BAB II MATERI UNIT KOMPETENSI MENJELASKAN PROGRAM PERIKANAN
3.11 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan strategi untuk mengurangi dampak
Manajer KKP dapat membantu mengurangi dampak penangkapan ikan terhadap habitat dan bycatch. Morgan and Chuenpagdee (2003) menyiapkan lima pilihan kebijakan berikut:
3.11.1 Mengganti metode atau alat yang merusak dengan jenis metode dan alat yang kurang merusak
Strategi untuk melakukan hal ini mencakup larangan tegas terhadap penggunaan alat tangkap perusak, memberikan bantuan finansial bagi nelayan untuk membeli alat tangkap baru atau memodifikasi alat tangkap yang sudah ada, mengatur quota produksi ikan dan seterusnya.
3.11.2 Mendorong nelayan untuk mengubah praktek penangkapan ikan
Spesifikasi alat tangkap, kapan dan dimana alat tangkap tersebut dioperasikan, serta berapa lama alat tangkap dipasang di dalam air akan mempengaruhi besar dampak bycatch dan dampak terhadap habitat ikan.
Salah satu contoh terbaik dari pengalihan alat tangkap adalah metode "back-down" yang sekarang diimplementasikan pada perikanan purse seine tuna yellowfin di Tropical Pasifik Timur. Nelayan menggunakan purse seine yang dapat meloloskan lumba-lumba yang terlanjur tertangkap bersama tuna. Teknik baru ini telah membantu nelayan mengurangi kematian lumba-lumba yang tertangkap
secara tidak disengaja.
Nelayan dapat menggunakan pengalamannya untuk mengetahui jenis-jenis ikan yang berbeda, menentukan waktu dan tempat yang terbaik dimana hasil tangkapan sampi ngan akan sedikit, atau tidak melakukan trawling di lokasi-lokasi yang rawan.
3.11.3 Mendorong inovasi dalam teknologi dan alat penangkap ikan
Alat tangkap kadang diubah nelayan untuk memperbaiki selektivitas dan mengurangi kerusakan habitat. Perubahan tersebut misalnya dalam hal bentuk mata jaring, ukuran mata jaring, mekanisme pelolosan ikan yang tidak diharapkan, pengusiran ikan yang tidak diharapkan, ataupun berbagai cara pengoperasian alat tangkap.
Contohnya termasuk pemasangan TED pada trawl dasar (bottom trawl), pengusir burung pada rawai tuna (longline), dan metode "back-down" pada purse seine. Penempatan footrope dari trawl dasar pada posisi yang lebih tinggi dapat mengurangi jumlah bycatch yang berasal dari permukaan dasar laut, seperti diterapkan pada armada trawl yang menangkap whiting di NE Amerika Serikat. Penggunaan circle-hook dan hook-and-line untuk menggantikan J-hook dapat mengurangi penderitaan penyu yang tertangkap oleh pancing-pancing rawai tuna karena juga dapat meningkatkan lolosnya penyu dari pancing. Pelolosan ikan besar (large fish excluder) dapat mengurangi bycatch ikan bukan target.
Kadang nelayan itu sendiri yang melakukan inovasi terhadap alat penangkapan ikan. Nelayan adalah orang yang kreatif, dan mereka tahu persis tentang lingkungan laut dan tingkah laku ikan
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Kode Modul KKP.KP.03.001.01
target dan bukan target. Dalam beberapa kasus, nelayan memiliki insentif untuk mengurangi bycatch, sehubungan dengan penggunaan spesies bycatch sebagai umpan yang akan digunakan untuk menangkap lebih banyak ikan target. Dalam kasus lain, manajer KKP, pegawai perikanan, dan berbagai instansi pemerintah lainnya dapat mempercepat proses perbaikan dengan cara memberikan insentif keuangan guna memperbaiki spesifikasi alat tangkap, mengurangi kehilangan alat tangkap dan ghost fishing, serta mempromosikan program daur ulang alat tangkap lama yang tidak efisien.
