• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR-DASAR PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DASAR-DASAR PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

DASAR-DASAR PENGELOLAAN KAWASAN

KONSERVASI PERAIRAN

BUKU INFORMASI

MENJELASKAN BEBERAPA PROSES DAN INTERAKSI

PENTING PADA EKOSISTEM LAUT

KKP.02.001.01

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PUSAT PELATIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

(2)
(3)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: idari 63

KATA PENGANTAR

Indonesia merupakan negara kaya dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang ada di dalam berbagai jenis perairan yang luasnya hampir mencapai 75% dari luas wilayah Indonesia. Indonesia adalah negara peringkat kedua yang memiliki terumbu karang terluas di dunia setelah Australia. Wilayah Indonesia juga merupakan pusat keanekaragaman hayati yag sangat tinggi pada segitiga terumbu karang dunia yang terkenal dengan sebutan “the Coral Triangle”. Sekarang kawasan ini memiliki tantangan berupa degradasi ekosistem laut sehingga konservasi akan berperan penting dalam mengimbangi dampak dari eksploitasi berupa kelangkaan sumber daya ikan dan degradasi ekosistem laut yang timbul karena berbagai kegiatan manusia.

Kementerian Kelautan dan Perikanan mencanangkan Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar pada tahun 2015. Pencanangan ini tentunya bermakna bahwa poduksi perikanan tangkap perlu ditingkatkan. Jika tidak diimbangi oleh semangat untuk mewujudkan keberlanjutan, maka upaya pencanangan tersebut akan menimbulkan krisis perikanan. Oleh sebab itu, perlu komitmen bersama untuk melakukan pelestarian sumber daya ikan dan konservasi lingkungan perairan dalam rangka menjaga keutuhan ekosistem yang sehat.

Kawasan konservasi perairan (KKP) adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Dari pengertian tersebut jelas adanya sinergi dan harmoni di antara konservasi dan pengelolaan sumber daya ikan. Oleh karena itu, salah satu cara yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mewujudkan pengelolaan dan konservasi sumber daya ikan adalah dengan memprakarsai dan memfasilitasi gagasan pembentukan kawasan konservasi perairan (KKP) di berbagai tempat. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menentukan sasaran kawasan konservasi perairan seluas 10 juta hektar pada tahun 2010 dan 20 juta hektar pada tahun 2020.

Keberhasilan pengelola KKP sangat ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten di berbagai bidang dan disiplin ilmu terkait. Untuk itu diperlukan serangkaian program pelatihan yang diselenggarakan oleh para pelatih yang mengajar dengan modul pelatihan berbasis kompetensi dalam proses pembelajaran yang efektif.

Dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia tersebut, 32 orang pelatih (berasal dari lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP), Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulai Kecil (Ditjen KP3K), Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP), kalangan perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat) mengikuti kegiatan Training of Trainers untuk Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar atau Training of Trainer in Marine Protected Areas 101 di Balai Diklat Perikanan Aertembaga dan Balai Diklat Perikanan Tegal pada bulan Juli – Agustus 2010. Sebagian dari pelatih tersebut selanjutnya telah melatih para calon pengelola kawasan konservasi perairan di Balai Diklat Perikanan Banyuwangi dan Balai Diklat Perikanan Belawan masing-masing berturut-turut pada bulan November 2010 dan Februari 2011. Seluruh rangkaian pelatihan tersebut diselenggarakan oleh National Oceanographic and Atmsopheric Administration (NOAA) dan USAID-Coral Triangle Support Partnerships (USAID-CTSP) yang bekerjasama dengan Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan (Dit KKJI – KP3K) dan Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan (Puslat – BPSDM KP). USAID-CTSP adalah sebuah kegiatan USAID yang pelaksanaannya melibatkan sebuah konsorsium yang terdiri dari tiga lembaga swadaya masyarakat internasional, yaitu Conservation International, The Nature Conservancy, dan World Wildlife Fund.

(4)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: iidari 63

Guna menunjang keberhasilan pelatihan–pelatihan di bidang konsevasi perairan selanjutnya, maka dilakukan adaptasi terhadap bahan pelatihan yang dipakai dalam ToT MPA-101 menjadi Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi di bidang Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan. Adaptasi bahan pelatihan ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.21/MEN/X/2007 tentang Tata Cara Penetapan Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang telah diadopsi oleh Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan cq.Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan. Modul yang disajikan dalam dokumen ini berjudul: ”Modul Pelatihan

Berbasis Kompetesi Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan” untuk unit kompetensi: ”Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting Pada Ekosistem Laut”.

Semoga modul pelatihan ini bermanfaat bagi para pelatih, peserta pelatihan, dan para pengelola kawasan konservasi perairan serta para pembaca pada umumnya.

Jakarta, November 2011

Kepala Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan

Drs. Mulyoto, MM.

(5)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: iiidari 63

UCAPAN TERIMA KASIH

Tim Adaptasi Materi Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, baik perorangan maupun institusi, yang memungkinkan tersusunnya draft kurikulum ini. Mereka di antaranya adalah:

(1) Pimpinan USAID- Indonesia yang memberikan arahan implementasi kegiatan Coral Triangle Support Partnerships (USAID-CTSP) dalam mendukung program pengembangan kapasitas sumber daya manusia untuk pengelolaan kawasan konservasi peraiaran di Indonesia. (2) Ms Anne Walton dari dari International MPA Capacity Building Program, National Oceanic

and Atmospheric Administration (NOAA) yang pertama menyusun dan selalu mengembangkan modul pelatihan ini, menerapkannya dalam berbagai kegiatan pelatihan dan berkenan berbagi ilmu serta pengalamannya yang luar biasa kepada kami di Indonesia. (3) Tim Pengembangan Pengelolaan Kawasan Konservasi Kepala Burung yang terdiri dari

Conservation International Indonesia, the Nature Conservancy, dan World Wild Fund, sebagai pihak pertama bersama NOAA yang melaksanakan kegiatan pelatihan MPA 101 di kawasan Kepala Burung dan Indonesia dan berkenan untuk berbagi pengalaman untuk dijadikan model pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia .

(4) Mr Jason Phillibotte, MSc (NOAA), Bapak Asril Djunaidi, MSc (CI Indonesia), Ibu Meity Mongdong, IK (CI Indonesia), Bapak Arisetiarso Soemodinoto, PhD (TNC) sebagai pelatih dalam penyelenggaraan rangkaian Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar di Aertembaga (Sulawesi Utara), Tegal (Jawa Tengah), Banyuwangi (Jawa Timur) dan Belawan (Sumatera Utara).

(5) Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Dit KKJI – Ditjen KP3K).

(6) Kepala Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan – Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (Puslat - BPSDM-KP).

(7) Para Widyaiswara di lingkungan Puslat Kelautan dan Perikanan – BPSDM KP (8) Para pelatih lulusan ToT MPA101 di Balai Diklat Perikanan Aertembaga dan Tegal.

(9) Para nara sumber dan panitia pelatihan ToT MPA101 dan Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar di Balai Diklat Perikanan Banyuwangi, Belawan dan Tegal, di antaranya adalah Ms Tamra Faris (ToT MPA101 di Aertembaga dan Tegal) dan Mr Edward Lindelof (Pelatihan MPA101 di Banyuwangi).

(10) Para peserta pelatihan ToT MPA101 di Aertembaga dan Tegal dan Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Tingkat Dasar di Banyuwangi dan Belawan.

(11) Para mantan anggota Tim 11 yang dibentuk pada tahun 2009 oleh Direktur KKJI - Ditjen KP3K.

Jakarta, 15 Agustus 2011

Ketuda Tim Adaptasi Materi Pelatihan

(6)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: ivdari 63

TIM ADAPTASI MATERI PELATIHAN

Seperti dijelaskan dalam Kata Pengantar di muka, naskah materi pelatihan ini berasal dari manual yang disusun oleh Tim NOAA yang dipimpin oleh Ms Anne Walton dan Tim Conservation International Indonesia untuk kegiatan pengembangan pengelolaan kawasan konservasi perairan di

daerah Kepala Burung (Bird’s Heas Seascape – BHS). Manual tersebut kemudian dipakai sebagai materi pelatihan dalam dua kegiatan Pelatihan untuk Pelatih (Training for Trainers, ToT MPA101) pada tahun 2010. Setelah beberapa kali diterapkan dalam pelatihan di Banyuwangi, Belawan, Tegal dan Bitung, materi pelatihan ini kemudian diadaptasikan ke dalam format yang dikenali oleh para Widyaiswara di lingkungan BPSDM Kelautan dan Perikanan. Proses adaptasi ini difasilitasi oleh Conservation International Indonesia dengan pendanaan Program USAID-CTSP Indonesia sebagai tanggapan terhadap kebutuhan kurikulum untuk pelatihan konservasi perairan yang dikoordinasikan oleh Pusat Pelatihan BPSDM-KP.

