nyamplung dapat mencapai 20 ton/ha/tahun dan kandungan minyak relatif tinggi yaitu antara 50-70% sedangkan produksi biji jarak rata-rata sebesar 5 ton/ha/tahun dan kandungan minyak antara 40-60%. Sawit mencapai 6 ton/ha/tahun dan kandungan minyak antara 46-54%. Bahan baku pengolahan minyak nyamplung sangat mudah diperoleh dan tanaman nyamplung memiliki tingkat produksi yang tinggi apabila dibandingkan dengan yang lainnya (Badan Litbang Kehutanan, 2008).

IV. 1. 2. Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Keuntungan ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu pangsa pasar yang mungkin diraih, sedangkan faktor internal yaitu usaha-usaha pemasaran yang dilakukan serta variabel-variabel teknik yang berkaitan langsung dengan proses produksi.

Penentuan kapasitas pabrik juga dipengaruhi ketersediaan bahan baku dan teknologi proses yang dipilih. Kapasitas produk untuk industri biodiesel ini diperoleh setelah dilakukan

scale up dari hasil percobaan skala laboratorium di SBRC (Surfactant Bioenergi and Research

Center). Kapasitas biodiesel yang dihasilkan dari industri biodiesel ini adalah1000 liter per hari.

Sedangkan, penentuan kapasitas biji nyamplung untuk bahan baku biodiesel ini ditentukan berdasarkan jumlah bahan baku yang dihasilkan oleh kebun. Luas lahan yang bertegakan nyamplung dapat dilihat pada Lampiran 1.

IV. 1. 3. Lokasi Pabrik

Lokasi proyek untuk perusahaan industri mencangkup dua pengertian yakni lokasi dan lahan pabrik, serta lokasi untuk bukan pabrik. Pada dasarnya lokasi proyek yang paling ideal adalah terletak pada suatu tempat yang akhirnya mampu memberikan total biaya operasional yang rendah dan keuntungan yang maksimal. Pemilihan lokasi proyek merupakan suatu keputusan yang penting, karena kekeliruan yang dibuat tidaklah mungkin dengan segera dikoreksi tanpa kehilangan investasi yang sudah terlanjur ditanamkan, serta tambahan investasi untuk mencari alternatif lokasi di tempat lain.

(2)

27 Suatu industri yang lokasinya tidak tepat, akan menghadapi persoalan yang terus menerus dan tidak terselesaikan, terutama dalam menghadapi saingan sehingga kelangsungan hidup dan stabilitas industri tersebut akan selalu mengalami kesulitan. oleh sebab itu, untuk memperoleh keputusan yang tepat dalam penentuan lokasi, maka perlu dilakukan pengkajian berbagai faktor yang mempengaruhinya. Lokasi industri yang tepat dapat melayani proses-proses baru, perkembangan teknologi dan dapat menampung kemungkinan-kemungkinan perluasan industri.

Untuk melakukan penentuan kriteria dalam pemilihan lokasi, dilakukan brainstorming dengan pakar dan studi pustaka, meliputi hal apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pendirian pabrik. Dari hasil pemikiran tersebut, dapat disaring menjadi lima kriteria penentuan lokasi pabrik yaitu, ketersediaan bahan baku, ketersediaan infrasruktur dan transportasi, ketersediaan utilitas, kedekatan dengan pasar, dan ketersediaan tenaga kerja.

Yang dikatakan faktor-faktor utama adalah faktor-faktor yang langsung mempengaruhi tujuan utama perusahaan. Adapun faktor-faktor yang termasuk dalam faktor utama yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi suatu perusahaan atau pabrik adalah :

a. Ketersediaan Bahan Baku

Perusahaan atau pabrik memerlukan bahan mentah untuk diolah lebih lanjut untuk menjadi barang setengah jadi dan/atau barang jadi. Bahan-bahan mentah tersebut perlu diangkut ke perusahaan atau pabrik untuk dapat diolah lebih lanjut. Perusahaan menginginkan untuk selalu memperoleh bahan baku dalam jumlah yang dibutuhkan dengan mudah, harganya yang layak, biaya pengangkutan yang rendah serta bahan-bahan mentah tersebut tidak rusak sehingga bila diproses atau diolah menjadi barang jadi dapat menghasilkan produk yang memiliki kualitas yang baik.

Suatu pabrik didirikan dekat dengan sumber bahan bakunya memiliki tujuan untuk tetap menjamin ketersediaannya bahan-bahan tersebut sehingga kontinuitas pabrik dapat terjamin dan agar biaya pengangkutan bahan-bahan mentah ke pabrik lebih rendah. Jika pabrik terlampau jauh dari sumber bahan mentahnya maka kemungkinan terlambatnya kedatangan bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi.

b. Ketersediaan Infrastruktur dan Transportasi

Pengangkutan (transportation) merupakan suatu faktor yang penting. Kegiatan pengangkutan meliputi mengangkut dan memindahkan bahan baku, bahan tambahan maupun produk-produk yang dihasilkan sampai pada tempat tujuan. Untuk melaksanakan kegiatan pengangkutan ada empat jenis fasilitas pengangkutan yang sering digunakan, yaitu kereta api, truk angkutan jalan raya, pengangkutan melalui air, pengangkutan melalui udara.

c. Ketersediaan utilitas

Suatu pabrik sangat mutlak memerlukan tenaga listrik untuk keperluan menjalankan mesin-mesin serta penerangan pabrik secara keseluruhan. Dengan ketersediaan utilitas yang cukup maka proses produksi dan kegiatan lain yang ada di pabrik akan berjalan dengan lancar, begitu pula sebaliknya apabila ketersediaan utilitas kurang maka proses produksi dan kegiatan lainnya akan terhambat.

d. Kedekatan dengan Pasar

Banyak perusahaan atau pabrik yang memperhatikan daerah pemasaran hasil produksinya dalam menentukan lokasi perusahaan atau pabrik tersebut. Alasan utama perusahaan mendirikan pabriknya dekat dengan pasar agar barang yang akan dipasarkan dapat

(3)

28 cepat sampai dipasar. Jadi bila letak perusahaan dekat dengan daerah pasar maka pelayanan kepada konsumen akan menjadi lebih cepat. Disamping itu biaya pengangkutan produk ke pasar akan menjadi lebih rendah.

e. Ketersediaan Tenaga Kerja

Faktor buruh atau tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi suatu perusahaan. Karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan perusahaan juga dipengaruhi oleh faktor buruh atau tenaga kerja ini. Salah satu faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja dan penekanan biaya produksi adalah tenaga kerja.

Setelah lima kriteria disusun maka dilakukan penyusunan sub kriteria yaitu aktor dan tujuan. dan setelah itu perlu ditentukan alternatif lokasi yang mewakili kriteria dan sub kriteria tersebut. Aktor yang berpengaruh pada penentuan lokasi yang potensial untuk pendirian industri biodiesel ini adalah investor, pelaku industri, pemerintah, dan masyarakat sekitar. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :

• Meningkatkan keuntungan (profit) dari pendirian industri biodiesel ini dengan meminimalisasi biaya produksi untuk memproduksi biodiesel yang ramah lingkungan

• Pemerataan lokasi industri yang dilakukan dengan cara mendirikan industri di daerah atau wilayah yang potensial yang belum terdapat industri yang sejenis. Pendirian ini dimaksudkan agar terdapat industri biodiesel dengan bahan baku biji nyamplung di beberapa wilayah secara merata.

• Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan adanya lapangan pekerjaan yang baru.

Hal yang penting dalam penentuan alternatif adalah ketersediaan bahan baku yaitu biji nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) dan dekat atau tidaknya dengan pasar yaitu masyarakat yang menggunakan bahan bakar untuk kendaraan dan mesin-mesin mereka. Untuk pertimbangan lingkungan dan peraturan pemerintah dinilai bahwa kriteria tersebut merupakan nilai kritis yang memiliki arti bahwa dalam pendirian industri di daerah tersebut tidak memungkinkan karena dilarang oleh pemerintah atau kondisi geografis lingkungan yang tidak mendukung, maka pilihan lokasi tersebut gugur walaupun memiliki kemampuan suplai bahan baku yang baik dan dekat dengan pasar. Lokasi yang memiliki banyak bahan baku dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Areal tanaman nyamplung di beberapa lokasi

(4)

29 Tabel 8. Produksi buah dan benih dari beberapa lokasi

Untuk pemilihan alternatif lokasi dilakukan dengan cara memilih empat daerah yang memiliki potensi suplai bahan baku dan kedekatan dengan pasar. Keempat daerah tersebut adalah Kedu, Banyuwangi, Cilacap, dan Ciamis. Susunan hierarki pemilihan lokasi pabrik dapat dilihat pada Gambar10.

(5)

30 Pemilihan lokasi yang potensial untuk pendirian industri biodiesel dari biji nyamplung dilakukan dengan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process). Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan akan dipecahkan dalam suatu kerangka berfikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut, persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya.

Berdasarkan struktur hierarki AHP di atas, level 1 (fokus) adalah memperoleh lokasi yang paling strategis untuk pendirian industri biodiesel dari biji nyamplung. Level 2 dari struktur hierarki AHP model penentuan lokasi potensial tersebut adalah faktor. Level 3 dari struktur hierarki AHP model penentuan lokasi potensial tersebut adalah aktor. Level 4 dari struktur hierarki AHP model penentuan lokasi potensial tersebut adalah tujuan. Level 5 dari struktur hierarki AHP model penentuan lokasi potensial tersebut adalah alternatif lokasi.