3.11.4 Pengaturan penggunaan alat penangkapan ikan berdasarkan daerah atau musim
Cara yang paling efektif untuk mengurangi bycath adalah menutup sebagian atau seluruh daerah penangkapan ikan untuk jenis alat tangkap tertentu. Dalam konteks KKP, cara ini sering dilakukan namun dengan masih membolehkan penggunaan alat tangkap tradisional yang relatif ramah terhadap lingkungan. Penggunaan trawl di KKP selalu harus dibatasi atau bahkan dilarang sepenuhnya.
Pada skala yang lebih luas, penggunaan alat tangkap yang merusak dapat dibatasi atau dilarang sama sekali di seluruh kawasan. Larangan penggunaan alat tangkap juga dapat dilakukan untuk sementara waktu (temporary) agar stok ikan dapat pulih kembali. Larangan ini juga dapat bersifat musiman untuk mengurangi dampak ekologi dari kegiatan penangkapan ikan. Efektivitas larangan penggunaan alat tangkap ini tentu saja sangat tergantung pada keinginan nelayan dan kesiapan mereka untuk mematuhi peraturan yang berlaku.
3.11.5 Mendukung penelitian di masa depan
Kita umumnya tidak tahu dengan persis apa saja dampak yang akan ditimbulkan oleh kegiatan penangkapan ikan, yaitu berapa bycatch yang dihasilkan oleh sejenis alat tangkap tertentu di suatu kawasan perairan. Untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan serangkaian penelitian, termasuk penelitian tentang perilaku dan tanggapan nelayan terhadap permasalahan bycatch. Kelima kebijakan di atas akan berhasil jika nelayan setuju untuk melakukannya. Mengingat penggunaan alat penangkapan ikan di laut biasanya sangat sulit untuk dipantau, maka program observer menjadi sangat penting. Pentingnya program observer ini sama dengan pentingnya program pemberian insentif atau penghargaan kepada nelayan yang telah melakukan inovasi atau perbaikan alat penangkapan ikan yang mendukung konservasi sumber daya ikan.
Kasus 14: Penelitian menemukan pola perkembangan perikanan udang
Udang di pantai California ditangkap oleh dua jenis alat tangkap, yaitu trawl dan perangkap. Pada tahun 2002, sebuah penelitian menyimpulkan bahwa dampak lingkungan dari kedua jenis alat tangkap ini ternyata berbeda, terutama terhadap populasi rockfish, jenis bycatch yang sudah mengalami overfishing. Trawl menangkap 8,8 ekor bycatch (rockfish dan biota lainnya) untuk setiap 1 ekor udang, sedangkan perangkap menangkap 1 ekor bycatch untuk setiap 1 ekor udang. Trawl sangat sering menangkap rockfish (2,1 rockfish untuk setiap ekor udang) sedangkan perangkap sangat sulit menangkap rockfish (0,04 rockfish untuk setiap ekor udang). Berdasarkan data ini, negara bagian California kemudian melarang penggunaan trawl untuk menangkap udang di tahun 2003. Kisah memberikan sebuah contoh tentang pentingnya sebuah penelitian yang menyimpulkan adanya perbedaan dampak yang ditimbulkan oleh dua jenis alat tangkap yang berbeda.
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Kode Modul KKP.KP.03.001.01
Kasus 15: Inovasi pada rawai tuna (tuna longline)
Perikanan longline dinilai sangat buruk karena bycatch burung laut. Burung laut menyambar umpan-umpan yang masih tergantung ada di atas permukaan laut namun bukan hanya umpan-umpan saja yang ditelan tetapi juga pancing. Akibatnya adalah burung laut tersebut ikut tenggelam bersama umpan dan pancing yang masuk ke dalam air. Kematian burung dalam perikanan longline adalah masalah lama yang dialami burung albatros, jenis burung laut yang terancam punah. Beruntung, dalam kasus ini, bycatch ini juga merugikan nelayan karena burung mencuri umpan sehingga stok ikan target dapat terhindar dari status overfishing.
