• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Pengetahuan: Menyebutkan kelompok biota laut berdasarkan jenis -

BAB II MATERI UNIT KOMPETENSI MENJELASKAN BEBERAPA PROSES DAN

4.1 Aspek Pengetahuan: Menyebutkan kelompok biota laut berdasarkan jenis -

Tidak ada jenis yang hidup terisolasi. Terdapat banyak jenis yang membutuhkan beberapa habitat berbeda untuk menyelesaikan daur hidupnya (Gambar 2.2).

Gambar 2.2. Ilustrasi pemanfaatan lebih dari satu jenis habitat oleh satu spesies ikan selama daur hidupnya, mulai dari telur hingga dewasa dan memijah.

Sebagai tambahan, jenis ikan yang berbeda akan saling mempengaruhi. Akhirnya, sema jenis akan terhubung dalam jejaring makanan yang besar dan rumit. “Produsen tingkat pertama” – organisme yang menggunakan matahari untuk memproduksi makanan (misalnya, fitoplankton, pohon mangrove, dan lamun) – dimakan oleh “”konsumen” seperti zooplankton, avertebrata, ikan, reptil, burung, dan mamalia. Konsumen akan saling memangsa, dengan pemangsa besar seperti hiu, burung laut, singa laut, dan berbagai ikan pemangsa berada di puncak jejaring makanan. Akhirnya,

“pengurai” memakan materi organik yang mati atau membusuk, seperti sisa tumbuhan dan hewan,

serta detritus lainnya, dan mengembalikan unsur hara ke bentuk zat organik ke dalam rantai makanan (Gambar 2.3).

Hal yang terpenting diingat adalah beragam jenis dan habitat saling mempengaruhi satu sama lain.

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 28 dari 63

Pemindahan atau pengurangan salah satu habitat akan berdampak pada jenis-jenis di habitat lain. Pemenitdahan satu jenis juga akan berdampak pada jenis lain, terutama jenis yang memangsa, atau dimangsa oleh jenis tersebut. Dalam beberapa kasus, hal tersebut dapat menyebabkan dampak besar: tingginya penangkapan terhadap satu jenis dapat menyebabkan ledakan populasi atau kehancuran populasi dari jenis-jenis lain. Pengelola perikanan oleh sebab itu harus mengetahui jejaring habitat dan jenis yang saling berinteraksi di suatu daerah.

Komponen biologis ekosistem meliputi produsen tingkat pertama, pemakan tumbuhan, dan satu hingga tiga atau empat tingkat pemangsa.

4.1.1 Produsen primer

Produsen primer dapat berupa alga yang hidup di dalam kolom air atau tumbuhan laut yang

menempel pada dasar laut. Sebagai dasar jejaring makanan dan fondasi bagi produktivitas semua hewan dalam sistem, produsen primer adalah proses ekosistem yang sangat penting, dan konservasi serta perlindungan terhadapnya merupakan pertimbangan penting dalam pengelolaan (Cushing 1995). Konsentrasi unsur hara adalah pengendali utama produksi primer, yang berati pendekatan pengelolaan ekosistem perlu membatasi kegiatan manusia agar tidak mengubah tingkat unsur hara di zona produktif. Perubahan tersebut dapat terjadi akibat limpasan atau polusi dari darat, bisa pula dari pembuangan limbah di laut. Produksi primer juga membutuhkan cahaya, sehingga pe ngendapan lumpur yang dapat mengurangi kecerahan air juga penting untuk dipertimbangkan. Ketika tumbuhan laut (dapat berupa makroalga atau lamun) adalah bagian penting dari ekosistem laut, sehingga pendekatan ekosistem juga perlu membatasi kegiatan manusia sehingga tidak menyebabkan gangguan yang tidak lestari terhadap tumbuhan yang menempel pada dasar laut (berikut juga tumbuhan yang mengapung di air seperti fitoplankton). Perlindungan tersebut sangat penting karena tumbuhan dapat menjadi makanan bagi pemakan tumbuhan sekaligus menyediakan perlindungan bagi ikan dan avertebrata, terutama larva dan juvenil ikan.

