• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR-DASAR PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DASAR-DASAR PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN

PUSAT PELATIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Gedung Mina Bahari III Lt. 8 Jakarta Pusat

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

DASAR-DASAR PENGELOLAAN KAWASAN

KONSERVASI PERAIRAN

BUKU INFORMASI

Menjelaskan Program Pariwisata Berkelanjutan untuk Pengelolaan

Kawasan Konservasi Perairan

(2)
(3)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

KATA PENGANTAR

Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang ada di dalam berbagai jenis perairan yang luasnya hampir mencapai 75% dari luas wilayah Indonesia. Indonesia adalah negara peringkat kedua yang memiliki terumbu karang terluas di dunia setelah Australia. Wilayah Indonesia juga merupakan pusat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi pada segitiga terumbu karang dunia yang terkenal dengan sebutan “the Coral Triangle”. Sekarang kawasan ini memiliki tantangan berupa degradasi ekosistem laut sehingga konservasi akan berperan penting dalam mengimbangi dampak dari eksploitasi berupa kelangkaan sumber daya ikan dan degradasi ekosistem laut yang timbul karena berbagai kegiatan manusia.

Pencanangan Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar pada tahun 2015 memberikan makna bahwa poduksi perikanan, baik dari kegiatan penangkapan ikan maupun budidaya ikan, perlu ditingkatkan. Jika tidak diimbangi oleh semangat untuk menjamin keberlanjutan, cita-cita tersebut akan menyebabkan perikanan Indonesia mengalami krisis, di antaranya adalah berkurangnya atau hilangnya sumber daya ikan dan terhentinya kegiatan perikanan. Oleh sebab itu, perlu komitmen bersama untuk melakukan pelestarian sumber daya ikan dan konservasi lingkungan perairan dalam rangka menjaga keutuhan ekosistem perairan yang sehat.

Kawasan konservasi perairan (KKP) adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Dari pengertian tersebut jelas adanya sinergi dan harmoni di antara konservasi dan pengelolaan sumber daya ikan. Oleh karena itu, salah satu cara yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mewujudkan pengelolaan dan konservasi sumber daya ikan adalah memprakarsai dan memfasilitasi gagasan pembentukan kawasan konservasi perairan (KKP) di berbagai tempat. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan sasaran kawasan konservasi perairan seluas 10 juta hektar pada tahun 2010 dan 20 juta hektar pada tahun 2020.

Keberhasilan pengelola KKP sangat ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten di berbagai bidang dan disiplin ilmu terkait. Untuk itu diperlukan serangkaian program pelatihan yang diselenggarakan oleh para pelatih yang mengajar dengan modul pelatihan berbasis kompetensi dalam proses pembelajaran yang efektif.

Dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia tersebut, 32 orang pelatih (berasal dari lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP), Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Ditjen KP3K), Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP), kalangan perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat) mengikuti kegiatan Training of Trainers untuk Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar atau Training of

Trainer in Marine Protected Areas 101 di Balai Diklat Perikanan Aertembaga dan Balai Diklat

Perikanan Tegal pada bulan Juli – Agustus 2010. Sebagian dari pelatih tersebut selanjutnya telah melatih para calon pengelola kawasan konservasi perairan di Balai Diklat Perikanan Banyuwangi dan Balai Diklat Perikanan Belawan masing-masing berturut-turut pada bulan November 2010 dan Februari 2011. Seluruh rangkaian pelatihan tersebut diselenggarakan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan USAID-Coral Triangle Support Partnerships (USAID-CTSP) yang bekerjasama dengan Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan (Dit KKJI – KP3K) dan Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan (Puslat – BPSDM KP). USAID-CTSP adalah sebuah kegiatan USAID yang pelaksanaannya melibatkan sebuah konsorsium yang terdiri dari tiga lembaga swadaya masyarakat internasional, yaitu Conservation International, The Nature Conservancy, dan World Wildlife Fund.

(4)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

Guna menunjang keberhasilan pelatihan–pelatihan di bidang konservasi perairan selanjutnya, maka dilakukan adaptasi terhadap bahan pelatihan yang dipakai dalam ToT MPA-101 menjadi Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi di bidang Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan. Adaptasi bahan pelatihan ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.21/MEN/X/2007 tentang Tata Cara Penetapan Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang telah diadopsi oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan cq. Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan. Dokumen ini memuat sebuah modul untuk pelatihan berbasis kompetesi yang berjudul "Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan”, khusus untuk unit kompetensi ” Menjelaskan Program Pariwisata Berkelanjutan untuk Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan”. Modul-modul untuk unit kompetensi lain disajikan dalam dokumen-dokumen terpisah.

Semoga modul pelatihan ini bermanfaat bagi para pelatih, peserta pelatihan, dan para pengelola kawasan konservasi perairan serta para pembaca pada umumnya.

Jakarta, November 2011

Kepala Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan

Drs. Mulyoto, MM.

(5)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

UCAPAN TERIMA KASIH

Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, baik perorangan maupun institusi, yang memungkinkan tersusunnya draft kurikulum ini. Mereka di antaranya adalah:

(1) Pimpinan USAID- Indonesia yang memberikan arahan implementasi kegiatan Coral Triangle Support Partnerships (USAID-CTSP) dalam mendukung program pengembangan kapasitas sumber daya manusia untuk pengelolaan kawasan konservasi peraiaran di Indonesia. (2) Ms Anne Walton dari dari International MPA Capacity Building Program, National Oceanic

and Atmospheric Administration (NOAA) yang pertama menyusun dan selalu mengembangkan modul pelatihan ini, menerapkannya dalam berbagai kegiatan pelatihan dan berkenan berbagi ilmu serta pengalamannya yang luar biasa kepada kami di Indonesia. (3) Tim Pengembangan Pengelolaan Kawasan Konservasi Kepala Burung yang terdiri dari

Conservation International Indonesia, The Nature Conservancy, dan World Wildlife Fund, sebagai pihak pertama bersama NOAA yang melaksanakan kegiatan pelatihan MPA 101 di kawasan bentang laut Kepala Burung (Bird’s Head Seascape) dan berkenan berbagi pengalaman dalam membangun model pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia. (4) Mr Jason Phillibotte, MSc (NOAA), Bapak Asril Djunaidi, MSc (CI Indonesia), Ibu Meity

Mongdong (CI Indonesia), Bapak Arisetiarso Soemodinoto, PhD (TNC) sebagai pelatih dalam penyelenggaraan rangkaian Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar di Aertembaga (Sulawesi Utara), Tegal (Jawa Tengah), Banyuwangi (Jawa Timur) dan Belawan (Sumatera Utara).

(5) Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Dit KKJI – Ditjen KP3K).

(6) Kepala Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan – Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (Puslat - BPSDM-KP).

(7) Para Widyaiswara di lingkungan Puslat Kelautan dan Perikanan – BPSDM KP (8) Para pelatih lulusan ToT MPA101 di Balai Diklat Perikanan Aertembaga dan Tegal.

(9) Para nara sumber dan panitia pelatihan ToT MPA101 dan Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar di Balai Diklat Perikanan Banyuwangi, Belawan dan Tegal, di antaranya adalah Ms Tamra Faris (ToT MPA101 di Aertembaga dan Tegal) dan Mr Edward Lindelof (Pelatihan MPA101 di Banyuwangi).

(10) Para peserta pelatihan ToT MPA101 di Aertembaga dan Tegal dan Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar di Banyuwangi, Belawan dan Aertembaga. (11) Para mantan anggota Tim 11 yang dibentuk pada tahun 2009 oleh Direktur KKJI - Ditjen

KP3K.

