• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Pengetahuan: Menjelaskan pengelolaan berbasis ekosistem

BAB II MATERI UNIT KOMPETENSI MENJELASKAN BEBERAPA PROSES DAN

6.3 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan pengelolaan berbasis ekosistem

Pengelolaan berbasis ekosistem (EBM) telah menjadi paradigma kebijakan kelautan dan sekarang sudah diterima secara luas sebagai hal penting untuk mewujudkan pengelolaan dan konservasi sumberdaya yang efektif. EBM menganggap manusia sebagai bagian dari ekosistem dan menilai

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 47 dari 63

manfaat-kerugian jasa yang disediakan ekosistem atau lingkungan untuk kehidupan manusia dan tujuan konservasi sumberdaya. Pendekatan ekosistem ini membimbing pengelola dan pembuat kebijakan pada sejumlah pilihan yang menguntungkan sementara banyak perubahan yang terjadi tak dapat dihindari ketika menyebar dalam jjejaring makanan di dalam ekosistem dan tidak memulihkan komponen-komponen ekosistem yang telah dimanfaatkan langsung (FAO 2003, Belfiori et al. 2006). Oleh sebab itu, EBM memperhitungkan dampak kumulatif dari berbagai kegiatan pemanfaatan. Penerapan EBM memerlukan upaya terpadu dalam pengumpulan dan interpretasi data tentang setiap jenis kegiatan pemanfaatan sektor kelautan. EBM juga membutuhkan pengelolaan adaptif, yaitu kemampuan untuk mengembangkan dan memasukkan temuan baru untuk mengubah atau mengadaptasi strategi pengelolaan yang sedang diterapkan.

Sejumlah pertanyaan dapat digunakan oleh pengelola dan pengambil kebijakan sebagai dasar dalam diskusi beserta tenaga ahli atau tradisional tentang ekosistem.

Apakah ada pengendali fisik atau kimia yang diketahui berubah drastis secara musiman atau tahunan, apa saja yang mempengaruhi produktivitas dan komposisis jenis dalam ekosistem? Beberapa contohnya adalah adanya kawasan pembalikan massa air yang kuat, kawasan yang didominasi oleh pasang surut kuat, atau kawasan dimana El Niño dapat menyebabkan perubahan suhu drastis. Dalam kasus-kasus tersebut, produktivitas primer dan sensitivitas suhu untuk pertumbuhan dan pendewasaan merupakan fungsi ekosistem yang penting.

Apakah struktur kerumitan dasar laut dan komunitas bentik penting bagi seleksi habitat dan perlindungan dari pemangsaan bagi ikan dan avertebrata? Beberapa contohnya adalah tepi lereng terumbu, gunung bawah air, atau terumbu karang. Dalam kasus seleksi habitat, pemangsaan, dan rekrutmen jenis-jenis yang hidup berasosiasi maka struktur habitat merupakan fungsi ekosistem yang penting.

Apakah sistem memiliki ciri-ciri unsur hara berlebih dan/atau kadar oksigen rendah? Beberapa contohnya adalah kawasan yang sering mengalami eutrofikasi. Jika ada, produktivitas dan respirasi merupakan fungsi dalam ekosistem yang penting.

Apakah terdapat jenis-jenis mangsa tertentu yang, ketika melimpah, menjadi sumber makanan utama bagi berbagai pemangsa dalam ekosistem. Beberapa contohnya adalah capelin pada sistem Boreal di utara, atau kopepoda atau euphausiidae dalam sistem di lintang menengah. Jika ada, pemangsaan merupakan fungsi dalam ekosistem yang penting dan harus diatur dari “bawah ke atas”, terutama jika rekrutmen dari mangsa sangat dipengaruhi oleh suhu air, salinitas, dan lain-lain. Apakah ada jenis-jenis pemangsa tertentu yang, ketika melimpah, menghilangkan banyak mangsa. Contohnya adalah pengurangan mangsa di sekitar lokasi bertelur burung laut kolonial. Jika ada, pemangsaan merupakan fungsi dalam ekosistem yang penting dan harus diatur dari “atas ke bawah”, terutama jika pemangsa puncak berumur panjang dibanding mangsanya.

