• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh berbagai konsentrasi asam amino semprot daun terhadap pertumbuhan dan analisa keuntungan usahatani tanaman selada kriting (Lactuca Sativa L) seca ra hidroponik di Asosiasi petani hidroponik (Astanik) Kabupaten Bondowoso

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh berbagai konsentrasi asam amino semprot daun terhadap pertumbuhan dan analisa keuntungan usahatani tanaman selada kriting (Lactuca Sativa L) seca ra hidroponik di Asosiasi petani hidroponik (Astanik) Kabupaten Bondowoso"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

KEUNTUNGAN USAHATANI TANAMAN SELADA KRITING (Lactuca sativa l.) SECARA HIDROPONIK DI ASOSIASI PETANI HIDROPONIK (ASTANIK) KABUPATEN BONDOWOSO

TUGAS AKHIR

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

IMAM KURNIAWAN NIRM 04.01.18.058

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(2)

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI ASAM AMINO SEMPROT DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN ANALISA

KEUNTUNGAN USAHATANI TANAMAN SELADA KRITING (Lactuca sativa l.) SECARA HIDROPONIK DI ASOSIASI PETANI HIDROPONIK (ASTANIK) KABUPATEN BONDOWOSO

TUGAS AKHIR Diajukan sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

IMAM KURNIAWAN NIRM 04.01.18.058

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(3)

HALAMAN PERUNTUKAN

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah membantu pada setiap aspek. Yang telah mengabulkan doa peneliti agar bisa segera menyelesaikan Tugas Akhir ini. Kepada Nabi Muhammad SAW sungguh besar juga rasa syukur penulis atas kehadiratmu, yang berjasa dalam hidup penulis.

Terima kasih banyak kepada ibu bapak yang sudah memberikan dukungan dalam proses penyusunan tugas akhir ini. Tidak lelah memanjatkan doa demi keberlangsungan penyusunan tugas akhir ini. Terima Kasih sudah mengingatkan bahwa dunia tidak seperti apa yang terlihat, namun ada dunia yang keras dibalik dunia yang indah, sehingga dengan itu membuat saya kembali bangkit dan tidak menyerah dalam menyusun tugas akhir.

Terima penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yakni bapak Dr. Ir. HR Bambang Priyanto,MP dan Bapak Joko Gagung, SP, M. Agr yang telah banyak mendampingi dan mengarahkan penulis dalam menyusun tugas akhir ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa, rekan-rekan asal Bondowoso yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu yang telah membantu dikala penulis jatuh dan tidak mampu bangkit untuk melanjutkan penulisan tugas akhir, tanpa kalian penulis tidak akan mampu menulis tugas akhir hingga saat ini. Kepada rekan-rekan basket terima kasih telah ada saat penulis dilanda kejenuhan dan menuangkan ke emosian pada pertandingan.

Terima kasih penulis tujukan kepada keluarga besar Asosiasi Tanaman Hidroponik (ASTANIK) Kabupaten Bondowoso, khususnya Mas Yudha selaku ketua Asosiasi Tanaman Hidroponik (ASTANIK) yang sudah mau menampung aspirasi penulis sebagai tempat untuk melaksanakan penyuluhan dikemudian hari, semoga materi apa yang nanti saya sampaikan dapat bermanfaat bagi anggota Asosiasi.

Sungguh penulis tidak dapat memberikan apapun kecuali doa, semoga Allah SWT slalu mendampingi mereka orang-orang baik. Aamiin.

(4)
(5)

(6)

RINGKASAN

Imam Kurniawan, NIRM. 04.01.18.058. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Asam Amino Semprot Daun Terhadap Pertumbuhan dan Analisa Usahatani Tanaman Selada Kriting (Lactuca Sativa l.) Secara Hidroponik di Asosiasi Petani Hidroponik (ASTANIK) Kabupaten Bondowoso. Komisi Pembimbing : Dr. Ir. HR Bambang Priyanto,MP dan Joko Gagung, SP, M. Agr. Nutrisi tanaman hidroponik yang digunakan pada Asosiasi Tanaman Hidroponik Kabupaten Bondowoso hanya menggunakan Nutrisi AB Mix. Angota Asosiasi masih belum mengetahui dan pengaruh Asam Amino terhadap pertumbuhan tanaman selada kriting (Lactuca Sativa l.) secara hidroponik.

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui pengaruh berbagai Konsentrasi AB Mix dan Asam Amino terhadap pertumbuhan tanaman selada kriting secara hidroponik. 2). Mengetahui tingkat keuntungan usahatani dalam budidaya tanaman selada kriting secara hidroponik terhadap pengaruh berbagai Konsentrasi AB Mix dan Asam Amino 3). Mengetahui rancangan penyuluhan tentang pengaruh berbagai Konsentrasi AB Mix dan Asam Amino terhadap pertumbuhan tanaman selada kriting secara hidroponik. 4). Mengetahui peningkatan pengetahuan petani mengenai pengaruh berbagai Konsentrasi AB Mix dan Asam Amino terhadap pertumbuhan tanaman selada kriting secara hidroponik.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Rancangan Acak Lengkap non factorial dengan empat perlakuan : P0 (AB Mix), P1 (AB Mix + Asam Amino 2,5%), P2 (AB Mix + Asam Amino 5%), P3 (AB Mix+ Asam Amino 7,5%). Pengamatan Kajian dilaksanaka pada hari ke-7 hingga hari ke-42 setelah tanam, setiap 7 hari untuk

(7)

pengamatan tinggi tanaman, diameter tanaman, dan saat panen pada pengamatan parameter berat basah tanaman. Pada Parameter tinggi tanaman selada keriting (Lactuca Sativa l.) secara hidroponik diperoleh P2 dengan konsentrasi 5% sebagai hasil kajian terbaik dan rata-rata tinggi tanaman adalah 25,2 cm. Pada parameter jumlah helai daun tanaman selada keriting (Lactuca Sativa l.) secara hidroponik diperoleh P2 dengan konsentrasi 5% dan rata-rata jumlah helai daun adalah 24 helai daunsebagai hasil kajian terbaik. Pada parameter berat segar tanaman selada keriting (Lactuca Sativa l.) secara hidroponik diperoleh P2 dengan konsentrasi 5% dan rata- rata berat segar tanaman adalah 280,67 gram sebagai hasil kajian

Kegiatan penyuluhan dilakukan di Asosiasi Petani Hidroponik (ASTANIK) Kabupaten Bondowoso, dengan jumlah populasi 25 orang dan metode pengambilan sampel menggunakan Sampling Jenuh hingga didapatkan 25 responden. Materi yang disampaikan berdasarkan hasil kajian terbaik, dan kegiatan penyuluhan ini untuk mengetahui peningkatan pengetahuan petani. Evaluasi penyuluhan dilakukan untuk mengukur peningkatan pengetahuan sasaran. Peningkatan pengetahuan anggota Asosiasi Petani Hidroponik Kabupaten Bondowoso adalah 9,3 %.