Setelah penyusunan hierarki terbentuk, maka untuk pembobotan kriteria dan alternatif lokasi diperlukan pendapat dari tiga orang pakar. Para pakar tersebut mewakili dari bidang akademisi, teknologis, dan pakar mengenai bahan baku yaitu nyamplung. Penilaian pakar diambil berdasarkan lama dan banyaknya pengalaman pada masing-masing bidang tersebut. Contoh lembaran kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 2. Perhitungan perkalian matriks untuk mendapatkan nilai pembobotan dari aktor dan tujuan secara keseluruhan dapat dilihat pada

Lampiran 3. Nilai pembobotan dari hasil akhir dengan menggunakan program AHP dapat dilihat pada Gambar 11 dan untuk nilai pembobotan hasil akhir disetiap kriteria dan sub kriteria dapat dilihat pada Gambar 12.

(6)

31

Gambar 12. Nilai pembobotan akhir dari masing-masing kriteria

Dapat diketahui dari bobot yang diperoleh, untuk penentuan lokasi industri biodiesel faktor yang utama adalah ketersediaan bahan baku dengan hasil bobot terbesar dibandingkan dengan faktor-faktor yang lain yaitu 0,374, karena bahan baku biji nyamplung merupakan hal yang utama untuk produksi biodiesel dan biji nyamplung memiliki karakteristik yang cepat busuk sehingga industry biodiesel ini harus dekat dengan sumber bahan baku. Faktor-faktor lain yang penting setelah ketersediaan bahan baku adalah kedekatan dengan pasar, ketersediaan utilitas, ketersediaan tenaga kerja, dan ketersediaan infrastruktur. Adapun aktor-aktor dalam pendirian industri biodiesel ini yang paling berpengaruh yaitu pelaku industri dengan nilai bobot terbesar yaitu 0,34, pelaku industri yang melakukan kegiatan berupa pengolahan, pengawasan, pengorganisasian dan lainnya sehingga tanpa adanya pelaku industri, industri ini tidak akan dapat dijalankan. Aktor kedua adalah investor, ketiga adalah pemerintah, dan yang keempat adalah masyarakat sekitar. Selain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan industri, tujuan yang paling utama dalam pendirian industri biodiesel ini adalah meningkatkan keuntungan dengan nilai bobot terbesar yaitu 0,49.

Untuk hasil akhir diperoleh bobot keempat alternatif yaitu untuk Kedu sebesar 0,187; Banyuwangi sebesar 0,503; Cilacap sebesar 0,227; dan Ciamis sebesar 0,083, dari bobot akhir alternatrif tersebut dapat disimpulkan bahwa Banyuwangi keluar dengan nilai tertinggi sehingga Banyuwangi merupakan lokasi yang potensial untuk pendirian industri biodiesel karena Banyuwangi memiliki bahan baku yang melimpah dengan pelaku industri menjadi pihak yang sangat berpengaruh terhadap kelancaran Industri biodiesel ini yang dapat menjalankan dan mengelola pabrik tersebut agar tetap berjalan dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan (profit) dengan meminimalisasi biaya, dan sebaliknya untuk Ciamis memiliki bobot akhir terendah karena faktor-faktor utama tersebut tidak tepenuhi untuk lokasi Ciamis.

(7)

32

IV. 1. 4. Teknologi Proses

Proses pembuatan biodiesel biji nyamplung pada umumnya sama seperti proses pembuatan boidiesel lainnya yaitu terdiri dari dua tahap yaitu ekstraksi minyak nyamplung (pretreatment) dan proses pengolahan minyak nyamplung menjadi biodiesel. Biodiesel diolah dengan bahan baku minyak yang diperoleh dari berbagai hasil agroindustri, misalnya dari tanaman nyamplung. Pengolahan bahan baku menjadi faktor penting untuk menghasilkan biodiesel yang berkualitas dan memenuhi standar. Secara keseluruhan proses pembuatan biodiesel dari biji nyamplung dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Proses pengolahan biji nyamplung menjadi biodiesel 1. Proses Pengupasan, Pencacahan dan Pengeringan

Tahap persiapan merupakan tahap pertama dari proses produksi biodiesel dari buah nyamplung. Tahap ini dimulai dari penerimaan buah hingga diperoleh minyak nyamplung kotor. Tahap ini meliputi aktivitas-aktivitas sebagai berikut : seleksi bahan baku, pemecah dan pemisah kulit, perajangan biji, pengeringan dan pengepresan.

Buah nyamplung diterima di pabrik dalam kemasan karung. Biji ditimbang dan diberikan nomor dan tanggal penerimaan sebelum disimpan dalam gudang buah. Dalam penerimaan buah harus dilakukan pemeriksaan kualitas secara visual. Buah yang bisa diterima adalah buah yang memenuhi kriteria yaitu : bersih dari bahan lain, kering (tidak lembab atau basah)dan bernas (berisi biji, tidak kosong atau busuk).

Produksi dimulai dengan proses pemecahan dan pemisahan kulit buah. Proses tersebut dilakukan pada mesin pemecah. Buah dimasukkan dalam corong mesin dengan menggunakan

screw conveyor. Setelah katup dibuka, buah akan jatuh dan digilas oleh roller yang terpasang di dalam mesin pemecah. Kulit buah akan pecah dan biji terekspose keluar. Campuran biji dan kulit buah dipisahkan dalam mesin separator yang bekerja berdasarkan perbedaan berat jenis. Campuran dijatuhkan dalam ruangan yang dihisap dengan blower. Kulit buah yang memiliki berat jenis lebih rendah akan terhisap. Sedangkan biji yang lebih berat akan jatuh ke arah bawah. Dengan demikian biji akan terpisah dari kulit dan ditampung pada tempat masing-masing.

Biji yang telah terpisah dari kulitnya dicacah dengan mesin pencacah. Biji dimasukkan secara mekanis dengan screw feeder. Pada ujung screw feeder terdapat piringan pisau mengiris

Biji Nyamplung

Sortasi dan Pengupasan

Degumming Pengeringan Pengepresan Pencacahan Transesterifikasi Esterifikasi Refined Oil Filterisasi Pemurnian Biodiesel Nyamplung

(8)

33 biji secara kontinyu sehingga tercacah tipis-tipis. Biji yang telah tercacah akan keluar dari lubang pengeluaran. Selanjutnya biji nyamplung yang telah tercacah tipis dikeringkan dengan menggunakan vibrating fluidized bed dryer. Cacahan biji dimasukkan ke bagian atas dryer dengan menggunakan scrapper conveyor. Proses pengeringan dilakukan pada temperatur 70 oC selama 2 jam. Udara kering dibangkitkan pada tungku secara direct contact. Setelah kering, cacahan biji akan berubah warna menjadi coklat tua dan siap diturunkan dari mesin pengering.

2. Proses Pengepresan

Biji yang telah kering, dikeluarkan dari mesin pengering dan dimasukkan dalam mesin pengepres. Mesin pengepres digunakan untuk memeras minyak dari biji. Jenis mesin pengepres adalah screw press expeller yang beroperasi secara kontinyu. Biji dimasukkan dalam hopper dan didorong oleh screw yang terpasang dibawahnya. Aliran bahan oleh screw akan tertahan oleh ring sehingga terjadi proses pemerasan. Minyak akan keluar dari celah diantara ring dan ampas keluar dari ujung mesin. Minyak yang dihasilkan oleh mesin pengepres ditampung dalam tangki penampung minyak kotor dan siap untuk diolah menjadi biodiesel.

Hasil pengepresan selain minyak akan dihasilkan juga limbah yang berupa bungkil yang terdiri dari tempurung, daging biji, dan sisa minyak dengan jumlah sekitar 40% dari berat biji kering, bungkil yang jumlahnya cukup besar tersebut kalau tidak dimanfaatkan akan menjadi sumber pencemaran lingkungan. oleh karena itu, pabrik pengolahan minyak nyamplung harus disertai dengan pengolahan limbah. Minyak yang keluar dari mesin pres umumnya berwarna hitam gelap karena banyak mengandung korotan yang berasal dari kulit.

3. Proses Degumming

Degumming merupakan proses pemisahan zat-zat terlarut atau zat-zat koloid seperti gum, resin, protein, dan fosfatida tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak (Ketaren, 1986). Prinsip proses degumming adalah pembentukan gumpalan-gumpalan dari zat-zat terlarut atau terkoagulasinya zat-zat-zat-zat yang bersifat koloidal di dalam minyak.

Minyak hasil pemerasan dimasukkan ke dalam reaktor degumming melalui gear pump. Dalam reaktor degumming, minyak dipanaskan hingga temperatur 100 oC. Setelah temperatur tercapai ditambahkan larutan asam fosfat sambil diaduk. Reaksi degumming membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Setelah itu, minyak disaring dengan menggunakan filter press. Gum akan tertahan oleh kain filter. Minyak yang bersih ditampung dalam tangki minyak bersih dan siap diproses pada tahap reaksi biodiesel.

Tujuan proses degumming adalah untuk memisahkan minyak dari getah atau lendir. Hasil dari degumming akan memperlihatkan perbedaan yang sangat jelas dari minyak asalnya yaitu berwarna jernih kemerah-merahan. Sebelum dilakukan proses selanjutnya, dilakukan proses filterisasi dengan tujuan untuk menyaring kotoran-kotoran yang terdapat pada minyak yang tidak dikehendaki sehingga tidak menghambat proses selanjutnya.