Upaya awal untuk memecahkan masalah ini di antaranya adalah membatasi penggunaan longline di siang hari atau membolehkan longline dioperasikan pada malam hari. Keputusan seperti ini tidak popular bagi kalangan nelayan karena semakin membatasi waktu mereka menangkap ikan. Selanjutnya nelayan Jepang datang dengan solusi yang inovatif, yaitu menggunakan dua set longline, ditutup dengan untaian pita berwarna terang yang membentang di belakang perahu. Burung-burung laut tersebut kemudian menjadi ketakutan dan pergi. Teknik mengusir atau menakut-nakuti burung ini menjadi semakin populer. Teknik ini dapat mengurangi kematian burung laut sebanyak 92% di Alaska dan meningkatkan hasil tangkapan nelayan. Dalam suatu studi di Norwegia, hasil tangkapan meningkat hingga 32%. Selain itu, teknik menakuti burung juga relatif murah (US $ 260 per pasang). Untuk mendorong nelayan mengadopsi teknik ini, Pemerintah AS memberikannya secara gratis kepada nelayan Alaska pada tahun 2000 dan 2001 dengan total biaya sebesar US$ 850,000 (Morgan dan Chuenpagdee 2003).
Kasus 16: Hasil tangkapan sampingan lumba-lumba pada perikanan tuna dengan pukat cincin
Lumba-lumba sering tertangkap oleh purse seine tuna di bagian timur kawasan Tropical Pasifik. Tertangkapnya lumba-lumba ini berkaitan dengan fakta bahwa lumba-lumba dan tuna adalah dua predator yang berburu mangsa yang sama (yaitu gerombolan ikan-ikan kecil). Kedua jenis biota laut ini sering ditemukan berburu bersama, lumba-lumba berenang di dekat permukaan sedangkan tuna berenang di lapisan yang lebih bawah.
Seiring dengan berjalannya waktu, nelayan telah mempelajari tingkah laku ikan tuna. Jika nelayan melemparkan umpan di sekitar gerombolan lumba-lumba maka gerombolan tuna akan muncul mendekati permukaan laut untuk mengejar umpan yang dilemparkan nelayan. Pada saat itulah, nelayan kemudian melingkarkan purse seine untuk mengurung gerombolan tuna. Lumba-lumba yang berada dekat gerombolan tuna juga akhirnya tertangkap.
Sering tertangkapnya lumba-lumba oleh kapal-kapal purse seine perrtama kali disadari publik AS dan Eropa pada akhir tahun 1980-an, terutama karena rekaman video yang dibuat Greenpeace dipublikasikan tahun1988. Video tersebut menampilkan gerombolan lumba-lumba yang tewas didalam jaring. Setelah tayangan tersebut, konsumen bereaksi cepat karena lumba-lumba merupakan ikon hewan laut yang karismatik, cerdas dan sosial.
Pada tahun 1990 pemasar utama tuna, seperti Starkist, mulai memasang label "dolphin-safe" pada kemasan tuna kaleng. Eko-label ini adalah sistem sukarela pertama yang tidak mengikat secara hukum. Pada tahun 1992, Undang-Undang Konservasi International Dolphin menyatakan bahwa perdagangan tuna di Amerika Serikat hanya untuk tuna yang ditangkap dengan metode "dolphin-safe". Metode ini didefinisikan sebagai metode penangkapan ikan yang tidak menyebabkan lumba-lumba tertangkap. AS sempat melakukan embargo terhadap tuna impor yang ditangkap dengan metode yang dapat membunuh lumba-lumba. Pada tahun yang sama, Undang-undang Perlindungan
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Kode Modul KKP.KP.03.001.01
Konsumen Lumba Lumba AS menjelaskan kriteria penggunaan label dolphin-safe, yaitu hanya terbatas untuk produk tuna yang diperoleh dari kegiatan yang tidak menangkap bycatch lumba lumba sama sekali:
"Tidak ada tuna yang ditangkap selama trip (operasi penangkapan ikan) ketika tuna tersebut ditangkap dengan purse seine yang sengaja dipasang atau untuk mengurung dolphin, dan tidak ada dolphin yang
celaka selama penangkapan tuna dilakukan"
Embargo oleh satu negara tidak mempengaruhi pasar global
Sehubungan dengan adanya embargo AS yang luar biasa ketat terhadap kuota nol tangkapan sampingan lumba-lumba, banyak kapal-kapal penangkap tuna meninggalkan wilayah hukum AS dan mulai beroperasi di bawah bendera negara-negara lain, seperti Meksiko, Venezuela, dan beberapa negara Amerika Tengah lainnya. Mereka memang tidak dapat memasarkan tuna hasil tangkapannya ke AS, namun sebagian besar pasar domestik dan pasar global lainnya masih menerima tuna-tuna tersebut. Dengan demikian, embargo AS hanya berdampak kecil terhadap pengurangan bycatch lumba lumba dari seluruh perikanan tuna dunia.