Dua pertanyaan terakhir membawa dua pertimbangan penting terkait fungsi dan hubungan penting jejaring makanan. Pertama, bahkan dalam ekosistem dengan kekayaan jenis yang tidak terlalu tinggi, terdapat jumlah hubungan yang besar antar jenis mangsa dan jenis lain yang dapat memangsanya. Oleh sebab itu, jejaring makanan ekosistem laut yang telah dipelajari dengan baik selalu berisi hubungan yang sangat terkait sehingga tidak bisa langsung dilakukan pengukuran (Yodzis 1996). Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa kerumitan hubungan penting untuk mempertahankan fungsi ekosistem tingkat tinggi dan penting, seperti kelentingan ekosistem terhadap tekanan dan kemampuan mempertahankan diri dari gangguan (Brookes et al. 2005). Ada bagian kecil dari hubungan tersebut yang sering mendominasi aliran biomassa dan energi di seluruh ekosistem dan

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 48 dari 63

tanpa informasi yang banyak, tetapi membuatnya penting untuk dipertimbangkan dalam pengelolaan dan kebijakan (Berlow et al. 1999, 2004).

Kedua, bahkan ketika tidak ada pemangsa tunggal yang dapat mengatur struktur dan fungsi ekosistem dari atas ke bawah, sangat mungkin tekanan pemangsaaan dari atas ke bawah merupakan sebuah fungsi penting dalam ekosistem. Keadaan tersebut dapat muncul karena pemangsaan di laut seringkali berbasis ukuran dan jenis. Sebagai contoh, dalam sebuah kawasan diet dari dua jenis demersal – mungkin dua jenis ikan sebelah – dengan panjang yang sama akan lebih mirip dibanding diet ikan berukuran 10 cm dan 70 cm dalam jenis yang sama. Panduan pengelolaan dan kebijakan yang baik sering berpindah-pindah dari pendekatan berbasis ukuran ke pendekatan berbasis jenis (Bianchi et al. 2000, Pope et al. 2006).

Sistem kemungkinan tidak dapat menyerap tekanan tambahan terhadap fungsi penting tersebut, tanpa akibat yang serius dan sulit dikembalikan. Kedua, tidaklah bijak untuk menganggap kondisi saat ini sebagai kondisi awal yang digunakan untuk menilai efektivitas pengelolaan dan aksi kebijakan. Jika fungsi penting tersebut telah tertekan cukup tinggi, ia kemungkinan tidak dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi saat ini (Jackson et al. 2001). Kemungkinan kondisi struktur dan fungsi ekosistem sedang dalam masa transisi dalam beradaptasi terhadap tekanan yang baru terjadi, dan tidak ada upaya pengelolaan yang dapat mempertahankannya dalam kondisi sementara (misalnya mengubah dasar pertimbangan yang akan didiskusikan lebih lanjut dalam modul perikanan). Sayangnya, hanya pada kawasan yang telah diketahui dengan baik kita mungkin untuk merekonstruksi apa yang tidak terlalu tertekan, dan kemungkinan lebih berkelanjutan, kondisi ekosistem dapat diketahui secara historis, dan jarang sekali perkiraan dibuat tentang fungsi dan struktur sistem ketika perubahan sementara terjadi di setiap hubungan. Kondisi ekosistem tersebut membuat pengelolaan yang bijak sangat menantang.

Dukungan berbasis populasi dan masyarakat bagi kebijakan dan pengelolaan dapat diambil dari pengetahuan tradisional dan masyarakat, karena penduduk pesisir memiliki pengalaman lebih banyak tentang sistem laut dan status populasi dan komunitas organisme (Berkes et al. 2000, Grey 2005). Pengetahuan tersebut bisa menjadi sangat penting karena, seperti ditunjukkan di atas, sering kali data tidak cukup tersedia untuk menentukan bagaimana hubungan harus direpresentasikan, terutama di masa lalu. Pertanyaan pengelolaan dan kebijakan dapat meliputi bagaimana ekosistem akan bereaksi terhadap kondisi yang berbeda dengan ketika data dikumpulkan. Dalam kasus tersebut pengalaman membantu menyediakan wawasan proses yang berguna dan bagaimana ekosistem akan bereaksi terhadap pilihan pengelolaan atau kebijakan yang sedang dipertimbangkan Zonasi spasial, termasuk KKP, adalah salah satu alat bagi pengelolaan berbasis ekosistem. Akankah KKP bekerja bagi ekosistem yang diisi jenis-jenis terancam? Sangat penting untuk mempertimbangkan tujuan dari sebuah kawasan konservasi dalam konteks ekosistem.

