• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan cara mengelola pengunjung berdasarkan

BAB II MATERI MODUL MENJELASKAN PROGRAM PARIWISATA

3 Elemen Kompetensi: Menjelaskan cara mengelola dampak pengunjung

3.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan cara mengelola pengunjung berdasarkan

Tidak mudah untuk mempromosikan rekreasi dan pariwisata sehingga pengunjung dapat belajar dan menghargai KKP, tanpa merusak nilai dasar penunjukkan KKP. Seperti yang sudah kita lihat, wisatawan dapat berdampak negatif bagi sumberdaya dan pe ngunjung lain. Dampak lainnya meliputi gangguan pada hidupan-liar, sampah, pengambilan “cinderamata” dari alam, dan merusak mangrove, padang lamun, serta terumbu karang. Wisatawan juga sering menyinggung standar budaya lokal; misalnya dengan berdandan yang tidak sopan, atau dengan mengambil foto orang atau lokasi tradisional tanpa izin. Program pariwisata mana pun akan menghasilkan kegiatan wisatawan yang berdampak, baik positif maupun negatif. Pariwisata berkelanjutan yang efektif bertujuan untuk mencari keseimbangan antara melindungi sumberdaya dan memberikan kepada pengunjung kawasan yang dapat dinikmati. Mengelola dan memantau sangat penting bagi pengembangan strategi pariwisata berkelanjutan, tapi sering terlupakan saat rencana sedang dibuat.

Bila anda tidak mengetahui apa pengaruh kegiatan pariwisata berkelanjutan terhadap lingkungan alami tapak dan masyarakat di sekitarnya, maka anda tidak

dapat mengatakan apakah anda sudah berhasil.

Hand-out 6.4: Pilihan untuk menangani dampak pengunjung

Jika dampak pengunjung tidak dipantau dengan baik, kualitas lingkungan dapat terdegradasi secara bertahap tanpa diketahui oleh staf KKP sampai kerusakan sudah cukup parah. Kasus perubahan bertahap juga dapat terjadi pada masyarakat lokal. Untuk mendeteksi dan memperbaiki masalah sebelum mereka berlanjut, memantau dampak, baik positif dan negatif, secara hati -hati harus menjadi aktivitas utama dari pengelolaan keseluruhan situs pariwisata.

Pemantauan sangat penting dalam perencanaan pariwisata berkelanjutan, tetapi perlu dipahami juga bahwa pemantauan membutuhkan biaya dan personel yang terlatih serta bantuan dari pihak terkait yang tertarik.

Untuk memulai, seorang pengelola KKP harus mengetahui terlebih dahulu seberapa besar penggunaan pariwisata yang bisa diterima oleh suatu kawasan/situs. Jika pariwisata terlalu intensif dan melewati ambang-batas dimana dampak menjadi tidak bisa bisa diterima, pengelola KKP harus bertindak. Bagaimana kita mengetahui ambang-batas tersebut, dan bagaimana kita mengetahui ketika ambang-batas tersebut telah dilewati?

3.1.1 Konsep daya dukung lingkungan

Apa yang dilakukan pengunjung, kapan dan dimana mereka melakukannya, bagaimana mereka berperilaku, dan upaya-upaya

perlindungan pada situs/kawasan seringkali lebih penting untuk menentukan dampak pengunjung daripada hanya menggunakan

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

Pengertian

Metode pertama yang dikembangkan untuk mengatasi masalah pariwisata berasal dari konsep daya dukung lingkungan (carrying capacity), yang berasal dari pengelolaan hewan perumput. Ada beberapa definisi yang telah diusulkan, tergantung pada bagaimana dan di mana konsep tersebut diterapkan. Motivasi dan perilaku pengunjung; bentuk transportasi dan penginapan wisatawan; keefektifan pemandu; dan musim pengunjung, semuanya mempengaruhi jumlah dan jenis dampak. Oleh sebab itu, daya dukung lingkungan dalam konteks rekreasi merujuk ke jumlah dan tipe penggunaan yang dapat diakomodasi di suatu daerah tertentu dari waktu ke waktu, sambil mempertahankan kondisi sumberdaya biofisik dan kesempatan bagi wisatawan untuk mengalami pengalaman bernilai tinggi dengan masukan pengelolaan pada tingkat tertentu. Konsep ini telah menjadi basis bagi semua kerangkakerja pengelolaan sumberdaya untuk rekreasi yang ada saat ini

Dengan kata lain:

Daya dukung lingkungan adalah jumlah maksimum kegiatan wisatawan yang dapat didukung tanpa merusak lingkungan atau

menurunkan kenikmatan pengunjung.