Tekanan Internasional mengijinkan Perdagangan Bebas
Pada tahun 1997, embargo AS pada tuna non-dolphin-safe telah dihentian karena tekanan dari World Trade Organization atas dasar bahwa eko-label yang didorong secara unilateral oleh sebuah negara konsumen menghasilkan embargo tidak adil yang membatasi perdagangan bebas yang dilakukan oleh negara-negara produser.
AIDCP: Kumpulan perjanjian oleh semua Negara-negara Pasifik timur penangkap Tuna
Pada tahun 1999, sebuah perjanjian baru telah dirancang untuk memasukkan semua negara ikan-ikan tuna besar di Timur Tropical Pasifik sebagai pengusung isu lumba-lumba-tuna. Perjanjian ini adalah Perjanjian Internasional Program Konservasi Dolphin (AIDCP) yang resmi berlaku pada tahun 1999. Perjanjian yang bersifat mengikat secara hukum ini bertujuan untuk mengurangi bycatch lumba lumba dengan cara-cara berikut:
Menetapkan kuota tahunan untuk dolphin tangkapan sampingan
(1) Mencari cara alternatif penangkapan tuna yang tidak berasosiasi dengan lumba-lumba (2) Memastikan kelestarian jangka panjang stok tuna dan sumber daya kelautan di bagian timur
Tropical Pasifik
Meskipun perjanjian AIDCP ini ditentang oleh beberapa kelompok konservasi (terutama Greenpeace) atas dasar bahwa kuota lumba lumba yang lebih besar dari nol seharusnya tidak boleh diterima, para pengamat menyatakan bahwa AIDCP menjanjikan dampak yang jauh lebih besar dalam mengurangi bycatch dolphin dibandingkan dengan embargo yang pernah diterapkan oleh Amerika Serikat.
Dua cara pandang yang berbeda di AS: hasil tangkapan sampingan yang berkelanjutan atau tangkapan sampingan Nol?
Sejumlah organisasi konservasi dan konsumen di Amerika Serikat terus memberikan tekanan pada perikanan tuna untuk memperketat batas bycatch lumba lumba. Embargo AS terhadap tangkapan sampingan lumba lumba telah diangkat. Saat ini, setiap negara yang memiliki armada penangkap
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Kode Modul KKP.KP.03.001.01
ikan tuna harus mengajukan permohonan ke Amerika Serikat dan menunjukkan kelestarian tuna dan kebijakan bycatch sebelum memasarkan produknya di Amerika Serikat. Artinya, untuk ke pasar tuna Amerika Serikat, bycatch lumba lumba tidak lagi harus nol, tetapi setidaknya harus berkelanjutan. Ini berarti bycatch lumba lumba telah berkurang paling sedikit 99%.
Setelah diijinkan untuk dipasarkan di Amerika Serikat, tuna dapat dijual ke berbagai pasar (restoran, perusahan pengolah makanan siap santap atau siap saji, dll). Tapi tuna tersebut mungkin sudah tidak lagi memenuhi syarat label "dolphin safe". Saat ini, label dolphin-safe masih diatur oleh Undang-undang Perlindungan Konsumen Dolphin 1992, dan masih menyatakan bahwa bycatch lumba lumba adalah nol. Sekarang ini sudah sangat dipercaya bahwa label dolphin-safe dapat mengurangi bycatch lumba-lumba namun hal ini membuat negara-negara yang sudah secara substansial mengurangi bycatch tidak memperoleh banyak manfaat ekonomi dari upaya yang dilakukannya. Definisi dari label tersebut saat ini (per 2007) menjadi bahan perdebatan hukum di pengadilan Amerika Serikat.