(8)

PERNYATAAN

ORSINALITAS TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan penulis, di dalam penulisan naskah tugas akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah di ajukan oleh orang lain sebagai Tugas Akhir atau untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat oyang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain,kecuali yang penulis kutip sebagai sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata dalam naskah Tugas Akhir ini terdapat unsur PLAGIASI, penulis Bersedia Tugas Akhir ini digugurkan dan gelar vokasi yang telah saya peroleh (S.Tr) dibatalkan, serta di proses sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Malang, Juni 2022

Imam Kurniawan NIRM 04.01.18.058

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga. Penulis dapat menyusun proposal tugas akhir dengan judul “ Pengaruh Berbagai Konsentrasi Asam Amino Semprot Daun Terhadap Pertumbuhan dan Analisa Usahatani Tanaman Selada Kriting (Lactuca Sativa l.) Secara Hidroponik di Asosiasi Petani Hidroponik (ASTANIK) Kabupaten Bondowoso”

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat dalam pemunahan pelaksanaan Tugas Akhir (TA). Dalam Penyusunannya, Tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dalam bentuk materi maupun non materi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. HR Bambang Priyanto,MP selaku Dosen Pembimbing I 2. Joko Gagung, SP, M. Agr selaku Dosen Pembimbing II

3. Ir. Dwi Purnomo, MM selaku Dosen Penguji

4. Dr. Eny Wahyuning Purwanti, SP, MP selaku Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

5. Dr. Setya Budi Udrayana, S.Pt. M.Si selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

6. Semua pihak yang telah memantu dalam penyusunan tugas akhir ini

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata kesemoournaan. Oleh sebab itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Laporan penulis.

Malang, April 2022 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERUNTUKAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. RINGKASAN ... vi

PERNYATAAN ORSINALITAS TUGAS AKHIR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Penelitian terdahulu ... 6

2.2 Aspek Teknis ... 8

2.2.1 Tanaman Selada Kriting ... 8

2.2.2 Nutrisi Tanaman Hidroponik ... 9

2.2.3 Jenis-jenis Unsur Hara ... 10

2.3 Teknis Budidaya Hidroponik Sistem Nutrient Film Technique (NFT) ... 12

2.3.1 Persiapan Instalasi ... 12

2.3.2 Persemaian ... 13

2.3.3 Penanaman ... 13

2.3.4 Pemeliharaan ... 13

2.3.5 Panen ... 14

2.4 Biaya Usahatani ... 14

2.4.1 Biaya Variabel ... 14

2.4.2 Biaya Tetap ... 16

2.5 Keuntungan Usahatani ... 18

2.6 Aspek Penyuluhan ... 19

2.6.1 Pengertian Penyuluhan ... 19

2.6.2 Tujuan Penyuluhan ... 20

(11)

2.6.3 Sasaran Penyuluhan ... 20

2.6.4 Materi Penyuluhan ... 21

2.6.5 Metode Penyuluhan ... 21

2.6.6 Media Penyuluhan ... 23

2.6.7 Evaluasi Penyuluhan ... 24

2.6.8 Metode Scoring System ... 24

2.5 Hipotesis ... 26

2.6 Kerangka Pikir ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Lokasi dan Waktu ... 29

3.2 Metode Penelitian ... 29

3.2.1 Alat dan Bahan ... 29

3.2.2 Rancangan Kajian ... 29

3.2.3 Pelaksanaan Kajian ... 31

3.2.4 Parameter Pengamatan ... 33

3.2.5 Definisi Operasional ... 34

3.2.6 Analisa Data ... 35

3.3 Metode Rancangan ... 37

3.3.1 Lokasi Dan Penyuluhan ... 37

3.3.2 Rancangan Penyuluhan Pertanian ... 37

3.4 Metode Implementasi / Uji Coba Rancangan ... 39

3.5 Metode Evaluasi Rancangan ... 39

3.5.1 Tujuan Evaluasi ... 39

3.5.2 Variabel ... 39

3.5.3 Populasi dan Sampel ... 40

3.5.4 Metode Evaluasi ... 40

3.5.5 Penetapan Penyusunan Instrumen ... 40

3.5.6 Evaluasi ... 40

3.5.7 Uji Validitas dan reliabilitas ... 40

BAB IV ... 42

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Hasil ... 42

(12)

4.1.1 Tinggi Tanaman ... 42

4.1.2 Jumlah Helai Daun Tanaman ... 43

4.1.3 Berat Segar Tanaman ... 45

4.1.4 Analisa Keuntungan Usahatani ... 46

4.2 Pembahasan ... 51

4.2.1 Tinggi Tanaman ... 51

4.2.2 Jumlah Helai Daun ... 51

4.2.3 Berat Segar Tanaman ... 52

4.2.4 Analisa Keuntungan Usahatani ... 52

BAB V ... 54

PERANCANGAN DAN... 54

UJI COBA PERANCANGAN PENYULUHAN ... 54

5.1 Keadaan Umum ... 54

5.1.1 Keadaan Wilayah ... 54

5.2 Perancangan ... 54

5.2.1 Lokasi dan Waktu Perancangan ... 54

5.2.2. Penetapan Tujuan Penyuluhan ... 55

5.2.3. Penetapan Sasaran Penyuluhan ... 55

5.2.4. Penetapan Materi Penyuluhan ... 57

5.2.5. Penetapan Media Penyuluhan ... 58

5.2.6. Penetapan Metode Penyuluhan ... 58

5.2.7. Evaluasi Penyuluhan ... 58

5.2.8 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian ... 60

5.3 Implementasi ... 60

5.2.8 Hasil Pelaksanaan Penyuluhan ... 60

BAB VI ... 63

PEMBAHASAN/DISKUSI ... 63

6.1 Pembahasan Hasil Impelementasi dan Evaluasi Penyuluhan ... 63

6.1.1 Deskripsi Hasil Pelaksanan Evaluasi Penyuluhan ... 63

6.2 Rencana Tindak Lanjut ... 66

6.2.1 Rekomendasi Perbaikan Rancangan ... 66

BAB VII ... 67

(13)

PENUTUP ... 67

7.1 Kesimpulan ... 67

7.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(14)

DAFTAR TABEL

3.1 Rancangan Perlakuan Kajian ... 25

4.1 Rerata Tinggi Tanaman Terhadap Pengaruh Pemberian Asam Amino ... 42

4.2 Rerata Jumlah Helai Daun Tanaman Terhadap Pengaruh Pemberian Asam Amino ... 43

4.3 Rerata Berat Segar Tanaman Terhadap Pengaruh Pemberian Asam Amino . 44 4.4 Analisa Keuntungan UsahaTani dengan tanpa menerapkan Hasil Kajian ... 46

4.5 Analisa Keuntungan UsahaTani dengan menerapkan Hasil Kajian P2 Konsentrasi 5% ... 48

5.1 Batas Wilayah Kabupaten Bondowoso ... 51

5.2 Data Rekapitulasi Sasaran Penyuluhan ... 53

5.3 penggolongan pengetahuan ... 56

6.1. Hasil analisis data peningkatan pengetahuan ... 60

6.2 Rekapitulasi Tes Pengetahuan ... 61

(15)

DAFTAR GAMBAR

3.1 Denah Perlakuan ... 26

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen ...

Lampiran 2. Kuisioner Evaluasi Penyuluhan ...

Lampiran 3. Uji Validitas dan Reabilitas Kuisioner ...

Lampiran 4. Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman ...

Lampiran 5. Hasil Analisis Anova Pada Tinggi Tanaman ...

Lampiran 6. Data Hasil Pengamatan Jumlah Helai Daun ...

Lampiran 7. Hasil Analisis Anova Jumlah Helai Daun ...

Lampiran 8. Data Pengamatan Berat Segar Tanaman ...

Lampiran 9. Hasil Analisis Anova Berat Segar Tanaman ...

Lampiran 10. Sinopsis ...

Lampiran 11. Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) ...

Lampiran 12. Media Penyuluhan ...

Lampiran 13. Berita Acara ...

Lampiran 14. Tabulasi Kuisioner Evaluasi Pretest ...

Lampiran 15. Tabulasi Kuisioner Evaluasi Posttest ...