Tim adaptasi materi pelatihan ToT MPA101 menjadi dokumen silabus kurikulum dan modul

pelatihan berbasis kompetensi ”Pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan”

No. Nama Institusi

1 Dr. M. Fedi A. Sondita Conservation International Indonesia / Institut Pertanian Bogor

2 Untung Widodo, M.Ed Tim 11 /Dit KKJI – Puslat BPSDM KP/ Widyaiswara Utama

3 Dr. Tiene Gunawan Conservation International Indonesia 4 Pusat Pelatihan BPSDM KP

(7)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: vdari 63

DAFTAR ISI

BAB I STANDAR KOMPETENSI KHUSUS (SKK) DAN SILABUS PELATIHAN

MENJELASKAN BEBERAPA PROSES DAN INTERAKSI PENTING PADA

EKOSISTEM LAUT...1

A Standar Kompetensi Kerja Khusus (SKK)...1

Batasan Variabel ...2

Panduan Penilaian...4

Kaitan dengan unit kompetensi lain ...6

Kompetensi kunci...6

B Unit Kompetensi Prasyarat ...6

C Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi ...7

BAB II MATERI UNIT KOMPETENSI MENJELASKAN BEBERAPA PROSES DAN

INTERAKSI PENTING PADA EKOSISTEM LAUT ...14

A Latar Belakang...14

B Tujuan...14

C Ruang Lingkup ...14

D Peristilahan ...14

E Diagram Alir Pencapaian Kompetensi ...16

MATERI UNIT KOMPETENSI ...17

1

Elemen Kompetensi: Menjelaskan proses dan interaksi biologi di dalam

ekosistem laut ...17

1.1

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan pengertian ekosistem...17

1.2

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan

pengelola ekosistem ...18

1.3

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan proses respirasi dan proses lainnya ...18

2

Elemen Kompetensi: Menjelaskan proses dan pengaruh faktor

oseanografis ...20

2.1

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan fenomena pasang surut dan arus pasang

surut ...20

2.2

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan fenomena arus air ...21

2.3

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan fenomena gelombang laut ...23

3

Elemen Kompetensi: Mengidentifikasi jenis-jenis habitat perairan dan

menjelaskan pedoman umum pengelolaannya...23

3.1

Aspek Pengetahuan: Menyebutkan jenis-jenis habitat perairan dan

ciri-cirinya serta menjelaskan pedoman umum pengelolaannya...23

3.1.1

Terumbu Karang ...23

3.1.2

Padang Lamun ...24

3.1.3

Hutan Mangrove...24

3.1.4

Muara dan Laguna ...26

3.2

Aspek Keterampilan: Mengidentifikasi dan membuat daftar jenis - jenis

ekosistem kunci di suatu kawasan dan menggambarkan lokasi atau luasannya

dalam sebuah peta ...26

(8)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: vidari 63

3.3

Aspek Sikap: Mengidentifikasi dan mendaftarkan jenis -jenis ekosistem

dengan tepat...27

4

Elemen Kompetensi: Menjelaskan interaksi antar trofik ...27

4.1

Aspek Pengetahuan: Menyebutkan kelompok biota laut berdasarkan jenis

-jenis trofik dalam ekosistem ...27

4.1.1

Produsen primer ...28

4.1.2

Pemakan tumbuhan atau konsumen tingkat pertama ...28

4.1.3

Ikan dan avertebrata laut ...29

4.1.4

Komunitas bentik...30

4.1.5

Komunitas demersal ...31

4.1.6

Komunitas pelagis...31

4.1.7

Burung air, mamalia laut, dan penyu ...32

4.2

Aspek Keterampilan: Menyusun sejarah yang dialami ekosistem dan

mempertimbangkan sejarah tersebut untuk membangun kawasan konservasi

perairan...32

4.3

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan jejaring makanan dan stabilitas ekosistem

laut ...33

4.3.1

Transfer energi melalui jejaring makanan...33

4.3.2

Keanekaragaman hayati ...35

4.4

Aspek Keterampilan: Membuat gambar tentang transfer energi melalui

jejaring makanan ...35

5

Elemen Kompetensi: Menjelaskan perubahan musiman dan perubahan

jangka panjang yang terjadi pada ekosistem laut ...36

5.1

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan perubahan musiman dan jangka panjang

pada ekosistem laut...36

5.1.1

Upwelling di Samudra Hindia dan kawasan Indonesia ...36

5.1.2

Perubahan iklim ...37

5.1.3

El Nino dan Osilasi Selatan (ENSO) ...39

5.1.4

Berkurangnya stok ikan ...40

5.1.5

Eutrofikasi ...40

5.1.6

Pencemaran limbah beracun ...40

5.1.7

Spesies eksotik dan invasif ...41

5.1.8

Biostatus belum ditentukan ...42

5.1.9

Ledakan populasi alga beracun ...43

5.2

Aspek Keterampilan: Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengancam

ekosistem di dalam kawasan konservasi perairan ...44

6

Elemen Kompetensi: Menjelaskan keterkaitan di antara beberapa

ekosistem laut dan antara ekosistem laut dan ekosistem daratan ...45

6.1

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan keterkaitan antar ekosistem laut ...45

6.2

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan keterkaitan antara ekosistem laut dan

darat...46

6.3

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan pengelolaan berbasis ekosistem ...46

6.4

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan konsep kesehatan dan keutuhan

ekosistem ...49

(9)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: viidari 63

6.5

Aspek Sikap: Menyetujui bahwa sumber daya alam sebaiknya dikelola

dengan pendekatan berbasis ekosistem karena terdapat sejumlah proses dan

interaksi yang kuat di antara komponen pembangunan ekosistem ...51

BAB III SUMBER-SUMBER LAIN YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN

KOMPETENSI ...52

A SUMBER KEPUSTAKAAN ...52

B MATERI PELATIH ...53

C MEDIA VISUAL ...53

D DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN...53

1 Daftar peralatan/mesin...53

(10)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 1dari 63

BAB I

STANDAR KOMPETENSI KHUSUS (SKK) DAN SILABUS PELATIHAN

MENJELASKAN BEBERAPA PROSES DAN INTERAKSI PENTING PADA

EKOSISTEM LAUT

A Standar Kompetensi Kerja Khusus (SKK)

KODE UNIT : KKP.02.001.01

JUDUL UNIT : Menjelaskan beberapa proses dan interaksi penting yang terjadi di dalam ekosistem laut.

DESKRIPSI UNIT : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk membangun pengelolaan yang efektif pada suatu kawasan konservasi perairan dengan cara memberikan pemahaman tentang proses dan interaksi yang terjadi di dalam ekosistem laut. Pembahasan mencakup proses dan interaksi biologi di dalam ekosistem laut, proses dan pengaruh faktor oseanografis, jenis-jenis habitat perairan dan menjelaskan pedoman umum pengelolaannya, interaksi antar trofi, perubahan musiman dan perubahan jangka panjang yang terjadi pada ekosistem laut, dan keterkaitan di antara beberapa ekosistem laut dan antara ekosistem laut dan ekosistem daratan.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

(1) Menjelaskan proses biologis di dalam ekosistem laut

(1) Pengertian ekosistem dijelaskan

(2) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengelola ekosistem dijelaskan

(3) Proses respirasi dan proses lainnya dijelaskan (2) Menjelaskan proses dan

pengaruh faktor oseanografis

(4) Proses dan pengaruh os eanografis dijelaskan

(3) Mengidentifikasi jenis-jenis habitat perairan dan menjelaskan pedoman umum pengelolaannya

(5) Jenis-jenis habitat dan panduan pengelolaannya dijelaskan (6) Daftar dan gambar lokasi atau luasan beberapa ekosistem

kunci ditunjukkan dalam sebuah peta

(4) Menjelaskan interaksi antar trofik (7) Jenis-jenis trofik diidentifikasi dan interaksi di antaranya dijelaskan

(8) Sejarah yang dialami ekosistem diceritakan dan sejarah tersebut dipertimbangkan untuk membangun kawasan konservasi perairan

(9) Jejaring makanan dijelaskan

(10) Konsep stabilitas ekosistem laut dijelaskan (11) Gambar jejaring makanan ditunjukkan

(12) Pentingnya kelestarian ekosistem dalam menunjang kehidupan manusia diungkapkan.