Jakarta, 15 Agustus 2011

Ketua Tim Adaptasi Materi Pelatihan

(6)
(7)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

UCAPAN TERIMA KASIH ...iii

BAB I STANDAR KOMPETENSI KHUSUS DAN SILABUS PELATIHAN

MENJELASKAN PROGRAM PARIWISATA BERKELANJUTAN UNTUK

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN ...1

A Standar Kompetensi Kerja Khusus ...1

Batasan Variabel ...1

Panduan Penilaian...3

Aspek Kritis...4

Kompetensi Kunci ...5

B Unit Kompetensi Prasyarat ...5

C Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi ...6

BAB II MATERI MODUL MENJELASKAN PROGRAM PARIWISATA

BERKELANJUTAN UNTUK PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN ...14

A Latar Belakang...14

B Tujuan...15

C Ruang Lingkup ...15

D Peristilahan ...15

E Diagram Alir Pencapaian Kompetensi ...17

MATERI UNIT KOMPETENSI ...17

1

Elemen Kompetensi: Menjelaskan pengertian tentang pariwisata

berkelanjutan ...17

1.1

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan definisi pariwisata berkelanjutan...17

1.2

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan perbedaan pariwisata berkelanjutan

dengan pariwisata konvensional ...18

1.3

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan tiga landasan pariwasata berkelanjutan ...19

1.4

Aspek Pengetahuan: Permintaan terhadap pariwisata berkelanjutan ...19

1.4.1

Permintaan pariwisata dunia ...19

1.4.2

Konsumsi sumberdaya wisatawan di seluruh dunia ...21

1.4.3

Seberapa besar permintaan pariwisata adalah pariwisata

berkelanjutan?...21

1.4.4

Mengapa pelancong menginginkan pariwisata berkelanjutan? ...21

1.4.5

Lebih dari “Pariwisata Alam”: Apakah ada permintaan bagi

keberlanjutan sejati? ...22

2

Elemen Kompetensi: Menjelaskan manfaat dan ancaman pariwisata bagi

kawasan konservasi perairan ...23

2.1

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan manfaat pariwisata bagi kawasan

konservasi perairan...23

(8)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

2.1.1

Sumber pendapatan bagi pengelolaan kawasan konservasi ...23

2.1.2

Menyediakan lapangan kerja ...24

2.1.3

Pembenaran politik bagi penetapan kawasan konservasi perairan ...24

2.1.4

Media untuk pendidikan lingkungan ...24

2.2

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan ancaman yang ditimbulkan pariwisata

terhadap KKP ...25

2.2.1

Dampak lingkungan ...25

2.2.2

Ketersediaan air...26

2.2.3

Sumberdaya energi...26

2.2.4

Sistem penanganan sampah...26

2.2.5

Ketidak-stabilan ekonomi ...27

2.2.6

Berdesakan di dalam dan di sekitar KKP ...27

2.2.7

Pembangunan fasilitas yang berlebihan ...28

2.3

Aspek Pengetahuan: Menyeimbangkan manfaat dan kerugian ...28

2.4

Aspek Keterampilan: Membuat visi untuk sebuah daerah tujuan wisata...28

3

Elemen Kompetensi: Menjelaskan cara mengelola dampak pengunjung ...30

3.1

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan cara mengelola pengunjung berdasarkan

suatu standar ...30

3.1.1

Konsep daya dukung lingkungan ...30

3.1.2

Konsep batas perubahan yang dapat diterima (limits of acceptable

change, LAC) ...32

3.2

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan metode untuk mengendalikan dampak

kelebihan pengunjung ...34

3.3

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan metode untuk memantau dampak ...35

3.4

Aspek Keterampilan: Merancang penerapan metode LAC untuk menentukan

batas maksimum pengunjung ...37

3.5

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan penerapan konsep pengelolaan adaptif

dalam pariwisata...40

4

Elemen Kompetensi: Menjelaskan karakteristik industri pariwisata ...41

4.1

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan industri pariwisata kapal pesiar ...41

4.2

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan aliran limbah dari indutri kapal pesiar ...42

4.3

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan masalah lingkungan penting lainnya...43

4.4

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan peran operator pariwisata dalam

mencegah dan menangani kerusakan yang ditimbulkan pariwisata ...44

4.4.1

Pembuangan jangkar ...44

4.4.2

Pengoperasian perahu...44

4.4.3

Perawatan perahu ...45

4.4.4

Pembuangan limbah dan sampah ...45

4.4.5

Penyelam SCUBA dan snorkel ...46

4.4.6

Pemancingan rekreasi, konsumsi makanan laut dan pengambilan

biota laut untuk cinderamata ...46

4.4.7

Pengamatan kehidupan-liar laut ...46

(9)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

5

Elemen Kompetensi: Menjelaskan program sertifikasi hijau pada kegiatan

pariwisata ...48

5.1

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan program sertifikasi atas prakarsa sukarela ...48

5.2

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan lingkup program sertifikasi untuk kegiatan

pariwisata...49

5.2.1

Apa yang harus disertifikasi: bisnis pariwisata, produk, atau tujuan

wisata? ...51

5.2.2

Bagaimana memulai program sertifikasi? ...51

5.2.3

Siapa yang mendanai program sertifikasi? ...51

5.2.4

Mengapa sertifikasi: Kredibilitas, penghargaan, konsistensi ...52

5.2.5

Pariwisata Negara Indonesia ...54

5.2.6

Pariwisata Negara Papua Nugini ...56

5.2.7

Pariwisata Negara Fiji ...58

BAB III SUMBER - SUMBER LAIN YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN

KOMPETENSI ...61

A Sumber Kepustakaan ...61

B Materi Pelatih ...62

C Media Visual...62

D Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan ...62

1. Daftar peralatan/mesin...62

(10)
(11)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.002.01 Kode Modul

BAB I STANDAR KOMPETENSI KHUSUS DAN SILABUS PELATIHAN MENJELASKAN PROGRAM PARIWISATA BERKELANJUTAN UNTUK PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN A Standar Kompetensi Kerja Khusus

KODE UNIT : KKP.KP.03.002.01

JUDUL UNIT : Menjelaskan program pariwisata berkelanjutan untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk membangun pengelolaan yang efektif pada suatu kawasan konservasi perairan melalui program pariwisata berkelanjutandi kawasan konservasi. Pembahasan mencakup pengertian tentang pariwisata berkelanjutan, manfaat dan ancaman pariwisata bagi kawasan konservasi perairan, cara mengelola dampak pengunjung, karakteristik industri pariwisata dan program sertifikasi hijau pada kegiatan pariwisata.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1.Menjelaskan gambaran umum Pariwisata Berkelanjutan

Gambaran umum pariwisata berkelanjutan dijelaskan Keuntungan dari Wisata untuk KKP diidentifikasi 1.3 Ancaman dari Wisata pada KKP diidentifikasi 1.4 Mengidentifikasi pariwisata berkelanjutan dan pariwisata konvensional

1.5 Menyusun konsep visi dan tujuan KKP 2.Mengelola Dampak Pengunjung 2.1 Dampak Pengunjung KKP dikelola

2.2 KKP dikelola secara adaptif 3.Mengelola Industri Pariwisata 3.1 Industri Pariwisata dijelaskan

3.2 Pedoman rekreasi berdasarkan dampak yang ditimbulkan oleh kapal pesiar disusun

4.Menjelaskan Program Sertifikasi Hijau 4.1 Lima elemen kunci inisiatif sukarela dijelaskan 4.2 Program sertifikasi hijau dijelaskan

Batasan Variabel

Unit ini berlaku untuk menjelaskan pariwisata berkelanjutan pada kawasan konservasi perairan meliputi:

(1) Mengidentifikasi Keuntungan dari Wisata pada KKP (2) Mengidentifikasi Ancaman Wisata pada KKP

(12)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.002.01 Kode Modul

(3) Mengelola Dampak KKP (4) Mengelola Industri Pariwisata (5) Menerapkan Sertifikasi Hijau (6) Melakukan kunjungan ke KKP

Perlengkapan untuk mempelajari KKP yang efektif mencakup:

(1) 1 (satu) buah Papan White Board dan white board maker serta penghapus (2) 4 ( empat) buah Papan Peta Singkap dan bahan ajar

(3) 1 (satu) Set Multi Media ( laptop,Infocus, dan layar serta soft copy power point/bahan tayang)

(4) 1 ( satu) Paket peralatan /bahan tulis menulis untuk tugas –tugas kelompok

Tugas pekerjaan untuk mengelola pariwisata berkelanjutan pada kawasan konservasi Perairan. (1) Memperkirakan daya dukung lingkungan

(2) Memperkirakan batas perubahan yang bisa diterima (3) Mengendalikan dampak kelebihan pengunjung (4) Memantau dampak kerusakan lingkungan (5) Mengelola penyedia jasa aktivitas rekreasi

Peraturan yang terkait dengan penyelenggarakan Pariwisata Berkelanjutan pada Kawasan Konservasi Perairan adalah:

(1) Undang-Undang nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

(2) Undang-Undang nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (3) Undang-Undang nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

(4) Undang-Undang nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

(5) Undang-Undang nomor 31 2004 tentang Perikanan yang telah diubah menjadi UU No 45 Tahun 2009

(6) PP Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam

(7) PP Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut (8) PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi

sebagai Daerah Otonom

(9) PP Nomor 60 Tahun 2007 Tentang Konservasi Sumberdaya ikan (10) PP Nomor 31 Tahun 2006 Tentang Sistem Pelatihan Nasional

(11) PERMEN KEBUDPAR No. KM.67 / UM.001 /MKP/ 2004 Tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata di Pulau-Pulau Kecil

(13)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.002.01 Kode Modul

(12) PERMEN KP No. 17/MEN/2008 Tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(13) PERMEN KP No. 16/MEN/2008 Tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(14) PERMEN NAKERTRANS No. PER.21/MEN/X/2007 Tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

Panduan Penilaian

Penjelasan Penilaian

Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya yang mungkin diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini adalah sebagai berikut:

(1) KKP.KP.01.002.01 Menjelaskan prinsip-prinsip dasar pengelolaan kawasan konservasi perairan

(2) KKP.KP.02.001.01 Menjelaskan beberapa proses dan interaksi penting yang terjadi di dalam ekosistem laut

(3) KKP.KP.02.002.01 Menjelaskan program pendidikan untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan

(4) KKP.KP.02.002.02 Menjelaskan program penegakan hukum untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan

Kondisi penilaian

(1) Kondisi penilaian yang merupakan aspek dalam penilaian yang sangat be rpengaruh atas tercapainya kompetensi ini yang terkait dengan memperkirakan daya dukung lingkungan, batas perubahan yang bisa diterima,mengendalikan dampak kelebihan pengunjung, memantau dampak kerusakan lingkungan, dan mengelola penyedia jasa aktivitas re kreasi (2) Penilaian dapat dilakukan dengan cara lisan, tertulis, praktek/demonstrasi di tempat

kerja/tempat uji kompetensi.