Lampiran 16. Dokumentasi Kegiatan ...

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hidroponik adalah salah satu metode budidaya tanaman tanpa mengunakan tanah dengan nutrisi yang di alirkan melalui air, hidroponik memiliki beberapa jenis sistem salah satunya adalah Nutrient Film Technique (NFT) dan Deep Flow Technique (DFT). Sistem hidroponik Nutrient Film Technique (NFT) merupakan

sistem budidaya tanaman secara hidroponik yang mensirkulasikan nutrisi pada talang air dangkal. Nutrisi dialirkan secara terus menerus karena prinsip sistem ini tidak adanya genangan (Bachri, 2017). Beberapa jenis sayuran dapat dibudidayakan secara hidroponik sistem NFT salah satu contoh sayurannya adalah selada kriting (Lactuca Sativa l.) Maka daripada itu tanaman selada kriting berpotensi untuk dapat di kembangkan dalam budidaya baik secara konvensional maupun secara hidroponik.

Dalam budidaya tanaman secara hidroponik pemenuhan nutrisi merupakan proses yang menunjang pertumbuhan tanaman. Unsur hara dibutuhkan oleh tanaman sebagai salah satu unsur untuk melakukan proses fotosintesis demi keberlangsungan hidup tanaman. Pada saat ini, terdapat 16 unsur hara yang di anggap penting peranannya bagi pertumbuhan tanaman (Jones et al. 1991).

Penambahan Nutrisi adalah salah satu nilai mutlak pada proses budidaya tanaman secara hidroponik dalam pemenuhan unsur hara makro dan mikro.

ASTANIK atau Asosiasi Petani Hidroponik Bondwoso adalah asosiasi yang bergerak dibidang pertanian khususnya pada sistem tanam hidroponik. Sebelum ASTANIK dibentuk petani hidroponik di bondowoso bernaung dibawah komunitas

(18)

hidroponik bondowoso, kendala mulai terjadi contohnya dalam komunitas belum membahas tentang pasar bersama, belum terbentuk struktur ke organisasian, keberadaannya belum diakui pada dinas pertanian atau belum memiliki Surat Keputusan, dan lain-lain. Komunitas Hidroponik dibentuk pada tahun 2015 dan pada tahun 2018 Atsa nama Yudha dipilih menjadi ketua komunitas hidroponik.

Program Yudha saat itu adalah ingin memajukan dan agar keberadaan komunitas Komunitas hidroponik Bondowoso diakui keberadaannya, maka dari itu yudha membentuk Asosiasi Petani Hidroponik (ASTANIK) dan mengajukan Surat Keputusan. Pada tahun 2020 Surat Keputusan turun dengan anggota 25 orang.

Program selanjutnya dari ASTANIK adalah menjadi penyelenggara PSAT atau Pangan Segar Asal Tumbuhan. Komoditas yang ditanam pada angota ASTANIK adalah selada, sawi, strawberry, melon, dengan komoditas utamanya adalah selada kriting varietas Jhonson RZ. Sistem hidroponik yang digunakan Pada anggota ASTANIK adalah NFT dan TFT dengan menyesuaikan lingkungan, mayoritas anggotanya menggunakan NFT dengan susut kemiringan 3%. Media tanam yang digunakan menggunakan media Rockwool. Nutrisi yang diberikan pada tanaman hanya berupa AB Mix. Berdasarkan hasil identifikasi potensi yakni minat anggota Asosiasi Petani Hidroponik atau ASTANIK terhadap hal baru cukup tinggi. Hasil identifikasi permasalahan yang di alami petani ASTANIK adalah petani hanya menggunakan nutrisi AB Mix dan belum mengetahui Asam Amino terhadap pertumbuhan tanaman selada kriting

Nutrisi yang diberikan oleh petani pada tanaman selada kriting secara hidroponik biasanya hanya sebatas AB Mix. Nutrisi AB Mix sendiri banyak digunakan pada jenis tanaman sayuran secara hidroponik. Kekurangan dari AB Mix sendiri berdasarkan hasil wawancara bersama petani AB Mix masih belum

(19)

mampu mencukupi kuantitas pasar selada kriting yang ada. Kelebihan dari AB Mix adalah mampu diserap oleh akar tanaman dengan mudah dan cepat.

Nutrisi AB Mix masih sering digunakan oleh petani ASTANIK Bondowoso yang masih meragukan penambahan Asam Amino sebagai nutrisi tambahan untuk tanaman secara hidroponik. Asam Amino adalah protein yang sudah dipecah melalui proses metabolisme menjadi molekul-molekul kecil sebagai bahan dasar untuk proses biosintesis (Abdul Syukur, ST. 2021). asam amino mampu menjadi nutrisi pada tanaman hidroponik karna mudah larut dan mengandung unsur nitrogen. Produsen Asam Amino dibondowoso salah satunya di P4S Bintang Tani Sejahtera Tamanan Bondowoso. Menggunakan Asam Amino yang dibuat di P4S Bintang Tani Sejahtera Kecamatan Tamanan Kabupaten Bondowoso dengan menggunakan bahan baku ikan lemuru.

Tingkat keuntungan usahatani dalam budidaya tanaman secara hidroponik masih belum diamati secara detail dalam bentuk pembukuan, maka dari itu petani di Asosisasi Petani Hidroponik (ASTANIK) belum mengetahui seberapa besar keuntungan dari hasil usahatani nya. Analisa keuntungan usahatani diperlukan dalam tindak lanjut produksi tanaman.

Dalam upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keuntungan analisa keuntungan usahatani petani terhadap pengaruh berbagai Konsentrasi AB Mix dan Asam Amino terhadap pertumbuhan tanaman selada kriting, Maka dari itu perlu dilakukan penelitian mengenai “Pengaruh Berbagai Konsentrasi Asam Amino Semprot Daun Terhadap Pertumbuhan dan Analisa Usahatani Tanaman Selada Kriting (Lactuca Sativa l.) Secara Hidroponik di Asosiasi Petani Hidroponik (ASTANIK) Kabupaten Bondowoso”

(20)

1.2 Rumusan Masalah

Berikut rumusan masalah dari uraian latar belakang :

1. Bagaimana pengaruh berbagai Konsentrasi AB Mix dan Asam Amino terhadap pertumbuhan tanaman selada kriting secara hidroponik

2. Bagaimana tingkat keuntungan usahatani dalam budidaya tanaman selada kriting secara hidroponik terhadap pengaruh berbagai Konsentrasi AB Mix dan Asam Amino.

3. Bagaimana rancangan penyuluhan tentang pengaruh berbagai Konsentrasi AB Mix dan Asam Amino terhadap pertumbuhan tanaman selada kriting secara hidroponik

4. Bagaimana peningkatan pengetahuan petani mengenai pengaruh berbagai Konsentrasi AB Mix dan Asam Amino terhadap pertumbuhan tanaman selada kriting secara hidroponik

1.3 Tujuan

Berikut tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini :

1. Mengetahui pengaruh berbagai Konsentrasi AB Mix dan Asam Amino terhadap pertumbuhan tanaman selada kriting secara hidroponik

2. Mengetahui tingkat keuntungan usahatani dalam budidaya tanaman selada kriting secara hidroponik terhadap pengaruh berbagai Konsentrasi AB Mix dan Asam Amino.