(11)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 2dari 63

Batasan Variabel

1 Unit kompetensi ini berlaku untuk mengenal beberapa proses dan interaksi penting yang terjadi di dalam ekosistem laut. Parameter unit kompetensi tersebut di antaranya adalah:

(1) Memahami definisi ekosistem laut, serta memahami proses dan interaksi yang terjadi di dalamnya.

(2) Mengetahui beberapa jenis habitat laut yang ada di kawasan konservasi perairan.

(3) Mengetahui interaksi antar trofik, konsekuensi dari ketidak-seimbangan ekosistem menurut konsep kestabilan jejaring makanan.

(4) Memahami perubahan-perubahan yang terjadi di alam dan konsekuensinya terhadap ekosistem laut.

(5) Memahami pengaruh berbagai faktor terhadap keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi perairan.

2 Perlengkapan yang dibutuhkan agar modul ini dapat dipelajari secara efektif mencakup:

(1) Sebuah ruang pelatihan yang dapat mengakomodasi 35 orang, dan ruang gerak yang luas untuk simulasi dengan perlengkapan berupa:

(2) 5 buah meja berbentuk lingkaran untuk peserta yang masing-masing dapat mengakomodasi hingga 6 orang

(3) 1 buah meja berbentuk lingkaran untuk tim pelatih, hingga 6 orang (4) 2 papan tulis besar

(5) 5 buah flipchart dan standar. (6) 1 buah dispenser air minum (7) 1 buah komputer

(8) 1 buah printer

(9) 1 buah rak buku untuk menyimpan bahan-bahan referensi, peta dan lain-lain. (10) 1 buah proyektor LCD

(11) 1 buah layar

(12) 5 buah papan tulis besar untuk memajang hasil pekerjaan peserta (13) 1 set sound system

(5) Menjelaskan perubahan musiman dan perubahan jangka panjang yang terjadi pada ekosistem laut

(13) Perubahan musiman dan jangka panjang pada ekosistem laut dijelaskan

(14) Faktor-faktor yang mengancam ekosistem di suatu KKP diungkapkan

(6) Menjelaskan keterkaitan di antara beberapa ekosistem laut

(15) Konektivitas antar ekosistem laut dijelaskan

(7) Menjelaskan keterkaitan di antara ekosistem laut dan darat

(16) Konektivitas antara sistem laut dan darat dijelaskan

(8) Menjelaskan pengelolaan berbasis ekosistem

(12)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 3dari 63

(14) 1 paket bahan-bahan habis dan alat tulis untuk 5 kelompok.

3 Tugas pekerjaan untuk menjelaskan beberapa proses dan interaksi penting yang terjadi di dalam ekosistem laut adalah:

(1) Menjelaskan definisi ekosistem laut, serta memahami proses dan interaksi yang terjadi di dalamnya.

(2) Menjelaskan beberapa jenis habitat laut yang ada di kawasan konservasi perairan.

(3) Menjelaskan interaksi antar trofik, konsekuensi dari ketidak-seimbangan ekosistem menurut konsep kestabilan jejaring makanan.

(4) Menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi di alam dan konsekuensinya terhadap ekosistem laut.

(5) Menjelaskan pengaruh berbagai faktor terhadap keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi perairan.

4 Peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan ekosistem laut dan interaksinya adalah:

(1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

(2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

(3) Undang-Undang nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

(4) Undang-Undang No 31 2004 Tentang Perikanan yang telah diubah menjadi UU No 45 Tahun 2009

(5) Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam

(6) Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut

(7) Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom

(8) Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2007 Tentang Konsrvasi Sumberdaya ikan (9) Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 tentang Sistem Pelatihan Nasional

(10) PERMEN KP .17/MEN/2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(11) PERMEN KP No 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(12) PERMEN KP No 17/2008 Tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(13) PERMEN NAKERTRANS Nomor PER.21/MEN/X/2007.Tentang Tata Cara Penetapan Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

(14) PERMEN KP.Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Kawasan Konservasi Perairan (laut) dan Perikanan Berkelanjutan

(13)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 4dari 63

Panduan Penilaian

1 Penjelasan penilaian

Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya yang mungkin diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini :

KKP. 01.002.01 Pengenalan Kawasan Konservasi Perairan

2 Kondisi penilaian

Kondisi penilaian yang merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi yang terkait adalah:

(1) Menjelaskan definisi ekosistem laut, serta memahami proses dan interaksi yang terjadi di dalamnya.

(2) Menjelaskan beberapa jenis habitat laut yang ada di kawasan konservasi perairan: mengidentifikasi, mendaftar dan menggambar lokasi atau luasan ekosistem dalam sebuah peta (Latihan 2.1).

(3) Menjelaskan interaksi antar trofik, konsekuensi dari ketidak-seimbangan ekosistem menurut konsep kestabilan jejaring makanan: Menggambar transfer energi melalui jejaring makanan (Latihan 2.3)

(4) Menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi di alam dan konsekuensinya terhadap ekosistem laut: Menyusun sejarah suatu sumber daya atau ekosistem (Latihan 2.2a) (5) Menjelaskan pengaruh berbagai faktor terhadap keberhasilan pe ngelolaan kawasan

konservasi perairan: Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengancam ekosistem di dalam kawasan konservasi perairan (Latihan 2.4)

Penilaian dapat dilakukan dengan cara lisan, tertulis, ketika praktek, baik secara perorangan maupun kelompok ketika review atau evaluasi dilakukan.

3 Pengetahuan yang dibutuhkan

Pengetahuan yang dibutuhkan untuk unit kompetensi ini adalah sebagai berikut: (1) Pengertian ekosistem

(2) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengelola ekosistem (3) Proses respirasi dan proses lainnya

(4) Pasang surut (5) Arus laut (6) Gelombang (1) Terumbu karang (2) Padang lamun (3) Hutan mangrove

(14)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 5dari 63

(4) Muara dan laguna

(5) Jenis-jenis trofik dalam ekosistem laut

(6) Rantai makanan antar jenis trofik dalam ekosistem laut (7) Siklus hidup biota laut

(8) Jejaring makanan dan stabilitas ekosistem laut (9) Keanekaragaman hayati dan stabilitas ekosistem laut (10) Upwelling di Samudera Hindia dan kawasan Indonesia (11) Perubahan iklim

(12) ENSO

(13) Berkurangnya stok perikanan (14) Eutrofikasi

(15) Pencemaran limbah beracun (16) Jenis biota eksotik invasif (17) Ledakan populasi alga beracun (18) Konektivitas ekologi

(19) Konektivitas sosial dan ekonomi (20) Konektivitas pengelolaan (21) Interaksi darat-laut

(22) Pengelolaan berbasis ekosistem (23) Kesehatan dan keutuhan ekosistem

4 Keterampilan yang dibutuhkan

Keterampilan yang dibutuhkan untuk unit kompetensi ini adalah sebagai berikut:

(1) Mengidentifikasi, mendaftar dan menggambar lokasi atau luasan ekosistem dalam sebuah peta

(2) Menyusun sejarah suatu sumber daya atau ekosistem

(3) Manfaat sejarah untuk membangun kawasan konservasi perairan (4) Menggambar transfer energi melalui jejaring makanan

(5) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengancam ekosistem di dalam kawasan konservasi

5 Aspek kritis

Aspek kritis untuk mengidentifikasi sikap peserta yang perlu diperhatikan dalam kompetensi ini, adalah:

(1) Menyadari bahwa setiap jenis hewan atau habitat mempunyai peran penting terhadap kehidupan di laut sehingga keberadaannya harus dipertahankan karena pada akhirnya dapat mengancam kepentingan manusia.

(15)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 6dari 63

(2) Menyadari bahwa berbagai faktor dapat mempengaruhi keberhasilan penge lolaan kawasan konservasi perairan.

