• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Aspek Penyuluhan

2.6.1 Pengertian Penyuluhan

Undang-undang nomor 16 tahun2006 mengenai system penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan, penyuluhan merupakan proses pembelajaran agi pelaku utama dan pelaku usaha agar merekan mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untukk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan. Serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Penyuluhan pertanian untuk selanjutnya disebut untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha.

Penyuluh pertanian merupakan metode belajar mengajar yang dilakukan penyuluh bagi petani secara tidak langsung agar malaksanakan pertranian menjadi lebih baik dan lebih menguntungkan, dan mensejahterakan kehidupan petani (Faqih, dkk, 2015).

2.6.2 Tujuan Penyuluhan

Tujuan Penyuluhan pertanian yang ingin dicapai ada dua yakni capaian jangka pendek dan jangka Panjang. Perubahan yang diharpkan yakni peningkatanan pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga diharapkan usaha tani dapat berjalan secara efektif dan efisien (Timbulus dkk, 2016).

2.6.3 Sasaran Penyuluhan

Menurut Vintarno, dkk (2019), sasaran untama pada penyuluhan pertanian adalah pelaku utama, pelaku usaha dan pemangku kepentingan dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Berdasarkan Siswanto (2012), kegiatan penyuluhan membutuhkan sasaran, dalam hal ini sasaran di kelompokkan msebagai berikut :

a. Sasaran utama adalah target penyuluhan pada aktivitas Bertani dan pengelolaan usaha tani. Pada target utama penyuluhan petani menjadi pusat perhatian berdasarkan penyuluhan.

b. Sasaran penentu dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian bukan yang terlibat dalam kegiatan usahatani, namun secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam penentuan kebijakan pembangunan pertanian, menyediakan segala hal yang diperlukan bagi pelaku usahatani. Kelompok yang termasuk dalam hal ini yaitu pimpinan atau penguasa pengambil keputusan dalam kebijakan pembangunan pertanian, tokoh informal (guru, politikus, tokoh keagamaan, dll),

peneliti atau ilmuan, lembaga perkereditan,produsen dan penyalur, pedagang dan lembaga pemasaran, serta pengusaha/ industri pengolahan hasil pertanian.

c. Sasaran pendukung yang mencakup berbagai pihak baik langsung atau tidak langsung tidak memiliki hubungan kegiatan dengan pembangunan pertanian, tetapi dapat dimanfaatkan guna melancarkan penyuluhan pertanian. Kelompok yang termasuk adalah para pekerja sosial, seniman, konsumen dan biro iklan.

2.6.4 Materi Penyuluhan

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutananan, Materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan.

Materi penyuluhan yakni suatu pokok bahasan yang akan disuluhkan oleh penyuluh kepada sasaran dalam bentuk informasi baik dari segi sosial, ekonomi, huki, dan lain-lain. Dengan tujuan dalam memenuhi kebutuhan sasaran penyuluhan dengan memperhatikan pemanfaatan dan kelestarian sumber daya pertanian.

Sumber dari materi penyuluhan biasaya berasal dari instansi pemerintah, lembaga-lembaga swasta/swadaya, pengalaman sasaran dan sumber lainnya yang dapat dipercasya seperti informasi dari perguruan tinggi (Siswanto, 2012).

2.6.5 Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan adalah serangkaian cara atau strategi yang digunakan oleh penyuluh dalam menyampaikan pesan dan infromasi kepada sasaran sehingga terjadi perubahan sikap dan perilaku sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Faqih dan

Susanti, 2015). Dalam penyampaian pesan dan infromasi banyak jenis metode yang dilakukan oleh penyuluh baik secara langsung yakni dengan melakukan komunikasi tatap muka dan media lainnya yang memungkinkan penyuluh dapat berkomunikasi secara langsung dengan petani. Metode selanjutnya yakni komunikasi secara tidak langsung baik lewat orang lain atau media lainnya yang memungkinkan penyuluh tidak bisa menerima respon dengan cepat (Siswanto, 2012).

Menurut Permentan Nomor 52 Tahun 2009 tentang metode penyuluhan pertanian, tujuan dari metode penyuluhan yaitu :

1) Mempercepat dan mempermudah penyampaian materi dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian

2) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan dan pelaksanaan penyuluhan pertanian

3) Mempercepat proses adopsi inovasi teknologi pertanian

Sedangkan metode penyuluhan pertanian berdasarkan teknik komunikasi, jumlah sasaran dan indra penerimaan digolongkan menjadi:

1) Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan pertanian digolongkan menjadi :

a) Komunikasi langsung (direct communication/face to face communication), contoh: obrolan di sawah, obrolan di balai desa, obrolan di rumah, telepon/HP,kursus tani, demonstrasi karyawisata, pameran;

b) Komunikasi tidak langsung (inderect communication), pesan disampaikan melalui perantara (medium atau media), contoh : publikasi dalam bentuk cetakan,poster, siaran radio/TV, pertunjukan film.

2) Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai digolongkan menjadi:

a) Pendekatan perorangan, contoh: kunjungan rumah, kunjungan usahatani, surat-menyurat, hubungan telepon;

b) Pendekatan kelompok, contoh: diskusi kelompok, demonstrasi (cara atau hasil), karyawisata, temu Lapangan, kursus tani;

c) Pendekatan masal, contoh: pameran, pemutaran film, siaran pedesaan/TV,pemasangan poster, pemasangan spanduk, penyebaran bahan bacaan (folder,leaflet, brosur).

3) Berdasarkan indera penerima digolongan menjadi:

a) Indera penglihatan, contoh: poster, film, pemutaran slide;

b) Indera pendengaran, contoh: siaran TV/radio, pidato, ceramah, hubungan telepon;

c) Beberapa indera, contoh: demonstrasi (cara atau hasil), siaran TV, pameran.

2.6.6 Media Penyuluhan

Menurut Siswanto (2012), media penyuluhan merupakan alat yang digunakan untuk menunjang pada kegiatan penyuluhan yang berfungsi sebagai alat penyampaian suatu informasi agar dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan pelaku utama dan pelaku usaha untuk mendorong proses belajar. Media dibedakan menjadi tiga bagian meliputi :

a. Media lisan merupakan media yang digunakan untuk penyampaian secara langsung ataupun tidak langsung melalui radio, kaset, dan lain-lain.

b. Media cetak biasamya berupa gambar dan tulisan yang dibagikan, disebarkan, atau dipasang ditempat strategis yang mudah dijangkau oleh sasaran. Contoh media cetak yang dapat digunakan selebaram, koran, poster, dan lain-lain.

c. Media terproyeksi biasanya berupa gambar atau tulisan lewat video dan sebagainya.

2.6.7 Evaluasi Penyuluhan

Menurut Padmowiharjo, dkk (2006) menyatakan bahwa evaluasi penyuluhan pertanian yakni suatu proses kegiatan guna memperoleh suatu informasi sejauh mana sasaran dapat menerima materi yang telah disampaikan setelah dilakukannya penyuluhan, kemudian digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan terhadap program penyuluhan yang akan dilakukan kedepannya.

Pengetahuan merupakan semua hal yang diketahui oleh seseorang mengenai objek tertentu yang terdapat ilmu didalamnya yang sangat penting dalam proses pembentukan perilaku sasaran. Seseorang memiliki pengetahuan terhadap suatu objek mempunyai dua aspek yakni aspek positif dan negatif. Maka semakin banyak aspek postif dalam pengetahuan akan menimbulkan sikap positif terhadap objek tersebut (Sumantri, 2011)

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil dari berbagai indra meliputi indra mendengar, melihat, meraba, merasakan dan penciuman, sehingga diperoleh persepsi terhadap objek tertentu. Tahu (know), memahami (comprehention), aplikasi (aplication), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation) merupakan 6 tingkatan pengetahuan.

2.6.8 Metode Scoring System

Metode scoring system suatu metode yang digunakan unuk memberikan hasil evaluasi terhadap suatu hal berupa subyek tes dalam bentuk nilai, sehingga dapat

digunakan untuk mengetahui seberapa banyak pemahaman materi terhadap tes yang dilakukan dengan menggunakan metode scoring system (Anamisa, 2015).

Metode scoring system atau skor skala merupakan interpretasi skor skala selalu bersifat normatif, artinya makna skor diacukan pada posisi relatif skor dalam suatu kelompok yang telah dibatasi terlebih dahulu. Angka-angka atau skor yang diperoleh pada level interval dan hanya dapat diinterpretasikan pada level ordinal (Hermayanti Pungky, Arif Budimansyah dan Ujang Tresna, 2017).

Penentuan kategorisasi berdasarkan jenjang ordinal adalah sebagai berikut :

a) Menentukan data statistik secara deskriptif berupa rentang minimum (X min), rentang maksimum (X max), luas sebaran jenjang, mean teoritis (μ) dan devisiasi standar (σ).

b) Menghitung data statistik secara deskriptif sebagai berikut : Xmin = jumlah pertanyaan x nilai minimum Xmax = jumlah pertanyaan x nilai maksimum Luas jarak sebaran = Xmax – X min

(μ) = jumlah pertanyaan x jumlah kategori (σ) = luas jarak sebaran / 6

c) Menentukan penggolongan subjek ke dalam 3 kategori : X < (μ – 1,0σ) Rendah

(μ – 1,0σ) ≤ X < (μ +1,0σ) Sedang

(μ +1,0σ) ≤ X Tinggi

Dokumen terkait