Memperkirakan daya dukung lingkungan

Mengkuantifikasi daya dukung lingkungan sangat sulit, dan akan bervariasi untuk setiap KKP tergantung pada kondisi ekologis, kelentingan ekosistem untuk pulih dari gangguan (yang bervariasi berdasarkan waktu) dan perilaku pengunjung. Sering kali informasi yang diperlukan untuk perkiraan tidak tersedia. Di banyak KKP, metode yang diturunkan dari daya dukung lingkungan digunakan untuk menilai dampak wisatawan dan meliputi inovasi pengelolaan sumberdaya rekreasi seperti :

(1) Spektrum Peluang Rekreasi (Recreation Opportunity Spectrum - ROS), (2) Batas Perubahan yang Dapat Diterima (Limits of Acceptable Change - LAC),

(3) Perencanaan Pengelolaan Dampak Pengunjung (Visitor Impact Management Planning – VIMP),

(4) Proses perencanaan Perlindungan Pengalaman Pengunjung dan Sumberdaya (Visitor Experience and Resource Protection – VERP).

Pada beberapa situasi di mana wisatawan melakukan aktivitas yang mudah diperkirakan dan konsisten, konsep daya dukung lingkungan tetap dapat digunakan. Disamping memperkirakan daya dukung lingkungan, kita juga akan membahas model LAC.

Sebagai contoh, daya dukung lingkungan sering digunakan untuk membuat batasan bagi penyelam di

terumbu karang karena sebagian besar penyelam memiliki perilaku yang sama (misalnya, waktu

menyelam yang sama). Penelitian di Laut Merah dan Bonaire (di Karibia) menunjukkan daya dukung lingkungan maksimum adalah 4.000-6.000 penyelam per lokasi per tahun. Akan tetapi, bahkan dalam kasus tersebut terdapat perbedaan mencolok antar terumbu. Jumlah penyelam telah diasumsikan sebagai indikator yang dapat diandalkan bagi kerusakan terumbu; tetapi, daya dukung lingkungan belum mempertimbangkan dampak akibat perilaku penyelam, aktivitas yang mereka lakukan, dan karakteristik fisk dan ekologi suatu lokasi penyelaman.

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

Menggunakan sumberdaya untuk berupaya menghitung daya dukung lingkungan oleh karenanya bisa saja tidak terlalu berguna, karena angka yang muncul tidak bisa diterapkan secara umum dan bervariasi di berbagai bagian suatu KKP. Walaupun begitu, karena konsep tersebut telah menjadi penyokong berbagai kegiatan terkait penggunaan oleh pengunjung pada pendekatan pengelolaan sumberdaya rekreasi, penting sekali untuk memahami penerapannya. Penggunaan yang berlebih akan merusak sumberdaya alam, budaya, dan sejarah KKP serta pengalaman pengunjung itu sendiri.

3.1.2 Konsep batas perubahan yang dapat diterima (limits of acceptable change, LAC)

Kerangka kerja batas perubahan yang dapat diterima (limits of acceptable change - LAC) menggabungkan pertimbangan tentang daya dukung lingkungan dan penyebab potensial lain yang menimbulkan dampak. LAC merupakan proses pengambilan keputusan untuk menindaklanjuti dampak yang tidak diinginkan terhadap kondisi sumberdaya dan pengalaman wisatawan dalam kawasan lindung. LAC menentukan apakah dampak yang terjadi di suatu situs tidak dapat diterima, memilih strategi dan taktik pengelolaan, mengembangkan rencana aksi dan pelaksanaannya, dan pemantauan. Seperti dengan pendekatan lainnya, perencanaan untuk pemantauan dilakukan sedini mungkin dan dilakukan terus-menerus sepanjang proses. Ketika pemantauan mengindikasikan bahwa ambang-batas dampak yang tidak dapat diterima telah dilewati, maka dilakukan langkah-langkah pengelolaan.

Hand-out 6.5: Batas perubahan yang dapat diterima (LAC)

Daya dukung lingkungan digunakan untuk menentukan seberapa banyak orang/kunjungan sebuah sumberdaya bisa menerima, sedangkan LAC berupaya untuk menentukan seberapa besar perubahan yang bisa diterima sebagai hasil dari kunjungan tersebut dan bagaimana menindaklanjutinya. LAC membantu dalam menentukan lingkup, keparahan, dan penyebab masalah sebelum mereka menjadi tidak dapat diterima. Ia mendorong pengelola untuk mempertimbangkan beragam alternatif dibanding hanya terpaku pada satu solusi. LAC merupakan suatu sistem fleksibel yang dapat dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek-aspek ekologi, keanekaragaman-hayati, atau sosial budaya spesifik yang ada di setiap lokasi.

