KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN
PUSAT PELATIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Gedung Mina Bahari III Lt. 8 Jakarta Pusat
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI
DASAR-DASAR PENGELOLAAN KAWASAN
KONSERVASI PERAIRAN
BUKU INFORMASI
Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan
Untuk Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
KATA PENGANTAR
Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang ada di dalam berbagai jenis perairan yang luasnya hampir mencapai 75% dari luas wilayah Indonesia. Indonesia adalah negara peringkat kedua yang memiliki terumbu karang terluas di dunia setelah Australia. Wilayah Indonesia juga merupakan pusat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi pada segitiga terumbu karang dunia yang terkenal dengan sebutan “the Coral Triangle”. Sekarang kawasan ini memiliki tantangan berupa degradasi ekosistem laut sehingga konservasi akan berperan penting dalam mengimbangi dampak dari eksploitasi berupa kelangkaan sumber daya ikan dan degradasi ekosistem laut yang timbul karena berbagai kegiatan manusia.
Pencanangan Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar pada tahun 2015 memberikan makna bahwa poduksi perikanan, baik dari kegiatan penangkapan ikan maupun budidaya ikan, perlu ditingkatkan. Jika tidak diimbangi oleh semangat untuk menjamin keberlanjutan, cita-cita tersebut akan menyebabkan perikanan Indonesia mengalami krisis, di antaranya adalah berkurangnya atau hilangnya sumber daya ikan dan terhentinya kegiatan perikanan. Oleh sebab itu, perlu komitmen bersama untuk melakukan pelestarian sumber daya ikan dan konservasi lingkungan perairan dalam rangka menjaga keutuhan ekosistem perairan yang sehat.
Kawasan konservasi perairan (KKP) adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Dari pengertian tersebut jelas adanya sinergi dan harmoni di antara konservasi dan pengelolaan sumber daya ikan. Oleh karena itu, salah satu cara yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mewujudkan pengelolaan dan konservasi sumber daya ikan adalah memprakarsai dan memfasilitasi gagasan pembentukan kawasan konservasi perairan (KKP) di berbagai tempat. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan sasaran kawasan konservasi perairan seluas 10 juta hektar pada tahun 2010 dan 20 juta hektar pada tahun 2020.
Keberhasilan pengelola KKP sangat ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten di berbagai bidang dan disiplin ilmu terkait. Untuk itu diperlukan serangkaian program pelatihan yang diselenggarakan oleh para pelatih yang mengajar dengan modul pelatihan berbasis kompetensi dalam proses pembelajaran yang efektif.
Dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia tersebut, 32 orang pelatih (berasal dari lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP), Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Ditjen KP3K), Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP), kalangan perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat) mengikuti kegiatan Training of Trainers untuk Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar atau Training of Trainer in Marine Protected Areas 101 di Balai Diklat Perikanan Aertembaga dan Balai Diklat Perikanan Tegal pada bulan Juli – Agustus 2010. Sebagian dari pelatih tersebut selanjutnya telah melatih para calon pengelola kawasan konservasi perairan di Balai Diklat Perikanan Banyuwangi dan Balai Diklat Perikanan Belawan masing-masing berturut-turut pada bulan November 2010 dan Februari 2011. Seluruh rangkaian pelatihan tersebut diselenggarakan ole h National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan USAID-Coral Triangle Support Partnerships (USAID-CTSP) yang bekerjasama dengan Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan (Dit KKJI – KP3K) dan Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan (Puslat – BPSDM KP). USAID-CTSP adalah sebuah kegiatan USAID yang pelaksanaannya melibatkan sebuah konsorsium yang terdiri dari tiga lembaga swadaya masyarakat internasional, yaitu Conservation International, The Nature Conservancy, dan World Wildlife Fund.
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01Kode Modul
Guna menunjang keberhasilan pelatihan–pelatihan di bidang konservasi perairan selanjutnya, maka dilakukan adaptasi terhadap bahan pelatihan yang dipakai dalam ToT MPA-101 menjadi Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi di bidang Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan. Adaptasi bahan pelatihan ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.21/MEN/X/2007 tentang Tata Cara Penetapan Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang telah diadopsi oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan cq. Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan. Dokumen ini memuat sebuah modul untuk pelatihan berbasis kompetesi yang berjudul "Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan”, khusus untuk unit kompetensi ” Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan”. Modul-modul untuk unit kompetensi lain disajikan dalam dokumen-dokumen terpisah.
Semoga modul pelatihan ini bermanfaat bagi para pelatih, peserta pelatihan, dan para pengelola kawasan konservasi perairan serta para pembaca pada umumnya.
Jakarta, November 2011
Kepala Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan
Drs. Mulyoto, MM.
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01Kode Modul
UCAPAN TERIMA KASIH
Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, baik perorangan maupun institusi, yang memungkinkan tersusunnya draft kurikulum ini. Mereka di antaranya adalah:
(1) Pimpinan USAID- Indonesia yang memberikan arahan implementasi kegiatan Coral Triangle Support Partnerships (USAID-CTSP) dalam mendukung program pengembangan kapasitas sumber daya manusia untuk pengelolaan kawasan konservasi peraiaran di Indonesia. (2) Ms Anne Walton dari dari International MPA Capacity Building Program, National Oceanic
and Atmospheric Administration (NOAA) yang pertama menyusun dan selalu mengembangkan modul pelatihan ini, menerapkannya dalam berbagai kegiatan pelatihan dan berkenan berbagi ilmu serta pengalamannya yang luar biasa kepada kami di Indonesi a. (3) Tim Pengembangan Pengelolaan Kawasan Konservasi Kepala Burung yang terdiri dari Conservation International Indonesia, The Nature Conservancy, dan World Wildlife Fund, sebagai pihak pertama bersama NOAA yang melaksanakan kegiatan pelatihan MPA 101 di kawasan bentang laut Kepala Burung (Bird’s Head Seascape) dan berkenan berbagi pengalaman dalam membangun model pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia. (4) Mr Jason Phillibotte, MSc (NOAA), Bapak Asril Djunaidi, MSc (CI Indonesia), Bapak
Arisetiarso Soemodinoto, PhD (TNC) sebagai pelatih dalam penyelenggaraan rangkaian Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar di Aertembaga (Sulawesi Utara), Tegal (Jawa Tengah), Banyuwangi (Jawa Timur) dan Belawan (Sumatera Utara). (5) Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil (Dit KKJI – Ditjen KP3K).
(6) Kepala Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan – Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (Puslat - BPSDM-KP).
(7) Para Widyaiswara di lingkungan Puslat Kelautan dan Perikanan – BPSDM KP (8) Para pelatih lulusan ToT MPA101 di Balai Diklat Perikanan Aertembaga dan Tegal.
(9) Para nara sumber dan panitia pelatihan ToT MPA101 dan Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar di Balai Diklat Perikanan Banyuwangi, Belawan dan Tegal, di antaranya adalah Ms Tamra Faris (ToT MPA101 di Aertembaga dan Tegal) dan Mr Edward Lindelof (Pelatihan MPA101 di Banyuwangi).
(10) Para peserta pelatihan ToT MPA101 di Aertembaga dan Tegal dan Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar di Banyuwangi, Belawan dan Aertembaga. (11) Para mantan anggota Tim 11 yang dibentuk pada tahun 2009 oleh Direktur KKJI - Ditjen
KP3K.
Jakarta, 15 Agustus 2011 Tim Adaptasi Materi Pelatihan
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01Kode Modul
TIM ADAPTASI MATERI PELATIHAN
Seperti dijelaskan dalam Kata Pengantar di muka, naskah materi pelatihan ini berasal dari manual yang disusun oleh Tim NOAA yang dipimpin oleh Ms Anne Walton dan Tim Conservation International Indonesia untuk kegiatan pengembangan pengelolaan kawasan konservasi perairan di daerah Kepala Burung (Bird’s Heas Seascape – BHS). Manual tersebut kemudian dipakai sebagai materi pelatihan dalam dua kegiatan Pelatihan untuk Pelatih (Training for Trainers, ToT MPA101) pada tahun 2010. Setelah beberapa kali diterapkan dalam pelatihan di Banyuwangi, Belawan, Tegal dan Bitung, materi pelatihan ini kemudian diadaptasikan ke dalam format yang dikenali oleh para Widyaiswara di lingkungan BPSDM Kelautan dan Perikanan. Proses adaptasi ini difasilitasi oleh Conservation International Indonesia dengan pendanaan Program USAID-CTSP Indonesia sebagai tanggapan terhadap kebutuhan kurikulum untuk pelatihan konservasi perairan yang dikoordinasikan oleh Pusat Pelatihan BPSDM-KP.