4. Pengolahan minyak nyamplung menjadi biodiesel

Setelah minyak nyamplung dipisahkan getahnya, dianalisa kadar asam lemak bebasnya kemudian dilakukan proses esterifikasi dan transesterifikasi. Proses pengolahan minyak nyamplung menjadi biodiesel sangat tergantung dari kadar asam lemak bebas awal dari minyak nyamplung setelah degumming.

(9)

34 Reaksi Esterifikasi

Esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dari asam karboksilat dan alkohol. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi kesetimbangan (bolak-balik). Dari persamaan reaksi dapat dilihat bahwa reaksi selain menghasilkan methyl ester juga menghasilkan air. Jika metanol dan FFA direaksikan dengan katalis yang cukup maka reaksi akan berlangsung hingga terbentuk air dalam jumlah tertentu. Kadar asam lemak bebas dalam bahan baku minyak nyamplung kurang lebih 20%, dengan demikian kadar trigliserida berkisar antara 80%. Kedua jenis bahan sesungguhnya merupakan bahan baku yang dapat dikonversi menjadi biodiesel (methyl ester). Pada reaksi esterifikasi, asam lemak direaksikan dengan metanol menghasilkan methyl ester sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut :

katalis

RCOOH + CH3OH RCOOCH3 + H20

kalor

Asam lemak Metanol Metil ester Air

Persamaan reaksi tersebut menunjukkan bahwa satu molekul asam lemak dapat bereaksi dengan satu molekul metanol menjadi satu molekul methyl ester (biodiesel) dan satu molekul air. Untuk melangsungkan reaksi diperlukan katalis asam kuat berupa asam sulfat.

Minyak bersih dialirkan dari tangki minyak bersih ke dalam reaktor biodiesel. Volume minyak dapat dilihat dari level indikator yang terpasang. Minyak dipanaskan dan dijaga temperaturnya pada 60 oC. Sambil menunggu temperatur tercapai, metanol dimasukkan kedalam tangki metanol, ditambahkan katalis asam sulfat dan diaduk hingga rata. Setelah metanol siap dan temperatur tercapai, larutan metanol sulfat dialirkan ke dalam reaktor dengan membuka

valve tangki metanol. Selama reaksi dilakukan pengadukan. Reaksi esterifikasi selesai dalam waktu satu jam.

Reaksi Trans-Esterifikasi

Salah satu proses utama pembuatan biodiesel dari minyak nyamplung adalah reaksi transesterifikasi, yaitu reaksi pertukaran alkohol dari sebuah ester. Reaksi transesterifikasi dilakukan selama 1 jam dengan temperatur antara 60-65 oC. Bahan baku minyak limbah mengandung gliserida (ester gliserol) dalam jumlah yang besar kurang lebih 80%. Pada reaksi transesterifikasi gliserol yang terikat dalam gliserida akan ditukar dengan metanol sehingga menghasilkan methyl ester (biodiesel). Reaksi transesterifikasi tersebut dapat digambarkan dalam persamaan reaksi sebagai berikut :

Reaksi transesterifikasi pada pabrik biodiesel ini menggunakan katalis KOH. Jumlah KOH ditentukan dengan mempertimbangkan kadar asam lemak dalam bahan baku minyak sebelum reaksi transesterifikasi.

(10)

35 Ada 3 kategori proses pengolahan minyak nyamplung berdasarkan klasifikasi kompleks atau kerumitan pengolahannya yaitu :

• Proses Transesterifikasi

Proses ini digunakan apabila kadar FFA dari refined oil ≤ 1% • Proses Esterifikasi-Transesterifikasi

Proses ini digunakan apabila kadar FFA dari refined oil berkisar antara 10-20% • Proses Esterifikasi-Esterifikasi-Transesterifikasi

Proses ini digunakan apabila kadar FFA refined oil lebih besar dari 20%

Dalam produksi biodiesel digunakan metanol dengan menggunakan katalis alkali. Untuk metanol dan katalis ini pada dasarnya dapat diganti dengan bahan lain yaitu katalis yang tidak bercampur homogen dan mampu mengarahkan reaksi secara spesifik guna menghasilkan produk yang diinginkan tanpa reaksi samping. Enzim lipase yang bisa menjadi biokatalis dalam sintesis biodiesel tersebut diduga mampu memperbaiki kelemahan katalis alkali, Selain itu enzim tersebut juga mampu mengarahkan reaksi secara spesifik tanpa adanya reaksi samping yang tidak diinginkan. Meski mengandung kelebihan, penggunaan lipase sebagai biokatalis terdapat kekurangan. Lingkungan beralkohol seperti metanol menyebabkan lipase terdeaktivasi secara cepat dan stabilitas enzim tersebut dalam menga-talisis reaksi menjadi buruk. Untuk itu untuk menjaga aktivitas dan stabilitas enzim tetap tinggi selama reaksi berlangsung, digunakan metil asetat yang menggantikan metanol sebagai penyuplai gugus metal. Penambahan metil asetat dan enzim lipase itu disebut proses non alkohol, tetapi untuk hal ini masih dilakukan penelitian lebih lanjut karena masih banyak mengandung kekurangan.

5. Pemurnian

Biodiesel yang dihasilkan dari tahap reaksi masih terkontaminasi oleh sisa-sisa sabun, gliserin dan metanol. Oleh karena itu biodiesel perlu dibersihkan dengan proses pencucian. Pencucian dilakukan dalam tangki pemurnian. Biodiesel dialirkan kedalam tangki pemurnian. Dari bagian atas disemprotkan air melalui sprayer. Air akan jatuh mengenai biodiesel dan tertampung pada bagian bawah tangki. Selama menerobos biodiesel, aliran air akan membawa sabun, gliserin dan sisa metanol. Air bekas pencucian dibuang melalui bagian bawah tangki ke kolam pengolahan limbah.

Setelah air dikeluarkan, biodiesel dikeringkan dengan menaikkan temperatur dan menghidupkan pompa vakum. Air yang tersisa akan menguap dan tersedot dalam pompa vakum, sehingga biodiesel bebas dari air (kering). Setelah kering, biodiesel akan tampak jernih dan menjadi produk jadi. Biodiesel jadi ditampung dalam drum dengan menggunakan pompa.

Pada pembahasan ini akan dilakukan 2 perbandingan proses (Lampiran 4) yang nantinya akan berpengaruh terhadap analisa finansial. Proses yang pertama adalah proses pembuatan biodiesel tanpa melalui proses pengukusan, proses yang kedua adalah proses pembuatan biodiesel dengan melalui proses pengukusan. Neraca massa produksi untuk proses pertama dapat dilihat pada Gambar 14 dan neraca massa produksi untuk proses kedua dapat dilihat pada Gambar 15. Neraca massa tersebut diolah dari berbagai sumber yaitu dari hasil percobaan skala laboratorium di SBRC (Surfactant and Bioenergy Research Center), Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, dan sumber lainnya. Untuk tabulasi neraca energi dapat dilihat pada Lampiran 5 dan perhitungan neraca energi dapat dilihat pada Lampiran 6.

(11)

36 Gambar 14. Neraca massa proses pembuatan biodiesel tanpa melalui proses pengukusan

(12)

37 Gambar 15. Neraca massa proses pembuatan biodiesel melalui proses pengukusan

(13)

38

IV. 1. 5. Desain Tata Letak Pabrik

Desain tata letak sangat dibutuhkan dalam rangka pendirian suatu pabrik, karena hal ini berhubungan dengan penyusunan letak mesin, peralatan-peralatan produksi, dan ruangan-ruangan dalam pabrik. Pada tahapan proses pendirian industri biodiesel dari biji nyamplung, penentuan desain tata letak menjadi salah satu faktor yang sangat diperhatikan karena akan membuat proses produksi dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Tata letak merupakan salah satu strategi wilayah yang akan menentukan efisiensi operasi dalam jangka panjang.

Perencanaan rancangan tata letak fasilitas pabrik yang baik selain dapat memperlancar proses produksi juga dapat memberikan keuntungan lain yaitu :

• Meningkatkan output produksi dalam waktu singkat dengan biaya produksi lebih murah. • Mengurangi proses pemindahan bahan (material handling).

• Mengurangi adanya inventori in-proses karena proses berjalan dengan lancar. • Mengurangi waktu tunggu (delay) dan waktu menganggur.

• Memperbaiki moral dan kepuasan kerja.

Pada penentuan tata letak pabrik, terdapat tiga tipe tata letak pada pabrik yaitu antara lain adalah :

1. Tata Letak Berdasarkan Produk (Layout by Product)

Tata letak jenis ini membentuk suatu garis mengikuti jenjang proses pengerjaan produksi suatu produk dari awal hingga akhir.

2. Tata Letak Berdasarkan Proses (Layout by Process)

Layout pada jenis tata letak berdasarkan proses memiliki bagian yang saling terpisah satu sama lain dimana aliran bahan baku terputus-putus dengan mesin disusun sesuai fungsi dalam suatu group departemen.

3. Tata Letak Berdasarkan Stationary (Layout by Stationary)

Tata letak jenis ini mendekatkan sumber daya manusia (SDM) serta perlengkapan yang ada pada bahan baku untuk kegiatan produksi.