Pengetahuan yang dibutuhkan

Pengetahuan yang dibutuhkan untuk unit kompetensi ini adalah sebagai berikut: (1) Definisi pariwisata berkelanjutan

(2) Tiga komponen dasar wisata berkelanjutan (3) Permintaan wisata seluruh dunia

(4) Perbedaan pariwisata berkelanjutan dan pariwisata konvensional (5) Sumber pendapatan bagi kkp dan masyarakat sekitarnya

(6) Lapangan pekerjaan

(7) Pembenaran politik bagi KKP (8) Pendidikan lingkungan

(14)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.002.01 Kode Modul

(9) Ancaman wisata KKP

(10) Membangun sebuah visi untuk tujuan pariwisata (11) Mengelola pengunjung berdasarkan standar

(12) Metode mengendalikan dampak kelebihan pengunjung (13) Metodologi untuk memantau dampak (LAC)

(14) Pengelolaan adaptif (15) Buang jangkar

(16) Pengoperasian perahu (17) Pemeliharan perahu

(18) Pembuangan limbah dan sampah

(19) Selam permukaan (snorkeling) dan selam SCUBA (20) Pengamatan hidupan laut

(21) Pengamatan hidupan-liar darat (22) Inisiatif sukarela

(23) Kunci inisiatif sukarela (lima C)

(24) Studi kasus: prakarsa operator tur(Tour Operators’ Initiative, TOI) (25) Ecolabeling

(26) Penyandang dana

(27) Sertifikasi kredibilitas, penghargaan konsistensi

Keterampilan yang dibutuhkan

Keterampilan yang dibutuhkan untuk unit kompetensi ini adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi manfaat pariwisata bagi KKP

(2) Mengidentifikasi ancaman pariwisata terhadap KKP (3) Menyusun konsep visi dan tujuan KKP

(4) Mengelola dampak pengunjung KKP

(5) Menyusun pedoman rekreasi berdasarkan dampak yang ditimbulkan oleh kapal pesiar

Aspek Kritis

Aspek kritis untuk menemukenali sikap kerja yang perlu diperhatikan dalam kompetensi ini adalah: (1) Mengidentifikasi manfaat pariwisata bagi KKP

(2) Mengidentifikasi ancaman pariwisata terhadap KKP (3) Metode mengendalikan dampak kelebihan pengunjung (4) Memantau dampak dengan metodologi (LAC)

(15)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.002.01 Kode Modul

Kompetensi Kunci

No Kompetensi Kunci Dalam Unit Ini Tingkat

1. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan informasi 2

2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 2

3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2

4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2

5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 2

6. Memecahkan masalah 2

7. Menggunakan teknologi 2

B Unit Kompetensi Prasyarat

Sebelum mengikuti pelatihan unit kompetensi mengenal KKP ini, peserta harus sudah kompeten untuk unit kompetensi :

(1) KKP.KP.01.002.01 Menjelaskan prinsip-prinsip dasar pengelolaan kawasan konservasi perairan

(2) KKP.KP.02.001.01 Menjelaskan beberapa proses dan interaksi penting yang terjadi di pada ekosistem laut

(3) KKP.KP.02.002.01 Menjelaskan program pendidikan untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan

(4) KKP.KP.02.003.01 Menjelaskan program penegakan hukum untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan

(16)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

C Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi

Unit Kompetensi : Menjelaskan program pariwisata berkelanjutan untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan

Kode Unit : KKP.KP.03.002.01

Unit Kompetensi : Menjelaskan program pariwisata berkelanjutan untuk pengelolaan KKP

Deskripsi singkat : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk membangun pengelolaan yang efektif pada suatu kawasan konservasi perairan melalui program pariwisata berkelanjutandi kawasan konservasi. Pembahasan mencakup pengertian tentang pariwisata berkelanjutan, manfaat dan ancaman pariwisata bagi kawasan konservasi perairan, cara mengelola dampak pengunjung, karakteristik industri pariwisata dan program sertifikasi hijau pada kegiatan pariwisata.

Perkiraan Waktu : 8,0 JP @ 45 menit Tabel Silabus Unit Kompetensi :

Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja Indikator Unjuk Kinerja

Materi Pelatihan Jumlah

Jam Pelatihan

Lama Pelatihan

@ 45 menit

Pengetahuan Keterampilan Sikap Teori Praktek Menjelaskan Pengertian Pariwisata Berkelanjutan (1) Definidi pariwisata berkelanjutan dijelaskan (1.1) Dapat menjelaskan definisi pariwisata berkelanjutan Definisi pariwisata berkelanjutan (1.1.1) - - 0,25 - 0,25 Perbedaan pariwisata berkelanjutan dengan pariwisata konvensional dijelaskan (1.2) Perbedaan pariwisata berkelanjutan dengan pariwisata konvensional (1.2.1) 0,25 0,25

(17)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01 pariwisata berkelanjutan dijelaskan secara komprehensif (1.3) menjelaskan tiga komponen pariwisata berkelanjutan pariwasata berkelanjutan (1.3.1) Permintaan terhadap pariwisata berkelanjutan dijelaskan (1.4) Dapat menjelaskan permintaan terhadap pariwisata berkelanjutan Permintaan pariwisata dunia (1.4.1) Konsumsi sumberdaya wisatawan di seluruh dunia (1.4.2) Seberapa besar permintaan pariwisata adalah pariwisata berkelanjutan? (1.4.3) Mengapa pelancong menginginkan pariwisata berkelanjutan? (1.4.4) Lebih dari “Pariwisata Alam”: Apakah ada permintaan bagi keberlanjutan sejati? (1.4.5) 0,50 0,50 Menjelaskan manfaat dan ancaman pariwisata bagi kawasan Manfaat pariwisata bagi kawasan konservasi perairan dijelaskan Dapat menjelaskan manfaat pariwisata bagi kawasan Sumber pendapatan bagi pengelolaan kawasan konservasi (2.1.1) Diskusi 6.1: Pengalaman anda dengan pariwisata 0,25 0,50 0,75

(18)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01 konservasi perairan (2) (2.1) konservasi perairan Menyediakan lapangan kerja (2.1.2) Pembenaran politik bagi penetapan kawasan konservasi perairan (2.1.3) Media untuk pendidikan lingkungan (2.1.4) Ancaman yang ditimbulkan pariwisata terhadap KKP dijelaskan (2.2) Dapat menjelaskan ancaman yang ditimbulkan pariwisata terhadap KKP Dampak lingkungan (2.2.1) Ketersediaan air (2.2.2) Sumberdaya energi (2.2.3) Sistem penanganan sampah (2.2.4) Ketidak-stabilan ekonomi (2.2.5) Berdesakan di dalam dan di sekitar KKP (2.2.6) 0,25 0,25

(19)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01 Pembangunan fasilitas yang berlebihan (2.2.7) Menyeimbangkan manfaat dan kerugian dijelaskan (2.3) Dapat menjelaskan Menyeimbangkan manfaat dan kerugian (HO 6.1) : Beberapa manfaat dan ancaman pariwisata terhadap masyarakat lokal

0,25 0,25

Visi untuk sebuah daerah tujuan wisata dibuat (2.4) Mampu membuat visi untuk sebuah daerah tujuan wisata

(HO 6.2) Membuat visi sebuah daerah tujuan wisata

(HO 6.2) Visi pariwisata berkelanjutan di Taman Nasional Komodo (Latihan 6.1) Membuat visi tujuan wisata bagi KKP anda 0,25 0,50 0,75 Menjelaskan cara mengelola dampak pengunjung dijelaskan (3) Cara mengelola pengunjung berdasarkan suatu standar dijelaskan (3.1) Dapat menjelaskan cara mengelola pengunjung berdasarkan suatu standar