Tim adaptasi materi pelatihan ToT MPA101 menjadi dokumen silabus kurikulum dan modul pelatihan berbasis kompetensi ”Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan”
No. Nama Institusi
1 Dr M. Fedi A. Sondita Conservation International Indonesia / Institut Pertanian Bogor
2 Untung Widodo, MEd Tim 11 /Dit KKJI – Puslat BPSDM KP/ Widyaiswara Utama
3 Dr Tiene Gunawan Conservation International Indonesia
4 Pusat Pelatihan BPSDM KP
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01Kode Modul
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
BAB I STANDAR KOMPETENSI KERJA KHUSUS (SKK) DAN SILABUS PELATIHAN
MENJELASKAN PROGRAM PERIKANAN UNTUK PENGELOLAAN KAWASAN
KONSERVASI PERAIRAN ...1
A Standar Kompetensi Khusus ...1
Batasan Variabel ...1
Panduan Penilaian...2
Aspek kritis ...5
Unit kompetensi yang terkait ...5
Kompetensi kunci...5
B Unit kompetensi prasyarat ...5
C Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi ...7
BAB II MATERI UNIT KOMPETENSI MENJELASKAN PROGRAM PERIKANAN
UNTUK PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN...17
A Latar Belakang...17
B Tujuan Pembelajaran ...17
C Ruang Lingkup ...18
D Peristilahan ...18
E Diagram Alir Pencapaian Kompetensi ...19
MATERI UNIT KOMPETENSI ...20
1
Elemen Kompetensi: Menjelaskan perikanan tangkap di masa lalu ...20
1.1
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan perikanan tangkap tradisional ...20
1.1.1
Kearifan lokal perikanan tangkap ...20
1.1.2
Beberapa contoh kearifan lokal ...21
1.2
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan mengapa beberapa masyarakat
mengembangkan kearifan lokal yang efektif ...24
1.3
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan contoh praktek pengelolaan perikanan
yang masih diterapkan masyarakat secara tradisional ...25
1.4
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan peningkatan kegiatan penangkapan ikan
dan pengendaliannya ...26
1.4.1
Perkembangan upaya penangkapan ikan dunia ...26
1.4.2
Kemajuan teknologi penangkapan ikan ...26
1.4.3
Hancurnya perlindungan alami oleh teknologi ...27
2
Elemen Kompetensi: Menjelaskan krisis yang dialami perikanan dunia ...27
2.1
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan kecenderungan produksi perikanan global...28
2.2
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan apakah lautan sudah mengalami
overfishing
?...30
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01Kode Modul
2.3
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan bahaya dari kegiatan penangkapan ikan di
ambang batas-batasnya...32
2.3.1 Bahaya dari kegiatan penangkapan ikan di ambang batas -batasnya...32
2.4
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan bahwa ketiadaan data tidak berarti stok
ikan dalam keadaan sehat ...32
2.4.1
Ketiadaan data tidak berarti stok ikan dalam keadaan sehat ...32
3
Elemen Kompetensi: Menjelaskan dampak penangkapan ikan ...33
3.1
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan jenis-jenis
overfishing
...33
3.1.1
Overfishing secara Biologi ...33
3.1.2
Ovefishing secara ekonomi ...33
3.2
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan dampak
overfishing
terhadap populasi
ikan target ...34
3.2.1
Penurunan rata-rata ukuran dan jumlah ikan ...34
3.2.2
Perubahan struktur umur/jenis kelamin ...34
3.2.3
Pengurangan potensi reproduksi ...35
3.3
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan perubahan ekosistem yang tidak terduga
akibat overfishing ...38
3.3.1
Pengambilan pemangsa tertinggi (
top predator
) ...40
3.3.2
Berkurangnya
rantai makanan akibat penangkapan ikan...40
3.3.3
Penangkapan spesies mangsa ...40
3.3.4
Eutrofikasi ...41
3.4
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan bahwa dampak
overfishing
terhadap
ekosistem adalah sangat rumit...41
3.5
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan fenomena pergeseran nilai dasar
(baseline
): Seperti apa kondisi stok ikan yang sehat di masa lalu? ...43
3.6
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan produksi dan upaya penangkapan ikan:
Apakah lebih banyak kapal akan menangkap lebih banyak ikan? ...45
3.6.1
Mengungkapkan konfirmasi setuju tentang pentingnya pengendalian
terhadap kegiatan penangkapan ikan untuk mencegah terjadinya dampak
buruk yang tidak diinginkan ...46
3.7
Aspek Sikap: Memberikan konfirmasi setuju tentang pentingnya
pengendalian terhadap kegiatan penangkapan ikan untuk mencegah
terjadinya dampak buruk yang tidak diinginkan ...47
3.7.1
Pengendalian Terhadap Kegiatan Penangkapan Ikan ...47
3.8
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan jenis-jenis metode dan jenis alat
penangkapan ikan serta potensi dampak yang ditimbulkan...48
3.8.1
Jenis metode penangkapan ikan dan potensi kerusakan yang dimilikinya ...48
3.9
Aspek Pengetahuan : Melakukan penilaian seberapa besar masalah hasil
tangkapan sampingan terjadi di KKP ...50
3.9.1
Hasil tangkapan sampingan (
bycatch
)...50
3.10
Aspek Keterampilan: Mampu melakukan penilaian seberapa besar masalah
hasil tangkapan sampingan terjadi di kawasan konservasi perairan ...52
3.11
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan strategi untuk mengurangi dampak
penangkapan ikan terhadap habitat dan
bycatch
...53
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01Kode Modul
3.11.1
Mengganti metode atau alat yang merusak dengan jenis metode dan alat
yang kurang merusak ...53
3.11.2
Mendorong nelayan untuk mengubah praktek penangkapan ikan...53
3.11.3
Mendorong inovasi dalam teknologi dan alat penangkap ikan ...53
3.11.4
Pengaturan penggunaan alat penangkapan ikan berdasarkan daerah atau
musim ...54
3.11.5
Mendukung penelitian di masa depan...54
3.12
Aspek Pengetahuan : Merancang Jenis Alat Penangkapan Ikan Yang Lebih
Baik...57
3.13
Aspek Keterampilan: Merancang jenis alat penangkapan ikan yang lebih baik ...57
4
Elemen Kompetensi: Menjelaskan strategi pengelolaan perikanan ...57
4.1
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan tiga tujuan dasar pengelolaan perikanan ...58
4.2
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan konsep manajemen perikanan berbasis
ekosistem ...59
4.3
Aspek Keterampilan: Mampu membuat diagram yang menunjukkan
konsekuensi dari penangkapan ikan terhadap beberapa spesies yang
menyebabkan berubahnya keseimbangan ekosistem. ...60
4.4
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan isu prioritas yang perlu ditangani oleh
pengelolaan perikanan ...62
4.4.1
Isu perikanan ikan karang hidup yang tidak diatur ...62
4.4.2
Isu kelebihan kapasitas penangkapan ikan ...63
4.4.3
Isu illegal, unreported and unregulated fishing - IUU Fishing...64
4.4.4
Tinjauan tentang strategi dan perangkat praktis pengelolaan perikanan ...64
4.5
Aspek Keterampilan: Mampu mengidentifikasi permasalahan utama
perikanan yang terjadi di dalam kawasan koservasi perairan ...65
4.6
Aspek Keterampilan: Mampu memilih perangkat manajemen untuk
menangani masalah perikanan di dalam kawasan konservasi perairan ...66
4.7
Aspek Pengetahuan: Pertimbangan khusus untuk pengelolaan perikanan di
beberapa jenis habitat ...66
4.7.1
Perikanan di estuaria dan laguna ...66
4.7.2
Perikanan di kawasan mangrove...67
4.7.3
Perikanan di kawasan terumbu karang ...67
4.8
Aspek Pengetahuan: Pengelolaan zona perikanan...68
5
Elemen Kompetensi: Marikultur yang bertanggungjawab ...69
5.1
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan peran marikultur di dalam kawasan
konservasi perairan...69
5.2
Aspek Pengetahuan: Menjelaskan masalah-masalah yang ditimbulkan
marikultur ...70
BAB III SUMBER - SUMBER LAIN YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN
KOMPETENSI ...72
A Sumber Kepustakaan ...72
1 Daftar Pustaka ...72
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01Kode Modul
C Media Visual...73
D Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan ...74
1 Daftar peralatan/mesin...74
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01Kode Modul
BAB I
STANDAR KOMPETENSI KERJA KHUSUS (SKK) DAN SILABUS PELATIHAN MENJELASKAN PROGRAM PERIKANAN UNTUK PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN A Standar Kompetensi Khusus
Kode Unit : KKP.KP.03.001.01
Judul Unit : Menjelaskan Program Perikanan Berkelanjutan untuk Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Deskripsi Unit : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk membangun pengelolaan yang efektif pada suatu kawasan konservasi perairan melalui program perikanan yang berkelanjutan. Pembahasan mencakup kondisi perikanan tangkap di masa lalu, krisis yang dialami perikanan dunia sekarang, dampak penangkapan i kan, strategi pengelolaan perikanan dan kegiatan marikultur yang bertanggungjawab.