(3) Menyadari bahwa konservasi sebenarnya merupakan upaya agar lingkungan dan sumber daya alam dapat dimanfaatkan umat manusia secara berkelanjutan, tidak bertentangan dengan kegiatan masyarkat pesisir atau nelaya.

Kaitan dengan unit kompetensi lain

Unit kompetensi lain terkait adalah:

1) KKP.01.001.01 Menerapkan Pembelajaran Partisipatip Interaktif

2) KKP.01 002.01 Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kompetensi kunci

B Unit Kompetensi Prasyarat

(tidak ada)

No Kompetensi kunci dalam unit ini Tingkat 1. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan informasi 2 2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 2 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara taktis 2 6. Memecahkan masalah 2 7. Menggunakan teknologi 2

(16)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KKL.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informai Versi: Agustus 2011 Halaman: 7 dari 63

C Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi

Judul Unit Kompetensi : Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut Kode Unit Kompetensi : KKP.02.001.01

Deskripsi Unit Kompetensi : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk membangun pengelolaan yang efektif pada suatu kawasan konservasi perairan dengan cara memberikan pemahaman tentang proses dan interaksi yang terjadi di dalam ekosistem laut. Pembahasan mencakup proses dan interaksi biologi di dalam ekosistem laut, proses dan pengaruh faktor oseanografis, jenis-jenis habitat perairan dan menjelaskan pedoman umum pengelolaannya, interaksi antar trofi, perubahan musiman dan perubahan jangka panjang yang terjadi pada ekosistem laut, dan keterkaitan di antara beberapa ekosistem laut dan antara ekosistem laut dan ekosistem daratan.

Prakiraan Waktu Pelatihan : 8,0 JP @ 45 menit Tabel Silabus Unit Kompetensi :

Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja Indikator Unjuk Kinerja

Materi Pelatihan Jumlah

Jam Pelatihan

Lama Pelatihan @ 45 menit

Pengetahuan Keterampilan Sikap Teori Praktek

Menjelaskan proses dan interaksi biologi di dalam ekosistem laut (1) Menjelaskan pengertian ekosistem (1.1) Dapat menejalaskan pengertian ekosistem Pengertian ekosistem (1.1.1) - - 0,25 - 0,25 Menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan pengelola

ekosistem (1.2)

Dapat menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan pengelola ekosistem

Beberapa hal yang harus diperhatikan pengelola

ekosistem (1.2.1)

(17)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KKL.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informai Versi: Agustus 2011 Halaman: 8 dari 63

Menjelaskan proses respirasi dan proses lainnya (1.3)

Dapat menjelaskan proses respirasi dan proses lainnya

proses respirasi dan proses lainnya (1.3.1) HO 2.1 : Pengembangan model ekosistem laut di BHS - - 0,50 - 0,50 Menjelaskan proses dan pengaruh faktor oseanografis (2) Menjelaskan fenomena pasang surut dan arus pasang surut (2.1)

Dapat menjelaskan fenomena pasang surut dan arus pasang surut

Fenomena pasang surut dan arus pasang surut (2.1.1)

- - 0,25 - 0,25

Menjelaskan fenomena arus air (2.2)

Dapat menjelaskan fenomena arus air

Fenomena arus air (2.2.1) - - 0,25 - 0,25 Menjelaskan fenomena gelombang laut (2.3) Dapat menjelaskan fenomena gelombang laut Fenomena gelombang laut (2.3.1) - - 0,25 - 0,25 Mengidentifikasi jenis-jenis habitat perairan dan menjelaskan pedoman umum pengelolaannya (3) Menyebutkan jenis-jenis habitat perairan dan ciri-cirinya serta menjelaskan pedoman umum pengelolaannya (3.1) Dapat menyebutkan jenis-jenis habitat perairan dan ciri-cirinya serta menjelaskan pedoman umum pengelolaannya Terumbu karang (3.1.1) Padang Lamun (3.1.1) Hutan Mangrove (3.1.3)

Muara dan Laguna (3.1.4)

(18)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KKL.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informai Versi: Agustus 2011 Halaman: 9 dari 63

Mengidentifikasi dan membuat daftar jenis- jenis ekosistem kunci di suatu kawasan dan menggambarkan lokasi atau luasannya dalam sebuah peta (3.2) Mampu mengidentifikasi dan membuat daftar jenis- jenis ekosistem kunci di suatu kawasan dan menggambarkan lokasi atau luasannya dalam sebuah peta (3.2) Latihan 2.1: Berapa banyak ekosistem yang dapat ditemukan di KKP Anda? - 0,25 0,50 0,75 Mengidentifikasi dan mendaftarkan jenis-jenis ekosistem dengan tepat (3.3) Mampu mengidentifikasi dan mendaftarkan jenis-jenis ekosistem dengan tepat - Mengidentifikasi dan mendaftarkan jenis-jenis ekosistem dengan tepat 0,25 - 0,25 Menjelaskan interaksi antar trofik (4) Menyebutkan kelompok biota laut berdasarkan jenis-jenis trofik dalam ekosistem (4.1)

Dapat menyebutkan kelompok biota laut berdasarkan jenis-jenis trofik dalam ekosistem Produsen primer (4.1.1) Pemakan tumbuhan atau konsumen tingkat pertama (4.1.2) Ikan dan avertebrata laut (4.1.3) Komunitas bentik (4.1.4) - - 0,50 - 0,50

(19)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KKL.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informai Versi: Agustus 2011 Halaman: 10 dari 63

Komunitas demersal (4.1.5) Komunitas pelagis (4.1.6)

Burung air, mamalia laut, dan penyu (4.1.7) HO 2.2 :

Penandaan satelit penyu sisik dan penyu hijau Menyusun sejarah yang dialami ekosistem dan mempertimbangkan sejarah tersebut untuk membangun kawasan konservasi perairan (4.2) Mampu menyusun sejarah yang dialami ekosistem dan mempertimbangkan sejarah tersebut untuk membangun kawasan konservasi perairan Latihan 2.2: Bercerita tentang masa lalu dan mengaitkannya dengan masa depan - 0,25 0,50 0,75 Menjelaskan jejaring makanan dan stabilitas ekosistem laut (4.3) Dapat menjelaskan jejaring makanan dan stabilitas ekosistem laut Transfer energi melalui jejaring makanan (4.3.1) Keanekaragaman hayati (4.3.2) - - 0,25 - 0,25 Membuat gambar tentang transfer energi melalui jejaring makanan (4.4) Mampu membuat gambar tentang transfer energi melalui jejaring makanan Latihan 2.3: Siapa makan siapa – memahami jejaring makanan di laut - 0,25 0,50 0,75

(20)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KKL.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informai Versi: Agustus 2011 Halaman: 11 dari 63

Menjelaskan perubahan musiman dan perubahan jangka panjang yang terjadi pada ekosistem laut (5) Menjelaskan perubahan musiman dan jangka panjang pada ekosistem laut (5.1)

Dapat menjelaskan perubahan musiman dan jangka panjang pada ekosistem laut

Upwelling di Samudra Hindia dan kawasan Indonesia (5.1.1) HO : Pengamatan suhu permukaan air laut di HBS Perubahan iklim (5.1.2)

El Nino dan Osilasi Selatan (ENSO) (5.1.3) Berkurangnya stok ikan (5.1.4) Eutrofikas (5.1.5)i Pencemaran limbah beracun (5.1.6) HO 2.3 : Studi kasus : Tambang di Papua New Guinea - - 0,50 0,50

(21)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KKL.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informai Versi: Agustus 2011 Halaman: 12 dari 63

Spesies eksotik dan invasive (5.1.7) Biostatus belum ditentukan (5.1.8) Ledakan populasi alga beracun (5.1.9) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengancam ekosistem di dalam kawasan konservasi perairan (5.2) Mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang mengancam ekosistem di dalam kawasan konservasi perairan Latihan 2.4: Kerusakan lingkungan di KKP anda - 0,50 0,50 1,00 Menjelaskan keterkaitan di antara beberapa ekosistem laut dan antara ekosistem laut dan ekosistem daratan (6) Menjelaskan keterkaitan antar ekosistem laut (6.1) Dapat menjelaskan keterkaitan antar ekosistem laut HO 2.4 : Konektivitas genetik di BHS HO 2.5 : Penyebaran larva menghubungkan populasi ikan dalam jejaring KKP di Papua New Guinea