Sebagai salah satu alat untuk pengelolaan berbasis ekosistem, desain dan pengelolaan KKP harus menggunakan pendekatan berdasarkan informasi tentang ekosistem laut yang telah diketahui. Berikut ini daftar beberapa karakteristik:

Setiap ekosistem laut menjadi rumah beragam jenis yang memiliki beragam kebutuhan habitat, strategi kehidupan, dan nilai bagi manusia.

Interaksi dalam ekosistem sangat intensif dan dampak yang kuat pada satu bagian biasanya akan berpengaruh juga ke ekosistem, yang mengakibatkan perubahan pada jenis lain.

Setiap ekosistem mengalami beragam penggunaan yang saling bertentangan, mulai dari rekreasi hingga polusi hingga pengambilan mineral dan kekayaan biologis.

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi

Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan KKP.02.001.01 Kode Modul:

Judul Modul: Menjelaskan Beberapa Proses dan Interaksi Penting pada Ekosistem Laut

Buku Informasi Versi: Agustus 2011 Halaman: 49 dari 63

Berbagai ancaman terhadap laut bersumber dari dampak alami dan antropogenik pada habitat dan populasi.

Beberapa ancaman di laut, seperti akibat pengerukan, bersifat lokal, tetapi beberapa ancaman, seperti limpasan unsur hara dan pemanfaatan berlebih ikan pelagis, dapat terjadi jauh dari sumber masalahnya.

Setiap kegiatan perlindungan keanekaragaman hayati dan pengelolaan stok ikan yang lebih baik meliputi perlindungan terhadap habitat organisme dewasa, juwana, atau pemijah.

Variabilitas iklim – baik secara alami atau akibat perubahan global – dapat mengganggu fungsi ekosistem pada beberapa tempat dan waktu, oleh sebab itu, habitat yang dilindungi harus diperbesar sebagai jaminan terhadap bencana.

Tidak ada alat pengelolaan – bahkan mempertahankan habitat – yang mampu menjawab semua masalah laut sekaligus” (Pew Ocean Commission 2003, hal 32).

KKP, cagar, dan bentuk zonasi yang lain adalah salah satu alat pengelolaan yang paling bisa memasukkan pertimbangan seluruh jenis dalam ekosistem tertentu. Sebuah usaha yang kuat dan terkoordinasi dibutuhkan untuk menghilangkan ancaman bagi laut di dunia. Untuk menjawab ancaman tersebut dibutuhkan pola pikir multi dimensional.

Salah satu metode kuantitatif untuk melakukan EBM telah diusulkan oleh Levin et al. (2009), yang disebut Integrated Ecosistem Assessment (IEA). IEA meliputi lima langkah yaitu (dari Levin et al. 2009):

1 Peninjauan – membantu mengidentifikasi tujuan pengelolaan dan ancaman kunci berdasarkan

sebagian pengendali dan tekanan utama. Pelibatan pihak terkait sangat penting pada tahap pertama. Bentuk tata kelola dapat mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan jika skala tata kelola dan ekosistem tidak cocok.

2 Penyusunan indikator – Indikator yang dipergunakan sebagai perwakilan ekosistem harus dipilih

yang dapat meliputi proses ekosistem, kelompok biologis, dan tipe indikator yang luas. Indikator harus sensitif dan responsif pada variabel yang akan diukur. Indikator juga harus bisa diukur secara langsung, dapat dimengerti oleh pihak terkait, dan murah untuk diukur (Rice dan Rochet 2005).

3 Analisis Risiko – Langkah tersebut digunakan untuk menentukan kemungkinan sebuah indikator

mencapai kondisi yang tidak diinginkan. Ketidakpastian harus dijelaskan. Faktor-faktor resiko dianalisis tentang kemungkinannya mengakibatkan bahaya atau dampak dan kemampuan indikator untuk pulih. Teknik analisis resiko telah lama tersedia dan telah banyak diterima.

4 Evaluasi Strategi Pengelolaan - dalam tahap ini, berbagai strategi pengelolaan dievaluasi

pengaruhnya terhadap indikator. Strategi evaluasi pengelolaan (Management Strategy Evaluation – MSE) sering membutuhkan pemodelan untuk mengevaluasi berbagai strategi dan telah digunakan untuk perikanan.

5 Pemantauan dan Evaluasi - tahap akhir berupa pemantauan dan evaluasi sangat penting untuk

memahami apakah strategi sudah efektif dan sangat penting bagi proses perencanaan apapun.

6.4 Aspek Pengetahuan: Menjelaskan konsep kesehatan dan keutuhan ekosistem