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
(1) Menjelaskan perikanan
tradisional (1) Perikanan tradisional dijelaskan (2) Perkembangan penangkapan ikan dan
pengendaliannya dijelaskan (2) Mengidentifikasi krisis
perikanan
(3) Krisis perikanan dijelaskan (4) Overfishing di identifikasi (5) Pergeseran nilai dasar dijelaskan (3) Menggidentifikasi Strategi
Manajemen Perikanan
(6) Strategi manajemen perikanan dijelaskan (7) Strategi manajemen perikanan diidentifikasi (8) Strategi mengurangi dampak perikanan tangkap (4) Menjelaskan marikultur yang
bertanggung jawab
(9) Marikultur yang bertanggung jawab dijelaskan. (10)Masalah-masalah marikultur yang
(11)bertanggung jawab diidentifikasi
Batasan Variabel
Unit ini berlaku untuk mengenal perikanan pada kawasan konservasi perairan. Parameter komponen tersebut meliputi:
(1) Memahami bahaya krisis perikanan (2) Memahami strategi manajemen perikanan
(3) Mengidentifikasi masalah-masalah marikultur yang bertanggung jawab (4) Melakukan kunjungan ke lokasi KKL
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01Kode Modul
Perlengkapan untuk mengenal pendidikan pada kawasan konservasi perairan mencakup: (1) 1 (satu) buah papan whiteboard dan white board marker serta penghapus
(2) 4 ( empat ) buah papan peta singkap dan bahan ajar
(3) 1 (satu) set multi media ( laptop, infocus, dan layar serta soft copy power point/bahan tayang)
(4) 1 ( satu) paket peralatan /bahan tulis menulis untuk tugas –tugas kelompok (5) 1 (unit) kamera
(6) 1 (satu) unit video recorder
(7) Sarana transportasi ke lokasi KKL (Bis dan Perahu)
Tugas pekerjaan untuk mengelola perikanan pada kawasan konservasi perairan meliputi: 1. Menjelaskan perikanan tradisional
2. Mengidentifikasi krisis perikanan
3. Menggidentifikasi Strategi Manajemen Perikanan
Peraturan yang berkaitan dengan perikanan dan kawasan konservasi laut adalah:
(1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
(2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
(3) UU No 31 2004 tentang Perikanan yang telah diubah menjadi UU No 45 Tahun 2009
(4) PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
(5) PP Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konsrvasi Sumberdaya Ikan (6) PP Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Nasional
(7) PERMEN KP No 17/MEN/2008 Tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(8) PERMEN KP No 02/MEN/2009 Tentang Tata cara penetapan Kawasan Konservasi Perairan (9) PERMEN NAKERTRANSNomor :PER.21/MEN/X/2007.Tentang Tata Cara Penetapan Standard
kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Panduan Penilaian
Penjelasan penilaian
Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya yang mungkin diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini adalah sebagai berikut:
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01Kode Modul
(1) KKP.KP.01.002.01 Menjelaskan prinsip-prinsip dasar pengelolaan kawasan konservasi perairan
(2) KKP.KP.02.001.01 Menjelaskan beberapa proses dan interaksi penting yang terjadi di dalam ekosistem laut
(3) KKP.KP.02.002.01 Menjelaskan program pendidikan untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan
(4) KKP.KP.02.002.02 Menjelaskan program penegakan hukum untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan
Kondisi penilaian
Kondisi penilaian yang merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi ini yang terkait dengan
(1) Mengidentifikasi overfishing
(2) Menjelaskan mata rantai makanan pada ecosistem lauit. (3) Mengidentifikasi Strategi Manajemen Perikanan
(4) Mengidentifikasi masalah-masalah marikultur yang bertanggung jawab
(5) Penilaian dapat dilakukan dengan cara lisan, tertulis, praktek/demonstrasi di tempat kerja/tempat uji kompetensi.
Pengetahuan yang dibutuhkan
Pengetahuan yang dibutuhkan untuk unit kompetensi ini adalah sebagai berikut:
(1) Beberapa budaya mengembangkan pengendalian penangkapan ikan yang efektif (2) Masyarakat sumberdaya alam
(3) Perkembangan usaha
(4) Kemajuan teknologi penangkapan Ikan
(5) Kehancuran perlindunghan alami oleh Teknologi (6) Kecenderungan Produksi Perikanan Global (7) Overfishing
(8) Perkiraan status perikanan dunia
(9) Bahaya dari penangkapan ikan di garis batasnya
(10) Ketiadaan data tidak berarti stok ikan dalam keadaan sehat (11) Jenis-jenis overfishing
(12) Dampak overfishing terhadap populasiikan target (13) Penurunan rata-rata ukuran dan jumlah ikan.
(14) Perubahan struktur umur/jenis kelamin (15) Ekosistem perairan
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01Kode Modul
(16) Pengurangan potensi reproduksi target (17) Perubahan ekosistem yang sulit diduga (18) Kondisi stok yang sehat pada masa lalu (19) Produksi dan upaya penangkapan ikan (20) Metode dan jenis alat penangkap ikan
(21) Jenis metode penangkapan ikan dan potensi merusak (22) Bycatch (hasil tangkapan sampingan)
(23) Hasil tangkapan sampingan burung perairan (24) Hasil tangkapan sampingan mamalia perairan (25) Hasil tangkapan akibat ghost fishing
(26) Merubah strategi pengelolaan
(27) Embargo oleh satu negara tidak mempengaruhi pasar global (28) Tekanan Internasional mengijinkan perdagangan bebas (29) Tiga tujuan dasar manajemen perikanan
(30) Managemen perikanan berbasis ekosistem (31) Tiga tujuan dasar manajemen perikanan (32) Managemen perikanan berbasis ekosistem
(33) Mengidentifikasi isu prioritas manajemen perikanan (34) IUU Fishing
(35) Tinjauan tentang strategi manajemen dan perangkat (36) Pertimbangan khusus untuk manajemen beberapa habitat (37) Manajemen zonasi
(38) Penilaian
(39) Kegaitan marikultur di kawasan konservasi perairan
(40) Kerusakan dan konversi habitat alami disertai dengan hilangnya kegiatan perikanan asli (41) Polusi dan sedimentasi dari pakan, limbah, antibiotik dan bahan kimia lainnya
(42) Introduksi spesies eksotik dan penyakit
Keterampilan yang dibutuhkan
Keterampilan yang dibutuhkan untuk unit kompetensi ini adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi terjadinya overfishing
(2) Mampu mengidentifikasi pergeseran penyebab menurunnya nilai dasar (3) Mampu mengidentifikasi strategi manajemen perikanan
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01Kode Modul
Aspek kritis
Aspek kritis untuk menemukenali sikap kerja yang perlu diperhatikan dalam kompetensi ini, adalah: (1) Mengidentifikasi overfishing
(2) Mengidentifikasi strategi manajemen perikanan (3) Mengidentifikasi dampak marikultur
Unit kompetensi yang terkait
(1) KKP.KP.01.002.01 Menjelaskan prinsip-prinsip dasar pengelolaan kawasan konservasi perairan
(2) KKP.KP.02.001.01 Menjelaskan beberapa proses dan interaksi penting yang terjadi di dalam ekosistem laut
(3) KKP.KP.02.002.01 Menjelaskan program pendidikan untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan
(4) KKP.KP.02.002.02 Menjelaskan program penegakan hukum untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan
(5) KKP.KP.03.002.01 Menjelaskan program pariwisata berkelanjutan untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan
Kompetensi kunci
No. Kompetensi kunci dalam unit ini Tingkat
1. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan informasi 2
2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 2
3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2
4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2
5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 2
6. Memecahkan masalah 2
7. Menggunakan teknologi 2
B Unit kompetensi prasyarat
Sebelum mengikuti pelatihan unit kompetensi memberi pakan ini, peserta harus sudah kompeten untuk unit kompetensi sebagai berikut:
(1) KKP.KP.01.002.01 Menjelaskan prinsip-prinsip dasar pengelolaan kawasan konservasi perairan
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01Kode Modul
(2) KKP.KP.02.001.01 Menjelaskan beberapa proses dan interaksi penting yang terjadi di dalam ekosistem laut
(3) KKP.KP.02.002.01 Menjelaskan program pendidikan untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan
(4) KKP.KP.02.002.02 Menjelaskan program penegakan hukum untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01 Kode Modul
C Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi
Judul Unit Kompetensi : Menjelaskan program perikanan berkelanjutan untuk pengelolaan kkp Kode Unit Kompetensi : KKP.KP.03.001.01
Deskripsi Unit Kompetensi : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk membangun pengelolaan yang efektif pada suatu kawasan konservasi perairan melalui program perikanan yang berkelanjutan. Pembahasan mencakup kondisi perikanan tangkap di masa lalu, krisis yang dialami peri kanan dunia sekarang, dampak penangkapan ikan, strategi pengelolaan perikanan dan kegiatan marikultur yang bertanggungjawab.