(22)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Kode Modul KKP.KKL.02.001.01

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informai Versi: Agustus 2011 Halaman: 13 dari 63

Menjelaskan keterkaitan antara ekosistem laut dan darat (6.2)

Dapat menjelaskan keterkaitan antara ekosistem laut dan darat HO 2.6 : Interaksi darat-laut - - 0,25 - 0,25 Menjelaskan pengelolaan berbasis ekosistem (6.3) Dapat menjelaskan pengelolaan berbasis ekosistem Pengelolaan berbasis ekosistem (6.3.1) - - 0,25 - 0,25 Menjelaskan konsep kesehatan dan keutuhan ekosistem (6.4) Dapat menjelaskan konsep kesehatan dan keutuhan ekosistem Konsep kesehatan dan keutuhan ekosistem (6.4.1) - - 0,25 - 0,25 Menyetujui bahwa sumber daya alam sebaiknya dikelola dengan pendekatan berbasis ekosistem karena terdapat sejumlah proses dan interaksi yang kuat di antara komponen pembangunan ekosistem (6.5)

Menyetujui bahwa sumber daya alam sebaiknya dikelola dengan pendekatan berbasis ekosistem karena terdapat sejumlah proses dan interaksi yang kuat di antara komponen pembangunan ekosistem - Menyetujui bahwa sumber daya alam sebaiknya dikelola dengan pendekatan berbasis ekosistem karena terdapat sejumlah proses dan interaksi yang kuat di antara komponen pembangunan ekosistem 0,25 - 0,25 Jumlah 6,00 2,00 8,00

(23)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 14 dari 63

BAB II MATERI UNIT KOMPETENSI MENJELASKAN BEBERAPA PROSES DAN INTERAKSI PENTING PADA EKOSISTEM LAUT

A Latar Belakang

Untuk menghasilkan keputusan pengelolaan yang efektif, pengelola kawasan konservasi perairan harus memiliki pemahaman dasar tentang ekosistem laut dan interaksi di dalamnya. Hal te rsebut diakibatkan pengelolaan kawasan konservasi perairan (KKP) harus terfokus untuk mengelola pola pemanfaatan dan tingkah laku manusia serta dampaknya terhadap ekosistem laut, sehingga para pengelola perlu mengerti bagaimana ekosistem berfungsi, bagaimana pola pemanfaatan berdampak pada ekosistem, dan bagaimana menanggapi dampak tersebut.

Modul ini didesain untuk membantu anda dalam mengkaji pemahaman dan mendapatkan pengetahuan tambahan tentang aspek ekologis, fisik, biologis, dan interaksi kimiawi antara berbagai ekosistem laut dan untuk memahami bagaimana cara mengatasinya.

B Tujuan

Pembelajaran ini memiliki tiga tujuan, yaitu agar peserta: 1) Memahami ekosistem laut dan interaksi di dalamnya.

2) Mempelajari penyebab rentannya ekosistem terhadap kegiatan manusia yang memanfaatkannya.

3) Memahami beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan dan memberikan tanggapan yang sesuai.

C Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan modul terdiri dari 7 topik, yaitu: 1) Proses dan interaksi di dalam ekosistem laut.

2) Proses dan pengaruh faktor oseanografis.

3) Jenis-jenis habitat perairan dan menjelaskan pedoman umum pengelolaannya. 4) Interaksi antar trofik.

5) Perubahan musiman dan perubahan jangka panjang yang terjadi pada ekosistem laut. 6) Keterkaitan di antara beberapa ekosistem laut.

7) Keterkaitan di antara ekosistem laut dan darat.

D Peristilahan

1) Konservasi sumberdaya ikan: Upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan termasuk ekosistem, jenis dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan tetap meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumberdaya ikan.

(24)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 15 dari 63

2) Kawasan Konservasi Perairan KKP: Kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.

3) Pasang surut: Pergerakan air yang teratur dan dapat diramalkan yang diakibatkan oleh fenomena astronomi – pergerakan bumi, bulan, dan matahari serta tarik menarik gravitasi di antara benda-benda langit tersebut.

4) Arus pasang surut: Pergerakan air secara vertikal yang terjadi akibat naik turunnya permukaan air laut.

5) Pembilasan arus pasang surut menunjukkan jumlah volume air yang berpindah dari suatu badan air dalam satu siklus pasang surut.

6) Ekosistem: Tatanan unsur yang terdiri dari kesatuan tanaman,binatang termasuk ikan dan manusia, dan mikro-organisme dengan lingkungnnya yang,merupakan satuan utuh menyeluruh dan saling mepengaruhi dalam membentuk keseimbangan stabilitas dan produktivitas.

7) Konservasi ekosistem adalah upaya melindungi melestarikan dan memanfaatkan fungsi ekosistem sebagai habitat penyangga kehidupan sumberdaya ikan pada waktu sekarang dan yang akan datang

8) Zonasi kawasan konservasi adalah meupakan suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan ekosistem.

9) Terumbu karang terdiri atas polip-polip karang dan organisme –organisme kecil lain yang hidup dalam koloni yang merupakan suatu ekosistem yang hidup di dasar perairan dan bentukan batu batuan kapur

10) Padang lamun merupakan koloni tumbuhan berbunga yang tumbuh di perairan laut dangkal berpasir dan masih dapat ditembus oleh cahaya matahari ke dasar laut hingga memungkinkan tumbuhan melakukan fotosintesa.

11) Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang khas tumbuh dan berkembang di daerah pasang surut pantai berlumpur, berpasir atau muara sungai seperti pohon api -api (Avicennia spp,), padada (Soneratia), tanjang ( Bruguiera) nyirih (Xylocarpus), tengar dan (Ceriops).

(25)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 16 dari 63

E Diagram Alir Pencapaian Kompetensi

Gambar 1. Diagram alir pembahasan elemen-elemen kompetensi untuk mencapai kompetensi

(26)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 17 dari 63

MATERI UNIT KOMPETENSI

1 Elemen Kompetensi: Menjelaskan proses dan interaksi biologi di dalam ekosistem laut

1.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan pengertian ekosistem

1.1.1 Pengertian ekosistem

Sebuah ekosistem adalah unit ekologi yang terdiri atas komunitas biotik (makhluk hidup) dan lingkungan abiotik (benda mati) saling terkait dan berinteraksi, sehingga membentuk keseimbangan yang dibutuhkan oleh kehidupan.

Ekosistem lebih dari sekedar bagian-bagian tersendiri yang berkumpul di suatu tempat. Bagian-bagian tersebut saling berinteraksi secara dinamis, yang meliputi interaksi antar jenis dan individu dalam sebuah ekosistem, dan interaksi antara individu dalam populasi yang mengakibatkan perubahan fisik dan kimiawi dari lingkungan yang ditinggali. Sehatnya fungsi interaksi tersebut sangat penting agar selalu tersedia jasa lingkungan dari ekosistem untuk umat manusia dan perekonomian (Constanza 2006). Sayangnya, interaksi tersebut terlalu banyak dan terlalu rumit untuk diukur dan dimengerti secara keseluruhan, untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam pertimbangan pengelolaan. Akan tetapi, berbagai tipe interaksi dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis proses dalam ekosistem. Memahami proses tersebut menjadi dasar dalam mengelola aktivitas manusia dalam ekosistem sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan struktur dan fungsi ekosistem (Pikitch et al. 2004).

Manusia adalah bagian dari ekosistem. Kesehatan dan kesejahteraan populasi manusia sangat tergantung pada jasa yang diberikan oleh ekosistem yang sehat dan berfungsi dengan baik. Jasa lingkungan begitu penting bagi kehidupan sehingga ia sering diremehkan dan terlalu besar sehingga sulit membayangkan bahwa kegiatan manusia dapat menghancurkannya. Modul ini menjelaskan komponen dan proses dasar dari ekosistem laut yang utuh dan sehat.

Seperti di darat, kehidupan di laut dimulai dari proses dasar fotosintesis, yang membutuhkan sinar matahari dan unsur hara dasar seperti karbon, nitrogen, fosfor, dan elemen dan unsur kimia lainnya. Alga menghasilkan karbon organik, asam amenito, dan bahan dasar kehidupan lainnya (yang merupakan sumber bahan kimia bagi seluruh ekosistem) dengan laju yang dapat diukur secara langsung, atau dibuat model dari informasi tentang konsentrasi unsur hara di lautan, panjang waktu siang dan penetrasi cahaya, serta suhu air.