4.1.2 Pemakan tumbuhan atau konsumen tingkat pertama

Pemakan tumbuhan dalam ekosistem meliputi zooplankton, avertebrata dan ikan. Sebagian besar

fitoplankton dimakan oleh zooplankton kecil, selain itu, makroalga dapat dimakan oleh zooplankton, beragam jenis avertebrata, dan bahkan beberapa jenis ikan. Dalam beberapa ekosistem pesisir dimakannya makroalga oleh avertebrata dan ikan merupakan komponen penting dari dinamika interaksi ekosistem. Lebih jauh ke laut lepas, zooplankton merupakan komponen ekosistem kunci pada konsumen tingkat kedua. Zooplankton jarang digunakan secara langsung oleh manusia, oleh sebab itu mereka jarang menjadi pertimbangan langsung dalam kebijakan dan pengelolaan. (Catatan: penangkapan krill semakin menjadi masalah, terutama sebagai sumber makanan untuk budi daya di laut lepas. Sebuah larangan terhadap pengambilan krill di Zona Ekonomi Ekslusif di pantai barat AS diterapkan pada Juli 2009). Akan tetapi, sebagai jalur kunci pemenitdahan produksi di rantai makanan menuju ikan dan avertebrata besar lainnya, kelimpahan dan komposisi jenis zooplankton sangat penting.

Perubahan dalam kelimpahan dan komposisi jenis zooplankton dapat terjadi secara musiman hingga tahunan di dalam ekosistem yang mengalami tekanan fisik akibat kondisi fisik laut seperti arus dan suhu. Selain itu, dampak perubahan iklim terhadap tingkat trofi k tersebut dapat menyebabkan perubahan hingga ke percabangan jejaring makanan.

Dalam tahun-tahun terakhir, bukti-bukti menunjukkan bahwa terdapat jalur kedua bagi produksi primer di ekosistem, mulai dari fitoplankton hingga organisme mikroskopik yang mana produksinya tertahan hingga ia menjadi detritus di dasar laut. Jalur tersebut sangat penting karena energi yang

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 29 dari 63

terdapat di dalamnya lebih sedikit tersedia bagi ikan dan avertebrata yang memakan zooplankton (Cushing 1995). Ilmuwan masih belum mengerti penyebab produksi berubah arah dari jalur zooplankton ke ikan dan avertebrata, ke jalur “siklus mikroba”, akan tetapi, ketika hal tersebut terjadi ia dapat menghasilkan penurunan drastis jumlah ikan dan avertebrata yang dapat dipanen. Hal tersebut mengilustrasikan mengapa pendekatan ekosistem harus mendukung kelentingan komposisi jenis dalam suatu komunitas, mengurangi dampak ketika terjadi perubahan komposisi dan aliran energi pada ekosistem.

Gambar 2.3. Konsep aliran energi dan materi di antara komponen pembangun ekosistem. Setiap komponen memerlukan energi untuk respirasi, energi yang tersisa kemudian dimanfaatkan oleh komponen lainnya. Semua mahluk hidup akan mati dan diuraikan oleh biota pengurai.

4.1.3 Ikan dan avertebrata laut

Keanekaragaman ikan dan avertebrata besar di laut sangat tinggi, dan j enis-jenis baru terus ditemukan di kawasan yang kurang dipelajari. Sebagai panduan umum, sistem yang sangat produktif memiliki biomassa ikan dan avertebrata yang lebih besar, selain jumlah jenis yang tinggi (http://www.coml.org/). Dalam ekosistem dengan ciri osenografi fisik yang stabil, komposisi jenisnya juga akan cenderung stabil dari waktu ke waktu, yang juga termasuk kelimpahan relatif dari berbagai jenis. Dalam ekosistem dengan proses fisika yang sangat dinamis, baik secara musiman atau tahunan, komposisi jenis dan kelimpahan relatif ikan dan avertebrata akan berfluktuasi dengan tajam (Snelgrove dan Smith 2002).