(HO 6.4) Pilihan untuk menangani dampak pengunjung

Konsep daya dukung lingkungan (3.1.1) Konsep batas

perubahan yang dapat diterima (limits of acceptable change, LAC) (3.1.2)

(HO 6.5) Batas

(20)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

perubahan yang dapat diterima (LAC) (HO 6.6) Jumlah pengunjung Kepulauan Galapagos (HO 6.7) Mengelola pengunjung dengan konsep ekowisata di pulau Cousin, Seychelles Metode untuk mengendalikan dampak kelebihan pengunjung (3.2) Dapat menjelaskan metode untuk mengendalikan dampak kelebihan pengunjung Metode untuk mengendalikan dampak kelebihan pengunjung (3.2.1) 0,25 0,25 Metode untuk memantau dampak dijelaskan (3.3) Dapat menjelaskan metode untuk memantau dampak Metode untuk memantau dampak (3.3.1) 0,25 0,25 Penerapan

metode LAC untuk menentukan batas maksimum pengunjung dirancang (3.4) Mampu merancang penerapan metode LAC untuk menentukan

(HO 6.8) Jenis dan contoh indikator dampak pengunjung (HO 6.9) Contoh indikator standar (Latihan 6.2) Mengembangkan LAC bagi KKP Anda. 0,50 0,50 1,00

(21)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

batas maksimum pengunjung

(HO 6.10) Indikator LAC untuk Taman Nasional Komodo (HO 6.11) Membuat indikator LAC Penerapan konsep pengelolaan adaptif dalam pariwisata dijelaskan (3.5) Dapat menjelaskan penerapan konsep pengelolaan adaptif dalam pariwisata (HO 6.12) Pengelolaan adaptif 0,25 0,25 Menjelaskan karakteristik industri pariwisata (4) Industri pariwisata kapal pesiar dijelaskan (4.1) Dapat menjelaskan industri pariwisata kapal pesiar industri pariwisata kapal pesiar (4.1.1) 0,25 0,25 Menjelaskan aliran limbah dari indutri kapal pesiar dijelaskan (4.2)

Dapat menjelaskan Menjelaskan aliran limbah dari indutri kapal pesiar

Aliran limbah dari indutri kapal pesiar (4.2.1) 0,25 0,25 Masalah lingkungan penting lainnya dijelaskan (4.3) Dapat menjelaskan masalah lingkungan penting lainnya masalah lingkungan penting lainnya (4.3.1) 0,25 0,25

(22)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01 Peran operator pariwisata dalam mencegah dan menangani kerusakan yang ditimbulkan pariwisata dijelaskan (4.4) Dapat menjelaskan peran operator pariwisata dalam mencegah dan menangani kerusakan yang ditimbulkan pariwisata

(HO 6.13) Tiga belas pertanyaan untuk operator wisata bahari Pembuangan jangkar (4.4.1) Pengoperasian perahu (4.4.2) Perawatan perahu (4.4.3) Pembuangan limbah dan sampah (4.4.4) Penyelam SCUBA dan snorkel (4.4.5)

Pemancingan rekreasi, konsumsi makanan laut dan pengambilan biota laut untuk cinderamata (4.4.6) Pengamatan kehidupan-liar laut (4.4.7) Pengamatan ke (Latihan 6.3) Membuat panduan rekreasi untuk KKP Anda (Latihan 6.4) Analisis jejak ekologi 0,50 1,00 1,50

(23)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01 hidupan-liar darat (4.4.8) Menjelaskan program sertifikasi hijau pada kegiatan pariwisata (5) Program sertifikasi atas prakarsa sukarela dijelaskan (5.1) Dapat menjelaskan program sertifikasi atas prakarsa sukarela Program sertifikasi atas prakarsa sukarela (5.1.1) 0,25 0,25 lingkup program sertifikasi untuk kegiatan pariwisata dijelaskan (5.2) Dapat menjelaskan lingkup program sertifikasi untuk kegiatan pariwisata

Apa yang harus disertifikasi : bisnis pariwisata, produk, atau tujuan wisata? (5.2.1)

Bagaimana memulai program sertifikasi? Siapa yang mendanai program sertifikasi? (5.2.2) Mengapa sertifikasi: Kredibilitas, penghargaan, konsistensi (5.2.3) 0,25 0,25 JUMLAH 5,50 2,50 8,00

(24)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

BAB II

MATERI MODUL MENJELASKAN PROGRAM PARIWISATA BERKELANJUTAN UNTUK PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

A Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Negara Indonesia memiliki potensi alam, keanekaragaman flora dan fauna, peninggalan purbakala,peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang semuanya itu merupakan sumberdaya dan modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan dan peningkatan kepariwisataan. Modal tersebut harus dimanfaatkan secara optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Berdasarkan data statistik, tercatat bahwa sektor pariwisata memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian nasional. Tahun 2002 target perolehan devisa sebesar US $ 5,8 M untuk 5,8 juta wisman, dan tahun 2003 US $ 6,3 M 6,9 juta wisman, sedangkan target 2004 US 7,5 M (Widibyo, 2000). Dengan potensi wisata yang dimiliki masih memungkinkan peluang peningkatan penerimaan negara dari sektor pariwisata.’

Meskipun demikian, sektor pariwisata sangat rentan terhadap faktor-faktor lingkungan alam, keamanan, dan aspek global lainnya. Contoh kerusakan alam adalah rusaknya terumbu karang hampir di sepanjang pantai Indonesia, padahal terumbu karang dan segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki dan tidak ternilai harganya. Manfaat terumbu karang yang langsung adalah habitat bagi sumberdaya ikan, batu karang, pariwisata dan juga melindungi pantai wisata. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2 yang tersebar luas dari barat sampai timur Indonesia (Walters, 1994 dan Suharsono, 1998).

Indonesia merupakan tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu karang dunia (Cesar, 1997). Apabila terumbu karang ini mengalami kerusakan tentunya akan berdampak pada kegiatan kepariwisataan, misalnya Taman Laut Bunaken, Taman Laut Gili Ayer, Banda, Komodo, dsb yang mengandalkan keindahan terumbu karang.

Untuk mengatasi kerusakan-kerusakan sumberdaya alam di obyek pariwisata, maka konsep pariwisata yang mampu menjamin keberlanjutan kegiatan pariwisata adalah model Pariwisata Berkelanjutan. Sebagai contoh lainnya perkembangan-perkembangan ekonomi, sosial, budaya, dan politik global mempengaruhi penyelenggaraan kegiatan pariwisata. Contoh konkrit yang terjadi adalah adanya issue terorisme telah mengakibatkan menurunnya minat para wisatawan untuk berkunjung, seperti yang terjadi di Bali dimana tercatat jumlah wisman yang datang ke Indonesia menurun sekitar 16,16% dari target yang direncanakan. Bahkan peristiwa wabah SARS telah mengakibatkan penurunan jumlah wisman yang cukup drastis. Masih terbatasnya dukungan sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan pariwisata telah mengakibatkan menurunnya daya tarik obyek wisata.

Pola pengelolaan kawasan pariwisata yang tidak menyeluruh (comprehensive) telah menimbulkan dampak negatif yang mengakibatkan menurunnya daya tarik obyek wisata, mi salnya timbulnya kerusakan lingkungan, meningkatnya urbanisasi ke lokasi obyek wisata yang telah meningkatkan permasalahan sosial antara lain meningkatnya tindak kejahatan dan kegiatan sektor informal yang tidak terkendali Berdasarkan hal tersebut, perlu ditetapkan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk mendorong pengembangan kegiatan pariwisata. Kebijakan-kebijakan tersebut harus

(25)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

mengakomodir prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan seperti yang tertuang dalam Pacific Ministers Conference on Tourism and Environment Maldivest tahun 1997 yang meliputi kesejahteraan lokal, penciptaan lapangan kerja, konservasi sumber daya alam, pemeliharaan dan peningkatan kualitas hidup, dan equity inter dan antar generasi dalam distribusi kesejahteraan. Dalam perkembangannya, prinsip-prinsip di atas telah dielaborasi menjadi partisipasi, keikutsertaan para pelaku (stakeholder), kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap daya dukung, monitor dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan serta promosi

Penetapan Kawasan Konservasi Laut pada dasarnya merupakan sebuah pendekatan dalam pembangunan wilayah yang bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya kelautan secara berdaya guna, berhasil guna, dan tepat guna untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mewujudkan perlindungan fungsi kawasan dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan, dan mewujudkan kesejahteraan keseimbangan kepentingan dan keamanan.