Dalam ekosistem laut, energi dapat memasuki tingkat trofik yang lebih tinggi melalui berbagai jalan. Salah satu jalan adalah melalui detritus (zat organik sisa makhluk hidup) di dasar laut dan ammonia yang dihasilkan oleh organisme hidup, disebut regenerasi energi atau regenerasi bahan organik. Bahan organik di dasar laut dapat berasal dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan air yang membusuk dan mengendap di dasar laut, atau dari limpasan dari darat ke kawasan pesisir. Banyak pula jenis hewan bentik (bentos) yang tergantung pada detritus sebagai sumber utama makanannya, dan beberapa jenis bakteri menggunakan amonia secara langsung sehingga membentuk jalan kedua bagi karbon organik, energi dan unsur hara untuk diteruskan ke ekosistem (Del Giorgio dan Williams 2005).

Pada beberapa dekade terakhir, sebuah proses inti baru yang unik dalam melakukan produksi primer pada ekosistem laut ditemukan. Dalam beberapa tempat di samudra, seperti ventilasi hidrotermal di punggung gunung dasar laut yang masih aktif secara tektonik, menyebarkan air yang panas dan kaya unsur kimia dari kerak bumi. Pada kawasan tersebut, ditemukan beberapa ekosistem yang unik.

(27)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 18 dari 63

Sistem tersebut tergantung pada proses termo-kimia, bukan pada fotosintesis sebagai sumber energi dan unsur haranya.

1.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan pengelola

ekosistem

1.2.1 Beberapa hal yang harus diperhatikan pengelola ekosistem

Pengelola dan pembuat kebijakan harus memperhatikan ekosistem-ekositem yang tergantung pada fotosintesis dan pembentukan detritus sebagai proses utama yang menjadi sumber energi ekosistem.

Pertama, pengelola dan pengambil kebijakan harus cukup mampu mendeteksi perubahan besar

yang terjadi pada kandungan unsur hara di ekosistem karena perubahan besar akan berdampak pada produktivitas seluruh ekosistem. Perubahan kandungan unsur hara tersebut ada yang memiliki pola musiman setiap tahunnya atau pada skala waktu lainnya. Aktivitas manusia di darat (misalnya, limpasan dari pertanian) dan laut (misalnya keramba untuk budidaya) dapat mengubah kandungan unsur hara di suatu tempat, dan sering kali melebihi tingkat kandungan alamiahnya (Lohrer et al. 2004). Karena laju fotosintesis sangat tergantung dari intensitas cahaya dan suhu pada beberapa keadaan, perubahan pada kecerahan atau suhu akibat aktivitas manusia juga dapat berdampak pada laju fotosintesis.

Fotosintesis oleh tumbuhan di laut (contoh fitoplankton, makroalga, dan lamun) menghasilkan oksigen terlarut di laut, seperti layaknya tumbuhan di darat. Sementara itu kebanyakan bakteri membutuhkan oksigen untuk proses pembusukan bahan organik di dasar laut, sehingga proses tersebut akan memanfaatkan oksigen yang tersedia namun tidak disediakan oleh bakteri. Akibatnya, secara umum keseimbangan energi akan berpengaruh terhadap komponen-komponen biota yang membutuhkan oksigen dan energi yang dihasilkan dari proses-proses tersebut (Del Giorgio dan Williams 2005).

Kedua, pengelola dan pembuat kebijakan harus berupaya keras untuk menyesuaikan laju dan pola

pemanfaatan dari komponen-komponen ekosistem yang dapat menyebabkan perubahan produktivitas.

Ketiga, pengelola harus menyadari aktivitas di darat dan laut yang dapat memasukkan bahan kimia

baru atau mengubah tingkat unsur hara dan sedimen alami dan berusaha agar tingkat perubahan tersebut masih dalam batasan konsentrasi secara historis, baik untuk unsur kimia maupun sedimen, dan bereaksi terhadap perubahan dengan benar ketika perubahan besar terdeteksi. Hal tersebut diasumsikan bahwa: 1) tingkat konsentrasi secara historis diketahui dan dipahami, dan 2) adaptasi belum dilakukan hingga tingkat konsentrasi tersebut. Jika adaptasi telah terjadi, maka mengembalikan tingkat konsentrasi pada kondisi sebelumnya dapat membuat sistem tidak berfungsi, dan pada akhirnya berdampak pada interaksi ekosistem.

1.3 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan proses respirasi dan proses lainnya

1.3.1 Proses respirasi dan proses lainnya

Respirasi adalah proses yang digunakan oleh ahli energi untuk menghitung energi yang digunakan organisme tertentu untuk hidup, bukan konsumen lainnya. Selisi h energi yang diambil dengan merumput atau konsumsi dan energi yang hilang melalui respirasi menghasilkan pertumbuhan, dimana dalam model energi pertumbuhan bisa dalam bentuk penambahan populasi atau ukuran

(28)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 19 dari 63

individual. Jika ketersediaan makanan rendah maka konsumen akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan respirasi yang menjadi kebutuhan dasar, maka sistem tersebut dibatasi oleh

makanan atau dikendalikan dari “bawah ke atas”. Jika kerapatan konsumen sangat rendah sehingga

mereka tidak dapat memakan biomassa sumber makanannya secepat produksinya, maka dinamika

sistem tersebut dianggap dikendalikan dari “atas ke bawah” (Hunt dan McKinnell 2006).

Proses-proses ekologis tersebut dapat memiliki berbagai dampak bagi pengelola dan pembuat kebijakan. Pengelolaan dan kebijakan harus responsif terhadap variasi alami dalam skala ruang dan waktu, baik harian maupun puluhan tahun, pada perubahan kelimpahan relatif konsumen dan makanannya. Pengelolaan dan kebijakan harus menjamin aktivitas manusia tidak terlalu mempengaruhi rasio konsumen dan ketersediaan makanan. Perubahan sistem dari sistem yang dikendalikan dari atas ke bawah menuju sistem yang dikendalikan dari bawah ke atas akan sulit dikembalikan lagi (FAO 2003). Pengelola dan pembuat kebijakan perlu mempertimbangkan komposisi komunitas biologis yang dikelola. Seluruh kegiatan manusia yang meningkatkan laju kematian dalam ekosistem, seperti pengambilan, biasanya menghasilkan tingginya proporsi organisme berukuran kecil dan sulit menjadi dewasa. Meningkatnya proporsi organisme kecil di laut dapat berarti energi produksi akan semakin banyak terbuang melalui respirasi, dan semakin sedikit yang tersedia bagi organisme lain di ekosistem dan manusia yang tergantung pada ekosistem laut. Proses fisik dan oseanografis lainnya, seperti transportasi, penyimpanan, konsentrasi, dan

persebaran juga harus dipertimbangkan secara seimbang untuk memahami dinamika ekosistem.

Para pakar ekosistem dapat terfokus pada alur unsur hara dan energi, kemudian menjelaskannya dan membuat model dinamika ekosistem menggunakan termenitologi dan persamaan fisika dan kimia. Selain itu, mereka juga dapat terfokus pada individu dan populasi, kemudian menjelaskannya dan membuat model dinamika ekosistem menggunakan termenitologi dan persamaan prose s fisiologis, sejarah kehidupan tumbuhan dan hewan, serta tingkah laku; kedua cara menggambarkan kondisi ekosistem secara keseluruhan tersebut sama-sama benar.

Kedua cara menggambarkan dinamika ekosistem tersebut – baik berdasarkan aliran unsur hara dan energi atau berdasarkan proses fisiologis dan tingkah laku organisme – akan mencermenitkan sebagian besar hal yang perlu dikelola. Jika aktivitas manusia yang dikelola diduga dapat berdampak besar pada tingkat unsur hara, kejernihan, atau percampuran fisik atau turbulensi (misalnya limpasan dari darat, jembatan, dan pelabuhan) maka sebuah pendekatan yang terfokus pada energetika sistem dapat menyelesaikan masalah tersebut secara langsung. Ketika aktivitas yang dikelola berdampak langsung pada populasi (misalnya penangkapan yang meningkatkan tingkat kematian atau aktivitas yang mencegah kemudahan akses untuk menjangkau tempat yang penting dalam daur hidup organisme) maka pendekatan berbasis populasi dan komunitas akan lebih berguna. Begitu pula jika klien pengelolaan atau kebijakan sangat tertarik pada keanekaragaman hayati atau populasi tertentu, pendekatan yang terfokus pada populasi dan komunitas sering dapat memfasilitasi dialog.