Pendekatan LAC didasari oleh tiga asumsi utama:

(1) Dampak tidak dapat dihindari, jadi fokus utama adalah bagaimana menentukan batas dampak yang dapat diterima/ditolerir;

(2) Lokasi yang berbeda akan memiliki kondisi lingkungan dan sosial yang berbeda;

(3) Tingkat (perkembangan) pariwisata dapat memiliki dampak yang berbeda sesuai dengan situasi yang dihadapinya.

Proses LAC awalnya dikembangkan oleh US Forest Service untuk penggunaan di habitat daratan berhutan. Kini LAC luas digunakan di berbagai jenis lokasi, termasuk taman nasional laut.

Logika dasar proses LAC2 adalah sebagai berikut:

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

(1) Identifikasi dua tujuan yang bertentangan. Dalam kasus kawasan lindung, dua tujuan biasanya adalah perlindungan lingkungan dan pengalaman pengunjung (tujuan 1) dan akses tidak terbatas ke sumberdaya untuk keperluan rekreasi (tujuan 2).

(2) Pastikan bahwa kedua tujuan harus dapat dikompromikan. Jika salah satu tujuan tidak dapat dikompromikan, maka proses LAC tidak diperlukan – salah satu tujuan harus mengalah sesuai kebutuhan untuk tujuan yang tidak dapat dikompromikan.

(3) Putuskan tujuan mana yang membatasi tujuan lainnya. Dalam kasus kawasan lindung, tujuan dari perlindungan kondisi lingkungan dan pengalaman pengunjung biasanya menj adi pembatas bagi akses tak terbatas.

(4) Buat standar LAC bagi tujuan yang membatasi. Standar LAC menunjukkan kondisi minimum

yang dapat diterima bagi lingkungan dan pengunjung.

(5) Kompromi bagi tujuan tersebut hanya sampai ketika standar dicapai. Biarkan kondisi lingkungan dan pengalaman pengunjung menurun sampai di atas standar minimum. Akses rekreasi tidak perlu dilarang sampai standar minimum tercapai.

(6) Kompromikan tujuan lain sesuai kebutuhan. Ketika standar kondisi lingkungan dan pengalaman pengunjung dicapai, tidak boleh ada kerusakan lagi, dan akses bagi rekreasi ditutup untuk mempertahankan standar.

Mengacu kepada logika dasar proses LAC seperti di atas, sangat berguna untuk beberapa alasan. Pertama, pola pikir seperti ini mengilustrasikan tantangan dasar dalam pengelolaan pengunjung bukan sekedar upaya mendamaikan konflik antara perlindungan sumberdaya dan penggunaan oleh pengunjung. Sebaliknya, penekanan harus diletakkan pada mendefinisikan pengalaman pengunjung dan kondisi sumberdaya yang sifatnya melengkapi (complementary), dan kemudian menentukan sampai sejauh mana akses rekreasi tak-terbatas data diakomodasi. Kedua, cara pikir seperti ini juga memungkinkan para pengelola un2tuk mengetahui bahwa akses tak-terbatas – suatu hal yang diyakini sangat kuat oleh para rekreasionis – merupakan suatu tujuan yang sah, tetapi tidak selalu bisa diakomodasi dikaitkan dengan tujuan lain yang sama sahnya seperti keragaman pengalaman pengunjung dan perlindungan sumberdaya. Ketiga, memahami proses dasar berpikir akan sangat membantu dalam memahami bagaimana berbagai kerangkakerja dapat diadaptasi atau disesuaikan untuk beragam situasi tanpa harus kehilangan elemen penting dari kerangkakerja tersebut. Keempat, karena sebagian pengelola berminat untuk menerapkan proses LAC untuk masalah selain daya dukung lingkungan, mempelajari proses dasarnya sangat membantu untuk menentukan dalam situasi apa aplikasi LAC dapat diterapkan atau tidak.

Dengan menggunakan logika berpikir dasar dari daya dukung lingkungan dan pendekatan LAC, pertimbangkanlah beberapa studi kasus. Pendekatan apa yang telah digunakan dalam beberapa contoh di bawah ini? Apakah pendekatan cukup efektif? (Kita akan mendiskusikan bagaimana mengaplikasikan LAC secara terinci di bagian selanjutnya.)

Hand-out 6.6: Jumlah pengunjung Kepulauan Galapagos

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KP.03.002.01

3.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan metode untuk mengendalikan dampak kelebihan