B Tujuan

(1) Memahami pro-kontra pariwisata berkelanjutan bagi KKP dan masyarakat setempat

(2) Mempertimbangkan manfaat dan ancaman pariwisata dari perspektif masyarakat setempat (3) Membuat visi tentang pariwisata berkelanjutan bagi KKP anda

(4) Memahami pentingnya pengkajian dalam perencanaan bagi pariwisata berkelanjutan (5) Memahami cara-cara untuk memantau dan mengendalikan dampak pengunjung (6) Memahami segmen berbeda pada industri pariwisata dan dampak lokal mereka (7) Memahami peran pendidikan dan penjangkauan

(8) Memahami tentang program sertifikasi hijau dan kegunaannya

C Ruang Lingkup

(1) Pariwisata berkelanjutan (2) Dampak Pengunjung (3) Industri Pariwisata (4) Program Sertifikasi Hijau

D Peristilahan

(1) Kawasan konservasi perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.

(2) Taman nasional perairan adalah kawasan konservasi perairan yang mempunyai ekosistem asli, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan yang menunjang perikanan yang berkelanjutan, wisata perairan, dan rekreasi.

(3) Suaka alam perairan adalah kawasan konservasi perairan dengan ciri khas tertentu untuk tujuan perlindungan keanekaragaman jenis ikan dan ekosistemnya.

(26)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

(4) Taman wisata perairan adalah kawasan konservasi perairan dengan tujuan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan wisata perairan dan rekreasi.

(5) Suaka perikanan adalah kawasan perairan tertentu, baik air tawar, payau, maupun laut dengan kondisi dan ciri tertentu sebagai tempat berlindung/berkembang biak jenis sumber daya ikan tertentu, yang berfungsi sebagai daerah perlindungan.

(6) Ekosistem adalah tatanan unsur sumber daya ikan dan lingkungannya, yang merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas sumber daya ikan.

(7) Pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang dikelola dengan meminimumkan biaya dan memaksimumkan manfaat pariwisata bagi lingkungan dan masyarakat lokal dan dapat dilakukan secara berkesinambungan tanpa merusak sumberdaya yang menjadi daya dukung pariwisata.

(8) Pariwisata konvensional adalah Pariwisata yang tidak selalu terencana untuk meningkatkan konservasi atau pendidikan, tidak bermanfaat bagi masyarakat setempat, dan dapat merusak lingkungan,sulit dikendalikan dan dapat menghancurkan, atau merusak basis sumberdaya dan budaya dimana ia bergantung.

(9) Limit Acceptable Change adalah batas perubahan dari degradasi/kerusakan KKP yang dapat diterima

(10) Pengelolaan adaptif adalah pengelolaan KKP yang memadukan riset ke dalam kegiatan konservasi. Secara spesifik, meliputi pemaduan rancangan, pengelolaan dan pemantauan untuk secara sistematik menguji asumsi-asumsi yang dibuat dalam rangka beradaptasi dan belajar.

(11) Ekolabel adalah logo atau frase terdaftar-merek dagang yang label produk yang dilakukan secara aman terhadap lingkungan.

(27)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

E Diagram Alir Pencapaian Kompetensi

Gambar 6.1. Diagram alir pembahasan elemen-elemen kompetensi untuk mencapai kompetensi ”Menjelaskan program pariwisata berkelanjutan untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan”

MATERI UNIT KOMPETENSI

1 Elemen Kompetensi: Menjelaskan pengertian tentang pariwisata berkelanjutan 1.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan definisi pariwisata berkelanjutan

1.1.1 Definisi pariwisata berkelanjutan

Pariwisata berkelanjutan secara ringkas sudah didefinisikan pada bagian awal Tinjauan Umum, dan kini disajikan kembali menurut versi International Union for Conservation of Nature (IUCN 1996): “Perjalanan dan kunjungan ramah-lingkungan ke kawasan-kawasan alami, dalam rangka menikmati dan menghargai alam (beserta kebudayaan yang menyertainya, baik di masa silam mau pun sekarang) yang bertujuan untuk memajukan konservasi, dengan dampak pengunjung yang rendah, dan memberi manfaat sosio-ekonomi bagi masyarakat lokal melalui keterlibatan aktif mereka.” Pariwisata telah menjadi kegiatan ekonomi penting di dalam dan di sekitar KKP dan kawasan -kawasan lindung lainnya di seluruh dunia. Program-program pariwisata berkelanjutan yang terencana dengan baik memberikan peluang bagi pengunjung untuk menikmati kawasan-kawasan

(28)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

alami dan masyarakat lokal, serta belajar tentang pentingnya konservasi laut dan budaya setempat. Selain itu, kegiatan pariwisata berkelanjutan dapat membangkitkan pendapatan baik bagi masyarakat lokal mau pun KKP. Pariwisata berkelanjutan sangat menjanjikan khususnya sebagai mekanisme kunci bagi masyarakat lokal untuk memperoleh manfaat dari sumberdaya lingkungan dan keanekaragaman-hayati KKP seperti bahwasanya masyarakat lokal dapat termotivasi untuk menjaga dan melestarikan sumberdaya dimana mereka bergantung.

1.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan perbedaan pariwisata berkelanjutan dengan pariwisata konvensional

1.2.1 Perbedaan pariwisata berkelanjutan dengan pariwisata konvensional

Pariwisata konvensional tidak selalu terencana untuk meningkatkan konservasi atau pendidikan, tidak bermanfaat bagi masyarakat setempat, dan dapat merusak lingkungan yang rapuh dengan cepat. Hasilnya, pariwisata konvensional dapat menghancurkan, atau merusak sampai sulit-dikenali, basis sumberdaya dan budaya dimana ia bergantung. Sebaliknya, pariwisata berkelanjutan dengan sengaja direncanakan sejak awal untuk memberi manfaat bagi masyarakat lokal, menghargai budaya setempat, melestarikan sumberdaya alam, dan mendidik baik wisatawan dan penduduk lokal. Pariwisata berkelanjutan dapat memberikan keuntungan yang sama dengan pariwisata konvensional tetapi lebih banyak keuntungan yang diterima oleh masyarakat lokal, dan sumberdaya alam dan budaya di suatu kawasan dapat dilindungi. Pada banyak kasus, praktik-praktik pariwisata konvensional di masa lalu merupakan ancaman utama bagi konservasi laut karena ketiadaan kontrol pengelolaan dan mekanisme perencanaan yang efektif. Sebaliknya, pariwisata berkelanjutan secara sengaja berupaya meminimumkan dampak negatif pariwisata sambil menyumbang kepada konservasi dan kesejahteraan masyarakat, baik secara ekonomi mau pun sosial. Pariwisata konvensional jarang memberikan sumber pendanaan baik bagi program konservasi dan masyarakat lokal, sementara pariwisata berkelanjutan memberikan insentif untuk melindungi kawasan dari praktik dan pengembangan yang sifatnya berbahaya bagi keindahan alami kawasan tersebut. Peluang dan ancaman hanya dapat dikendalikan melalui pariwisata berkelanjutan yang terencana dan dikelola dengan baik.

Beberapa ciri pariwisata konvensional:

(1) Memiliki satu tujuan utama, yaitu keuntungan komersial

(2) Umumnya tak terencana sejak awal, semua berkembang dengan terjadi apa adanya (3) Berorientasi pada wisatawan

(4) Kontrol oleh pihak luar

(5) Fokus pada hiburan bagi wisatawan (6) Konservasi bukan prioritas

(7) Masyarakat bukan prioritas

(8) Sebagian besar pendapatan dinikmati oleh operator dan investor yang berasal dari luar

Beberapa ciri pariwisata berkelanjutan:

(1) Direncanakan dengan tiga tujuan, yaitu manfaat keuntungan komersial, mendukung kelestarian lingkungan, memberikan manfaat kepada masyarakat lokal (‘tiga landasan’)

(29)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

(2) Umumnya direncanakan dari awal dengan melibatkan para pemangku-kepentingan (3) Berorientasi pada kondisi lokal

(4) Pariwisata dikendalikan oleh pihak lokal, paling tidak sebagian kegiatan dikendalikan oleh masyarakat lokal

(5) Pariwisata difokuskan agar pengunjung mendapat pengalaman yang bersifat edukatif (6) Konservasi lingkungan dan sumberdaya alam adalah prioritas

(7) Apresiasi terhadap budaya lokal adalah prioritas

(8) Lebih banyak pendapatan tertahan pada masyarakat setempat dan KKP

1.3 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan tiga landasan pariwasata berkelanjutan 1.3.1. Tiga landasan pariwasata berkelanjutan

Pariwisata berkelanjutan memiliki tiga komponen1, yang sering disebut sebagai “tiga garis bawah” atau “triple bottom line”, yaitu:

(1) Lingkungan: pariwisata berkelanjutan berdampak rendah terhadap sumberdaya alam, khususnya di kawasan lindung. Pariwisata berkelanjutan meminimumkan kerusakan terhadap lingkungan (flora, fauna, habitat, air, sumberdaya hayati laut, penggunaan energi, kontaminasi, dll.) dan idealnya berupaya memberikan manfaat bagi lingkungan.