Sejarah proses daur hidup organisme juga merupakan salah satu aspek dinamika ek osistem yang penting. Hal tersebut dapat mewakili proses sebagai berikut:

1) pertumbuhan somatik: peningkatan ukuran tubuh,

2) respirasi: energi yang dibutuhkan untuk hidup dan bergerak,

3) pendewasaan: paling tidak mencapai kematangan seksual, dan terkadang melingkupi beberapa fase dalam daur hidup,

(29)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 20 dari 63

5) rekrutmen: masuknya individu baru ke dalam populasi

6) kematian alami: kematian yang bukan disebabkan oleh manusia, atau, ketika laju pemangsaan diperkirakan langsung, kematian selain yang akibat dimakan atau dibunuh manusia.

Selain itu, pada konteks multispesies, proses tambahan menjadi penting, seperti kompetisi (yang berdampak pada kehadiran jenis lain terhadap sumber daya yang tersedia bagi suatu jenis), dan

seleksi habitat (kemampuan individu atau populasi untuk memilih tempat di mana tersedia cukup

sumber daya untuk mendukung daur hidupnya).

Individu tersebut dan pendekatan berbasis populasi terlihat lebih menarik bagi sebagian besar pengelola dan pembuat kebijakan, karena pendekatan tersebut dapat mewakili bagian dari ekosistem yang sedang digunakan (misalnya, pembangunan pesisir yang berdampak pada kualitas habitat ikan). Akan tetapi, semakin detil model ekosistem yang akan dibuat untuk mendukung pengelolaan atau kebijakan maka semakin banyak variabel yang harus diketahui dari sistem yang akan dibuat modelnya.

Hubungan antara informasi yang dibutuhkan untuk pengelolaan, tingkat kerumitan yang dibutuhkan untuk mewakili ekosistem (sebagai model konseptual atau komputer), dan informasi yang dibutuhkan dari sistem tersebut, memiliki dampak yang besar untuk pemantauan.

Handout 2.1: Pengembangan Model Ekosistem Laut di BHS

2 Elemen Kompetensi: Menjelaskan proses dan pengaruh faktor oseanografis

Ketika energi tersedia untuk digunakan organisme, pendekatan energi terfokus pada proses lain yang menjelaskan bagaimana energi digunakan. Salah satu proses kunci disebut transportasi. Laut sangat dinamis, dan alga dan bakteri yang bertanggung jawab pada fotosintesis dan regenerasi terlalu kecil hingga angin dan turbulensi akibat badai, pasang-surut, serta arus dapat memindahkan mereka jauh dari tempat asalnya. Proses fisik yang sama tersebut dapat bertanggung jawab terhadap proses konsentrasi atau persebaran dan penyimpanan hasil produksi. Proses fisik dalam laut tersebut memiliki dampak besar terhadap tempat-tempat dengan kerapatan hewan yang tinggi ataupun rendah serta daerah dengan keanekaragaman hayati yang kaya atau terbatas (Bakun 1996). Lingkungan yang dinamis ini memiliki jumlah proses alami, biologis, kimia, dan fisika, yang tak terhitung dan hanya beberapa yang akan dibahas di sini.

2.1 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan fenomena pasang surut dan arus pasang surut

2.1.1. Fenomena pasang surut dan arus pasang surut

Pasang surut adalah pergerakan air yang teratur dan dapat diramalkan yang diakibatkan oleh

fenomena astronomi – pergerakan bumi, bulan, dan matahari serta tarik menarik gravitasi di antara benda-benda langit tersebut. Pasang surut disebabkan oleh sistem gravitasi bumi -bulan-matahari, dan pergerakan ketiga benda langit tersebut dalam sistem. Ketika permukaan laut pasang dan surut

(30)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 21 dari 63

maka panjang garis pantai yang kering bervariasi dalam satu hari. Pasang surut menyebabkan tumbuhan dan hewan yang hidup di garis pantai terkadang tenggelam terkadang kering. Kebanyakan nelayan sangat terbiasa dengan perubahan pasang surut dan pola arus, begitu pula seharusnya seorang manager KKP.

Arus pasang surut adalah pergerakan air secara horizontal yang terjadi akibat naik turunnya

permukaan air laut. Misalnya, air yang mengalir ke dalam pelabuhan ketika pasang naik adalah air pasang dan arus pasang. Air yang mengalir keluar dari pelabuhan ketika surut disebut air surut dan arus surut. Setiap terjadi perubahan arah, terdapat sebuah periode tanpa arus (air tenang). Bentuk dari dasar laut, garis pantai, ombak, angin, dan arus lain (misalnya arus sungai) dapat berdampak pada arus pasang surut, oleh sebab itu, pada beberapa daerah terjadi pasang surut tanpa arus. Kekuatan arus pasang surut sangat tergantung pada volume air yang mengalir melalui jalan masuk ke pelabuhan, teluk, atau terumbu; serta ukuran jalan masuk. Secara umum arus paling kuat di kawasan pesisir adalah arus pasang surut.

Pembilasan arus pasang surut menunjukkan jumlah volume air yang berpindah dari suatu badan air

dalam satu siklus pasang surut.

Pembilasan arus pasang surut berdampak pada kegiatan manusia di sepanjang pesisir, seperti memancing. Saat surut terendah, banyak penduduk pesisir memanen organisme yang hidup di kawasan dangkal. Saat pasang tinggi di beberapa area, mereka dapat mengumpulkan anak ikan untuk budi daya di tambak dan kapal-kapal datang ke pantai untuk mengeluarkan kargo. Selain itu, efisiensi beberapa jenis alat tangkap dan tambak diperhitungkan berdasarkan pola pasang surut, dan tergantung pada pasang surut untuk sirkulasi dan pembilasan air.

Pemikiran saat ini adalah peristiwa pembalikan massa air, dan laju pembilasan serta pergantian air terutama di pematang tambak, dapat menjadi salah satu faktor penentu yang terkait kelentingan terumbu karang terhadap peningkatan suhu permukaan laut yang menjadi penyebab pemutihan karang.

2.2 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan fenomena arus air

2.2.1 Fenomena arus air

Arus adalah pergerakan air skala besar yang terjadi akibat pengaruh angin dan perbedaan suhu di

dalam laut. Arus dibagi menjadi beberapa bagian yaitu arus permukaan (hingga kedalaman 400m) dan arus dasar, arus lintasan, serta arus geostrofi. Arus geostrofi terjadi akibat keseimbangan antara efek gravitasi dan efek Coriolis (gaya yang terjadi akibat rotasi Bumi). Efek gravitasi dikendalikan oleh kemiringan permukaan air laut dan kepadatan air dikendalikan oleh perubahan horizontal pada suhu dan salinitas. Arus geostrofi menggerakkan air secara horizontal dan karena suhu serta salinitas ikut terkait, sirkulasi geostrofi adalah salah satu tipe sirkulasi termohalin. Sirkulasi termohalin adalah termenitologi yang sedikit luas karena meliputi pergerakan massa air secara horizontal dan vertikal. Sirkulasi termohalin mengendalikan distribusi vertikal suhu dan salinitas di laut, dan merupakan penyebab pergerakan air vertikal yang keluar dari massa air laut dalam.

Secara umum, arus sepanjang garis pantai mengalir sesuai dengan gradasi kedalaman di garis pantai. Angin bertiup melewati permukaan laut dan menyebabkan arus pada 2-3 meter kolom air yang paling atas. Kebanyakan makanan yang hanyut dan larva terdapat dalam lapisantersebut, oleh sebab itu, angin yang mengendalikan arah arus memiliki peran penting dalam persebaran. Angin muso n juga dapat berdampak besar terhadap arus.