Industri biodiesel dari biji nyamplung memproduksi satu jenis produk yaitu biodiesel. Oleh karena itu, tipe tata letak yang digunakan adalah tipe produk. Layout by Product adalah cara pengaturan dan penempatan semua fasilitas produksi yang diperlukan ke dalam suatu departemen tertentu atau khusus. Suatu produk dapat diproduksi sampai selesai di dalam departemen tersebut, dan tidak perlu dipindah-pindahkan ke departemen yang lain. Dalam

Layout by Product, mesin-mesin atau alat bantu disusun menurut urutan proses dari suatu produk. Produk bergerak secara terus menerus dalam suatu garis perakitan. Layout by Product akan digunakan apabila volume produksi cukup tinggi dan variasi produk tidak banyak dan sangat sesuai untuk produk yang kontinyu. Tujuan dari Layout by Product pada dasarnya adalah untuk mengurangi proses pemindahan bahan dan memudahkan pengawasan di dalam aktivitas produksi, sehingga pada akhirnya terjadi penghematan biaya (Purnomo, 2004).

Ruangan yang terdapat di industri biodiesel ini adalah gudang bahan baku, gudang bahan pembantu, ruang pengupasan dan pengukusan, ruang produksi, ruang pengemasan, gudang produk jadi, pengolahan limbah, ruang generator, laboratorium, sumber air, kantor, musola, toilet, lavatory.

(14)

39 Tata letak ruang produksi adalah sebagai berikut :

1. Mesin pemecah atau pengupas 2. Mesin pencacah

3. Mesin pengering 4. Mesin pengepres

5. Mesin degumming

6. Mesin esterifikasi, transesterifikasi, pemurnian 7. Mesin distilasi

Terdapat beberapa pola aliran bahan dalam ruang produksi, yaitu : pola aliran garis lurus jika proses produksinya pendek dan sederhana, pola aliran bentuk “L” jika terdapat keterbatasan pada besar gedung, pola aliran bentuk “U” jika aliran masuk dan keluar pada lokasi yang sama, pola aliran bentuk “O” jika bahan baku dan produk ditempatkan pada satu ruang, dan pola aliran bentuk “S” (zig zag) jika aliran produksi panjang. Aliran bahan yang lancar secara otomastis akan mengurangi biaya dan akhirnya akan meningkatkan produktivitas. Pola aliran bahan dalam ruang produksi untuk memproduksi biodiesel adalah pola aliran bahan berbentuk “S”.

Gambar 16. Pola aliran bahan dalam ruang produksi biodiesel dari biji nyamplung Keterangan :

1. Mesin pengupas 5. Mesin degumming dan filterisasi 2. Mesin pencacah 6. Mesin esterifikasi, transesterifikasi, dan pemurnian

3. Mesin pengering 7. Mesin distilasi 4. Mesin pengepres

IV. 1. 6. Keterkaitan Aktivitas

Pada umumnya dalam menetapkan desain tataletak digunakan satu dari beberapa metode antara lain yaitu Activity Relationship Chart dan Travel Chart. Activity Relationship

Chart merupakan suatu metode yang menghubungkan aktivitas-aktivitas secara berpasangan sehingga semua aktivitas akan diketahui tingkat hubungannya. Travel Chart merupakan suatu metode yang digunakan untuk kondisi dimana terdapat banyak produk atau item yang mengalir melalui suatu area. Activity Relationship Chart berbeda dengan Travel Chart dimana Travel

Chart berdasar pada tataletak yang ada dan merupakan data jumlah aliran yang berhubungan dengan tataletak yang diberikan. Untuk industry biodiesel ini digunakan Activity Relationship

Chart untuk perancangan tataletak dan tidak menggunakan Travel Chart karena Travel Chart ini tidak sesuai bila diaplikasikan untuk perancangan layout berdasarkan aliran produk (product

layout). 5 4 3 2 1 7 6

(15)

40 Keterkaitan aktivitas digambarkan dengan menggunakan bagan yang disebut dengan bagan keterkaitan aktivitas. Bagan keterkaitan aktivitas merupakan bagan yang menggambarkan tingkat keterkaitan antara dua aktivitas yang ada.

Derajat keterkaitan di gambarkan dengan simbol : A = mutlak perlu O = cukup/biasa E = sangat penting U = tidak penting I = penting X = tidak dikehendaki

Gambar 17. Diagram keterkaitan aktivitas

Bagan keterkaitan aktivitas di atas dijadikan patokan sebagai perhitungan keterkaitan antar ruang. Diagram keterkaitan antar aktivitas menggunakan template-template yang menggambarkan kegiatan yang ada (Apple, 1990). Untuk membuat diagram ini dihitung dengan menggunakan metode Total Closeness Rating (TCR).

Perhitungan TCR ini adalah penjumlahan dari bobot setiap simbol dalam satu kegiatan. Bobot dari simbol-simbol tersebut adalah :

A = 3 pangkat 4 O = 3 pangkat 1 E = 3 pangkat 3 U = 3 pangkat 0 I = 3 pangkat 2 X = 0

(16)

41 Tabel 9. Nilai Total Closeness Rating (TCR)

No Kegiatan Nilai TCR Peringkat

1 Penerimaan bahan baku 127 3

2 Gudang bahan pembantu 125 4

3 Proses produksi 295 1 4 Ruang pengemasan 129 2 5 Gudang produk 119 5 6 Pengolahan limbah 24 11 7 Generator 48 9 8 Laboratorium 61 6 9 Sumber air 50 8 10 Kantor 60 7 11 Mushola 29 10 12 Toilet 23 12

13 Lavatory dan klinik 18 13

Susunan letak mesin berdasarkan alur produksi pada ruang produksi biodiesel ini dapat dilihat pada Gambar 18.

IV. 1. 7. Kebutuhan Luas Ruang

Setelah dianalisa hubungan keterkaitan antar aktivitas dan dibuat bagan dan diagram keterkaitan antar aktivitas, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa kebutuhan luas ruang yang diperlukan. Kebutuhan luasan ruang produksi tergantung pada jumlah mesin/peralatan, tenaga kerja atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta jumlah dan jenis sarana lain yang mendukung kegiatan produksi yang bersangkutan. Jumlah mesin atau tenaga kerja

Gambar 18. Tataletak mesin dalam ruang produksi

Mesin pengupas Mesin pencacah Mesin pengering Mesin pengepres 1 Mesin pengepres 2 Mesin degumming Mesin esterifikasi dan transesterifikasi Mesin distilasi

(17)

42 tergantung pada tingkat produksi secara keseluruhan dan tingkat produksi pada setiap tahapan kegiatan produksi.

Mesin-mesin dan peralatan yang digunakan mempunyai sistem kerja yang otomatis dan berteknologi tinggi, sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan tidak banyak dan harus terampil, ahli dan mengerti dengan baik proses yang berjalan. Pada Tabel 10 disajikan kebutuhan ruang produksi. Kebutuhan luasan ruang pabrik industri pengolahan biodiesel dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 10. Kebutuhan ruang produksi

No Nama Ruang Jumlah

mesin Sub total (m 2

) Total x 150 %

1 Gudang bahan baku 50 75

2 Gudang bahan pembantu 25 37,5

3 Gudang produk jadi 50 75

4 Ruang proses produksi

Pemecahan 1 15 22,5

Pencacahan 1 15 22,5

Pengeringan 1 20 30

Pengepresan 2 25 37,5

Degumming dan filterasi 1 15 22,5

Esterifikasi, transesterifikasi dan

pemurnian 1 20 30

Metanol recovery 1 10 15

5 Ruang pengemasan 1 50 75

Total 8 295 442,5

Area kelonggaran ditentukan sebesar 150 %. Kelonggaran 150 % ini disediakan untuk kegiatan penanganan bahan, pergerakan pekerja dan perawatan, lorong, kolom, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan.

Jika jumlah mesin yang akan ditangani operator sudah ditetapkan, maka kebutuhan luas ruang untuk mesin atau peralatan dapat ditentukan. Salah satu metode dalam menentukan luasan ruang produksi adalah metode pusat produksi. Pusat produksi terdiri dari mesin dan semua perlengkapan untuk mendukung proses produksi, serta luasan untuk melaksanakan proses operasi.

Tabel 11. Kebutuhan luasan ruang pabrik industri biodiesel

No Lokasi Luas (m2)

1 Ruang produksi 442,5

2 Ruang non produksi

a. Kantor 30

(18)

43

No Lokasi Luas (m2)

c. Generator 20

d. Pengolahan limbah 45

e. Mushola, lavatory, klinik, toilet 25

f. Sumber air 10 3 Lain-lain a. Parkir 50 b. Jalan 100 c. Lahan terbuka 150 Total 892,5

Tahap berikutnya dalam proses perancangan tata letak adalah menentukan alokasi area. Alokasi area merupakan suatu proses untuk mengintegrasikan hasil analisa aliran bahan, keterkaitan antar kegiatan dan kebutuhan luasan ruang. Hasil dari proses alokasi area ini adalah diagram alokasi area atau diagram hubungan antar ruang. Alokasi area tersebut dapat dilihat pada Gambar 19.

(19)

44

IV. 2.

ASPEK FINANSIAL

Tujuan menganalisa aspek finansial adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Dalam melakukan investasi diperlukan perhitungan kemungkinan keuntungan yang tinggi agar harapan untuk mendapatkan nilai lebih pada waktu mendatang dapat tercapai. Sebagai tolak ukur analisa finansial diperlukan parameter-parameter yang berasal dari analisa sebelumnya, antara lain kapasitas produksi, teknologi yang dipakai, pilihan peralatan, jumlah tenaga kerja, fasilitas pendukung dan proyeksi harga-harga.