3. Mengetahui rancangan penyuluhan tentang pengaruh berbagai Konsentrasi AB Mix dan Asam Amino terhadap pertumbuhan selada secara hidroponik

(21)

4. Mengetahui peningkatan pengetahuan petani tentang pengaruh berbagai Konsentrasi AB Mix dan Asam Amino terhadap pertumbuhan tanaman selada kriting secara hidroponik

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini : 1. Manfaat bagi institusi

a. Dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa lain

b. Memperkenalkan Politeknik Pembangunan Pertanian (POLBANGTAN) Malang kepada masyarakat sebagai salah satu institusi yang dapat menjadi wadah mengabdi kepada masyarakat dibidang pertanian.

2. Manfaat bagi peneliti

a. Meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh berbagai Konsentrasi AB Mix dan Asam Amino terhadap pertumbuhan tanaman selada kriting ( Lactuca Sativa l.) secara hidroponik

b. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan di POLBANGTAN Malang

3. Manfaat pagi petani

a. Hasil kajian terbaik tentang pengaruh berbagai Konsentrasi AB Mix dan Asam Amino terhadap pertumbuhan tanaman selada kriting (Lactuca Sativa l.) secara hidroponik dapat diterapkan

b. Meningkatkan pengetahuan petani terhadap penggunaan AB Mix dan Asam Amino

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian terdahulu

Penelitian Atika Romalasari (2018) tentang Produksi Selada (Lactuca sativa l.) Menggunakan Sistem Hidroponik Dengan Perbedaan Sumber Nutrisi. Rancangan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan agustus 2018, bertempatan di lahan Politeknik Negeri Subang. Bahan yang perlu disiapkan grand rapids, air, rockwool. AB Mix dan nutrisi silika. Pada hasil percobaan menunjukkan perbedaan larutan nutrisi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman yakni pada karakter tinggi tanaman dan jumlah helai daun

Penelitian Bagus Tripama, dkk (2018) tentang Respon Konsentrasi Nutrisi Hidroponik Terhadap Tiga Jenis Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gebang, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember. Waktu penelitian 5 bulan dari Januari sampai Mei 2018 dengan ketinggian tempat + 89 meter di atas permukaan laut. Rancangan yang digunakan Split Plot (Petak Berbagi) terdapat dua faktor. Faktor petak utama adalah Konsentrasi Nutrisi AB mix terdiri dari 3 taraf: K1 : 1050 ppm, K2 : 1150 ppm, K3 : 1250 ppm. Faktor kedua sebagai anak petak adalah jenis Jenis Sawi (Brassica juncea L) ( V ) terdiri dari 3 jenis: J1 : Sawi Pagoda (Brassica narinosa), J2 : Sawi Hijau (Brassica rapa subsp. Chinensis), J3 : Sawi Pakcoy (Brassica rapa L). Hasil penelitian ini adalah perlakuan konsentrasi nutrisi berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada semua umur tanaman, serta berpengaruh sangat nyata terhadap parameter jumlah daun umur 21 dan 28 hari setelah tanam (hst), berpengaruh nyata pada parameter jumlah dauh 35

(23)

hst. Perlakuan jenis sawi berpengaruh sangat nyata terhadap parameter tinggi tanaman semua umur, jumlah daun 14 sampai 42 hst dan bobot tanaman.

Penelitian Tiwi Fitriansah (2018) tentang Pertumbuhan tanaman selada (Lactuca Sativa l.) pada Konsentrasi dan interval penambahan AB Mix dengan sistem

hidroponik. Penelitian dilaksanakan di Jalan Parangargo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui Konsentrasi dan interval penambahan AB mix yang tepat serta pengaruh perlakuan keduanya untuk meningkatkan pertumbuhan selada dengan metode hidroponik.

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri atas 4 perlakuan dan 2 kali ulangan dengan 1 kontrol, sehingga terdapat 34 petak percobaan dalam 1 petak percobaan terdapat 16 tanaman sehingga populasi seluruh tanaman berjumlah 544.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Konsentrasi dan interval penambahan AB Mix berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman selada dengan sistem hidroponik.

Penelitian Dwi Fitriani, dkk (2015) tentang Pengaruh pemberian Asam Amino (glisis, sistein dan arginin) terhadap pembentukan tunas tebu (Saccharum Offcinarum L.) secara in vitro. Penelitian dilaksanakan pada bulan juni 2014 sampai dengan

januari 2015 di dalam laboratorium kultur jaringan tumbuhan, jurusan agronomi, Universitas Jember. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 10 perlakuan dengan masing-masing perlakuan 3 ulangan, konsentrasi yang digunakan adalah 0,25 mM, 0,5 mM, 0,75 mM. Tujuan dari penelitian ini (1) mengetahui pengaruh pemberian asam amino terhadap pembentukan tunas dari kalus tanaman tebu; (2) mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi asam aminoyang berbeda dan optimal dalam usaha pengembangan sistem regenerasi paling efisien. Hasil dari penelitian ini adalah (1) pemberian asam amino berpengaruh terhadap pembentukan tunas dari kalus tanaman tebu (Saccharu Offcinarum L.). (2)

(24)

konsentrasi asam amino yang berbeda memberikan hasil yang berbeda, konsentrasi yang paling baik adalah 0,25 mM

Penelitian Dina Lestari dkk (2020). Pengaruh Konsentrasi Nutrisi dan Beberapa Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Seledri (Apium graveolens L.) dengan Sistem Wick secara Hidroponik . Penelitian dilaksanakan di Rumah Kasa Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, mulai Juni sampai Oktober 2019. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi, terdiri dari petak utama nutrisi: AB-MIX 1000 ppm, AB-MIX 1200 ppm, AB-MIX 1400 ppm, AB-MIX 1600 ppm, anak petak media tanam: arang sekam, cocopeat, serbuk gergaji, dilakukan sebanyak 3 ulangan. Peubah yang diamati terdiri dari: tinggi tanaman, jumlah tangkai daun utama, jumlah daun, berat segar konsumsi per tanaman dan berat akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media tanam serbuk gergaji dengan nutrisi 1000-1200 ppm memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman seledri terbaik, berpengaruh nyata pada tinggi tanaman dan jumlah tangkai daun utama. Pemberian nutrisi 1000-1200 ppm cendrung memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman terbaik sedangkan media tanam serbuk gergaji dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman seledri secara nyata pada semua peubah yang diamati.

2.2 Aspek Teknis

2.2.1 Tanaman Selada Kriting

Klasifikasi tanaman Selada Kriting (Lactuca Sativa l.) menurut Prameswari Ariccha W. (2017) sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae

(25)

Family : Compositae ( Asteraceae)

Genus : Lactuca

Spesies : Lactuca Sativa l.

Selada memiliki Panjang mulai 30-40 cm. sedangkan tinggi tanaman selada kropo antara 20-30 cm system perakaran tunggan dan serabut. Akar serabut terdapat pada batang dan menyebar keseluruh arah dengan Panjang mencapai 20-50 cm. bahkan dapat menembus tanah (Novriani, 2014).

2.2.2 Nutrisi Tanaman Hidroponik

Nutrisi tanaman merupakan kandung dari beberapa unsur hara atau unsur hara kimia yang dibutuhkan tanaman guna melanjutkan siklus hidup. Nutrisi tanaman merupakan merupakan inti dari pertanian modern, dengan kenyataan bahwa produktivitas hasil tanaman di tentukan dengan ketersediaan unsur hara tanaman . larutan nutrisi juga dalah satu factor penting yang berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas panen (Susilawati,2019).

