• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan ancaman yang ditimbulkan pariwisata

BAB II MATERI MODUL MENJELASKAN PROGRAM PARIWISATA

2 Elemen Kompetensi: Menjelaskan manfaat dan ancaman pariwisata bagi

2.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan ancaman yang ditimbulkan pariwisata

Pengunjung yang tidak berlaku pantas atau terlalu banyak akan mengakibatkan terinjaknya habitat pasang-surut yang sensitif, mangrove atau padang lamun; gangguan bagi hidupan-liar seperti burung laut dan mammalia laut; kerusakan terumbu karang karena sepatu-katak penyelam; dan dampak meningkatnya limbah cair terhadap kualitas air atau pengumpulan sampah di kawasan pesisir dan laut. Disamping kerusakan lokal yang mudah terlihat, dampak tersebut dapat menjadi perubahan dan masalah jangka panjang, yang meliputi perubahan perilaku hewan, seperti pola makan, migrasi, dan reproduksi. Banyak perubahan sulit dideteksi, tetapi semuanya merupakan indikator penting kesehatan sumberdaya alam.

Flora dan Fauna—Apakah ada jenis tumbuhan, burung, mammalia, reptil, amfibi, dan ikan di tempat tujuan? Di manakah habitatnya? Mengapa mereka terancam? Apa hubungan mereka de ngan pariwisata, yaitu apakah jenis tersebut terdapat di kawasan yang potensial dikembangkan untuk pariwisata? Apakah mereka juga menarik minat wisatawan? Dalam kasus tersebut, berisiknya pengunjung yang mengamati hidupan-liar dapat mengganggu waktu makan dan siklus berbiak, yang mengakibatkan meningkatnya laju kematian dan penurunan besar dalam pertumbuhan populasi. Habitat Penting—Daerah mana merupakan habitat penting, mengapa mereka penting dan bagaimana pariwisata dapat memberi dampak? Seringkali beberapa jenis terancam akibat habitat mereka hilang, seperti daerah “asuhan” bagi fase larva beberapa jenis ikan di hutan mangrove, terumbu karang, atau padang lamun. Masalah yang paling penting adalah hilangnya daerah berbiak, bertelur, dan makan sebagai hasil dari pembangunan terkait pariwisata. Beberapa habitat penting dapat telah teridentifikasi karena kawasan tersebut telah dijadikan cagar alam, suaka margasatwa, taman lindung, kawasan lindung, dan zona inti/tertutup dalam kawasan lindung yang sudah ada. Penelitian dan wawancara bersama para ahli setempat akan membantu mengidentifikasi kawasan -kawasan yang belum terlindung yang harus dipertimbangkan pula.

Fungsi-fungsi ekologi—Pariwisata, bersama pembangunan oleh manusia, cenderung muncul di beberapa ekosistem dengan keanekaragaman-hayati tinggi. Masalah yang perlu dipertimbangkan meliputi gangguan terhadap proses ekologi dan ketergantungan rumit antara flora, fauna, dan kondisi fisik. Misalnya, suara berisik dan cahaya dapat mencegah penyu bertelur di pantai ; penggundulan vegetasi di tepi sungai untuk mempercantik pemandangan dapat menyebabkan erosi tanah dan merusak habitat ikan dan katak. Terumbu karang secara khusus sangat rentan terhadap injakan dan pematahan oleh wisatawan, begitu pula kerusakan akibat j angkar. Padang lamun juga rentan dan dapat “digerus”oleh rantai jangkar.

Koridor Biologis dan Bentanglahan Fisik—Menjamin luasan yang cukup bagi daerah sebaran dan rute migrasi serta akses untuk mencapai makanan sangat penting bagi jenis-jenis besar seperti penyu, duyung, lumba-lumba, dan ikan pemangsa besar. Di darat, pembangunan pariwisata dapat mengganggu kawasan penghubung dengan sistem pegunungan, lembah, dataran tinggi, dan hutan hujan. Sebagai contoh, jalan raya dapat menjadi penghalang bagi beberapa jenis seperti penyu,

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

katak, dan kepiting; dan lalu lintas jalan dapat mengakibatkan kematian jenis-jenis yang bermigrasi. Pada saat yang sama, pariwisata dapat direncanakan untuk mengurangi fragmentasi dengan meningkatkan perlindungan kawasan dari pembangunan yang bersifat merusak seperti pembalakan kayu.