(2) Sosial dan kebudayaan: pariwisata berkelanjutan tidak akan mengganggu struktur sosial atau budaya masyarakat lokal dimana ia mengambil tempat, sebaliknya ia menghormati budaya dan tradisi lokal. Pariwisata berkelanjutan melibatkan para pemangku-kepentingan (perorangan, masyarakat, operator tur, lembaga pemerintah, dll.) di semua tahap perencanaan, pengembangan, dan pemantauan, serta mendidik pemangku-kepentingan tentang peran-peran mereka.

(3) Ekonomi: pariwisata berkelanjutan berkontribusi pada kesejahteraan ekonomi masyarakat, menghasilkan pemasukan yang berkelanjutan dan adil bagi masyarakat serta sebanyak mungkin pihak terkait. Ia menguntungkan pemilik, karyawan, dan tetangga. Ia tidak hanya memulai dan kemudian cepat mati karena praktik bisnis yang buruk.

Sebuah usaha pariwisata yang sesuai dengan tiga prinsip tersebut akan “mendapatkan hasil yang baik dengan berbuat baik”. Hal tersebut berarti mengelola bisnis pariwisata yang tidak merusak sumberdaya alam, kebudayaan, atau ekonomi, tetapi mendorong apresiasi sumberdaya yang diandalkan oleh pariwisata. Sebuah bisnis yang berjalan dengan tiga prinsip tersebut akan meningkatkan konservasi sumberdayaalam, mengangkat apresiasi nilai -nilai budaya, memberikan keuntungan pada masyarakat, dan menguntungkan.

1.4 Aspek Pengetahuan: Permintaan terhadap pariwisata berkelanjutan 1.4.1 Permintaan pariwisata dunia

Menurut World Travel and Tourism Council (WTTC) dan World Tourism Organization (WTO), pariwisata dan kegiatan ekonomi yang terkait dengannya menghasilkan 11% Produk Domestik

(30)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

Dunia, mempekerjakan 200 juta orang, dan memindahkan 700 juta wisatawan internasional per tahun. Pariwisata dunia tumbuh dengan perkiraan 5,4% pada tahun 2000, pertumbuhan tertinggi dalam nyaris satu dekade, dan hampir dua kali lipat meningkat dari 1999. Lebih dari 698 juta orang melancong ke negara lain tahun 2000, menghabiskan lebih dari AS $476 miliar, dan meningkat 4,5% dari tahun sebelumnya. Nilai tersebut diperkirakan berlipat ganda pada 2020. Akan tetapi, kesimpulan tersebut didasari hanya dari statistik kedatangan, yang fokus pada wisata internasional sehingga belum menjelaskan potensi wisata domestik. Statistik tersebut juga kemungkinan tidak menghitung wisatawan regional yang menggunakan jalan darat, bukan udara atau laut. Perkiraan WTO menunjukkan bahwa rasio wisatawan domestik dan internasional mencapai 10 banding 1 – meski hal ini beragam dari satu negara ke negara lainnya.

Menarik untuk diperhatikan, terutama pada masa-masa sulit seperti sekarang, pariwisata terus berkembang pesat semenjak setengah abad terakhir, walaupun terjadi revolusi dan perang. Pariwisata mungkin mendapatkan cobaan terberatnya setelah 11 September 2001, akibat serangan teroris ke kota New York dan Washington DC; serangan lanjutan di lokasi lain seperti Spanyol, Inggris, dan Bali; perang dan konflik lanjutannya di Irak, Afganistan, dan berbagai tempat lain; penurunan ekonomi global; meningkatnya kesulitan perjalanan udara akibat prosedur keamanan dan mahalnya bahan bakar; dan penyebaran penyakit seperti flu burung dan flu babi. Akibatnya, pariwisata global menurun hingga 0,5% pada tahun 2001, tetapi hanya dalam satu tahun, industri pariwisata pulih dan mulai tumbuh. Pada 2004 pariwisata global kembali ke kondisi asalnya dan mulai tumbuh dengan pesat; pada pertengahan 2006, pariwisata global tumbuh hingga 4,5%. Oleh sebab itu, walaupun industri pariwisata sangat bervariasi dari tahun ke tahun (dan masyarat harus siap terhadap kemungkinan tersebut), pariwisata juga berulangkali menunjukkan kemampuannya sebagai industri yang lentur dan akan segera pulih walaupun kondisi ekonomi dan politik sulit. Manusia suka menjelajahi dunia dan melihat tempat-tempat baru. Setelah orang mendapatkan jaminan keamanan, dan mampu membiayai perjalanan, mereka akan melancong.

Conservation International (2003):

Pariwisata menjadi salah satu dari lima ekspor utama bagi 83% negara dan menjadi sumber devisa bagi 38% negara.

WTTC & WEFA (2000):

Industri perjalanan dan pariwisata menyediakan lapangan kerja bagi 200 juta orang di seluruh dunia atau 1 dari 12,4 pekerja. Pada

2010, diperkirakan akan mencapai 250 juta atau 1 dari 11 pekerja.

Statistik pariwisata untuk Indonesia, sebagian, melingkupi, beberapa kawasan: Asia Tenggara, Coral Triangle, dan kawasan Kepulauan Pasifik. Baik statistik pariwisata Indonesia maupun Papua Nugini dapat dilihat pada lampiran modul ini, berikut tinjauan umum tentang pola pari wisata di Kepulauan Pasifik.

Pariwisata di Indonesia berfluktuasi dari yang terendah sekitar 4,5 juta (2003) hingga sebesar 6 juta (2008) wisatawan asing antara 2001 dan 2008. Pada 2008, pariwisata mendatangkan sekitar $7,3 miliar, naik 38% dari 2007. Wisatawan sehari-hari membelanjakan 50% lebih banyak, tetapi rata-rata hanya tinggal selama 2 hari atau kurang.

(31)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

Untuk tahun 2007, jumlah pengunjung terbanyak ke Indonesia berasal dari Asia Tenggara (45%), diikuti oleh kawasan Asia Pasifik (35%), terutama Jepang, Korea, Australia, China, dan Taiwan. Sekitar 14,5% wisatawan mancanegara berasal dari Eropa, dan hanya 4% berasal dari Amerika.

Pariwisata di Papua Nugini cenderung stabil dari tahun 1996 hingga 2005.

1.4.2 Konsumsi sumberdaya wisatawan di seluruh dunia

Jika industri pariwisata global diandaikan sebagai sebuah negara, industri ini akan mengkonsumsi sumberdaya yang setara dengan

konsumsi salah satu negara maju di belahan bumi utara.

Dengan menggunakan rata-rata konsumsi dari beragam negara, statistik dari WTO, dan perkiraan pariwisata nasional dalam kaitannya dengan kedatangan internasional, Program Lingkungan PBB (United Nations Environmental Programme, UNEP) mengusulkan perkiraan besaran tingkat konsumsi sumberdaya oleh pariwisata.

Dalam setahun, wisatawan internasional dan nasional di seluruh dunia:

(1) Menggunakan energi sebanyak 80% penggunaan energi Jepang (5 milyar kWh/tahun), (2) Memproduksi sampah sebanyak yang dihasilkan Perancis (35 juta ton setahun), (3) Mengkonsumsi air tawar tiga kali lebih banyak dari isi Danau Superior, yang terletak di

antara Kanada dan AS, setahun (10 juta meter kubik).

Melihat besarnya skala penggunaan sumberdaya pariwisata global, jelas sekali bahwa dampak lingkungan yang disebabkannya juga sangat besar.

1.4.3 Seberapa besar permintaan pariwisata adalah pariwisata berkelanjutan?

Pariwisata berkelanjutan menarik bagi para wisatawan yang juga menikmati “pariwisata alam”, “pelancongan petualangan”, atau “ekowisata” – yaitu, pariwisata yang terfokus pada apresiasi terhadap kawasan liar, hidupan-liar, dan budaya lokal. WTO memperkirakan pariwisata alam membangkitkan 7% dari semua biaya perjalanan internasional. Jika seluruh perjalanan terkait alam dimasukkan (tidak hanya wisata berbasis alam saja) maka jumlah total wisatawan yang tertarik dengan wisata alam dapat berkisar antara 40% hingga 60%. World Resources Institute menemukan bahwa ketika pariwisata secara keseluruhan tumbuh dengan laju 4% per tahun, pelancongan alam meningkat dengan laju tahunan antara 10% dan 30%. Pola pertumbuhan ini tentun ya perlu diperhatikan karena sejumlah besar fasilitas pariwisata baru di negara berkembang dengan keanekaragaman-hayati tinggi kelihatannya akan banyak dibangun di kawasan pesisir dan habitat alami dimana biasanya terdapat ekosistem-ekosistem terancam.