Nutrisi penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman terdiri dari 16 unsur yang tergolong mikronutrien (wajib) Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium, dll. (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), belerang (S) dan mikronutrien (Diperlukan dalam jumlah kecil) Besi (Fe), mangan, dll. (Mn), boron (B), tembaga (Cu), seng (Zn), molibdenum (Mo), klorin (Cl). Sedangkan unsur karbon (C) dan oksigen (O) Atmosfer dari air dan hidrogen (H) (Orsini, F. et al, 2012)

Nutrisi hidroponik adalah nutrisi yang berperan Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Dengan sistem hidroponik Kebutuhan nutrisi keseluruhan hanya tercakup dari nutrisi yang diberikan Oleh karena itu, jumlah dan komposisi nutrisi yang tepat Anda dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Persyaratan nutrisi Tumbuhan

(26)

dapat dibagi menjadi dua kelompok: unsur hara mikro dan unsur hara mikro. C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S dan unsur hara mikro Cu, Mn, Fe, Zn, B, Mo dan Kl.(Frasetya Budy, 2019)

2.2.3 Jenis-jenis Unsur Hara 1. Nitrogen (N)

Nitrogen ini memainkan peran penting dalam pertumbuhan tanaman. elemen Diperlukan untuk pembentukan nutrisi dalam bentuk nitrogen Atau pertumbuhan bagian nutrisi tanaman Seperti daun, batang, akar. (Susilawati, 2019).

2. Fosfor (P)

Fosfor atau fosfat merupakan nutrisi dalam hidroponik. Membutuhkan banyak tanaman termasuk Mikronutrien. Jumlah fosfor dalam tanaman rendah Dibandingkan dengan nitrogen dan kalium. dalam proses Faktanya, fosfor dianggap sebagai kunci keberlanjutan Semua tanaman. Fosfor berasal dari bahan organik, pupuk dan mineral di dalam tanah. (Susilawati, 2019).

3. Kalium (K)

Kalium sering dibuat dengan menggabungkan antara 2 pupuk penting lainnya, fungsi dari kalium sendiri dapat mempercepat dan meningkatkan kualitas panen. (Susilawati, 2019).

4. Magnesium (Mg)

Magnesium adalah bagian penting dalam proses metabolism tanaman, zat-zat yang di metabolism adalah fosfat klorofil, respirasi tanaman, dan aktivitas enzim (Susilawati,2019).

(27)

5. Kalsium (ca)

Unsur kalsium adalah salah satu unsur hara makro yang tidak dianggap sebagai unsur pupuk, maka dari itu penggunaan unsur kalsium tidak sebanyak unsur nitrogen, kalium, dan phosphor (Susilawati, 2019).

6. Belerang atau Sulfur (S)

Belerang atau Sulfur merupakan unsur hara makro yang akan diserap tanaman dalam bentuk ion sulfat. Ion sulfat sendiri merupakan bagian dari protein yang terkandung dalam cysteine, methionine, dan thiamine (Susilawat, 2019).

7. Boron (B)

Boron dapat membantu siklus hidup tanaman dengan meningkatkan mobilitas gula dan kalsium. Unsur boron juga memainkan fungsi dalam pembelahan sel dan pembuatan protein. Pada proses penyerbukan, pembentukan bunga, buah, dan biji, semua mempunyai ketergantungan atau setidaknya memperoleh pengaruh besar dari unsur boron. Meskipun boron kelihatannya penting bagi tanaman, tapi untuk nutrisi tanaman hidroponik dibutuhkan dalam jumlah sedikit. (Susilawati, 2019).

8. Tembaga (Cu)

Tembaga menjadi komponen esensial yang mengaktifkan enzim-enzim pendukung pertumbuhan seperti diamin oksidase, askorbat oksidase, dan sitokrom-c oksidase. (Susilawati, 2019).

9. Zinc / Seng (Zn)

Zinc adalah salah satu unsur hara yang dibutuhkan pada saat mengalami pertumbuhan, efektivitasnya juga dipengaruhi oleh unsur hara Zinc atau seng,

(28)

unsur hara Zinc berperan sebagai katalisator dalam reaksi oksidasi (Susilawati, 2019).

10. Zat Besi (Fe)

Sejauh ini, kita mungkin hanya tahu zat besi Sebagai nutrisi bagi tubuh.

Namun, zat besi juga Mengandung nutrisi hidroponik yang memberikan kontribusi yang cukup Penting untuk pertumbuhan tanaman. Tumbuhan juga membantu dalam pembentukan klorofil Pembawa elektron dalam reaksi oksidasi dan reduksi Pernafasan. (Susilawati, 2019).

2.2.4 Asam Amino

Protein tersusun atas satuan yang berupa asam amino. Jumlah asam amino yang umum terdapat pada jasad hidup adalah 20 macam. Satu asam amino tediri dari satu gugus amino, satu gugus karboksil, satu atom hidrogen, dan satu rantai satu rantai samping yang terikat pada karbon. Perbedaan asam amino satu dan yang lainnya terdapat pada gugus sampingnya. Asam amino paling sederhana strukturnya adalah glisisn yang hanya memiliki satu asam hydrogen pada gugus sampingnya (Yuwono, 2002).

Asam Amino adalah protein yang sudah dipecah melalui proses metabolisme menjadi molekul-molekul kecil sebagai bahan dasar untuk proses biosintesis (Abdul Syukur, ST. 2021).

2.3 Teknis Budidaya Hidroponik Sistem Nutrient Film Technique (NFT)

2.3.1 Persiapan Instalasi

Persiapan instalasi hidroponik merupakan rangkaian untuk mempersiapkan tempat tanaman tumbuh dan menerima nutrisi. Hidroponik system NFT pada kajian

(29)

ini menggunakan pipa dengan diameter 2 dim sebagai tempat budidaya, pompa air mengalirkan nutrisi ke segala arah (Kaleka, 2019).

2.3.2 Persemaian

Proses awal yang perlu dilakukan dalam setiap kegiatan budidaya adalah persemaian benih. Persemaian benih dilakukan untuk mematahkan masa dormansi atau masa tidur benih sehingga dapat tumbuh menjadi tanaman melewati masa perkecambahan (Bachri, 2017).

2.3.3 Penanaman

Penanaman dialkukan setalah melaksanakan kegiatan persemaian benih.

Pesemaian benih dilakukan hinga tnaman berumur sekitar 10-14 HST. Penanaman dilihat dengan cara memilih tanaman yang telah siap untuk dipindah, agar tanaman tidak mudah hanyut atau tidak tertutupi pipa paralon. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemindahan atau penanam bibit yaitu 10-14 hst dan juga memiliki minimal 3 helai dau (Siswadi, 2013).

2.3.4 Pemeliharaan

Susilawati (2019) menyatakan bahwa dalam setiap pemeliharaan tanaman terdapat hal yang perlu disiapkan dan juga diperhatikan yakni :

a. Penyulaman dilakukan apabila tanaman utama mati, cacat terserang penyakit dan terserang hama, kemudian penyulaman dilakukan menggunakan tanaman dengan usia dan perlakuan yang sama.

(30)

b. Perawatan instalasi dilakukan dengan menjaga kepekatan nutrisi dan membersihkan pipa minimal setidaknya 6 bulan sekali. Perawatan ini beruna untuk membersihkan instalasi dari lumut.

c. Pengecekan nutrisi dan pH perlu dilakukan untuk mencukupi dan menjaga kestabilan nutrisi tanaman. Pengecekan ini minial setidaknya 3 hari sekali.

d. Pengendalian Hama Penyakit Tanaman HPT, dilakukan agar hama dan penyakit tidak menyerang tanaman, cara menanganinya dengan memberikan pestisida atau fungisida yang sesuai dengan penyakit yang menyerang tanaman.