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 30 dari 63

Ahli ekologi sering membedakan komponen bentik, demersal, dan pelagis dari komunitas ikan dan avertebrata. Pemisahan tersebut hanya untuk mempermudah pengelompokan informasi dan penelitian; akan tetapi, ia juga dapat merefleksikan hubungan ekologis yang seringkali sangat erat di antara jenis-jenis dari komponen yang sama, walapun selalu saling terhubung. Pemisahan tersebut sering berguna bagi pengelola dan pembuat kebijakan dan juga ahli ekologi karena banyak kegiatan manusia yang dikelola memiliki dampak, atau mendapatkan keuntungan langsung dari salah satu komponen. Oleh sebab itu, pemisahan komunitas biologi menjadi komponen komunitas bentik (dasar laut), demersal (dekat dasar laut), dan pelagis (dalam kolom air) dapat berguna bagi perencanaan dan komunikasi.

4.1.4 Komunitas bentik

Ketika substrat dasar laut cenderung lembut, seperti pasir dan lumpur, sebuah komunitas avertebrata dan ikan yang mengubur diri akan menghasilkan biomassa yang tinggi. “Infauna” yang mengubur diri tersebut sebagian besar berupa avertebrata besar, seperti beragam jenis cacing dan kerang. Baik substrat dasar laut yang keras maupun lembut tidak hanya mendukung komunitas bentik yang menempel di dasar laut, tetapi juga komunitas di kolom air. Komunitas yang muncul dapat meliputi beragam tipe avertebrata, baik sesil, seperti karang, spons, pena laut, kerang, dan lain-lain, dan jenis-jenis yang dapat bergerak seperti kepiting, moluska, dan lain-lain. Beberapa jenis ikan juga dapat menjadi bagian bentik yang mengubur diri atau di atas dasaran. Banyak jenis ikan dan avertebrata yang bernilai ekonomi penting dan berperan dalam perikanan subsisten, seperti kerang, kepiting, gurita, dan lain-lain. Komunitas bentik pada substrat lembut dan keras dapat stabil dari waktu ke waktu, atau berkurang secara teratur atau bahkan terjadi kehilangan besar-besaran akibat ombak, badai, dan lain-lain. Ekosistem yang dicirikan dari gangguan alami yang teratur terhadap komunitas bentik seringkali berisi jenis-jenis yang selalu siap mengkolonisasi area; sedangkan area dengan gangguan alami yang jarang biasanya lebih banyak memiliki jenis-jenis yang mampu menyebar dan laju penambahan populasi yang rendah ke tika diintroduksi ke daerah baru. Komunitas bentik meliputi detritus alami ekosistem. Semua yang mati dan tenggelam dari kolom air tanpa dimakan akan berakhir di dasar laut, sehingga komunitas bentik yang penting untuk mendaur ulang energi dan unsur hara di dalam ekosistem laut (Del Giorgio dan Williams 2005). Banyak tipe kegiatan manusia berhubungan dan merubah dasar laut secara langsung, dan akan berdampak langsung pada komunitas. Dalam beberapa kasus, dampak terhadap dasar laut sangat penting bagi aktivitas manusia, seperti ketika mengambil kerang yang mengubur diri. Dalam kasus lain, dampak bersifat tak disengaja, tetapi tetap berdampak serius, seperti ketika komunitas bentik ditutupi oleh sedimen atau sampah akibat dari pembangunan pesisir. Oleh sebab i tu, dampak terhadap komunitas bentik perlu mempertimbangkan beragam aktivitas manusia, tidak cuma beberapa akivitas yang memanfaatkan komunitas bentik secara langsung. Seberapa parah dampaknya, dan seberapa lama dibutuhkan waktu bagi komunitas untuk pulih tergantung pada bentuk dampak dan pola gangguan alami yang terjadi pada komunitas bentik. Pengelolaan dan kebijakan yang baik perlu memperhitungkan pola gangguan alami dan sejarah pemanfaatan oleh manusia di suatu area. Jika kawasan tersebut terlindungi dari gangguan alami oleh kedalaman atau pelindung alami, dan belum pernah dimanfaatkan secara intensif di masa lalu, bahkan sedikit gangguan akan mengakibatkan dampak ekologis yang besar yang membutuhkan waktu hingga tahunan untuk pulih. Dalam hal implikasi terhadap pengelolaan, gangguan serius terhadap komunitas bentik dampaknya biasanya tersebar ke berbagai fungsi ekosistem.