2.2.2 Ketersediaan air

Sumber air bersih dan tidak terpolusi dari sungai, danau, laguna, dan daerah resapan air sangat penting bagi seluruh bentuk kehidupan termasuk wisatawan yang mengunjungi kawasan. Apakah yang menjadi sumber air utama bagi populasi yang telah ada? Apakah air mencukupi? Apakah sumber air terlindungi dengan baik? Ada masalahkah dengan pasokan air? Apakah dengan ditambah pariwisata masalah tersebut menjadi semakin parah, misalnya, dengan menyebabkan polusi sumberdaya penting atau permintaan terlalu tinggi.

2.2.3 Sumberdaya energi

Di banyak tempat, pasokan energi sering menjadi persoalan, dan pariwisata dapat memperparahnya. Hal tersebut dapat menyebabkan masalah lingkungan yang lebih luas, seperti polusi udara akibat pembangkit listrik tenaga batu bara. Ia juga akan berdampak pada keanekaragaman-hayati lokal. Sebagai contoh, pada banyak kawasan penggunaan berlebih kayu bakar akan mengakibatkan kerusakan hutan, erosi, hilangnya sumber makanan, dan hilangnya lokasi berbiak yang penting bagi burung dan hewan lainnya. Dampak lanjutannya, limbah cair dari penggunaan bahan bakar seperti minyak, gas, dan solar akan memenuhi perairan tawar dan habitat laut.

2.2.4 Sistem penanganan sampah

Apakah sistem saat ini cukup baik untuk menerima buang limbah cair dan sampah padat? Apakah mereka dapat menangani permintaan tambahan? Di banyak kawasan, sistem pengelolaan sampah tidak cukup untuk mengurus dan membuang limbah cair dan sampah padat. Apakah pariwisata dapat memperparah sistem yang sudah ada berikut lingkungan alami? Sayangnya, aktivitas pariwisata sering menghasilkan sampah dalam jumlah besar dan tim persiapan harus memperhitungkan berbagai masalah potensial terkait limbah cair, pengelolaan limbah dan sampah padat.

(1) Limbah cair biasanya berasal dari mencuci, kamar mandi, dan limpasan dari darat. Limbah dapat mencemari sumber air dengan bakteri berbahaya, seperti fecal coliform (bakteri dari kotoran manusia), yang menyebabkan penyakit dan infeksi atau dari bahan kimia s eperti deterjen, herbisida, dan pestisida yang membunuh organisme perairan tawar dan laut. (2) Pengelolaan limbah yang buruk dapat mengakibatkan polusi tanah dan air tanah serta

degradasi sumberdaya laut, seperti terumbu karang.

(3) Sampah padat sering dibuang di tempat sampah dengan desain yang buruk atau dibuang langsung ke laut, sungai, dan danau. Selain membuat pemandangan tidak sedap, pembuangan sampah sembarangan akan menyebabkan sampah mengeluarkan pencemar dan mengakibatkan polusi air dan tanah yang parah. Pencemar dari barang beracun seperti kaleng cat dan baterai, sangat berbahaya. Tempat pembuangan sering menjadi tempat bertelur lalat, yang akan menyebarkan penyakit ke masyarakat sekitar, menyebabkan bau tidak sedap, dan api yang beracun.

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

(4) Membuang sampah sembarangan, terutama di kawasan alami dapat menarik hewan liar dan menyebabkannya mudah terkena cidera atau penyakit, seperti burung dan ikan yang mencoba memakan puntung rokok.

2.2.5 Ketidak-stabilan ekonomi

Keuntungan dari pariwisata bisa saja tidak diterima oleh masyarakat lokal, tetapi justru dinikmati oleh investor dari luar. Hal tersebut disebut kebocoran pendapatan. Jika kebocoran pendapatan tinggi, maka dukungan lokal terhadap KKP atau konservasi laut akan rendah. Bahkan jika beberapa penduduk dapat menghasilkan keuntungan dari pariwisata, jika keuntungan yang diterima masyarakat hanya sedikit, atau tidak sebanding dengan upaya konservasi, penduduk akan menginvestasikan keuntungan tersebut pada kegiatan berdampak besar dengan keuntungan ekonomi yang besar, seperti perikanan ilegal atau budidaya. Bagi orang yang mendapatkan pekerjaan tetap dalam pariwisata, dan pekerjaan tersebut tidak menyediakan kesempatan pengelolaan atau kepemilikan, karyawan lokal biasanya tidak termotivasi untuk melakukan pariwisata berkelanjutan sebagai karir.