Untuk menentukan perkiraan biaya diperlukan asumsi-asumsi (Lampiran 7) yang menjadi dasar perhitungan biaya. Asumsi-asumsi tersebut antara lain adalah:

a. Umur ekonomis proyek direncanakan selama 10 tahun dengan jumlah hari kerja per tahun sebanyak 288 hari dengan asumsi hari kerja per bulan 24 hari dan bulan kerja per tahun 12 bulan. Umur proyek ini ditentukan berdasarkan umur mesin dan peralatan yang digunakan dalam proyek yaitu 10 tahun.

b. Nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek bernilai 50 persen dari nilai awal, sedangkan nilai sisa tanah pada masa akhir proyek tetap (100 persen).

c. Nilai sisa mesin 10 persen dari nilai awal, biaya pemeliharaan sebesar 0,5 persen, dan biaya asuransi sebesar 0,5 persen dari harga awal.

d. Nilai sisa kendaraan pada masa akhir proyek bernilai 20 persen dari nilai awal.

e. Kapasitas produksi yang akan diraih berdasarkan perhitungan neraca massa adalah sebagai berikut:

• Kapasitas produksi biodiesel : 288.000 liter/tahun.

• Kebutuhan bahan baku untuk biodiesel : Rp.4.500 kg/hari biji nyamplung atau sekitar 1.296.000 kg/tahun biji nyamplung yaitu 1.235.520 kg dari Perhutani Banywangi dan sisanya yaitu sekitar 2520 pohon dari warga sekitar.

• Produk akhir biodiesel : 1.000 liter/hari. • Lama operasi : 24 jam

• Target produksi biodiesel pada tahun pertama sebesar 80 persen, tahun 2 sebesar 90 persen sedangkan tahun ketiga sampai seterusnya sebesar 100 persen.

f. Harga-harga yang digunakan dalam analisa finansial ini berdasarkan harga pada saat analisa teknoekonomi tahun 2011 dan selama tahun perencanaan yang dipengaruhi discount factor sebesar 12 persen di bank.

g. Debet Equity Ratio (DER) yang ditetapkan adalah sebesar 35 persen modal sendiri dan 65 persen modal yang dipinjam dari bank, besar angsuran tiap tahun seragam.

h. Modal kerja 65 persen berasal dari pinjaman bank dengan waktu pembayaran selama 4 tahun. Pembayaran kredit dimulai pada tahun pertama dengan pembayaran pokok sama setiap tahun.

i. Harga bahan baku diasumsikan sama selama periode 10 tahun.

j. Besar pajak keuntungan didasarkan pada undang-undang no. 17 tahun 2000 dan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) berdasarkan pasal 1 undang-undang PPN, yaitu sebagai berikut:

• Jika pendapatan < 50.000.000 maka 10 persen x pendapatan

• Jika 50.000.000 < pendapatan < 100.000.000 maka (10 persen x 50.000.000) + (15 persen x pendapatan - 50.000.000)

(20)

45 • Jika pendapatan > 100.000.000 maka (10 persen x 50.000.000) + (15 persen x

50.000.000) + (30 persen x pendapatan - 100.000.000).

k. Proyek dan konstruksi pabrik dimulai pada tahun ke-0 sedangkan produksi pertama berlangsung pada tahun ke-1 dan masa konstruksi pembangunan adalah selama 1 tahun.

IV. 2. 1. Sumber Dana dan Struktur Pembiayaan

Pembiayaan investasi terdiri atas dua sumber dana yaitu dana dari pinjaman Bank dan modal sendiri. Untuk dana pinjaman berasal dari Bank Konvensional, yaitu kredit investasi yang diberikan untuk mendirikan usaha baru. Nilai suku bunga yang berlaku untuk pinjaman tersebut adalah 12 persen, sedangkan untuk Debet Equity Ratio (DER) atau porsi pendanaan yang berlaku adalah 65 persen dari pihak bank dan 35 persen dari pihak peminjam. Struktur pendanaan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Struktur pembiayaan industri biodiesel (dalam ribuan rupiah)

Jenis kredit Kebutuhan investasi Modal sendiri (35%) Pinjaman (65%)

Modal investasi tetap 2.329.271 815.245 1.514.026

Modal kerja 308.304 107.906 200.398

Jumlah 2.637.575 923.151 1.714.424

Pembayaran pinjaman sumber dana untuk investasi dilakukan selama 6 tahun, sedangkan untuk modal kerja dilakukan selama 4 tahun dengan tingkat suku bunga 12 persen. Pembayaran angsuran pinjaman pokok dan bunga dimulai pada tahun pertama. Struktur pembiayaan pembayaran kepada bank dapat dilihat pada Lampiran 8.

IV. 2. 2. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang dibutuhkan pada saat akan mendirikan industri biodiesel dari biji nyamplung. Biaya investasi terdiri atas biaya investasi tetap dan modal kerja. Biaya investasi tetap merupakan biaya yang diperlukan untuk keperluan pabrik, mulai dari biaya pra investasi, pembangunan pabrik, fasilitas penunjang, pembelian mesin-mesin, peralatan kantor dan transportasi. Perincian investasi pabrik Lampiran 9, sedangkan untuk perincian nilai sisa dan penyusutan dari modal investasi tetap terdapat pada Lampiran 10.

Biaya modal kerja adalah biaya operasi yang diperlukan untuk memproduksi biodiesel pada kali pertama. Perhitungan modal kerja tergantung pada kebijakan perusahaan yang pembeliaan atau penjualannya secara kredit tentu akan membutuhkan modal kerja yang berbeda dengan perusahaan yang melakukan tunai. Modal kerja diperlukan untuk menjamin kegiatan pada awal produksi. Komposisi dari modal kerja tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Komposisi modal kerja (dalam ribuan rupiah)

No Komponen Hari Modal kerja

1 Account Receivable 24 255.744

2 Inventory (Produk) 10 106.560

3 Account Payable (bahan baku) 24 (54.000)

(21)

46 Investasi pabrik biodiesel dari biji nyamplung bernilai Rp.2.366.146.000,00 seperti yang terinci pada Tabel 14.

Tabel 14. Biaya investasi Industri Biodiesel dari Biji Nyamplung

Komponen Nilai (dalam ribuan rupiah) Persentase

1. Modal tetap

Pra investasi 135,000 5.7

Bangunan 513,875 21.7

Fasilitas penunjang 18,450 0.8

Mesin dan peralatan 1,375,767 58.1

Alat kantor 14,750 0.6

2. Modal kerja 308,304 13

Total 2,366,146 100

Modal tetap memiliki presentase sebesar 87 persen dari total investasi atau senilai 2,06 milyar, sedangkan untuk modal kerja memiliki presentase sebesar 13 persen dari total investasi atau senilai 308 juta.

IV. 2. 3. Harga dan Prakiraan Penerimaan

Harga pokok dari biodiesel adalah Rp.6164/liter, harga akhir biodiesel yang telah ditambah margin sebesar 5% adalah Rp.6500/liter. Harga akhir diperoleh dari biaya variabel, biaya tetap dan kapasitas produksi pada tahun pertama. Untuk tahun pertama kapasitas produksi adalah sebesar 80%, sedangkan tahun kedua adalah 90% dan tahun ketiga sampai seterusnya adalah 100%, Asumsi yang dipakai adalah produk terjual 100 % dari yang diproduksi. Jumlah produksi untuk tahun pertama sebesar 230.400 liter, untuk tahun kedua sebesar 259.200 liter, dan untuk tahun ketiga sampai tahun kesepuluh kapasitas produksi biodiesel adalah sebesar 288.000 liter. Total penjualan dapat dilihat pada Lampiran 11.

Apabila biodiesel dicampur dengan solar (B20, B10, B5) maka harga masing-masing campuran dapat dihitung sebagai berikut :

• Harga solar untuk konsumsi: Rp. 4.300/liter Harga Biodiesel : Rp. 6.500/liter

Harga B20 (solar 80%, biodiesel 20%) = (80%* Rp. 4.300) + (20%* Rp 6.500) = Rp. 4.740/liter

Harga B10 (solar 90%, biodiesel 10%) = (90%*Rp. 4.300) + (10%* Rp 6.500) = Rp. 4.500/liter

Harga B5 (solar 95%, biodiesel 5%) = (95%*Rp. 4.300) + (5%* Rp 6.500) = Rp. 4.400/liter

Berdasarkan perhitungan seluruh biaya yang berkaitan dengan harga biodiesel dari biji nyamplung sehingga dapat diperoleh harga akhir untuk konsumsi masyarakat memang lebih mahal dibandingkan dengan solar bersubsidi (Rp.4.300,-), hal tersebut dikarenakan biaya produksi yang tinggi untuk pembuatan biodiesel tersebut. Selain itu, faktor bahan baku sangat mempengaruhi terhadap harga biodiesel. Untuk menghindari ketidak tersediaan pasar maka

(22)

47 produk biodiesel ditawarkan tidak sebagai produk yang bersaing dengan solar melainkan lebih condong sebagai produk adiktif. Perbandingan harga biodiesel dengan berbagai bahan baku dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Perbandingan harga biodiesel

Biodiesel Harga/satuan Kendala

1. Biodiesel dari CPO Rp. 6.500/liter • Harga CPO yang masih tergolong tinggi • Berkompetisi dengan bahan pangan 2. Biodiesel dari jarak pagar Rp. 6.000/liter • Bahan baku sulit diperoleh

Penerimaan tahunan didapatkan dari hasil penjualan pada tahun tersebut. Asumsi yang digunakan adalah setiap tahun seluruh biodiesel dan produk samping yang diproduksi habis terjual. Hal ini disebabkan biodiesel yang diproduksi telah memiliki standar kualitas dan harga kompetitif, sehingga dengan spesifikasi biodiesel yang dihasilkan diharapkan dapat bersaing dipasaran. Ditargetkan 100 persen biodiesel dapat terjual dari total produk yang diproduksi pada tahun tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya penjualan tetap dipertahankan sebesar 100 persen dari total biodiesel yang diproduksi. Asumsi biaya operasional dapt dilihat pada Lampiran 12 dan perhitunga total biaya operasi pabrik dapat dilihat pada Lampiran 13.