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 31 dari 63

4.1.5 Komunitas demersal

Banyak jenis ikan dan beberapa jenis avertebrata menjadi komponen komunitas demersal, dan hidup dekat dengan dasar laut. Pada garis lintang yang tinggi dan ekosistem dengan produktivitas rendah kemungkinan terdapat jumlah jenis yang sedikit dalam komunitas tersebut, tetapi kemungkinan terdapat banyak jenis demersal di daerah berproduktivitas tinggi, jika lingkungan f isika dan kimianya cenderung stabil, atau jika dasar laut dan komunitas bentik memiliki struktur tiga dimensi. Dalam ekosistem yang produktivitasnya musiman, banyak jenis-jenis penting dari komunitas bentik yang bermigrasi, terkadang hingga jauh. Selain itu, komunitas demersal dengan beragam jenis kemungkinan berisi jenis-jenis dengan sejarah siklus hidup yang berbeda-beda. Beberapa jenis memiliki umur yang pendek dengan sebagian besar populasi menghasilkan anakan setiap tahun yang kemudian dewasa hanya dalam beberapa tahun bahkan ada yang beberapa bulan. Jenis-jenis lain dapat berumur panjang dengan laju rekrutmen tahunan yang rendah dan membutuhkan dua atau tiga dekade untuk dewasa. Jenis-jenis demersal dapat memiliki laju rekrutmen yang teratur, tetapi tingkat rekrutmen dapat bervariasi dari tahun ke tahun, terutama dalam ekosistem dengan kondisi lingkungan yang sangat bervariasi dari waktu ke waktu. Individu dari jenis-jenis demersal seperti kerapu dan hake memproduksi telur hingga jutaan dalam setahun, tetapi jenis lain, seperti ikan gitar dan ikan pari, biasanya hanya memproduksi beberapa telur. Pada banyak jenis-jenis demersal fase larva dan juwana ikan dan avertebrata tersebut dapat membutuhkan beberapa habitat dan makanan yang berbeda dengan fase dewasa, dan beragam fase hidup terkadang ditemukan di tempat yang betul-betul berbeda.

4.1.6 Komunitas pelagis

Jenis-jenis ikan di komunitas pelagis sering terdiri dari kawanan ikan yang rapat, dan seringkali bermigrasi pada musim tertentu serta selalu bergerak untuk periode yang singkat. Kelimpahan ikan di komunitas pelagis dapat saja tinggi, tetapi kelimpahan dan produktivitas dapat bervariasi antar tahun di berbagai ekosistem, bahkan hingga dekade, dalam periode yang panjang. Terdapat pula avertebrata pelagis, seperti beberapa jenis cumi-cumi yang menunjukkan adaptasi yang serupa. Jenis-jenis pelagis kecil seperti sarden, teri, cumi-cumi, dan ikan kembung dapat menjadi sumber makanan yang penting bagi pemangsa lain, sedangkan jenis-jenis pelagis seperti tuna dan ikan layar dapat menjadi pemangsa domenitan. Karena pola kawanan dan migrasinya, dan kecenderungan untuk mencapai kelimpahan tinggi, peran dari jenis-jenis pelagis di dalam dinamika ekosistem lokal bisa jadi penting, walaupun sulit untuk diperkirakan. Selai n itu, karena sifat migrasinya, berarti pendekatan ekosistem terhadap aktivitas pengelolaan untuk jenis-jenis tersebut biasanya harus meliputi kawasan yang luas, atau menjadi usaha bersama dari berbagai yurisdiksi. Terdapat pula beberapa jenis hiu pelagis besar, berikut dengan hiu demersal, ikan gitar, dan ikan pari, memiliki siklus hidup yang membuatnya hanya dapat dimanfaatkan dengan laju yang rendah agar pemanfaatan dapat berkelanjutan (Musick 1999).