2.3.5 Panen

Tanaman sayuran memiliki masa panen yang berbeda-beda sesuai dengan minat masyarakat pasar. Panen dengan umur rendah menyebabkan hasil panen yang rendah, sedangkan panen dengan umur tanaman tua menyebabkan kualitas hasil panen menurun. Sehingga dalam panen dapat disimpulkan panen harus memperhatikan bentuk fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun (Kaleka, 2019).

2.4 Biaya Usahatani

Biaya Usahatani Biaya produksi usahatani merupakan seluruh biaya atau korbanan yang diperlukan sebagai nilai input dalam pengelolaan proses produksi tanaman maupun ternak. Dalam ilmu manajemen usahatani. biaya usahatani terbagi atas biaya variabel (variabel cost) dan biaya tetap ((ixed cost) (Kahan, 2013:20).

2.4.1 Biaya Variabel

Biaya variabel selau bervariasi per masing-masing usaha yang dijalankan. Hal tersebut didasarkan pada kemampuan pelaksanaan usaha (ukuran usaha), jumlah

(31)

penggunaan input. serta hasil yang dapat dicapai. Pada dasarnya, peningkatan jumlah biaya variabel didasarkan pada jumlah produksi yang diusahakan. Jika produksi yang diusahakan meningkat, maka biaya variabel yang dikeluarkan pun juga meningkut dan begitupun sebaliknya. Yang termasuk kedalam biaya variabel umumnya terdiri atas biaya sarana produksi usahatani, seperti biaya pupuk, biaya benih maupun biaya pestisida.

a. Biaya Pupuk

Pupuk adalah input penting yang digunakan untuk produksi pertanian. Inovasi terhadap teknologi pupuk, baik organik maupun anorganik harus terus dikembangkan melalui berbagai bentuk dan model pengembangan yang berbasis efektivitas dan efisiensi penggunaannya (Sarintang dan Amir, 2016:658). Menurut Siska, Max, Ross (2018:45) menyatakan bahwa penggunaan pupuk dapat meningkatkan hasil produksi jika penggunaannya sesuai dengan Konsentrasi kebutuhan pertanaman.

b. Biaya Benih

Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pelaksanaan usahatani. Benih yang unggul, bermutu, serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit sangat dibutuhkan dalam pemi(ihan dan penggunaan benih dalam berusahatani (Siska, dkk , 2018:45)

c. Biaya Pestisida

Sebagai salah satu bagian dari input usahatam, pestisida haruslah digunakan secara bijak oleh petani. Menurut Arif (2015:134), penggunaan isida dimaksudkan untuk mengendalikan hama. Dalam pertanian maupun ebunan rakyat berskala besar, penggunaan pestisida menjadi hal pokok yang mutlak harus ada dalam pengelolaan usahatani (Arif, 2015:135).

(32)

2.4.2 Biaya Tetap

Biaya yang dikatakan sebagai biaya tetap adalah biaya-biaya produksi yang tidak akan berubah meskipun jurnlah produksinya ditambah atau dikurangi. Biaya yang termasuk ke dalam biaya tetap di antaranya adalah biaya sewa lahan, biaya pe.latan, dan biaya tenaga kerja.

a. Biaya Lahan

Lahan adalah salah satu bentuk modal atau aset yang berharga untuk dapat menjalankan suatu usahatani. Sadikin (2009) dalarn Manatar, Esry dan Juliana (2017:55) menyebutkan bahwa sebagai modal dalam pelaksanaan usahatani, lahan memiliki dua fungsi utama, yaitu : 1) Fungsi kegiatan budaya yang bermanfaat untuk dapat digunakan sebagai pemukiman, perkebunan, hutan produksi dan lain-lain, 2) Fungsi lindung yang digunakan untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup, baik sumberdaya alam, sumberdaya buatan, maupun nilai sejarah budaya bangsa. Pada dasarnya, penggunaan lahan merupakan gambaran pencapaian tujuan manusia sesuai yang diinginkannya. Tingkat kelayakan hidup petani dapat diukur dari tingkat luas lahan. Akan tetapi, keberadaan lahan semakin hari semakin sempit akibat dari kebutuhan lahan yang semakin tinggi yang tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah areal lahan (Setyoko, 2013 dalarn Manatar, dkk., 2017:56).

b. Biaya Penyusutan Alat dan Mesin Pertanian

Mesin dan peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan usahatani merupakan salah satu biaya utama yang harus diperhitungkan dalam analisis usahatani. Adanya kecanggihan teknologi yang membuat mesin pertanian semakin berkembang turut serta berdampak pada meningkatnya biaya mesin yang dalam beberapa tahun terakhir. Akan tetapi, manajemen pengelolaan mesin yang baik mampu mengendalikan biaya mesin yang dikeluarkan per hektarenya. Oleh sebab itu,

(33)

manajemen pengelolaan biaya mesin tersebut dapat dilakukan dengan prakiraan seakurat mungkin tentang bagaimana mesin tersebut didapatkan, kapan harus dijual kembali, serta berapa besar kapasitas penggunaan mesin usahatani (lowa State University, 2015:1)

c. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam kegiatan usahatani merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh petani, keluarga petani, maupun pekerja yang direkrut. Pada umumnya, sumber tenaga kerja dalam pelaksanaan usahatani terbagi atas tiga kategori, di antaranya : tenaga kerja keluargatani, tenaga kerja upahan, serta tenaga kerja yang disediakan oleh sesama anggota masyarakat. Seorang petani dapat menggunakan salah satu atau seluruh sumber tenaga kerja tersebut di bidang pertanian, tergantung pada situasi dan kondisi sesuai kebutuhannya. Kebutuhan tenaga kerja usahatani pun terdiri atas orang jumlah tenaga kerja yang digunakan, ketrampilan atau SDM tenaga kerja, serta waktu yang tersedia dalam melaksanaan tenaga kerjanya (Kahan, 2013:16).

Dalarn ilmu usahatani dengan menggunakan perhitungan ekonomt biaya, Tolal Cost (TC) atau yang sering disebut dengan Blaya Total menggambarkan penjurnlahan dan biaya variabel dengan biaya letap yang dikeluarkan selarna proses produksi.

Pada dasarnya, biaya total tersebut mencakup pada biaya total peluang dari setiap input faktor produksi dan biaya tetap atau biaya vanabel. Secara urnum, rumus dari biaya total ini adalah sebagai berikut (Wikipedia, 2018) :

TC = FC + VC Keterangan :

TC = Total Cost atau Biaya Total FC = Fixed Cost atau Biaya Tetap

(34)

VC = Variabet Cost atau Biaya Variabel

Penggambaran dari biaya total secara grafik dapat dilihat pada Gambar 2., dimana penguraian dari biaya total merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel yang pada model analisis biaya-volume-lama, biaya total ini digambarkan linear dalam volume (Wikipedia, 2018).