IV. 2. 4. Proyeksi Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Dalam laporan laba rugi ini menggambarkan mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan rugi-laba dalam suatu periode tertentu. Laporan laba rugi mempunyai 2 unsur yaitu pendapatan dan beban/biaya.

Proyeksi laba rugi diperlukan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu usaha. Laba bersih yang didapatkan memiliki karakteristik laba operasi yang dikurangi dengan pembayaran pajak. Laporan laba rugi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 14. Pajak dihitung berdasarkan Undang-undang no.17 tahun 2000, untuk mendapatkan laba bersih dilakukan pengurangan pada laba atas pajak. Laba bersih ini kemudian menjadi dasar perhitungan dalam analisa arus kas.

IV. 2. 5. Proyeksi Arus Kas

Aliran arus kas proyek dikelompokkan menjadi tiga yaitu, aliran kas awal (initial cash

flow), aliran kas periode operasi (operational cash flow), dan aliran kas terminal (terminal cash

flow). Aliran kas awal adalah pengeluaran untuk merealisasikan gagasan sampai menjadi kenyataan fisik, misalnya aliran kas langsung pengeluaran biaya pembangunan unit instalasi. Aliran kas periode operasi merupakan aliran kas yang masuk dari penjualan produk dan aliran kas yang keluar yang terdiri dari biaya produksi, pemeliharaan, depresiasi dan pajak. Aliran kas terminal adalah aliran kas yang didapat pada saat proyek berakhir, aliran kas ini terdiri dari nilai sisa (salvage value) aktiva tetap dan pengembalian (recovery) modal kerja. (Soeharto, 2000). Proyeksi arus kas dapat dilihat pada Lampiran 15.

(23)

48

1. Titik Impas (Break Event Point)

Analisa titik impas memberikan informasi mengenai hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel. Titik impas secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 16. Perhitungan titik impas untuk pabrik biodiesel dari biji nyamplung adalah :

BEP = Biaya Tetap

1- (Biaya Variabel / Penerimaan) BEP = Rp.419.338.000

1- (Rp.1.205.103.000 / Rp.2.455.142.000) = Rp. 823.601.000

Sesuai dengan grafik yang tergambar pada lampiran tersebut maka nilai BEP yang paling kecil adalah nilai BEP dalam keadaan normal yaitu industri biodioesel dengan proses produksi tanpa melalui proses pengukusan. Meskipun kapasitas yang diperoleh dari proses biodiesel dengan melalui proses pengukusan lebih besar namun hal ini tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan antara lain untuk biaya penambahan tenaga kerja, penambahan mesin pengukusan, dan lainnya, sehingga apabila kedua proses tersebut dibandingkan maka yang memiliki keuntungan lebih untuk direalisasikan adalah industri biodiesel dengn proses pembuatan biodiesel tanpa melalui proses pengukusan.

2. Kriteria Kelayakan Investasi

Kriteria investasi yang digunakan antara lain adalah Net Present Value (NPV), Internal

Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Pay Back Period (PBP). Untuk menentukan layak atau tidaknya proyek tersebut didanai, maka diperlukan metode yang memperhitungkan pula berubahnya nilai uang terhadap waktu atau faktor diskonto. Hal ini dikarenakan faktor diskonto merupakan suatu teknik, dan dengan teknik tersebut dapat menurunkan manfaat yang diperoleh pada masa mendatang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang (Gittinger, 1986).

a. Net Present Value (NPV)

Nilai NPV yang diperoleh untuk proyek pendirian pabrik biodiesel dari biji nyamplung adalah sebesar Rp.1.402.610.000. Nilai tersebut lebih besar dari nol, ini berarti bahwa proyek memperoleh peningkatan nilai uang, sehingga pendirian pabrik ini dianggap layak sesuai perhitungan NPV.

b. Internal Rate of Return

Untuk menentukan layak atau tidaknya proyek dilaksanakan maka sebagai patokan dasar pembanding adalah tingkat bunga yang berlaku di lembaga keuangan yang ada yaitu ditetapkan sebesar 12 persen. Jika nilai IRR lebih besar dibandingkan tingkat suku bunga bank, maka usaha dinyatakan layak. IRR pada usaha ini sebesar 22 persen yang berarti bahwa pendirian pabrik biodiesel dari biji nyamplung layak untuk dilaksanakan.

c. Net B/C Ratio

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) menunjukkan manfaat yang diberikan dari proyek ini untuk kepentingan umum dan bukan keuntungan finansial perusahaan. Nilai Net B/C

(24)

49 dihitung berdasarkan nilai arus kas yang telah diperhitungkan nilai perubahannya terhadap waktu. Nilai net B/C proyek ini diperoleh sebesar 1,60 yang menunjukkan bahwa pendirian pabrik biodiesel dari biji nyamplung ini layak untuk dilaksanakan, karena nilai net B/C lebih besar dari satu.

d. Pay Back Period (PBP)

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai PBP untuk proyek ini adalah 4,7 tahun yang berarti untuk mengembalikan investasi awal pabrik dibutuhkan waktu 4 tahun 8 bulan setelah pabrik berproduksi. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa industri biodiesel dari biji nyamplung layak untuk didirikan karena waktu pengembalian modal lebih cepat dibandingkan dengan umur proyek.

Berdasarkan semua kriteria investasi yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa industri pengolahan jarak pagar menjadi biodiesel layak untuk direalisasikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16 dan Lampiran 17.

Tabel 16. Penilaian kriteria investasi

Kriteria Nilai NPV Rp.1.402.610.000

IRR 22%

Net B/C 1,60

PBP 4,7 tahun

IV. 2. 6. Analisa Kepekaan/Sensitivitas

Analisa sensitivitas dilakukan terhadap perbedaan proses yang dapat berpengaruh dengan harga jual dan kapasitas yang dihasilkan, kenaikan harga bahan baku, dan penurunan harga jual produk. Analisa dilakukan pada empat kriteria investasi, yaitu NPV, IRR, B/C Ratio. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Analisa sensitivitas terhadap perbedaan proses dan kapasitas, kenaikan bahan baku dan penurunan harga jual

Perubahan Kriteria investasi

NPV IRR Net B/C PBP (tahun) Penambahan kapasitas akibat adanya proses

pengukusan Rp.727.936.000 17% 1,31 5,7

Kenaikan harga bahan baku sebesar 50 persen Rp.218.967.000 14% 1,1 6,8 Kenaikan harga bahan baku sebesar 60 persen Rp.(17.761.000) 11,87% 0,99 7,5 Penurunan harga jual sebesar 20,7 persen Rp.6.532.000 12% 1 7,5 Penurunan harga jual sebesar 20,8 persen Rp.(213.000) 11,9% 0,99 7,5

(25)

50 Penambahan kapasitas akibat adanya proses pengukusan dapat berpengaruh terhadap harga produk dan kriteria investasi yang cenderung lebih kecil apabila dibandingkan dengan keadaan normal. Harga produk yang pada awalnya adalah Rp. 6.500 per liter menjadi lebih rendah yaitu Rp. 6.300 per liter.

Kenaikan bahan baku mempunyai titik kritis sebesar 50% sampai 60% dari harga bahan baku awal, dengan tetap mempertahankan harga produk sebesar Rp.6.500 per liter pada kenaikan bahan baku sebesar 50% industri masih dikatakan layak, namun apabila terjadi kenaikan bahan baku sampai 60% maka industri biodiesel ini dianggap tidak layak.

Sama halnya dengan sensitivitas terhadap penurunan harga mempunyai titik kritis berkisar antara 20,7 sampai 20,8 persen dari harga awal. Industri masih dikatakan layak jika terjadi penurunan harga sebesar 20,7 persen. Namun, jika sudah mencapai penurunan sebesar 20,8 persen maka industri sudah dianggap tidak layak, karena semua kriteria investasi atau salah satu menunjukkan ketidaklayakan. Penurunan masih diperbolehkan sampai 20,7 persen. Jadi jika akan melakukan potongan harga, batas maksimalnya adalah sampai Rp. 5.000/liter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 18 sampai 22.

IV. 3.

ASPEK VALUASI DAN KOMERSIALISASI TEKNOLOGI

Enam cara untuk mendesain dan menciptakan suatu teori dari bisnis baru yaitu : menciptakan suatu visi, menulis misi, menetapkan rencana, menciptakan bisnis model, mendeskripsikan kompetensi dasar dan keunggulan kompetitif, bertindak untuk membuat keunggulan kompetitif berkelanjutan (Richard, 2005).

IV. 3. 1. The Vision

Visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Oleh karena itu jika pengusaha menyadari adanya suatu kemungkinan bagus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, maka pengusaha tersebut akan mendeskripsikan suatu perusahaan yang akan merespon secara efektif terhadap kesempatan itu. Menurut Richard (2005), Visi adalah suatu pernyataan yang informatif dan memandang ke depan tujuan jangka panjang dari perusahaan.