Peran penting dari beragam jenis tersebut dalam jejari ng makanan juga berarti kegagalan pengelolaan akan berakibat serius, tersebar luas dengan dampak yang lama bagi beragam bagian ekosistem lainnya dan penggunaan oleh manusia. Posisi dari jenis-jenis pelagis besar dan migran sebagai pemangsa puncak dalam ekosistem berarti mereka mengakumulasi zat kimia beracun hingga ke tingkat tinggi jika mangsa mereka terpapar polutan. Zat kimia tersebut dapat mengancam kesehatan manusia yang memakan ikan, dan memberikan tantangan bagi pengelola dan pembuat kebijakan, walaupun lokasi sumber polusi sangat jauh.

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 32 dari 63

4.1.7 Burung air, mamalia laut, dan penyu

Seluruh ekosistem laut mendukung populasi burung laut, penyu, dan mamalia. Banyak, tetapi tidak semua jenis tersebut, yang menjadi pemangsa puncak yang memakan ikan atau avertebrata besar, tetapi beberapa paus yang terbesar hanya memakan zooplankton kecil. Walaupun banyak jenis bermigrasi pada jangka waktu musiman, biologi pemijahan mereka sering terkait dengan lokasi yang sangat spesisfik pada sebagian waktu dalam setahun. Oleh sebab itu, keberadaan mangsa secara lokal pada daerah pemijahan utama atau daerah mencari makan juga sama pentingnya dengan keberadaan mangsa secara keseluruhan. Jenis-jenis tersebut memiliki produktivitas yang sangat rendah dan lama mencapai kedewasaan, dengan beberapa jenis hanya menghasilkan seekor anakan per tahun, dan beberapa jenis bahkan tidak menghasilkan anak setiap tahun.

Dalam hal pengelolaan dan kebijakan jenis-jenis tersebut terkadang digunakan sebagai makanan, tetapi hampir tidak ada yang dipasarkan secara komersil selama beberapa dekade. Akan tetapi, populasi dari banyak jenis menurun drastis akibat penangkapan berlebih atau karena habitat alami atau rute migrasinya telah berubah akibat kegiatan manusia, yang juga meliputi pelepasan pemangsa eksotis ke tempat-tempat berbiak. Pengelola dan pembuat kebijakan sering perlu

memberikan prioritas yang tinggi untuk melindungi jenis-jenis tersebut dari gangguan, seperti menjadi tangkapan sampingan perikanan atau gangguan terhadap lokasi berbiaknya. Bahkan

jenis-jenis burung laut, mamalia laut, ikan, dan avertebrata yang melimpah bergantung pada pengelolaan agar tersedia cukup makanan bagi kebutuhannya, dan sering kali dalam skala spasial lokal. Semua jenis tersebut harus menghirup udara, sehingga sering ditemukan di permukaan laut. Hal tersebut membuat mereka rentan terkena tumpahan menityak, yang harus dipertimbangkan dalam mengatur lalu lintas laut. Banyak pula jenis-jenis yang melakukan migrasi ke tempat yang jauh. Di selatan China, terdapat sebuah KKP koridor yang ditetapkan khusus untuk melindungi migrasi penyu, lumba-lumba, dan mimi. Otoritas pengelolaan menganggap hal tersebut merupakan pendekatan “ekosistem” dengan tujuan melindungi siklus hidup geografis bagi beberapa jenis migran.

Hand-out 2.2: Penandaan satelit penyu sisik dan penyu hijau

4.2 Aspek Keterampilan: Menyusun sejarah yang dialami ekosistem dan mempertimbangkan