2.5 Keuntungan Usahatani

Yang dimaksud dengan keuntungan adalah selisih antara penenmaan dengan total pengeluaran Soekartawi (1995), dalam Kurniawan (2014, 45), menyatakan bahwa, tingkat keuntungan dianggap sebagai pendapatan bersih usahatani yang didapat dari hasil penjualan produk dikurangi dengan blaya yang diketuarkan dalam proses produksi Oleh sebab itulah, dapat dIsimpulkan bahwa tingkat keuntungan yang tinggi dapat diperoleh pada tingkat produksi dengan selisih yang besar antara penerimaan dengan biaya produksi. Lebih lanjut Tohir (1982) dalam Kurniawan (2014.45) telah merumuskan tingkat keuntungan usahatani dengan rurnus sebagai benkut :

Π= TR – TC Keterangan :

Π = Profit

TR = Total Revenue (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya)

Menurut Munansa (1994), dalam Ruauw. Katiandagho, dan Priska (2012:34).

keuntungan adalah selisih yang didapatkan dan hasil pendapatan dan perusahaan terhadap biaya yang dikeluaran selama proses produksi suatu barang. lebih lanjut Rusue dan Pitoyo (1995, dalarn Ruauw, dkk (2012:34): Juga rnenyatakan bahwa profit

(35)

yang didapatkan merupakan kelebihan dan penghasilan seluruh biaya usaha produksi Ukuran keberhasilan dan profit yang didapatkan dapat dilihat dari tinggi, rendanya profit margin serta tingkat pengembaliannya dalam suatu proses produksi Pada dasarnya, peranan dari biaya produksi yang dikeluarkan dan jumlah penerimaan hasil penjualan menjadi sangat penting Perusahaan seringkali menekankan pada penggunaan biaya produksi seminimal mungkin untuk Menghasilkan keuntungan sesuai yang danginkan. Berdasarkan dari resiko yang harus dihadapi oleh sebap jenis usaha, maka keuntungan pun seringkali dijadikan sebagai pembayaran untuk menghadapi restio tersebut. Pencapaian keuntungan semaksimal mungkin sebenarnya dapat dilakukan, yaitu dengan cara memanagement jumlah barang yang diproduksi serta teknik produksi yang baik untuk mendapatkan profit semaksimal mungkin (Kumalasari, 2016:993)

2.6 Aspek Penyuluhan

2.6.1 Pengertian Penyuluhan

Undang-undang nomor 16 tahun2006 mengenai system penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan, penyuluhan merupakan proses pembelajaran agi pelaku utama dan pelaku usaha agar merekan mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untukk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan. Serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Penyuluhan pertanian untuk selanjutnya disebut untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha.

(36)

Penyuluh pertanian merupakan metode belajar mengajar yang dilakukan penyuluh bagi petani secara tidak langsung agar malaksanakan pertranian menjadi lebih baik dan lebih menguntungkan, dan mensejahterakan kehidupan petani (Faqih, dkk, 2015).

2.6.2 Tujuan Penyuluhan

Tujuan Penyuluhan pertanian yang ingin dicapai ada dua yakni capaian jangka pendek dan jangka Panjang. Perubahan yang diharpkan yakni peningkatanan pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga diharapkan usaha tani dapat berjalan secara efektif dan efisien (Timbulus dkk, 2016).

2.6.3 Sasaran Penyuluhan

Menurut Vintarno, dkk (2019), sasaran untama pada penyuluhan pertanian adalah pelaku utama, pelaku usaha dan pemangku kepentingan dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Berdasarkan Siswanto (2012), kegiatan penyuluhan membutuhkan sasaran, dalam hal ini sasaran di kelompokkan msebagai berikut :

a. Sasaran utama adalah target penyuluhan pada aktivitas Bertani dan pengelolaan usaha tani. Pada target utama penyuluhan petani menjadi pusat perhatian berdasarkan penyuluhan.

b. Sasaran penentu dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian bukan yang terlibat dalam kegiatan usahatani, namun secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam penentuan kebijakan pembangunan pertanian, menyediakan segala hal yang diperlukan bagi pelaku usahatani. Kelompok yang termasuk dalam hal ini yaitu pimpinan atau penguasa pengambil keputusan dalam kebijakan pembangunan pertanian, tokoh informal (guru, politikus, tokoh keagamaan, dll),

(37)

peneliti atau ilmuan, lembaga perkereditan,produsen dan penyalur, pedagang dan lembaga pemasaran, serta pengusaha/ industri pengolahan hasil pertanian.

c. Sasaran pendukung yang mencakup berbagai pihak baik langsung atau tidak langsung tidak memiliki hubungan kegiatan dengan pembangunan pertanian, tetapi dapat dimanfaatkan guna melancarkan penyuluhan pertanian. Kelompok yang termasuk adalah para pekerja sosial, seniman, konsumen dan biro iklan.

2.6.4 Materi Penyuluhan

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutananan, Materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan.

Materi penyuluhan yakni suatu pokok bahasan yang akan disuluhkan oleh penyuluh kepada sasaran dalam bentuk informasi baik dari segi sosial, ekonomi, huki, dan lain-lain. Dengan tujuan dalam memenuhi kebutuhan sasaran penyuluhan dengan memperhatikan pemanfaatan dan kelestarian sumber daya pertanian.

Sumber dari materi penyuluhan biasaya berasal dari instansi pemerintah, lembaga- lembaga swasta/swadaya, pengalaman sasaran dan sumber lainnya yang dapat dipercasya seperti informasi dari perguruan tinggi (Siswanto, 2012).

2.6.5 Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan adalah serangkaian cara atau strategi yang digunakan oleh penyuluh dalam menyampaikan pesan dan infromasi kepada sasaran sehingga terjadi perubahan sikap dan perilaku sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Faqih dan

(38)

Susanti, 2015). Dalam penyampaian pesan dan infromasi banyak jenis metode yang dilakukan oleh penyuluh baik secara langsung yakni dengan melakukan komunikasi tatap muka dan media lainnya yang memungkinkan penyuluh dapat berkomunikasi secara langsung dengan petani. Metode selanjutnya yakni komunikasi secara tidak langsung baik lewat orang lain atau media lainnya yang memungkinkan penyuluh tidak bisa menerima respon dengan cepat (Siswanto, 2012).

Menurut Permentan Nomor 52 Tahun 2009 tentang metode penyuluhan pertanian, tujuan dari metode penyuluhan yaitu :

1) Mempercepat dan mempermudah penyampaian materi dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian

2) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan dan pelaksanaan penyuluhan pertanian

3) Mempercepat proses adopsi inovasi teknologi pertanian

Sedangkan metode penyuluhan pertanian berdasarkan teknik komunikasi, jumlah sasaran dan indra penerimaan digolongkan menjadi:

1) Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan pertanian digolongkan menjadi :

a) Komunikasi langsung (direct communication/face to face communication), contoh: obrolan di sawah, obrolan di balai desa, obrolan di rumah, telepon/HP,kursus tani, demonstrasi karyawisata, pameran;

b) Komunikasi tidak langsung (inderect communication), pesan disampaikan melalui perantara (medium atau media), contoh : publikasi dalam bentuk cetakan,poster, siaran radio/TV, pertunjukan film.

(39)

2) Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai digolongkan menjadi:

a) Pendekatan perorangan, contoh: kunjungan rumah, kunjungan usahatani, surat-menyurat, hubungan telepon;

b) Pendekatan kelompok, contoh: diskusi kelompok, demonstrasi (cara atau hasil), karyawisata, temu Lapangan, kursus tani;

c) Pendekatan masal, contoh: pameran, pemutaran film, siaran pedesaan/TV,pemasangan poster, pemasangan spanduk, penyebaran bahan bacaan (folder,leaflet, brosur).

3) Berdasarkan indera penerima digolongan menjadi:

a) Indera penglihatan, contoh: poster, film, pemutaran slide;

b) Indera pendengaran, contoh: siaran TV/radio, pidato, ceramah, hubungan telepon;

c) Beberapa indera, contoh: demonstrasi (cara atau hasil), siaran TV, pameran.