Visi bagi organisasi atau perusahaan dapat digunakan sebagai : • Penyatuan tujuan, arah dan sasaran perusahaan

• Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya serta pengendaliannya • Pembentuk dan pembangun budaya perusahaan

Menurut Richard (2005), empat elemen dari suatu visi adalah : Kejelasan : mudah dipahami dan fokus

Konsistensi : konstan dalam suatu periode waktu namun dapat disesuaikan dengan keadaan Keunikan : spesial terhadap perusahaan

Penuh tujuan : menyediakan alasan untuk peduli

Visi dari industri biodiesel dari biji nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) ini diciptakan berdasarkan kajian secara mendalam dari berbagai aspek dan referensi yang terkait. Visi dari industri ini adalah : “Menjadi perusahaan biodiesel terpadu yang terkemuka untuk

(26)

51 mengatasi kelangkaan BBM (Bahan Bakar Minyak) dan memberi manfaat maksimal bagi

stakeholder”.

IV. 3. 2. The Mission Statement

Misi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan eksistensi organisasi yang memuat apa yang disediakan oleh perusahaan kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa. Tujuan dari pertanyaan misi adalah mengkomunikasikan kepada stakeholder, di dalam maupun luar organisasi, tentang alasan pendirian perusahaan dan ke arah mana perusahaan akan menuju. Oleh karena itu, rangkaian kalimat dalam misi sebaiknya dinyatakan dalam satu bahasa dan komitmen yang dapat dimengerti dan dirasakan relevasinya oleh semua pihak yang terkait.

Untuk menjamin bahwa misi yang telah dicanangkan merupakan sebuah misi yang bagus, misi tersebut harus :

• Cukup luas untuk dapat diterapkan selama beberapa tahun sejak saat ditetapkan • Cukup spesifik untuk mengkomunikasikan arah

• Fokus pada kompetisi atau kemampuan yang dimiliki perusahaan

Setelah ditetapkan visi maka dapat ditentukan misi-misi perusahaan mengacu pada visi yang telah diciptakan. Misi industri biodiesel dari biji nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) ini adalah :

1. Mengembangkan potensi usaha perusahaan dalam bidang agroindustri

2. Dalam jangka panjang, perusahaan berupaya membangun industri pengolahan tanaman nyamplung dengan memanfaatkan potensi kekayaan alam dengan memanfaatkan potensi kekayaan alam Indonesia yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah dan kualitas produk.

3. Berperan aktif meningkatkan daya saing produk agroindustri di Indonesia sehingga dapat memberikan kontribusi pada devisa negara dan perekonomian nasional serta kesejahteraan masyarakat sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab perusahaan.

IV. 3. 3. The Value Proposition

Untuk menjadi sukses maka suatu perusahaan harus menawarkan nilai-nilai yang dapat memenuhi kebutuhan dari pelanggan. Kebutuhan dari pelanggan merupakan kemudahan untuk mendapatkan produk dan juga kualitas serta kegunaan dari barang maupun jasa tersebut. Menurut Richard (2005), Lima nilai yang ditawarkan kepada customer :

Produk : performansi, kualitas, ciri, merk, seleksi, pencari, kemudahan pemakaian, keamanan

Harga : adil, jelas, konsisten dan sesuai

Akses : kenyamanan, lokasi, daerah sekitar, tersedia, mudah untuk diperoleh dalam waktu singkat

Service : pemesanan, pengantaran, pengembalian, pemeriksaan

experience : emosional, rasa hormat, suasana, kesenangan, intimasi, hubungan, komunitas

Diasumsikan suatu tingkatan value proposition dalam skala 1-5 dimana 5 = kelas dunia, 1 = tidak dapat diterima, dan 3 = kondisi normal industri, dinyatakan bahwa harus merencanakan

(27)

52 penawaran produk untuk mempunyai nilai 5-4-3-3-3, untuk 5 atribut value proposition tersebut, dalam urutan dominan-diferensiasi-normal-normal-normal (Richard, 2005). Untuk industri biodiesel yang akan didirikan, produk merupakan nilai yang dominan karena produk yang ditawarkan adalah produk yang memiliki ciri khas dan berbeda, service merupakan nilai diferensiasi karena dalam industri biodiesel yang diunggulkan adalah pemberian service, dan sisanya (harga, akses, experience) memiliki nilai normal.

Value proposition untuk industri biodiesel adalah sebagai berikut : Kami menyediakan produk yang berkualitas dan ramah lingkungan, yangdapat digunakan pada semua mesin tanpa harus modifikasi, berfungsi sebagai pelumas sekaligus membersihkan injektor, serta dapat mengurangi emisi karbon dioksida, partikulat berbahaya, dan sulfur oksida.

USP (unique selling proposition) merupakan versi pendek dari value proposition suatu perusahaan sebagai slogan untuk menjelaskan manfaat utama dari tawaran perusahaan dibandingkan dengan competitor utama. Unique Selling Proposition perusahaan biodiesel ini adalah produk yang ramah lingkungan dengan tingkat pemurnian yang tinggi.

1. Produk

Produk adalah sesuatu yang ditawarkan dan dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Produk yaitu karakteristik dari produk yang ditawarkan kepada pasar sasarannya (keanekaragaman produk, kualitas, desain, bentuk, merek, kemasan, ukuran, pelayanan, jaminan, pengembalian). Produk biodiesel ini memiliki banyak keunggulan yaitu :

• Bilangan setana tinggi (di atas 50), yakni bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya kualitas solar berdasar sifat kecepatan baker dalam ruang baker mesin. Semain tinggi bilangan setana, semakin cepat pemabakaran dan semakin baik efisiensi termodinamisnya. Angka setana yang relatif tinggi mengurangi ketukan pada mesin sehingga mesin bekerja dengan mulus.

• Titik kilat tinggi, yakni temperatur terendah yang dapat menyebabkan uap biodiesel dapat menyala, sehingga biodiesel lebih aman dari bahaya kebakaran pada saat disimpan maupun pada saat didistribusikan dari pada solar.

• Menambah pelumasan mesin yang lebih baik dari pada solar sehingga memperpanjang umur pakai mesin.

• Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai komposisi dan tidak memerlukan modifikasi mesin.

• Tidak mengandung sulfur dan benzene yang mempunyai sifat karsinogen, dapat diuraikan secara alami, serta kadar CO dalam gas buang lebih kecil sehingga relatif lebih aman.

• Mengurangi asap hitam dari gas buang mesin diesel secara signifikan walaupun penambahan hanya 5 %- 10 % volume biodiesel kedalam solar. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Kandungan emisi B20 dan B100

Sumber : Biodiesel Group-ITB, (2006).

* B20 : Campuran 20 % biodiesel dengan 80 % solar **B100 : Bahan bakar 100 % Biodiesel.

Emisi B20* B100**

Karbon monoksida (CO) -12% -47%

Hidrokarbon (HC) -20% -67%

(28)

53 2. Harga

Menentukan harga suatu produk merupakan keputusan penting dari perusahaan, karena harga adalah satu-satunya variabel strategi pemasaran yang secara langsung menghasilkan pendapatan. Umumnya harga yang ditetapkan perusahaan akan berada pada suatu titik antara harga yang terlalu rendah dan harga yang terlalu tinggi. Biaya produk menentukan harga terendah dan persepsi konsumen terhadap nilai produk menentukan harga tertinggi. Perusahaan harus dapat menentukan harga diantara kedua titik tersebut untuk menentukan harga yang paling baik.

Tujuan penetapan harga adalah untuk :

1) Mencapai target pengembalian investasi atau tingkat penjualan netto suatu perusahaan 2) Memaksimalkan keuntungan

3) Alat persaingan utama untuk perusahaan sejenis 4) Menyeimbangkan harga itu sendiri

5) Sebagai penentu pangsa pasar, karena dengan harga dapat diperkirakan kenaikan atau penurunan penjualannya (Gitosudarmo dalam Yuliana, 2003).

Dengan mengacu pada aspek finansial dan aspek valuasi dan komersialisasi teknoligi, harga akhir produk biodiesel dalam satuan per liter adalah sebesar :

 

3. Tempat dan Distribusi

Untuk melaksanakan fungsi distribusi diperlukan sumberdaya manusia dan dana substansial, sarana fisik distribusi, pengetahuan tentang produk, daerah pemasaran, persaingan pasar, dan pembeli di masing-masing daerah pemasaran. Dalam melaksanakan distribusi maka harus memperhatikan 6 (enam) tepat kepada konsumen yaitu tepat harga, tepat jumlah, tepat jenis, tepat tempat, tepat waktu dan tepat kualitas. Menurut Kotler (2002) saluran pemasaran dapat dilihat sebagai sekumpulan organisasi yang saling tergantung satu dengan yang lainnya serta terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk atau pelayanan untuk digunakan.

Lokasi atau tempat penjualan biodiesel merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam keputusan konsumen untuk beralih menggunakan biodiesel. Lokasi disini terkait dengan mudah atau tidaknya konsumen untuk memperoleh produk yang bersangkutan. Distribusi biodiesel yaitu dengan tanpa adanya batasan wilayah dan ditujukan khusus untuk pemenuhan permintaan dalam negeri. Distribusi dilakukan dengan selalu menjamin adanya ketersediaan produk untuk dijual sehingga tidak terjadi kehilangan pasar.

Harga pokok = biaya tetap tahun pertama + biaya variabel tahun pertama kapasitas penjualan tahun pertama (80%)

= 1775141000 / 230400

= 6164

Harga jual = Harga pokok + Margin 5%

= 6164 + 308

(29)

54 Terdapat beberapa alternatif penyaluran produk biodiesel. Pertama, perusahaan dapat membentuk organisasi penjualan produk untuk menjual secara langsung produk ini ke konsumen. Kedua, produk disalurkan melalui distributor pada wilayah tertentu. Produsen dapat memasarkan biodiesel di setiap SPBU yang ada dengan melakukan kerjasama dengan PERTAMINA selaku pihak yang memiliki wewenang terhadap penjualan bahan bakar di SPBU. selain itu biodiesel akan dipasarkan kepada masyarakat melalui toko-toko (contoh : bengkel

service).