1.4.4 Mengapa pelancong menginginkan pariwisata berkelanjutan?

WTO telah mensurvei wisatawan dari AS, Inggris, Kanada, dan Prancis untuk memahami motivasi mereka dalam bepergian. Hasilnya menunjukkan preferensi kepada pengamatan hidupan -liar di

(32)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

lingkungan alami. Prioritas lainnya meliputi: mengamati jenis langka, mengunjungi masyarakat asli, arkeologi, dan pengamatan burung. Ekowisatawan juga lebih menyukai pendidikan dan interpretasi oleh pemandu yang berkualitas tinggi, begitu juga kesempatan untuk mengunjungi kaw asan-kawasan yang terpencil, dan tidak ramai.

Pelancong juga mencari tujuan-tujuan wisata yang terpencil. Mereka mencari pengalaman baru, dan mengunjungi/melihat kawasan-kawasan yang liar dan masih alami. Secara budaya, banyak wisatawan ingin melarikan diri dari kesamaan lingkungan pariwisata dan ingin merasakan keanekaragaman dan kekayaan budaya lokal. Banyak wisatawan kemudian menjadi aktivis. Ketika mereka merasa alam atau budaya lokal terancam dan keadaannya menyedihkan, mereka berupaya untuk menolong. Pelancong internasional dan nasional mencari pendidikan tentang lingkungan, dan bersedia membayar tiket masuk, dan tertarik untuk membeli produk-produk dan jasa-layanan lokal yang dapat memperkuat ekonomi lokal.

1.4.5 Lebih dari “Pariwisata Alam”: Apakah ada permintaan bagi keberlanjutan sejati?

Statistik di atas diambil dari penelitian “pariwisata alam” atau “ekowisata” - pariwisata yang terfokus pada apresiasi kawasan liar, termasuk kegiatan melihat mengamati hidupan -liar, naik gunung, dan selam-permukaan (snorkeling). Akan tetapi, apakah wisatawan tersebut betul-betul peduli bahwa pengembangan pariwisata di masyarakat tersebut dilakukan dengan cara tidak berkelanjutan?

Bagusnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa para wisatawan sebetulnya peduli. Dalam beragam survei, banyak wisatawan Inggris berkata bahwa mereka bersedia membayar lebih untuk liburan di luar negeri jika uang lebih tersebut menjamin gaji dan kondisi pekerja resor dan hotel dengan baik, sekaligus melindungi lingkungan. Dalam survei tahun 2000, dari 2.000 orang dewasa di Inggris (survei dilakukan atas dukungan Tearfund) hampir setengah dari responden berkata mereka mau melancong dengan perusahaan yang memiliki kode etik pariwisata secara tertulis untuk menjamin keberlanjutan. Lebih dari setengah juga berkata mereka mau membayar 5% lebih (misalnya $25 dalam liburan seharga $500) untuk menjamin standar etik, seperti gaji yang adil dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pariwisata.

Menurut survei lain, dilakukan oleh MORI atas dukungan dari Association of British Travel Agencies (ABTA), 85% wisatawan Inggris percaya bahwa penting sekali untuk tidak merusak lingkungan. Dari para responden yang disurvei pada tahun 2000, 36% menyatakan bahwa mereka ‘sengaja’ menghemat air dengan mandi di pancuran, tidak berendam, 18% mematikan penyejuk udara untuk menghemat energi, dan 17% memutuskan untuk tidak mencuci handuknya setiap hari. Ketika ditanyakan berapa banyak yang mau mereka bayar untuk jaminan lingkungan, sosial, dan derma, 31% berkata mereka mau membayar 2% lebih tinggi ($20) dalam liburan bernilai di bawah AS$1000 dan 33% mau membayar 5% lebih banyak ($50) dalam liburan bernilai di atas AS$1000.

Ringkasnya, permintaan pariwisata secara umum sangat besar, dan permintaan terhadap pariwisata berkelanjutan khususnya juga

tampak berkembang.

Selanjutnya mari kita beralih ke pertanyaan penting selanjutnya: “Apakah pariwisata bermanfaat baik bagi KKP dan masyarakat yang tinggal di sekitarnya?”

(33)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

2 Elemen Kompetensi: Menjelaskan manfaat dan ancaman pariwisata bagi kawasan konservasi perairan

Pariwisata selain dapat membawa manfaat bagi sebuah KKP dan masyarakat lokal di sekitarnya, juga dapat menimbulkan masalah. Tantangan bagi pariwisata berkelanjutan adalah bagaimana memaksimumkan manfaat sambil meminimumkan biaya. Pada bagian ini kita akan mempelajari manfaat dan biaya dari sudut pandang KKP; lalu kita juga akan membahas masyarakat lokal tentang hal ini.

Diskusi 6.1: Pengalaman anda dengan pariwisata

Tujuan: untuk memahami hubungan antara pariwisata, masyarakat lokal, dan KKP. Buatlah daftar dalam selembar kertas dan bacakan ke seluruh anggota kelompok:

(1) Apakah pariwisata menguntungkan Anda, keluarga, atau pekerjaan Anda sebagai pengelola KKP?

(2) Apakah pariwisata memiliki dampak negatif?

(3) Apakah pariwisata secara keseluruhan merupakan pengalaman positif atau negatif buat Anda?

Waktu: 30 menit

2.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan manfaat pariwisata bagi kawasan konservasi perairan 2.1.1 Sumber pendapatan bagi pengelolaan kawasan konservasi

Pendanaan kawasan lindung merupakan sebuah tantangan besar bagi para pengelola KKP. Pendanaan dari pemerintah seringkali tidak cukup untuk keperluan konservasi, dan banyak kawasan alami tidak akan bertahan tanpa sumber pemasukan baru. Pariwisata menawarkan peluang untuk membangkitkan pemasukan melalui berbagai cara, yang memungkinkan pengelola KKP untuk melindungi kawasan-kawasan sensitif dengan lebih baik.

Tiket masuk atau biaya penggunaan wisata dapat diambil langsung dari wisatawan yang

mengunjungi KKP. Biaya juga dapat dikumpulkan pada pintu masuk KKP; kegiatan tertentu atau penggunaan peralatan tertentu; di kapal, sebagai biaya tambahan perjalanan; atau biaya untuk penyelam atau pesnorkel. Biasanya, wisatawan asing dikenai biaya lebih tinggi dibanding wisatawan lokal.

Konsesi sektor swasta dapat meliputi toko cinderamata, penyewaan kapal, toko makanan, dan

perjalanan wisata. Biasanya terdapat usaha-usaha yang dimiliki atau dikelola secara pribadi, dengan sebagian keuntungan yang masuk ke KKP. Banyak KKP tidak memiliki otoritas terhadap ak tivitas tersebut (atau konsesi) di darat, oleh sebab itu, perjanjian untuk mendapatkan sebagian keuntungan dari kegiatan di darat sulit dilakukan. Untuk kapal dan kelompok pengguna seperti penyelam SCUBA, yang melakukan kegiatan di KKP, perjanjian untuk mendapatkan keuntungan lebih mudah dilakukan.

Sumbangan dapat dapat diperuntukkan langsung untuk mendukung sebuah kampanye khusus,

seperti mengumpulkan dana bagi pembangunan pusat wisatawan, dan program seperti “adopsi spesies”, atau diperuntukkan bagi dukungan pengelolaan sehari-hari. Waktu yang baik untuk meminta sumbangan adalah setelah wisatawan sudah mengalami kualitas alam yang unik dalam KKP dan merasa tergugah untuk berkontribusi bagi upaya konservasi laut.

(34)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

2.1.2 Menyediakan lapangan kerja

Pariwisata dapat menyediakan kesempatan kerja baru, yang dianggap sebagai salah satu manfaat terbesar bagi masyarakat lokal. Untuk menjawab permintaan pariwisata di dalam dan sekitar KKP, penduduk dapat bekerja sebagai supir taksi, pemilik rumah singgah, pemilik kios, atau pemandu wisata. Meningkatnya kunjungan ke KKP juga meningkatkan kebutuhan akan polisi hutan, staf penegak hukum, peneliti, dan pendidik. Penduduk lokal berada dalam posisi yang baik bagi pariwisata dan pekerjaan terkait KKP karena mereka lebih mengenal kondisi alam dan budaya di kawasan tersebut. Akan tetapi, mereka membutuhkan pelatihan untuk beberapa keahlian seperti penerjemah, penanganan kelompok, menyiapkan makanan, pertolongan pertama, dan pemeliharaan perahu bermotor. Pariwisata juga meningkatkan pengadaan lapangan kerja yang tidak terkait langsung seperti sektor jasa, konstruksi,dan penyedia barang seperti penyedia makanan.