(31)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 22 dari 63

Arus permukaan laut mengalir berdasarkan pola yang tidak teratur, tetapi tidak semua seperti itu. Beberapa jenis arus mengalir hingga kedalaman dengan permukaan sempit. Arus jenis lain hanya mengalir dangkal dengan permukaan yang lebar. Arus seringkali terpengaruh oleh bentuk dasar laut. Arus permukaan membawa panas dari satu tempat ke tempat lain sehingga mempengaruhi iklim. Matahari memanaskan air pada khatulistiwa lebih banyak dibandingkan daerah kutub. Panas bergerak di arus permukaan menuju daerah dengan lintang yang lebih tinggi. Sebuah arus yang membawa suhu hangat ke kawasan dengan lintang tinggi akan membuat iklim kawasan tersebut tidak terlalu dingin. Arus laut permukaan membentuk pola lingkaran besar yang disebut sabuk, dan di seluruh dasaran laut, dan pusaran arus melingkar berukuran kecil, yang merupakan arus yang terlepas dari arus utama. Pusaran arus kecil dan dangkal dapat muncul di seluruh kawasan terumbu karang. Pusaran arus membawa panas, unsur hara, dan larva. Model fisik dan oseanografi berbagai kawasan laut telah dikembangkan, mulai dari skala pesisir lokal hingga skala paparan samudra. Dimana terdapat cukup informasi untuk memahami fisika kelautan (yaitu, pergerakan air yang dijelaskan berdasarkan pergerakan, suhu, salinitas, dan lain-lain) dapat dikembangkan model yang seringkali cukup efektif dalam menjelaskan pergerakan, konsentrasi, dan pe nyebaran bahan organik dasar di ekosistem (misalnya, lokasi yang dapat dicapai populasi biologis dari te mpat asalnya).

Gambar 2.1. Sirkuasi air laut di kawasan Indonesia dan sekitarnya

Pengelola dan pembuat kebijakan jarang berusaha untuk mengelola proses transportasi dan konsentrasi di laut, terutama pada skala di atas beberapa ratus meter. Akan tetapi, informasi tentang proses-proses tersebut sangat penting bagi pengelolaan spasial kegiatan manusia di laut secara efektif. Informasi tersebut menjadi sebuah dasar untuk mengetahui di mana keuntungan tertinggi bagi keanekaragaman hayati dapat dicapai dengan luas yang telah ditentukan, dan untuk mengetahui di mana memfokuskan kegiatan manusia untuk mendapatkan keuntungan

berkelanjutan terbesar dengan biaya, upaya, dan (dengan perencanaan yang baik) “jejak kaki” yang

terkecil pada ekosistem. Informasi dasar tersebut juga penting untuk memperkirakan dampak yang akan timbul akibat perubahan iklim pada ekosistem dan kegiatan ekonomi.

Termoklin Pasifik Utara Termoklin Pasifik Selatan Air Permukaan Laut Jawa

(32)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 23 dari 63

2.3 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan fenomena gelombang laut

2.3.1. Fenomena gelombang laut

Ombak terbentuk dari angin yang bertiup di atas permukaan laut. Ombak sangat mempengaruhi penyebaran tumbuhan dan hewan di terumbu dan habitat pesisir lainnya. Ombak dapat mematahkan karang dan membawa patahan karang hingga melewati terumbu tertinggi.Ombak dan arus dapat mengubah profil pantai. Saat musim arus dan ombak tenang, pasir terkumpul, sedangkan saat musim arus dan ombak kuat, pantai terpotong oleh erosi. Pembangunan dermaga, pemecah ombak, tembok laut, dan pemenitdahan vegetasi pesisir akan mengubah akresi/erosi oleh ombak dan arus, dan biasanya mengakibatkan peningkatan erosi.

3 Elemen Kompetensi: Mengidentifikasi jenis-jenis habitat perairan dan menjelaskan pedoman

umum pengelolaannya

3.1 Aspek Pengetahuan: Menyebutkan jenis-jenis habitat perairan dan ciri-cirinya serta

menjelaskan pedoman umum pengelolaannya

Indonesia memiliki beberapa habitat yang rentan, yang meliputi terumbu karang, padang lamun, hutan mangrove, muara sungai, dan laguna. Habitat-habitat tersebut akan mendapatkan keuntungan dari diketahuinya strategi pengelolaan efektif yang dapat menjamin habitat terlindungi. Modul ini menjelaskan beberapa habitat laut kunci yang terdapat di Indonesia. Walaupun tidak didiskusikan secara detil, masih banyak tipe habitat laut lainnya yang dapat dilihat dengan jelas di berbagai lokasi lain di dunia, seperti habitat laut dalam, habitat pantai berbatu, rawa payau, dan habitat bersedimen halus.

3.1.1 Terumbu Karang

Terumbu karang adalah habitat yang sangat efisien dalam menangkap unsur hara dan sinar

matahari. Terumbu karang memproduksi hasil tangkapan ikan terbanyak dibanding habitat apapun di dunia, per unit area. Terumbu karang di kawasan Segitiga Karang dan Kepulauan Pasifik dapat menghasilkan hingga 25 t/km2/tahun ikan. Sebagai contoh, terumbu di Fiji menghasilkan antara 6

hingga 10 t/km2/tahun ikan. Terumbu juga sangat sensitif dan rentan terhadap kerusakan fisik,

seperti kerusakan akibat alat tangkap, kapal wisata, dan pukat. Terumbu sering berasosiasi dengan habitat lainnya, terutama padang lamun dan hutan mangrove yang menyediakan daerah asuhan dan pakan bagi beragam makhluk.

Terumbu karang mendukung kehidupan beragam jenis ekonomis penting, seperti 1.000 jenis ikan; kima dan kerang-kerangan lainnya; udang karang, kepiting, dan udang; berbagai jenis organisme kecil seperti teripang, bulu babi, spons, rumput laut, dan siput; serta beragam hewan besar seperti ikan kue, penyu, pari manta, dan duyung yang makan di kawasan terumbu. Berdasarkan profil negara dari EarthTrends (2003), Indonesia memiliki 77 marga karang keras, yaitu karang batu yang membangun terumbu karang.

Ekosistem terumbu karang juga menyediakan makanan bagi jenis-jenis yang tidak tinggal di terumbu karang, tetapi mencari makan dan berburu organisme terumbu karang. Terumbu berperan penting dalam mempertahankan kualitas air setempat dan oleh sebab itu, memiliki pengaruh positif terhadap habitat pesisir lainnya. Selain itu, tergantung dengan kedekatannya dengan kawasan pesisir, mereka berfungsi untuk memperlemah ombak yang datang sehingga memenitimalkan erosi dan bahaya pesisir lainnya di belakang terumbu.

Gambar

Gambar 1. Diagram alir pembahasan elemen-elemen kompetensi untuk mencapai kompetensi
Gambar 2.1.  Sirkuasi air laut di kawasan Indonesia dan sekitarnya
Gambar 2.2.  Ilustrasi pemanfaatan lebih dari satu jenis habitat oleh satu spesies ikan selama daur  hidupnya, mulai dari telur hingga dewasa dan memijah
Gambar 2.3.  Konsep aliran energi dan materi di antara komponen pembangun ekosistem.  Setiap  komponen memerlukan energi untuk respirasi, energi yang tersisa kemudian dimanfaatkan oleh  komponen lainnya
+2

Referensi

Dokumen terkait

struktur menu pada website perlu diperbaharui karena kurangnya menu utama website ini berupa menu wisata yang terdiri dari wisata bahari, wisata alam, wisata

Jumlah diseminasi teknologi produksi benih tanaman dan produk bioteknologi pertanian 1 Diseminasi teknologi 16 32 27 25 Jumlah pengembangan kawasan wisata agro 1 Pengembangan

Terkait hal tersebut maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengadopsi penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan di beberapa negara untuk dilakukan

Pada penelitian ini akan dilakukan uji untuk mengetahui resistensi bakteri termofilik terhadap logam tembaga (Cu), kadmium (Cd), dan timbal (Pb) pada berbagai konsentrasi.

Menurut Glock dan stark mendefinisikan religiusitas sebagai “Komitmen religius (yang berhubungan dengan agama atau keyakinan iman), yang dapat dilihat melalui aktivitas

Reviewer juga dituntut profesional, tidak boleh memihak, jujur, adil serta dapat dipercaya sesuai yang digariskan dan tidak menyimpang serta harus menguasai dan