• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Pengetahuan: Menyebutkan jenis-jenis habitat perairan dan ciri-

BAB II MATERI UNIT KOMPETENSI MENJELASKAN BEBERAPA PROSES DAN

3.1 Aspek Pengetahuan: Menyebutkan jenis-jenis habitat perairan dan ciri-

Indonesia memiliki beberapa habitat yang rentan, yang meliputi terumbu karang, padang lamun, hutan mangrove, muara sungai, dan laguna. Habitat-habitat tersebut akan mendapatkan keuntungan dari diketahuinya strategi pengelolaan efektif yang dapat menjamin habitat terlindungi. Modul ini menjelaskan beberapa habitat laut kunci yang terdapat di Indonesia. Walaupun tidak didiskusikan secara detil, masih banyak tipe habitat laut lainnya yang dapat dilihat dengan jelas di berbagai lokasi lain di dunia, seperti habitat laut dalam, habitat pantai berbatu, rawa payau, dan habitat bersedimen halus.

3.1.1 Terumbu Karang

Terumbu karang adalah habitat yang sangat efisien dalam menangkap unsur hara dan sinar

matahari. Terumbu karang memproduksi hasil tangkapan ikan terbanyak dibanding habitat apapun

di dunia, per unit area. Terumbu karang di kawasan Segitiga Karang dan Kepulauan Pasifik dapat

menghasilkan hingga 25 t/km2/tahun ikan. Sebagai contoh, terumbu di Fiji menghasilkan antara 6

hingga 10 t/km2/tahun ikan. Terumbu juga sangat sensitif dan rentan terhadap kerusakan fisik,

seperti kerusakan akibat alat tangkap, kapal wisata, dan pukat. Terumbu sering berasosiasi dengan habitat lainnya, terutama padang lamun dan hutan mangrove yang menyediakan daerah asuhan dan pakan bagi beragam makhluk.

Terumbu karang mendukung kehidupan beragam jenis ekonomis penting, seperti 1.000 jenis ikan; kima dan kerang-kerangan lainnya; udang karang, kepiting, dan udang; berbagai jenis organisme kecil seperti teripang, bulu babi, spons, rumput laut, dan siput; serta beragam hewan besar seperti ikan kue, penyu, pari manta, dan duyung yang makan di kawasan terumbu. Berdasarkan profil negara dari EarthTrends (2003), Indonesia memiliki 77 marga karang keras, yaitu karang batu yang membangun terumbu karang.

Ekosistem terumbu karang juga menyediakan makanan bagi jenis-jenis yang tidak tinggal di terumbu karang, tetapi mencari makan dan berburu organisme terumbu karang. Terumbu berperan penting dalam mempertahankan kualitas air setempat dan oleh sebab itu, memiliki pengaruh positif terhadap habitat pesisir lainnya. Selain itu, tergantung dengan kedekatannya dengan kawasan pesisir, mereka berfungsi untuk memperlemah ombak yang datang sehingga memenitimalkan erosi dan bahaya pesisir lainnya di belakang terumbu.

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 24 dari 63

Sebaliknya, terumbu sangat terpengaruh oleh proses biologi dan fisika yang terdapat di dalam dan di atasnya. Terumbu karang dan organismenya sangat sensitif terhadap limpasan air tawar yang akan mengurangi salinitas; sedimen yang terbawa air akan mengganggu proses penyaringan oleh hewan penyaring; perubahan suhu secara ekstrim di luar batas toleransi karang; polutan (misalnya, biosida dari pertanian) yang dapat memasuki perairan; kerusakan fisik, seperti kerusakan akibat badai tropis dan jangkar kapal; dan tingginya masukan unsur hara, yang dapat memicu pertumbuhan berlebihan dari kompetitornya seperti alga yang akan menutupi dan membunuh karang.

Panduan umum pengelolaan terumbu karang meliputi:

1) Seluruh aktivitas yang merusak secara fisik harus dimenitimalkan. Aktivitas tersebut meliputi

beberapa jenis aktivitas periakan (jaring seret, pukat, bubu, berjalan di karang, dan lain -lain), berkapal dan membuang jangkar, rekreasi dan penyelam SCUBA, pengerukan, konstruksi, dan lain-lain.

2) Penggunaan alat tangkap yang dapat menangkap ikan yang belum dewasa harus

dimenitimalkan karena terumbu karang merupakan kawasan bertelur bagi beragam jenis.

3) Wisata di terumbu karang dapat dijadikan mata pencaharian alternatif, tetapi harus diatur

agar terumbu tidak mengalami kerusakan.

3.1.2 Padang Lamun

Komunitas di padang lamun memiliki peran penting dalam perairan pesisir. Padang lamun menstabilkan substrat, menyediakan perlindungan khusus bagi banyak ikan muda, menyediakan makanan bagi pemakan tumbuhan, seperti ikan kakatua dan keong, dan menghasilkan partikel yang terdiri dari material tumbuhan untuk dimakan oleh beragam organisme kecil di rantai makanan. Padang lamun sangat sensitif terhadap pukat dasar yang mengeruk padang lamun dan mengaduk sedimen. Padang lamun juga sensitif terhadap limpasan air panas dan akan mati, yang berakibat menghilangnya hewan laut yang berasosiasi dengan lamun. Padang lamun adalah sumber daya dan habitat penting bagi hewan-hewan yang terancam punah seperti penyu hijau dan duyung. Menurut profil negara dari EarthTrend (2003), Indonesia memiliki 12 jenis lamun.