Selain itu, pariwisata berkelanjutan, seperti bentuk pariwisata lainnya bisa menjadi sumber pemasukan yang tidak stabil. Permintaan pariwisata berfluktuasi tergantung faktor luar tujuan

wisata. Misalnya, konflik politik, atau isu kondisi kawasan atau negara, dapat membuat pengunjung

internasional tidak jadi berkunjung selama beberapa tahun. Perubahan nilai mata uang juga mempengaruhi kunjungan wisatawan. Sebagai contoh, setelah serangan teroris tahun 2001 ke AS, bersama dengan menurunnya nilai dollar AS, mengakibatkan pengurangan kunjungan luar negri oleh wisatawan AS hingga dua tahun selanjutnya. Contoh lainnya, di Taman Nasional Komodo di Indonesia, wisata menurun dari 30.000 pengunjung per tahun hingga 11.000 setelah bom di Bali, yang merupakan sumber wisatawan asing yang mengunjungi taman nasional. Bencana alam seperti badai, dan yang paling tragis yaitu tsunami di tahun 2004, juga berdampak pada pariwisata hingga bertahun-tahun, terutama terjadi pada hotel-hotel tepi pantai dan rute transportasi yang rusak parah. Penurunan yang tidak dapat diperkirakan dalam pariwisata dapat menjadi bencana jika sebuah KKP terlalu bergantung pada industri pariwisata yang labil. Dengan kata lain:

Pariwisata berkelanjutan sangat dianjurkan, namun jangan dijadikan sebagai satu-satunya sumber pendapatan dan pekerjaan.

2.2.6 Berdesakan di dalam dan di sekitar KKP

Rasa berdesakan dapat menjadi masalah bagi masyarakat lokal dan KKP. Kebanyakan masyarakat akan meninggalkan penggunaan kawasan pesisir secara tradisional dan beralih ke sektor pariwisata, seperti pembangunan infrastruktur seperti jalan, hotel, restoran, dan pelabuhan. Wisatawan akan mulai berkompetisi dengan penduduk untuk mendapatkan tempat yang kosong. Kawasan tersebut adalah tempat yang dikenal penduduk lokal saat tumbuh dewasa, sebelum kawasan tersebut menjadi atraksi internasional. Jika akses ke lokasi yang penting tersebut menjadi sulit, ketegangan sering muncul dan penduduk lokal akan mulai menolak wisatawan. Banyaknya orang juga mengganggu turis, yang kebanyakan mencari petualangan di alam yang sunyi. Wisatawan internasional akan kecewa ketika mereka sudah datang jauh-jauh dan menghabiskan uang simpanannya di tempat yang dipenuhi wisatawan lainnya.

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

2.2.7 Pembangunan fasilitas yang berlebihan

Ketika sebuah lokasi menjadi tujuan wisata populer, pengusaha lokal akan mulai membuat penginapan, restoran, dan jasa lain untuk menjawab kebutuhan wisatawan. Pada beberapa kasus di mana permintaan pariwisata tinggi, orang dari berbagai daerah akan datang untuk merasakan kesempatan ekonomi yang meningkat. Dengan meningkatnya permintaan jasa pariwisata dan meningkatnya permintaan infrastruktur: hotel, restoran, dan rumah bagi pegawai dan pengusaha yang baru. Permintaan tersebut memberikan tekanan terhadap kebutuhan dasar seperti pasokan air, pengelolaan sampah, listrik, dan lain-lain. Selain itu, beban pemerintahan juga meningkat, meningkatnya pembangunan sering kali terjadi dengan minimnya perencanaan dan dapat menjadi masalah estetika selain masalah lingkungan bagi masyarakat dan kawasan lindung.