2.1.3 Pembenaran politik bagi penetapan kawasan konservasi perairan

Potensi dari pariwisata berkelanjutan dapat mempengaruhi aparat pemerintah untuk menyediakan status perlindungan pada suatu kawasan atau memperkuat status perlindungan sebuah kawasan lindung, terutama jika ia dapat menghasilkan pemasukan dan menyediakan manfaat nasional lainnya. Dan ketika aparat negara mulai memikirkan pentingnya mengelola kawasan alami, pengunjung akan lebih tertarik untuk mengunjungi dan mendukung kawasan alami jika dilindungi, yang akhirnya meningkatkan pembenaran bagi keberadaan kawasan lindung.

2.1.4 Media untuk pendidikan lingkungan

Pariwisata berkelanjutan merupakan sarana yang baik untuk pendidikan lingkungan. Setelah melihat terumbu karang dan mammalia laut, pelancong akan mau belajar mengenai perilaku hewan dan ekologi terumbu karang, berikut juga tantangan untuk melestarikan sumberdaya tersebut. Ban yak pula yang ingin mengetahui sisi-sisi ekonomi, politik, dan sosial dari kegiatan konservasi.

Pemandu alam adalah sumber pendidikan lingkungan yang penting. Survei pada pengunjung

menunjukkan pemandu yang baik adalah faktor kunci dari kesuksesan perjalanan. Misalnya, pada tahun 1996, RARE Center for Tropical Conservation menanyakan kepada 60 kelompok konservasi di Amerika Latin untuk mengidentifikasi hambatan terbesar yang dialami untuk mengembangkan ekowisata (sebuah komponen penting bagi pariwisata berkelanjutan); minimnya pemandu alam yang terlatih mendapatkan peringkat kedua.

Pusat informasi pengunjung yang diisi pameran, media cetak, dan video juga dapat dijadikan sarana

pendidikan lingkungan. Tanda-tanda di pantai dapat digunakan untuk menyampaikan informasi biologi dan pesan konservasi. Interpretasi bagi pengunjung menjadi lebih kreatif dan interaktif. Pariwisata berkelanjutan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya KKP dan konservasi, yang sering menghasilkan upaya konservasi lokal yang lebih besar seperti pengurangan sampah. Pendidikan lingkungan merupakan peluang penting untuk menggapai pengunjung nasional. Apakah mereka merupakan anak sekolah yang mempelajari sumberdaya yang penting bagi kehidupannya sehari-hari, atau wisatawan dari daerah tetangga belajar tentang peran penting kawasan lindung nasional mereka, oleh sebab itu, penduduk juga merupakan sasaran pemirsa yang penting. Pesan konservasi terasa lebih mengena bagi mereka. Kesadaran di tingkat nasional juga dapat menghasilkan meningkatnya upaya konservasi seperti memandatkan dan mendukung KKP. Bahkan pada tingkat internasional, pariwisata berkelanjutan dapat menyebabkan munculnya

(35)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

dukungan internasional untuk meningkatkan upaya konservasi dan mendukung kawasan lindung tertentu.

Pendidikan lingkungan bagi pengunjung lebih efektif ketika informasi sebelum dan sesudah

perjalanan dapat disediakan. Persiapan mendorong pengunjung untuk berpikir tentang perilaku

yang sepantasnya, oleh sebab itu, meminimumkan dampak negatif, dan pen ggunaan hand-out lanjutan akan meneruskan proses pendidikan.

2.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan ancaman yang ditimbulkan pariwisata terhadap KKP 2.2.1 Dampak lingkungan

Pengunjung yang tidak berlaku pantas atau terlalu banyak akan mengakibatkan terinjaknya habitat pasang-surut yang sensitif, mangrove atau padang lamun; gangguan bagi hidupan-liar seperti burung laut dan mammalia laut; kerusakan terumbu karang karena sepatu-katak penyelam; dan dampak meningkatnya limbah cair terhadap kualitas air atau pengumpulan sampah di kawasan pesisir dan laut. Disamping kerusakan lokal yang mudah terlihat, dampak tersebut dapat menjadi perubahan dan masalah jangka panjang, yang meliputi perubahan perilaku hewan, seperti pola makan, migrasi, dan reproduksi. Banyak perubahan sulit dideteksi, tetapi semuanya merupakan indikator penting kesehatan sumberdaya alam.

Flora dan Fauna—Apakah ada jenis tumbuhan, burung, mammalia, reptil, amfibi, dan ikan di tempat tujuan? Di manakah habitatnya? Mengapa mereka terancam? Apa hubungan mereka de ngan pariwisata, yaitu apakah jenis tersebut terdapat di kawasan yang potensial dikembangkan untuk pariwisata? Apakah mereka juga menarik minat wisatawan? Dalam kasus tersebut, berisiknya pengunjung yang mengamati hidupan-liar dapat mengganggu waktu makan dan siklus berbiak, yang mengakibatkan meningkatnya laju kematian dan penurunan besar dalam pertumbuhan populasi. Habitat Penting—Daerah mana merupakan habitat penting, mengapa mereka penting dan bagaimana pariwisata dapat memberi dampak? Seringkali beberapa jenis terancam akibat habitat mereka hilang, seperti daerah “asuhan” bagi fase larva beberapa jenis ikan di hutan mangrove, terumbu karang, atau padang lamun. Masalah yang paling penting adalah hilangnya daerah berbiak, bertelur, dan makan sebagai hasil dari pembangunan terkait pariwisata. Beberapa habitat penting dapat telah teridentifikasi karena kawasan tersebut telah dijadikan cagar alam, suaka margasatwa, taman lindung, kawasan lindung, dan zona inti/tertutup dalam kawasan lindung yang sudah ada. Penelitian dan wawancara bersama para ahli setempat akan membantu mengidentifikasi kawasan -kawasan yang belum terlindung yang harus dipertimbangkan pula.

Fungsi-fungsi ekologi—Pariwisata, bersama pembangunan oleh manusia, cenderung muncul di beberapa ekosistem dengan keanekaragaman-hayati tinggi. Masalah yang perlu dipertimbangkan meliputi gangguan terhadap proses ekologi dan ketergantungan rumit antara flora, fauna, dan kondisi fisik. Misalnya, suara berisik dan cahaya dapat mencegah penyu bertelur di pantai ; penggundulan vegetasi di tepi sungai untuk mempercantik pemandangan dapat menyebabkan erosi tanah dan merusak habitat ikan dan katak. Terumbu karang secara khusus sangat rentan terhadap injakan dan pematahan oleh wisatawan, begitu pula kerusakan akibat j angkar. Padang lamun juga rentan dan dapat “digerus”oleh rantai jangkar.

Koridor Biologis dan Bentanglahan Fisik—Menjamin luasan yang cukup bagi daerah sebaran dan rute migrasi serta akses untuk mencapai makanan sangat penting bagi jenis-jenis besar seperti penyu, duyung, lumba-lumba, dan ikan pemangsa besar. Di darat, pembangunan pariwisata dapat mengganggu kawasan penghubung dengan sistem pegunungan, lembah, dataran tinggi, dan hutan hujan. Sebagai contoh, jalan raya dapat menjadi penghalang bagi beberapa jenis seperti penyu,

Gambar

Gambar 6.1.  Diagram alir pembahasan elemen-elemen kompetensi untuk mencapai kompetensi
Tabel 6.1.  Perkembangan jumlah penumpang di seluruh dunia  Tahun  Jumlah penumpang di seluruh dunia
Tabel 6.3.  Kedatangan pengunjung ke Indonesia dalam periode 2001-2008 3 Tahun  Jumlah kedatangan
Gambar 6.4.  Kedatangan intenasional pada pasar Kepulauan Pasifik 1991-2001
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pa da umumnya rumah-rumah di Lam pu ng berbentuk pang- gung (memakai tiang). Bangunan rumah terbuat dari kayu yang tahan la ma dengan lantai dan dinding pa pan serta

Esposito ideologi Islam radikal atau dengan istilah lainnya “Islam Revivalis” memiliki kecenderungan sebagai berikut: pertama, kelompok-kelompok ini berpendapat bahwa Islam

Dalam proses pengurutan warna berdasarkan algoritma Welch-Powell, daerah yang bertetangga diberi warna yang berbeda, dalam hal ini penting untuk menunjukkan daerah

Pengujian perbedaan tingkat kinerja SIA antara perusahaan yang memiliki dengan yang tidak memiliki Pendidikan dan Pelatihan Pengguna, Komite Pengendali SI, dan Lokasi Departemen

Dalam perkembangan pembangunan kelembagaan KPH, pemerintah melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja

Penelitian Sebelumnya yang judul “Aplikasi AHP sebagai model sistem pendukung keputusan pemilihan tempat kuliah di Bangka Belitung” seminar nasional Aplikasi

Jumlah diseminasi teknologi produksi benih tanaman dan produk bioteknologi pertanian 1 Diseminasi teknologi 16 32 27 25 Jumlah pengembangan kawasan wisata agro 1 Pengembangan