Panduan umum pengelolaan ekosistem padang lamun meliputi:

1) Meminimalkan penggunaan lahan yang dapat menyebabkan sedimentasi polusi atau

urbanisasi;

2) Pertahankan salinitas alami dengan mempertahankan masukan air tawar dan laut ke area

tersebut (misalnya, tidak membuat bendungan di sungai);

3) Pengaturan jenis-jenis biota dan luasan budidaya dan kawasan rumput laut;

4) Pengaturan jenis alat tangkap dan usaha perikanan di dalam kawasan.

3.1.3 Hutan Mangrove

Berdasarkan profil negara dari EarthTrends (2003), Indonesia memiliki 45 jenis mangrove dalam

23.901 km2 hutan mangrove, dimana 33% diantaranya dilindungi.

Hutan mangrove sangat produktif. Hutan mangrove memiliki beragam hubungan dengan

ekosistem-ekosistem besar tempat dia berada, dengan kemunculannya yang unik di antara darat dan laut. Peran mereka yang paling jelas adalah produksi serasah dedaunan dan materi detritus yang akan dibawa pada proses pembilasan, ke lingkungan laut dangkal, menyediakan sumber makanan bergizi bagi beragam hewan laut. Mangrove yang hidup di garis pantai juga diketahui dapat menjadi

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 25 dari 63

pelindung terhadap gelombang tinggi akibat badai yang akan merusak dataran rendah, atau mereka membantu menyetabilkan garis pantai yang rentan erosi. Peran nyata lainnya adalah kemampuan mangrove menjaga kualitas air: mangrove memiliki kemampuan untuk mengekstrak unsur hara dari air yang mengalir, oleh sebab itu, membantu memenitimalkan kelebihan unsur hara di laut dangkal. Mangrove lebih tahan terhadap berbagai gangguan dan tekanan lingkungan. Tetapi, mereka sensitif terhadap pengendapan atau sedimentasi berlebih, berhentinya pembilasan, pembendungan air, dan tumpahan minyak, yang mengurangi asupan oksigen dari respirasi sehingga menyebabkan kematian mangrove. Sercara umum, kegiatan manusia, termasuk perubahan iklim merupakan ancaman terbesar terhadap mangrove. Konversi lahan mangrove menjadi kawasan pemukiman, komersil, industri, dan pertanian telah menyebabkan hilangnya habitat mangrove berikut fungsinya, yang kemudian berakibat pada hilangnya sumber makanan penting bagi beragam jenis hewan laut dan manusia dalam berbagai ekosistem pesisir.

Hutan mangrove sebelumnya dianggap sebagai kawasan buangan dan sering ditebang habis dan dikonversi menjadi kurang produktif. Akan tetapi, satu hektar hutan mangrove yang sehat dapat menyediakan banyak sumber daya secara langsung (misalnya, kayu, ikan, kepiting), dan diketahui bahwa mangrove mendukung beragam jejaring makanan bahkan yang di luar habitat mangrove. Satu hektar (2,47 acre) hutan mangrove dapat mendukung sekitar satu ton (~907 kg) ikan per tahun. Perikanan yang terkait erat dengan ekosistem mangrove meliputi udang yang bergantung pada mangrove sebagai daerah asuhan dan mencari makan; kepiting yang memakan sisa-sisa mangrove; moluska yang menyaring makanan dari mangrove; dan beragam jenis ikan yang memakan hewan-hewan kecil tersebut. Ikan-ikan tersebut kemudian menjadi makanan bagi ikan yang lebih besar di muara sungai dan laut lepas terdekat. Sebagian jenis ikan terumbu dan pesisir menggunakan hutan mangrove sebagai daerah asuhan. Yang terakhir, hutan mangrove yang mengelilingi kawasan budi daya laut dapat menyaring beragam limbah budi daya.

Panduan pengelolaan ekosistem mangrove meliputi:

1) Pengetatan penggunaan lahan yang mengakibatkan hilangnya vegetasi alami, penimbunan

tanah, sedimentasi, polusi, atau memicu urbanisasi;

2) Pemeliharaan salinitas alami dengan mempertahankan masukan air tawar dan laut ke area

tersebut (misalnya, tidak membuat bendungan di sungai);

3) Pengaturan jenis-jenis biota dan luasan budidaya dan kawasan rumput laut;

4) Pengaturan jenis alat tangkap dan usaha perikanan di dalam kawasan.

5) Penerapan analisis dampak lingkungan untuk pembangunan dekat kawasan;

6) Pencegahan hilangnya atau kerusakan area mangrove dan menitimalkan penebangan pohon

mangrove, atau gangguan terhadap vegetasi mangrove;

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 26 dari 63

3.1.4 Muara dan Laguna

Muara dan laguna adalah badan air yang semi tertutup dan dangkal dengan salinitas yang bervariasi serta seringkali dengan dasaran lumpur. Muara dan laguna sangat produktif dan dapat mendukung beragam tipe perikanan khusus, yang meliputi ikan-ikan yang bertelur atau tumbuh di laguna dan kawasan mangrove; kepiting dan moluska yang hidup di dasaran lembut; serta jenis-jenis yang tahan terhadap perubahan salinitas seperti bandeng, nila, dan udang.

Panduan umum pengelolaan ekosistem muara dan laguna meliputi:

1) Pengetatan penggunaan lahan yang mengakibatkan hilangnya vegetasi alami, penimbunan

tanah, sedimentasi, polusi, atau memicu urbanisasi;

2) Pemeliharaan salinitas alami dengan mempertahankan masukan air tawar dan laut ke area

tersebut (misalnya, tidak membuat bendungan di sungai);

3) Pengaturan jenis-jenis biota dan luasan budidaya dan kawasan rumput laut;

4) Pengaturan jenis alat tangkap dan usaha perikanan di dalam kawasan.

5) Penerapan analisis dampak lingkungan untuk pembangunan dekat kawasan;

3.2 Aspek Keterampilan: Mengidentifikasi dan membuat daftar jenis- jenis ekosistem kunci di