Prakiraan Waktu Pelatihan : 8 JP @ 45 menit Tabel Unit Kompetensi :
Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja Indikator Unjuk Kinerja
Materi Pelatihan Jumlah
Jam Pelatihan
Lama Pelatihan
@ 45 menit
Pengetahuan Keterampilan Sikap Teori Praktek Menjelaskan perikanan tangkap di masa lalu (1) Perikanan tangkap tradisional dijelaskan (1.1) Dapat menjelaskan perikanan tangkap tradisional Kearifan lokal perikanan tangkap (1.1.1) Beberapa contoh kearifan lokal (1.1.2) - - 0,20 0,20 Mengapa beberapa masyarakat mengembangkan kearifan lokal yang efektif dijelaskan (1.2) Dapat menjelaskan mengapa beberapa masyarakat mengembangkan kearifan lokal yang efektif
Masyarakat sumberdaya alam (1.2.1)
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01 Kode Modul
Contoh praktek pengelolaan perikanan yang masih diterapkan masyarakat secara tradisional dijelakan (1.3) Dapat menjelaskan contoh praktek pengelolaan perikanan yang masih diterapkan masyarakat secara tradisional (Latihan 5.1) Kearifan lokal di Indonesia 0,20 0,20 0,40 peningkatan kegiatan penangkapan ikan dan pengendaliannya dijelaskan (1.4) Dapat menjelaskan peningkatan upaya penangkapan ikan dan pengendaliannya secara komprehensif Perkembangan upaya penangkapan Ikan dunia (1.4.1) Kemajuan teknologi penangkapan ikan (1.4.2) Hancurnya perlindungan alami oleh teknologi ((1.4.3) 0,20 0,20 Menjelaskan krisis yang dialami perikanan dunia (2) Kecenderungan produksi perikanan global dijelaskan (2.1) Dapat menjelaskan kecenderungan produksi perikanan global (H.O.5.1) Glossarium Kecenderungan produksi perikanan global (2.1.1) 0,20 0,20 Menjelaskan apakah lautan sudah mengalami overfishing (2.2) Dapat menjelaskan apakah lautan sudah mengalami overfishing
Apakah lautan sudah mengalami overfishing (2.2.1)
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01 Kode Modul
Menjelaskan bahaya dari kegiatan penangkapan ikan di ambang batas-batasnya dijelaskan (2.3) Dapat menjelaskan bahaya dari kegiatan penangkapan ikan di ambang batas-batasnya
Bahaya dari kegiatan penangkapan ikan di ambang batas-batasnya Bahaya dari kegiatan penangkapan ikan di ambang batas-batasnya (2.3.1) 0,20 0,20 Menjelaskan bahwa ketiadaan data tidak berarti stok ikan dalam keadaan sehat (2.4)
Dapat menjelaskan bahwa ketiadaan data tidak berarti stok ikan dalam keadaan sehat
Ketiadaan data tidak berarti stok ikan dalam keadaan sehat (2.4.1) 0,20 0,20 Menjelaskan dampak penangkapan ikan (3) Jenis-jenis overfishing dijelaskan (3.1) Dapat menjelaskan jenis-jenis overfishing Overfishing secara Biologi (3.1.1) Overfishing secara Ekonomi (3.1.2) 0,20 0,20 Dampak overfishing terhadap populasi ikan target dijelaskan (3.2) Menjelaskan dampak overfishing terhadap populasi ikan target Penurunan rata-rata ukuran dan jumlah ikan (3.2.1) Perubahan struktur umur/jenis kelamin (3.2.2) Pengurangan potensi reproduksi (3.2.3) 0,20 0,20
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01 Kode Modul
Perubahan
ekosistem yang ulit diduga akibat overfishing dijelaskan (3.3) Dapat menjelaskan perubahan ekosistem yang diduga akibat overfishing Pengambilan pemangsa tertinggi (top predator) (3.2.1) Berkurangnya rantai makanan akibat penangkapan ikan (3.3.2) Penangkapan spesies mangsa (3.3.3) Eutrofikasi (3.3.4) 0,20 0,20 Dampak overfishing terhadap ekosistem adalah sangat rumit dijelaskan (3.4) Menjelaskan bahwa dampak overfishing terhadap ekosistem adalah sangat rumit Ekosistem sangat komplek (3.4.1) (Video 5.1) Pergeseran nilai dasar (Shifting baseline) (Diskusi 5.1) Overfishing di daerah Anda 0,20 0,20 0,40 Fenomena pergeseran nilai dasar (baseline): Seperti apa kondisi stok ikan yang sehat di masa lalu dijelaskan (3.5) Mampu menjelaskan fenomena pergeseran nilai dasar (baseline): Seperti apa kondisi stok ikan yang sehat di masa lalu? (Latihan 5.2) Pergeseran nilai dasar – dimana kita mengatur jarum jam? 0,20 0,20 0,40
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01 Kode Modul
produksi dan upaya menangkapan ikan: Apakah lebih banyak kapal akan menangkap lebih banyak ikan dijelaskan (3.6) Dapat menjelaskan produksi dan upaya penangkapan ikan: Apakah lebih banyak kapal akan menangkap lebih banyak ikan Mengungkapkan konfirmasi setuju tentang pentingnya pengendalian terhadap kegiatan penangkapan ikan untuk mencegah terjadinya dampak buruk yang tidak diinginkan (3.6.1) (HO 5.2) Permainan tragedi bersama (Latihan 5.3) Permainan "Tragedi Bersama" 0,20 0,20 0,40 Memberikan konfirmasi setuju tentang pentingnya pengendalian terhadap kegiatan penangkapan ikan untuk mencegah terjadinya dampak buruk yang tidak diinginkan dengan benar (3.7) Harus mampu memberikan konfirmasi setuju tentang pentingnya pengendalian terhadap kegiatan penangkapan ikan untuk mencegah terjadinya dampak buruk yang tidak diinginkan dengan benar Pengendalian Terhadap Kegiatan Penangkapan Ikan (3.7.1) mampu memberikan konfirmasi setuju tentang pentingnya pengendalian terhadap kegiatan penangkapan ikan untuk mencegah terjadinya dampak buruk yang tidak diinginkan dengan benar
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01 Kode Modul
Jenis-jenis metode dan jenis alat penangkapan ikan serta potensi dampak yang ditimbulkan dijelaskan (3.8) Menjelaskan jenis-jenis metode dan jenis alat penangkapan ikan serta potensi dampak yang ditimbulkan Jenis metode
penangkapan ikan dan potensi kerusakan yang dimilikinya (3.8.1) (HO 5.3) Ilustrasi beberapa metode penangkapan ikan 0,20 0,20 Penilaian seberapa besar masalah hasil tangkapan sampingan terjadi di KKP dijelaskan (3.9) Dapat menjelaskan penilaian seberapa besar masalah hasil tangkapan sampingan terjadi di KKP Hasil tangkapan sampingan (bycatch) (3.9.1)
(Video 5.2) Don’t net what you don’t need
0,20 0,20 Seberapa besar masalah hasil tangkapan sampingan terjadi di kawasan konservasi perairan dinilai (3.10) Mampu menilai seberapa besar masalah hasil tangkapan sampingan terjadi di kawasan konservasi perairan (Latihan 5.4) Hasil tangkapan sampingan di sekitar kawasan konservasi perairan anda 0,20 0,20 0,40 Strategi untuk mengurangi dampak penangkapan ikan terhadap habitat Menjelaskan strategi untuk mengurangi dampak penangkapan ikan Mengubah Strategi Penangkapan ikan (3.11.1) Mendorong nelayan 0,20 0,20
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01 Kode Modul
dan bycatch dijelaskan (3.11) terhadap habitat dan bycatch untuk mengubah praktek penangkapan ikan( 3.11.2) Mendorong inovasi dalam teknologi dan alat penangkap ikan
(3.11.3)
Pengaturan penggunaan alat penangkapan ikan berdasarkan daerah atau musim (3.11.4) Mendukung penelitian di masa depan (3.11.5) Merancang alat penangkapan ikan yang lebih baik dijelaskan (3.12)
Dapat menjelasakan merancang alat penangkapan ikan yang lebih baik Merancang alat penangkapan ikan yang lebih baik
(Diskusi 5.2) Metode penangkapan ikan di kawasan konservasi perairan 0,20 0,20 0,40 Alat penangkapan ikan yang lebih baik dirancang (3.12)
Mampu
merancang alat penangkapan ikan yang lebih baik
(Latihan 5.5) Merancang jenis alat penangkapan ikan yang lebih baik
0,20 0,20 0,40
Menjelaskan strategi
Tiga tujuan dasar pengelolaan
Dapat
menjelaskan Tiga
Tiga tujuan dasar pengelolaan perikanan
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01 Kode Modul
pengelolaan perikanan (4) perikanan dijelaskan (4.1) tujuan dasar pengelolaan perikanan (4.1.1) Konsep manajemen perikanan berbasis ekosistem (4.2) Dapat menjelaskan konsep manajemen perikanan berbasis ekosistem Konsep manajemen perikanan berbasis ekosistem (4.2.1) 0,20 0,20 Diagram yang menunjukkan konsekuensi dari penangkapan ikan terhadap beberapa spesies yang menyebabkan berubahnya keseimbangan ekosistem dibuat (4.3) Mampu membuat diagram yang menunjukkan konsekuensi dari penangkapan ikan terhadap beberapa spesies yang menyebabkan berubahnya keseimbangan ekosistem (Latihan 5.6) Memahami pengelolaan perikanan dari sudut pandang ekosistem 0,20 0,20 0,40