4. Service

Industri biodiesel ini sangat mengutamakan kepuasan konsumen, salah satu cara pemenuhan kepuasan konsumen adalah dengan menyediakan layanan untuk konsumen yang dapat memudahkan para konsumen untuk melakukan complain dan memberikan kritik serta saran demi perkembangan dan kemajuan produk biodiesel ini. Service juga dapat diberikan dengan cara pengembalian produk apabila didapati produk tersebut rusak atau tidak layak konsumsi.

5. Experience

Konsumen membutuhkan produk-produk yang dapat menjadi alternatif untuk masalah kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi saat ini, dan konsumen ingin memperoleh manfaat yang besar dari produk biodiesel ini. Pengadaan acara-acara yang berhubungan dengan perkenalan produk biodiesel ini sangat dibutuhkan, contohnya adalah dengan mengadakan tour jawa-bali dengan menggunakan bahan bakar biodiesel ataupun acara-acara yang lainnya yang dapat mempererat hubungan antar komunitas.

IV. 3. 4. The Business Model

The Business model adalah kumpulan dari asumsi yang terencana tentang bagaimana suatu perusahaan akan menciptakan value untuk semua stakeholder-nya (Richard, 2005). Menurut Richard (2005), Elemen dari bisnis model adalah : Costumer selection, Value

preposition, Diferentiation and control, Scope of product and activity, Organizational design,

Value capture for profit, Value for talent.

Customer selection a. Segmentasi

Segmentasi pasar adalah usaha pemisahan pasar pada kelompok-kelompok pembeli menurut jenis-jenis produk tertentu dan yang memerlukan bauran pemasaran tersendiri. Perusahaan menetapkan berbagai cara yang berbeda dalam memisahkan pasar tersebut, kemudian mengembangkan profil-profil yang ada pada setiap segmen pasar, dan penentuan daya tarik masing-masing segmen. Segmentasi pasar merupakan proses identifikasi yang bertujuan untuk mendapatkan pembeli dalam keseluruhan pasar (Kotler, 2002).

Pembagian segmentasi pasar adalah sebagai berikut :

• Segmentasi geografis yaitu pasar disesuaikan dengan kondisi wilayah, pembagian pasar menjadi unit geografis seperti negara, negara bagian, wilayah, propinsi dan lainnya.

(30)

55 • Segmentasi demografis yaitu pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan

variabel-variabel demografis seperti usia, ukuran keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, agama, ras, kelas sosial, dan lainnya.

• Segmentasi psikografis yaitu pasar dibagi sesuai gaya hidup dan kepribadian.

• Segmentasi perilaku yaitu pasar dibagi sesuai pengetahuan, sikap, pemakaian atau tanggapan mereka terhadap produk.

Segmentasi pasar produk biodiesel adalah masyarakat luas yang berperan sebagai konsumen yang menggunakan produk biodiesel ini sebagai bahan bakar maupun sebagai bahan adiktif untuk keperluan sehari-hari dengan penyaluran produk melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan toko-toko yang terkait. Selain masyarakat luas, pasar produk biodiesel adalah industri pengguna yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar untuk menjalankan proses produksi yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar yang disalurkannya. Segmentasi juga dilakukan berdasarkan geografis, dengan variabel segmentasi yang digunakan adalah wilayah negara. Variabel ini dinilai penting dalam mengklasifikasikan konsumen biodiesel yaitu lebih mengacu ke dalam negeri.

b. Targeting

Setelah proses segmentasi pasar selesai dilakukan, maka dapat diketahui beberapa segmen yang dianggap potensial untuk dimasuki. Secara umum, penetapan sasaran dilakukan dengan mengevaluasi kelebihan setiap segmen, kemudian dilakukan penentuan target pasar yang akan dilayani. Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki. Target pemasaran biodiesel ini lebih ditujukan pada konsumen dalam negeri dan kepada masyarakat secara luas dengan kemasan tertentu dengan penyaluran produk biodiesel tersebut melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan toko-toko yang terkait.

c. Positioning

Salah satu elemen penting dari strategi pemasaran adalah positioning. Positioning dapat diartikan penempatan keunggulan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Melalui kegiatan positioning, perusahaan harus mampu membuat citra produk unggulan dimana persepsi konsumen terhadap minyak nyamplung yang diproduksi sebagai produk yang lebih unggul dibanding dengan produk pesaing dengan kualitas yang dapat dipercaya. Biodiesel merupakan produk yang memiliki banyak keunggulan, Selain itu bahan bakar biodiesel ini memiliki peranan dalam hal penghematan cadangan minyak bumi khususnya Indonesia umumnya dunia. Positioning dari minyak nyamplung adalah barang berkualitas dengan tingkat kemurnian yang tinggi.

Differentiation and control

1. Membangun kemitraan dengan berbagai pihak yang saling terkait berdasarkan prinsip kehati-hatian (prudent) dan saling menguntungkan

2. Melakukan konsolidasi dengan kelompok usaha perusahaan untuk pengembangan aktivitas usaha perusahaan

3. Menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian untuk pengembangan produk-produk samping dari minyak nyamplung.

(31)

56

Scope of product and activities

Pengolahan pre-treatment biji nyamplung menjadi minyak nyamplung dan kemudian diolah menjadi biodiesel sebagai produk utama industri ini. Pengolahan juga dilakukan terhadap hasil samping dari industri biodiesel ini, yaitu pengolahan bungkil sisa pengepresan menjadi briket arang dan pengolahan metanol sisa proses esterifikasi dan transesterifikasi dengan tujuan agar dapat digunakan pada proses berikutnya.

Organizational design

Struktur organisasi dan deskripsi pekerjaan akan dikaji lebih mendalam pada aspek manajemen dan organisasi.

Value Capture For Profit

• Melakukan pengembangan produk secara terus-menerus • Mengembangkan produk samping dari minyak nyamplung • Selalu memperbaharui strategi pemasaran

• Memperluas target pasar

• Melakukan promosi untuk produk baru

Value For Talent

• Melakukan pelatihan tenaga kerja secara rutin

• Pemberian award, hadiah, bonus kepada pekerja yang memiliki kinerja yang bagus. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghargaan kepada karyawan tersebut agar karyawan tersebut tetap semangat bekerja.

• Kenaikan jabatan bagi karyawan

• Pemberian jaminan kesejahteraan para karyawan • Pemberian asuransi kesehatan dan keselamatan kerja • Melakukan evaluasi terhadap kinerja karyawan secara rutin

• Pemberian hak-hak karyawan yang sudah seharusnya karyawan dapatkan selama bekerja di Perusahaan

IV. 4.

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Pemasaran merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam suatu perusahaan terutama dalam memasarkan produk perusahaan kepada masyarakat serta mengidentifikasi pesaing perusahaan. Selain itu pula dalam aspek pemasaran disusun atau dibentuk strategi serta taktik pemasaran perusahaan dalam menghadapi pasar global agar dapat mengikuti trend serta mengetahui selera konsumen terhadap produk yang akan dipasarkan atau dijual. Pemasaran adalah proses mengkonsentrasikan berbagai sumber daya dan sasaran dari sebuah organisasi atau perusahaan terhadap kesempatan dan kebutuhan lingkungan.

Dalam menganalisa aspek pasar dan pemasaran, beberapa hal yang diperhatikan adalah kedudukan produk dalam pasar saat ini, komposisi dan perkembangan permintaan produk, dan kemungkinan persaingan. Kotler (2002) mengemukakan bahwa untuk memasuki pasar harus memperkirakan pasar potensial agar sumber daya yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara

Gambar

Tabel 7. Areal tanaman nyamplung di beberapa lokasi
Gambar 10. Hierarki AHP pemilihan lokasi potensial pendirian industri biodiesel
Gambar 11. Nilai pembobotan hasil akhir
Gambar 12. Nilai pembobotan akhir dari masing-masing kriteria
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jadi metode dakwah merupakan sebuah jalan atau cara yang digunakan atau dilakukan dalam melaksanakan aktifitas mengajak manusia kepada jalan yang lurus, yang mana

Dari Gambar 1 terlihat bahwa PC/ laptop adalah peralatan yang digunakan untuk memonitor dan mengontrol alat elektronika melalui Wi-Fi menggunakan internet

Alat pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu dengan memakai penelitian kepustakaan (library research) untuk memperoleh data primer, yaitu pengumpulan data primer

Pada penelitian ini, penurunan indeks plak terlihat masih terdapat 2 responden dengan kategori buruk, hal ini dikarenakan kedua respoden tersebut memiliki tingkat

Tujuan dari peneltian ini adalah : 1) Menggambarkan strategi mengajar vocabulary Bahasa Inggris yang digunakan oleh guru di MTs N Tulungagung. 2)

Oleh karena itu, aku bekerja di rumah sakit untuk orang yang sudah tua selama pengalaman kerja saya.. Ruman sakit itu terletak dua puluh kilometer

Dalam melakukan IPO terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh suatu perusahaan, Kendala-kendala yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO, yaitu

Untuk lingkungan bagian luar hotel baik Singaraja Indah maupun Griyo Mulyo yang belum memenuhi syarat yaitu variabel lingkungan dan bangunan karena pada lingkungan hotel