Isu prioritas yang perlu ditangani oleh pengelolaan perikanan dijelaskan (4.4) Dapat menjelasakan isu prioritas yang perlu ditangani oleh pengelolaan perikanan
Isu perikanan ikan karang hidup yang tidak diatur (4.4.1)
(HO 5.4) Perikanan ikan karang hidup tidak diatur
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01 Kode Modul
(HO 5.5) Kapasitas penangkapan ikan dan IUU di Indonesia Isu kelebihan kapasitas penangkapan ikan (4.4.2)
Isu illegal, unreported and unregulated fishing - IUU Fishing (4.4.3) Tinjauan tentang strategi dan perangkat praktis pengelolaan perikanan (4.4.4) Permasalahan utama perikanan yang terjadi di dalam kawasan koservasi perairan diidentifikasi (4.5) Mampu mengidentifikasi permasalahan utama perikanan yang terjadi di dalam kawasan koservasi perairan (HO 5.6) Strategi manajemen perikanan untuk masalah tertentu (HO 5.7) Menggunakan alat-alat pengelolaan (untuk latihan) (Latihan 5.7) Apa permasalahan utama di KKP anda? 0,20 0,20 0,40 Perangkat manajemen untuk menangani masalah perikanan di dalam kawasan konservasi perairan dipilih (4.6) Mampu memilih perangkat manajemen untuk menangani masalah perikanan di dalam kawasan konservasi perairan (Latihan 5.8) Menjalankan perangkat manajemen pada KKP anda 0,20 0,20 0,40
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.KP.03.001.01 Kode Modul
Pertimbangan khusus untuk pengelolaan perikanan di beberapa jenis habitat dijelaskan (4.7) Dapat menjelaskan Pertimbangan khusus untuk pengelolaan perikanan di beberapa jenis habitat Perikanan di estuaria dan laguna (4.7.1) Perikanan di kawasan mangrove (4.7.2) Perikanan di kawasan mangrove (4.7.3) 0,20 0,20 Pengelolaan zona perikanan dijelaskan (4.8) Dapat menjelaskan Pengelolaan zona perikanan
(HO 5.8) Mengukur ikan (HO 5.9) Beberapa tanda overfishing 0,20 0,20 Menjelaskan marikultur yang bertanggungjawab (5) Marikultur di dalam kawasan konservasi perairan dijelaskan (5.1) Dapat menjelaskan marikultur di dalam kawasan konservasi perairan (HO 5.10) Dampak negatif dan keuntungan marikultur 0,20 0,20 Masalah-masalah yang ditimbulkan marikultur dijelaskan (5.2) Mampu menjelaskan masalah-masalah yang ditimbulkan marikultur
(Video 5.3) Farming the Seas or A Fisher’s Journey (opsi) (Diskusi 5.4) Marikultur di kawasan konservasi perairan 0,20 0,20 0,40 JUMLAH 5,80 2,20 8,00
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Kode Modul KKP.KP.03.001.01
BAB II MATERI UNIT KOMPETENSI MENJELASKAN PROGRAM PERIKANAN UNTUK PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
A Latar Belakang
Kegiatan perikanan dalam Kawasan Konservasi Perairan, pada dasarnya masih tetap dapat dilakukan pada zona berkelanjutan. Dalam membuat keputusan, seorang pengelola KKP yang sebaiknya mengetahui dasar-dasar manajemen perikanan, bagaimana stok ikan masih dapat menunjang terhadap kegiatan penangkapan ikan menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak memberikan dampak yang ditimbulkan terhadap kerusakan ekosistem di KKP.
Mengingatlautmerupakan jenis sumberdaya yang dapat dijangkau oleh banyak pihak (akses terbuka) kegiatan penangkapan ikan sangat mudah mengalami "Tragedy of the Commons", yaitu fenomena terjadinya eksploitasi yang berlebihan pada sumberdaya yang dianggap milik bersama. Stok ikan hanya akan lestari pada tingkat eksploitasi tertentu sebelum populasi ikan mulai menurun akibat overfishing. Di Indonesia, sebagian besar stok ikan saat ini sudah berada dalam status overfishing. Hal ini berarti bahwa sebagian besar nelayan hanya dapat menangkap ikan dengan jumlah yang relatif sedikit, meskipun upaya penangkapan ikan telah ditingkatkan dan teknologi penangkapan ikan telah diperbaiki. Situasi ini dapat menjerumuskan nelayan, b ahkan seluruh masyarakat pesisir, ke dalam jurang kemiskinan yang dewasa ini telah menjadi isu nasional bahwa nelayan dan banyak masyarakat yang hidupnya mengandalkanlauttergolong masyarakat yang miskin.
Jika upaya penangkapan ikan dapat dikurangi, stok ikan akan dapat pulih setelah mengalami overfishing; pemulihan ini bahkan dapat terjadi hanya dalam beberapa tahun di daerah tropis. Cara untuk mengurangi overfishing di antaranya adalah pembatasan penggunaan metode atau alat penangkapan ikan tertentu, penerapan zonasi, dan pengaturan perijinan. Namun untuk cara ini akan efektif dan sukses jika nelayan mendukung pengurangan penangkapan ikan berlebih, dan sebaiknya mereka diberi keterampilan lain untuk mata pencaharian lain pada saat stok ikan dalam proses pemulihan.
Modul ini dirancang untuk membantu anda memberikan pemahaman terkini dan mendapatkan tambahan pengetahuan tentang faktor ekologis dan biologis yang mempengaruhi jumlah populasi ikan, produksi atau hasil tangkapan, dan dampak dari metode penangkapan yang berbeda serta teknik perikanan budidayalaut(marikultur) untuk mendapatkan stok ikan.
B Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan :
(1) Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah populasi ikan dan hasil tangkapan atau produksi ikan.
(2) Mempelajari mengapa stok ikan sangat rentan atau mudah dipengaruhi oleh kegiatan penangkapan ikan yang berlebihan.
(3) Mempertimbangkan sejumlah dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan berbagai metode penangkapan ikan, alat tangkap dan marikultur terhadap stok ikan; dan
(4) Memahami penerapan metode penangkapan di kawasan konservasi perairan di Indonesia (5) Memahami marikultur berkelanjutan yang tidak merusak lingkungan perairan
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Kode Modul KKP.KP.03.001.01
C Ruang Lingkup
(1) Asal usul penangkapan ikan (2) Krisis Perikanan
(3) Strategi Manajemen Perikanan (4) Marikultur yang Bertanggungjawab
D Peristilahan
(1) Konservasi Sumberdaya Ikan: Upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetic untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas , nilai dan keanekaragaman sumberdaya ikan.
(2) Kawasan Konservasi Perairan: Kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.
(3) Konservasi Ekosistem: Upaya melindungi , mlestarikan dan memanfaatkan fungsi ekosistem sebagai habitat penyangga kehidupan sumberdaya ikan pada waktu sekarang dan yang akan datang.
(4) Ekosistem: Tatanan unsur sumber daya ikan dan lingkungannya, yang merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas sumber daya ikan.
(5) Zonasi Kawasan Konservasi: Suatu bentuk rekayasa tehnik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsionalsesuai dengan potensi sumberdaya dan dayadukung serta proses-proses ekologis yangberlangsung sebagai satu kesatuan ekosistem.
(6) Padang Lamun: Koloni tumbuhan berbunga yang tumbuh diperairan perairan dangkal berpasir dan masih dapat ditembus cahaya matahari sampai kedasar Perairan, sehinga pemungkinkan tumbuhan tersebut berfotosintesa.
(7) Terumbu Karang: Terdiri atas polip-polip karang dan organisme-organisme kecil lain yang hidup dalam koloni, yang merupakan satu ekosistem yang hidup di dasar perairan dan berupa bentukan batu-batuan kapur (CaCO3)
(8) Mangrove: Komunitas vegetasi pantai tropis yang khas tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur, berpasir, atau muara sungai seperti pohon api-api (Avicennia spp) pedada (Sonneratia), tanjang (Bruguire), nyiri (Xylocarpus), tengar (Ceriops) dan buta-buta (Exeoecaria)
(9) Kearifan Lokal: Norma, tata nilai dan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat tertentu yang berkaitan dnegan nilai-nilai pelestarian lingkungan hidup.
(10) Habitat: Merupakan lingkungan dimana ikan hidup , ternmsuk segala sesuatu disekitarnya dan memberikan dampak bagi kehidupan ikan, seperti kualitas air, dasar perairan, tanaman (vegetasi) dan asosiasi spesies ikan (termasuk ketersediaan makanan)
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Kode Modul KKP.KP.03.001.01
(11) Pariwisata berkelanjutan: Pariwisata yang dikelola dengan meminimumkan biaya dan memaksimumkan manfaat pariwisata bagi lingkungan dan masyarakat lokal dan dapat dilakukan secara berkesinambungan tanpa merusak sumberdaya yang menjadi daya dukung pariwisata.
(12) Perikanan yang berkelanjutan: Kegiatan perikanan yang memberikan perhatian utama keberlanjutan dengan mengurangi penangkapan ikan yang berlebihan,memberikan kesempatan pemulihan sumberdaya ikan.
(13) Ekolabel: logo atau frase terdaftar-merek dagang yang label produk yang dilakukan secara aman terhadap lingkungan
(14) Overfishing: Adalah penurunan produksi perikanan tangkap yang disebabkan oleh terlalu banyaknya upaya penangkapan ikan
E Diagram Alir Pencapaian Kompetensi
Gambar 5.1. Diagram alir pembahasan elemen-elemen kompetensi untuk mencapai unit
kompetensi ”Menjelaskan program perikanan berkelanjutan untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan”
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Kode Modul KKP.KP.03.001.01
MATERI UNIT KOMPETENSI
1 Elemen Kompetensi: Menjelaskan perikanan tangkap di masa lalu 1.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan perikanan tangkap tradisional
Kegiatan penangkapan ikan adalah salah satu warisan leluhur dan cara tradisional yang bertahan hingga kini. Setiap manusia yang hidup berdampingan dengan perairan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menangkap ikan dan memanfaatkan sumberdaya alam lainnya yang ada di laut. Lingkungan laut menyediakan berbagai jenis kekayaan alam untuk kita, tidak hanya bahan pangan tetapi juga berbagai bahan-bahan lainnya seperti sandang, serat dan bahan bangunan, dan bahkan obat-obatan. Lingkungan laut juga banyak digunakan sebagai tempat bersantai dan rekreasi, seperti berenang, snorkeling, menyelam, olah raga air, perahu layar, rekreasi pancing dan panorama alam bebas.
Dampak perikanan tradisional sangat bervariasi dari waktu ke waktu. Pada masa lampau, dampak perikanan tradisional masih sangat rendah karena populasi manusia masih sedikit dan teknologi penangkapan ikan masih sederhana. Namun secara mengejutkan tampak jelas bahwa meskipun populasi manusia sedikit, penangkapan ikan secara berlebihan ternyata telah terjadi sepanjang sejarah manusia. Sejumlah budaya prasejarah memiliki dampak terhadap stok perikanan, sebagaimana ditunjukkan dari kelimpahan dan ukuran ikan yang terekam di situs arkeologi. Sebagai contoh, tulang-tulang ikan yang ditemukan di Kepulauan Karibia mengindikasikan penurunan ukuran ikan dan tingkat trofik level ikan sejak sekitar 1900 hingga 600 tahun yang lalu (dibahas dalam Birkeland and Friedlander 2002). Di beberapa lokasi, penangkapan ikan yang berlebih telah terjadi sebelum orang Eropa tiba, walaupun hanya dari kegiatan perikanan lokal yang menggunakan alat tangkap tradisional.
Nelayan skala kecil merupakan faktor utama dalam dunia perikanan saat ini. Diperkirakan sebanyak 90% dari seluruh nelayan di dunia adalah nelayan skala kecil yang bekerja dengan kapal kecil dengan daerah operasi yang dekat dengan pantai (Dyer and McGoodwin 1994). Nelayan-nelayan ini selalu mempunyai pemahaman tertentu tentang ekosistem laut yang mereka manfaatkan dan selalu juga mempunyai ide tentang bagaimana sebaiknya perikanan mereka dikelola (Dyer and McGoodwin 1994). Pengelola KKP perlu memahami dan menghargai pengetahuan dan kearifan nelayan setempat.
1.1.1 Kearifan lokal perikanan tangkap
Terjadinya penangkapan ikan berlebih atau overfishing sebenarnya dapat dicegah. Beberapa masyarakat budaya memiliki cara untuk mengelola perikanan untuk menghindari terjadinya overfishing. Sebagai contoh, banyak masyarakat perikanan tradisional di Kepulauan Pasifik mengelola penangkapan ikan mereka lebih baik dibandingkan dengan di Karibia. Beberapa masyarakat Pulau Pasifik mempunyai tradisi penangkapan ikan yang berkelanjutan selama 3500 tahun tanpa gejala dampak buruk terhadap komunitas ikan (Dalzell and Adams 1997; Dalzell 1998). Orang Palau dan Yapese, sebagai contoh, mempunyai aturan tradisional yang ketat untuk menjaga sumberdaya perikanan mereka.
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Kode Modul KKP.KP.03.001.01
1.1.2 Beberapa contoh kearifan lokal
Kasus 1: Kearifan Lokal Masyarakat Hawai'i
Di Kepulauan Hawaii, dimana masyarakat menerapkan kearifan lokal, jumlah ikan yang ditangkap sama banyaknya dengan jumlah ikan dari kawasan yang dilindungi secara penuh. Hasil tangkapan mencapai dua kali lebih besar dibandingkan dengan hasil tangkapan yang sebagian dilindungi oleh Peraturan Pemerintah dan lebih besar dari kawasan yang tidak dilingungi sama sekali. Mengapa praktek yang diterapkan masyarakat tradisional tampak lebih efektif?
Seperti yang dijelaskan Birkeland and Friedlander (2001), kearifan lokal masyarakat Hawaii dalam pengaturan penangkapan ikan tidak berdasarkan kuota, tetapi lebih didasarkan pada penutupan waktu dan tempat penangkapan ikan sehingga tidak menggangu pemijahan ikan. Oleh karena itu, kawasan tempat ikan melakukan reproduksi atau tempat pemijahan (spawning ground) sangat dilindungi. Selanjutnya dalam perlindungan area pemijahan, beberapa spesies langka tertentu juga dilindungi oleh aturan khusus. Sebelum tahun 1800s, sebagian besar populasi Hawaii tidak diperbolehkan memakan ulua (giant trevally), kumu (ikan lele), dan honu (penyu hijau). Sebagai tambahan, ikan mo’i (Pacific threadfin) diperlakukan khusus sebagai ikan bagi para kepala kampung. Spesies tersebut merupakan jenis yang rentan terhadap overfishing. Moi merupakan ikan yang sangat digemari namun jumlahnya menjadi sangat berkurang dan bahkan sudah dalam kondisi overfishing. Sekarang ini, mo’i banyak dihasilkan dari kegiatan perikanan budidaya atau akuakultur. Penduduk Hawaii juga menjaga ketat peraturan dan tata nilai sosial yang berhubungan dengan kegiatan penangkapan ikan. Nelayan muda diminta untuk memperhatikan bagaimana nelayan tua bekerja (menangkap ikan) dan menangani ikan. Nelayan muda tidak diperbolehkan menangkap ikan hingga mereka menyelesaikan beberapa tahun ’magang’ atau berlatih pada nelayan tua, mempelajari sejarah, tingkah laku dan ekologi dari ikan. Perlu diketahui bahwa tata nilai budaya yang berlaku di kalangan masyarakat lokal biasanya lebih efektif dibandingkan dengan peraturan yang dibuat Pemerintah.
Budaya penduduk Hawaii secara umum menjunjung tinggi warisan, hak, dan manajemen yang bertanggungjawab terhadap sumberdaya. Hal ini mungkin berkaitan dengan fakta bahwa budaya Hawaii (Polynesia) yang berkembang di pulau-pulau kecil dimana dampak overfishing terhadap sumberdaya yang umumnya terbatas akan sangat jelas terlihat atau dirasakan setiap orang. Memang tidak semua budaya pulau berkembang menjadi manajemen yang efektif, namun budaya pulau tersebut pada akhirnya menjadi efektif karena praktek-praktek yang berkelanjutan.
Pada beberapa tahun ini, kearifan lokal tersebut menghilang. Banyak nelayan muda sekarang mengaku memiliki hak untuk menangkap ikan sebanyak yang mereka inginkan di mana saja. Hal ini merupakan konsekuensi dari pengaruh budaya modern Amerika di Kepulauan Hawaii. Budaya Amerika menyatu dengan bentang alam daratan (lansekap) yang sangat luas dengan sumberdayanya dan terlihat tidak terbatas. Budaya Amerika ini berkembang dan menjadi tidak cocok dengan pengelolaan untuk sumberdaya yang jumlahnya terbatas. Budaya Amerika menganut pendekatan “winner-take-all”, tanpa memikirkan apa yang terbaik bagi masyarakat atau generasi selanjutnya.
Kasus 2: Kearifan Lokal Mayarakat Buen Hombre, Republik Dominika
Buen Hombre adalah sebuah desa kecil yang terletak di pantai utara Republik Dominika. Desa ini berada di antara kawasan mangrove yang belum terjamah, dan ekosistem terumbu karang yang beraneka ragam dan sangat vital di daerah Karibia, meskipun sudah dimanfaatkan secara intensif oleh nelayan desa lebih dari 100 tahun. Beberapa daerah ekosistem terumbu karang di daerah
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Kode Modul KKP.KP.03.001.01
Karibia sudah hancur akibat overfishing. Mengapa daerah Buen Hombre berbeda dari desa-desa lainnya?
Ada tiga alasan untuk menjelaskannya: Buen Hombre merupakan desa yang terisolasi, mempunyai mekanisme sosial yang sangat kuat dalam mengendalikan jumlah populasi desa dan nelayan memiliki etika konservasi laut yang kuat.
Nelayan di Buen Hombre lebih suka melaut berkelompok, ti dak sendirian. Mereka biasanya melaut setiap hari dalam sebuah tim kerabat nelayan yang membolehkan peralatan milik pribadinya dipakai bersama (yaitu alat tangkap, kapal, dan motor) karena peralatan tersebut jarang dimiliki oleh setiap nelayan. Para nelayan juga mendirikan sebuah asosiasi sukarela nelayan. Nelayan muda harus magang beberapa tahun sebelum menjadi nelayan mandiri yang sesungguhnya. Mereka mengenal empat tingkatan nelayan: pemagang, pelaut aktif, pengrajin, dan penasehat (mantan nelayan senior yang memberikan nasehat kepada nelayan muda). Ketika seorang nelayan bergabung menjadi anggota asosiasi sukarela, dia harus menjalankan kewajiban sosial dan tanggung jawab untuk mendidik anggota baru, menjaga peralatan penangkapan ikan, mengawasi keselamatan dan kesejahteraan nelayan lain ketika sedang melaut, menggalang persatuan, dan menjaga perilaku nelayan menurut adat-istiadat yang berlaku pada masyarakat (Stoffle et al. dalam Chapter 5 of Dyer and McGoodwin 1994).
Beberapa contoh praktek berkelanjutan yang diadopsi oleh Himpunan Nelayan Buen Hombre: (1) Ikan kecil tidak ditangkap. Nelayan Buen Hombre sangat paham bahwa ikan kecil
seharusnya tidak ditangkap agar dapat tumbuh dan berkembang. Hal ini diajarkan nelayan tua kepada nelayan muda.
(2) Hasil tangkapan yang beragam. Tidak ada nelayan yang hanya menangkap satu jenis ikan. Hasil tangkapan harian bermacam-macam, seperti ikan kakak tua, kerapu, kepiting, lobster, dan jenis lainnya.
(3) Daerah operasi yang beragam. Nelayan beroperasi di lokasi yang lebih luas sesuai dengan perubahan kondisi cuaca dan bahan bakar yang tersedia. Sebaran ini menyebabkan berkurangnya tekanan penangkapan ikan di daerah tertentu.
(4) Nelayan tidak mematahkan terumbu karang. (5) Nelayan tidak boleh menggunakan compressor.
(6) Nelayan tidak boleh mengoperasikan chinchorro, sejenis jaring panjang yang diseret. (7) Tidak diperbolehkan memotong atau menebang mangrove.
(8) Nelayan mengutamakan pendidikan anak-anaknya.
(9) Nelayan tidak boleh menangkap ikan yang sedang bertelur.
(10) Nelayan memiliki rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap sumberdaya perairan. Mereka melawan tindakan merugikan yang dilakukan oleh pihak-pihak luar.
(11) Nelayan memandang pegawai pemerintah sebagai salah satu sumberdaya yang membantu. Ketika ditanya apa yang mereka lakukan jika terjadi overfishing, jawaban mereka adalah ”Kami mencoba dan berbicara dengan pihak pemerintahan”.
(12) Sebagian besar nelayan memiliki mata pencaharian bertani, mereka memanfaatkan dua jenis sumberdaya yang menguntungkan (ikan laut dan sawah). Pertanian memberikan alternatif penghasilan ketika ikan berkurang, memberikan waktu kepada ikan untuk memulihkan diri secara alami.
Nelayan Buen Hombre tidak kebal menghadapi tekanan dari daerah luar. Dalam wawancara, nelayan setempat hampir semuanya setuju bahwa dua hal utama yang mengancam sumber daya ikan adalah: (1) "chinchorros" (sejenis jaring tarik atau pukat) yang dioperasikan nelayan dari kampung lainnya, khususnya dari Monte Cristi, dan (2) alat kompresor yang dipakai nelayan untuk dapat
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Kode Modul KKP.KP.03.001.01
bertahan bekerja di bawah air dalam waktu lebih lama. Nelayan Buen Hombre dan Monte Cristi mempunyai sejumlah konflik yang berpotensi untuk saling bersinggungan: nelayan Buen Hombre mengancam akan memotong jaring nelayan Monte Cristi, sedangkan nelayan Monte Cristi menjawab jika mereka tidak menggunakan jaring maka mereka akan kelaparan. Respons nelayan Buen Hombre terhadap pernyataan tersebut adalah bahwa nelayan Monte Cristi harus menerima konsekuensi dari kegiatan overfishing di daerah perairannya. Nelayan Monte Cristi tetap berusaha untuk memasang jaring di daerah terumbu.
Pada suatu malam, sekelompok nelayan Buen Hombre keluar dengan kapal dan membawa pisau (untuk memotong jaring) untuk memantau perairan mereka. Nelayan Monte Cristi pada akhirnya juga menyerah. Aspek kritis/positif dari konfrontasi ini adalah klaim dari nelayan Buen Hombre didukung oleh data satelit dan pandangan mereka juga didukung oleh Pemerintah. Contoh ini merupakan ilustrasi yang sangat baik tentang keefektifan nelayan lokal dalam mempertahankan wilayah dan sumber daya ikan karena mereka tahu itu merupakan kepentingan bersama.
Kasus 3: Kearifan Lokal Nelayan Kerang di Louisiana, Amerika Serikat
Pemanenan kerang di laut di bagian selatan negara bagian Louisiana telah terjadi sejak tahun 1840-an, ketika nelayan kerang dari Eropa Timur pertama kali mendarat. Mereka berhasil mengembangkan pemanenan produktif dan berkelanjutan dari kerang Louisiana. Selama bertahun-tahun, mereka mengembangkan perkemahan tradisional yang merupakan kelompok-kelompok yang terdiri dari keluarga-keluarga masyarakat multi-generasi pemanen kerang. Perkemahan tersebut tertutup bagi masyarakat luar. Pada akhirnya, kegiatan yang berbasis tradisi keluarga ini dimasukan kevdalam hukum negara. Pada saat ini, nelayan kerang harus menyewa lokasi-lokasi dimana kerang terkonsentrasi dengan melimpah (oyster beds ground), membayar ijin kerja untuk menggarap oyster beds yang telah dimanfaatkan keluarga pemanen dari generasi ke generasi. Nelayan penyewa oyster
beds ground tersebut mempunyai rasa memiliki dan mencurahkan banyak waktu dan sumberdaya
untuk mengelola tempat tersebut. Mereka juga mendapat manfaat dari jaringan kerjasama yang luas diantara keluarga nelayan tradisional kerang. Perikanan kerang Louisiana memiliki produktivitas tertinggi di seluruh Teluk Meksiko (Bab 3 dari Dyer and McGoodwin 1994).
Sebaliknya, negara bagian tetangga (Mississippi) tidak ada sistem tradisi keluarga pemanen kerang dan sistem penyewaan tempat kerang jangka panjang. Nelayan kerang Mississippi terdiri dari banyak kelompok pendatang dan masyarakat setempat yang tidak punya komitmen jangka panjang terhadap perikanan kerang. Sebagai hasilnya, perikanan kerang Mississippi mengalami overfishing sehingga kurang produktif. Produksi kerang Mississippi sangat bervariasi sedangkan produksi kerang Louisiana lebih stabil. Kestabilan ini pada akhirnya menyebabkan nelayan Lousiana memiliki komitmen jangka panjang dan cara yang berkelanjutan untuk mendukung kehidupan mereka.
Kasus 4: Kearifan Lokal Masyarakat Pulau Kakarotan, Sulawesi Utara, Indonesia
Pulau Kakarotan, di bagian paling utara Kepulauan Sangihe-Talaud, adalah kawasan terumbu karang dengan jumlah penduduk sekitar 800 orang. Sistem buka tutup terumbu karang secara berkala, disebut mane’e, diterapkan setiap tahun. Satu dari sembilan area terumbu ditutup dalam jangka waktu tertentu, dan kemudian dibuka untuk dipanen ikannya untuk sebuah upacara tradisional. Praktek mane´e dimulai dengan sebuah pelarangan di sebuah area untuk semua aktivitas penangkapan. Pelarangan umumnya berlasung selama enam bulan, meskipun ini dapat bervariasi. Pemilihan lokasi dan waktu pelarangan diputuskan dalam sebuah pertemuan di antara pemuka adat masyarakat. Lokasi penutupan dilakukan slih berganti diantara lokasi dari tahun ke tahun. Pada
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Kode Modul KKP.KP.03.001.01
tahun belakangan ini, salah satu lokasi terbesar mane’e (~ 50 ha) telah ditutup beberapa kali. Batasan dari area terbesar ini berkisar dari garis pantai sampai ke dasar lereng terumbu. Selama surut terendah dari bulan tertentu, masyarakat secara berkelompok memanen area tertutup tersebut untuk meyediakan ikan untuk makan malam besar.
Faktor sosial yang kaku seringkali dipengaruhi oleh tempat dan waktu ketika suatu larangan yang bersifat tabu diterapkan. Pesta perayaan tahunan di desa umumnya ditentukan oleh l ama waktu suatu lokasi ditutup dan faktor sosial lainnya, seperti penyesuaian dengan kehadiran pejabat pemerintah, yang kemudian menentukan juga lokasi mana yang dipilih akan ditutup. Selain ikan, kondisi lingkungan juga dipengaruhi oleh larangan Kakarotan, yaitu ketika pemuka adat memutuskan untuk tetap menutup lokasi sepanjang tahun 1998-1999 sehubungan dengan peristiwa pemutihan
karang (coral bleaching) akibat El Niño.
Ada sanksi yang akan diberikan kepada pelanggar: sebuah peringatan diberikan pada pel anggaran pertama dan sanksi keras pada pelanggaran kedua. Kebanyakan area mane’e dapat dilihat sangat jelas oleh masyarakat dan nelayan melaut dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas10-20 kano. Oleh karena itu sangat sulit bagi setiap individu untuk melanggar peraturan yang ada karena dengan cara demikian masyarakat memiliki peluang yang tinggi untuk mendeteksi dan melaporkan setiap kejadian pelanggaran.
Hingga kini, biomassa dan rata-rata ukuran ikan lebih besar di lokasi yang secara periodik ditutup dibandingkan dengan lokasi yang terbuka sepanjang tahun (Cinner et al., 2005). Kearifan lokal ini berhasil karena pemuka desa mempunyai kewenangan dan otonomi dalam mengembangkan dan mengadaptasi aturan untuk mengubah lokasi dan jangka waktu penutupan untuk merefleksikan kondisi sosial ekologi. Pertimbangan dimana, kapan dan berapa lam jangka waktu penutupan diterapkan, pembuat keputusan menggunakan pemahaman sistem sosial ekologi untuk menginterpretasikan tingkat indikator sosial dan ekologi, biasanya merujuk pada pengetahuan ekologi tradisional.
1.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan mengapa beberapa masyarakat mengembangkan kearifan lokal yang efektif
1.2.1 Masyarakat Sumberdaya Alam
Apakah masyarakat nelayan tradisional selalu mengembangkan pengendalian yang efektif? Tidak selalu. Untuk setiap tradisi yang mengelola untuk menjaga perikanannya, kita dapat menyimpulkan bahwa overfishing telah terjadi. Seringkali, budaya pulau atau budaya yang terisolasi memperlihatkan kecenderungan untuk mengembangkan pengendalian tradisional yang efektif karena mereka mempunyai sumberdaya alam yang sangat terbatas. Mereka mempelajari cara-cara memanfaatkan sumberdaya tersebut secara bijaksana. Masyarakat pulau yang tidak memanfaatkan sumberdaya secara berkelanjutan, seperti Pulau Paskah atau Pulau Easter di Samudera Pasifik, yang pada akhirnya punah. Kelihatannya masyarakat dengan tradisi yang berkembang di benua yang luas, seperti Amerika Serikat, harus belajar kepada masyarakat pulau yang menerapkan pendekatan konservasi.
Faktor lain muncul seperti konservasi di lokasi tertentu di mana nelayan dapat mengambil seluruh sumberdaya yang ada di lingkungan. Sebagai contoh, di timur Kanada, beberapa nelayan ikan salmon hanya melihat salmon selama beberapa minggu dalam setahun, yaitu ketika salmon melakukan migrasi melintasi perkampungan nelayan. Sementara itu, nelayan salmon di lokasi-lokasi lainnya melihat ikan salmon pada berbagai tahap daur hidupnya, misalnya ketika salmon akan
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Kode Modul KKP.KP.03.001.01
memijah di hulu sungai dan ketika salmon bergerak ke hilir keluar kembali ke laut, dan akan kembali lagi ketika melakukan migrasi berikutnya. Wawancara dengan kedua jenis nelayan tersebut menunjukkan bahwa kelompok nelayan pertama tidak percaya bahwa stok salmon menurun. Mengapa demikian? Mereka tidak mendalami hubungan antara ukuran salmon dan kondisi sungai yang digunakan salmon untuk memijah, dan mereka tidak mempercayai alasan staf pemerintah yang menyatakan bahwa penangkapan salmon harus dibatasi. Tetapi kelompok nelayan kedua mepunyai lebih banyak gambaran tentang daur hidup salmon, dan mereka menyadari adanya penurunan stok salmon (Felt 1994, Bab 10 pada Dyer dan McGoodwin 1994).
Hal serupa terjadi pada penangkap lobster Maine. Nelayan ini terkenal dengan komitmen mereka untuk meninggalkan lobster yang berukuran kecil dan juga telurnya. Komitmen ini terbentuk karena nelayan lobster Maine telah berulang kali melihat dampak lokal dari overfishing. Lobster umumnya hidup menetap di tempat tertentu, sehingga banyak nelayan berpengalaman dapat dengan mudah memastikan bahwa sudah tidak ada lagi lobster yang tertinggal. Dengan pengalaman pribadi ini, mereka menjadi yakin bahwa populasi lobster berada dalam ancaman overfishing, dan pengendalian terhadap penangkapan lobster akan sangat membantu keberlanjutan bisnis mereka (Palmer 1994, Bab 9 pada Dyer dan McGoodwin 1994).
Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa ketika nelayan dapat melihat langsung bahwa jenis ikan tertentu benar-benar terancam punah, mereka akan lebih mudah memahai bahwa pembatasan atau pengendalian penangkapan akan cepat memberikan manfaat positif terhadap hasil tangkapan di kemudian hari.
Sebuah masyarakat lokal yang sangat bergantung pada sumberdaya alam tertentu cenderung mengembangkan kepedulian yang tinggi terhadap kesehatan sumberdaya dan tingkat produktivitasnya. Masyarakat seperti itu dapat disebut masyarakat sumberdaya alam (natural
resource community, NRC). NRC biasanya menggunakan sumberdaya alam dalam sebuah antisipasi
daur tahunan secara berkala, persiapan, panen dan pemanfaatan. Orang-orang yang ada dalam NRC seringkali bekerjasama secara intensif selama fase tersibuk, dan mempunyai nilai sosial yang kuat dan ikatan generasi yang menjembatani ilmu pengetahuan dan tradisi ke generasi selanjutnya. Mereka seringkali mengembangkan kelompok masyarakat yang secara sosial tertutup bagi penduduk luar. Ikatan yang kuat tersebut mendorong pendekatan berbasis masyarakat menggunakan sumberdaya, dan peka terhadap pentingnya menjaga sumberdaya untuk generasi selanjutnya.
1.3 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan contoh praktek pengelolaan perikanan yang masih diterapkan masyarakat secara tradisional
Latihan 5.1: Kearifan lokal di Indonesia
Tujuan: ”Mengidentifikasi rezim manajemen perikanan tradisional yang masih ada atau dibangkitkan kembali sebagai upaya menghadapi tekanan penangkapan ikan yang berlebihan.” Petunjuk:
(1) Gunakan waktu 10 menit untuk menulis contoh-contoh yang anda ketahui di daerah anda dimana masyarakat nelayan mengembangkan kearifan lokal jangka panjang terhadap sumberdaya perikanan; atau telah mengubah perilaku mereka atau manajemen dalam menanggapi overfishing.
(2) Gunakan waktu 30 menit untuk mendiskusikan pengalaman anda bersama peserta lainnya di kelas.