2.6.6 Media Penyuluhan

Menurut Siswanto (2012), media penyuluhan merupakan alat yang digunakan untuk menunjang pada kegiatan penyuluhan yang berfungsi sebagai alat penyampaian suatu informasi agar dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan pelaku utama dan pelaku usaha untuk mendorong proses belajar. Media dibedakan menjadi tiga bagian meliputi :

a. Media lisan merupakan media yang digunakan untuk penyampaian secara langsung ataupun tidak langsung melalui radio, kaset, dan lain-lain.

b. Media cetak biasamya berupa gambar dan tulisan yang dibagikan, disebarkan, atau dipasang ditempat strategis yang mudah dijangkau oleh sasaran. Contoh media cetak yang dapat digunakan selebaram, koran, poster, dan lain-lain.

(40)

c. Media terproyeksi biasanya berupa gambar atau tulisan lewat video dan sebagainya.

2.6.7 Evaluasi Penyuluhan

Menurut Padmowiharjo, dkk (2006) menyatakan bahwa evaluasi penyuluhan pertanian yakni suatu proses kegiatan guna memperoleh suatu informasi sejauh mana sasaran dapat menerima materi yang telah disampaikan setelah dilakukannya penyuluhan, kemudian digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan terhadap program penyuluhan yang akan dilakukan kedepannya.

Pengetahuan merupakan semua hal yang diketahui oleh seseorang mengenai objek tertentu yang terdapat ilmu didalamnya yang sangat penting dalam proses pembentukan perilaku sasaran. Seseorang memiliki pengetahuan terhadap suatu objek mempunyai dua aspek yakni aspek positif dan negatif. Maka semakin banyak aspek postif dalam pengetahuan akan menimbulkan sikap positif terhadap objek tersebut (Sumantri, 2011)

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil dari berbagai indra meliputi indra mendengar, melihat, meraba, merasakan dan penciuman, sehingga diperoleh persepsi terhadap objek tertentu. Tahu (know), memahami (comprehention), aplikasi (aplication), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation) merupakan 6 tingkatan pengetahuan.

2.6.8 Metode Scoring System

Metode scoring system suatu metode yang digunakan unuk memberikan hasil evaluasi terhadap suatu hal berupa subyek tes dalam bentuk nilai, sehingga dapat

(41)

digunakan untuk mengetahui seberapa banyak pemahaman materi terhadap tes yang dilakukan dengan menggunakan metode scoring system (Anamisa, 2015).

Metode scoring system atau skor skala merupakan interpretasi skor skala selalu bersifat normatif, artinya makna skor diacukan pada posisi relatif skor dalam suatu kelompok yang telah dibatasi terlebih dahulu. Angka-angka atau skor yang diperoleh pada level interval dan hanya dapat diinterpretasikan pada level ordinal (Hermayanti Pungky, Arif Budimansyah dan Ujang Tresna, 2017).

Penentuan kategorisasi berdasarkan jenjang ordinal adalah sebagai berikut :

a) Menentukan data statistik secara deskriptif berupa rentang minimum (X min), rentang maksimum (X max), luas sebaran jenjang, mean teoritis (μ) dan devisiasi standar (σ).

b) Menghitung data statistik secara deskriptif sebagai berikut : Xmin = jumlah pertanyaan x nilai minimum Xmax = jumlah pertanyaan x nilai maksimum Luas jarak sebaran = Xmax – X min

(μ) = jumlah pertanyaan x jumlah kategori (σ) = luas jarak sebaran / 6

c) Menentukan penggolongan subjek ke dalam 3 kategori : X < (μ – 1,0σ) Rendah

(μ – 1,0σ) ≤ X < (μ +1,0σ) Sedang

(μ +1,0σ) ≤ X Tinggi

(42)

2.5 Hipotesis

Adapun hipotesis pada kajian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Ada pengaruh nyata berbagai Konsentrasi Asam Amino terhadap pertumbuhan selada Kriting (Lactuca Sativa l.) dengan sistem hidroponik

H0 : Tidak ada pengaruh nyata berbagai Konsentrasi Asam Amino terhadap pertumbuhan selada kriting (Lactuca Sativa l.) dengan sistem hidroponik.

2.6 Kerangka Pikir

Kerangka pikir penyusunan rancangan penyuluhan Pengaruh Berbagai Konsentrasi Asam Amino Terhadap Pertumbuhan Selada Kriting (Lactuca Sativa l.) dengan sistem Hidroponik di Asosiasi Tanaman Hidroponik Kabupaten Bondowoso dapat dilihat pada gambar berikut ini :

(43)
(44)

Rumusan Masalah :

1. Bagaimana pengaruh berbagai dosis AB Mix dan Asam Amino terhadap pertumbuhan tanaman selada kriting secara hidroponik

2. Bagaimana rancangan penyuluhan tentang pengaruh berbagai dosis AB Mix dan Asam Amino terhadap pertumbuhan tanaman selada secara hidroponik

3. Bagaimana peningkataan pengetahuan petani mengenai pengaruh berbagai dosis AB Mix dan Asam Amino terhadap pertumbuhan tanaman selada secara hidroponik

Keadaan Sekarang :

1. Petani hanya menggunakan AB Mix saja pada budidaya tanaman selada secara Hidroponik 2. Petani masih meragukan pengaruh Asam Amino

terhadap pertumbuhan tanaman selada secara hidroponik

3. Petani belum mengetahui pengaruh dosis asam amino terhadap pertumbuhan tanaman selada secara hidroponik

Keadaan yang diharapkan 1. Petani Menggunakan AB Mix dan Asam Amino

pada budidaya tanaman selada.secara hidroponik 2. Petani mengetahui pengaruh Asam Amino

terhadap pertumbuhan tanaman selada secara hidroponik

3. Petani mengetahui pengaruh dosis asam amino terhadap pertumbuhan tanaman selada secara hidroponik

Tujuan :

1. Dapat mengetahui pengaruh berbagai dosis AB Mix dan Asam Amino terhadap pertumbuhan tanaman selada kriting secara hidroponik 2. Mengetahui rancangan tentang pengaruh dosis

AB Mix dan Asam Amino terhadap pertumbuhan selada secara hidroponik

3. Mengetahui peningkatan pengetahuan petani tentang pengaruh dosis AB Mix dan Asam Amino terhadap pertumbuhan tanaman selada secara hidroponik

Kajian pengaruh berbagai dosis Asam Amino semprot daun terhadap pertumbuhan Selada Kriting (Lactuca Sativa L.) secara hidroponik

RANCANGAN PENYULUHAN

Tujuan :

Meningkatkan pengetahuan petani tentang pengaruh berbagai dosis asam amino semprot daun terhadap pertumbuhan tanaman selada secara hidroponik

Sasaran :

Asosiasi Petani Hidroponik (ASTANIK) Kabupaten Bondowoso

Materi :

Hasil kajian terbaik

Metode :

Ceramah dan diskusi

Media :

PPT , Folder dan video

PELAKSANAAN PENYULUHAN EVALUASI

Metode penelitian :

Perlakuan :

P0 : AB Mix

P1 : AB Mix + Asam Amino 2,5%

P2 : AB Mix + Asam Amino 50 % P3 : AB Mix + Asam Amino 7,5%

Pengulangan(r) : 6

Analisis Data Penelitian Analisis of Varians (ANOVA) dengan taraf nyata 5% untuk menguji hipotesis, uji lanjut dengan DMRT dengan taraf 5%

Analisis Data Rancangan Penyuluhan

Analisis data menggunakan skala gutman

Lokasi Waktu pelaksanaan

kajian :

Hidroponik BWS.FARM Desember 2021 s/d Februari 2022

Metode : Metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap non faktorial

RTL/Rekomendasi

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Kajian di laksanakan di Green House BWS.FARM yang berlokasi di Jl.

Jember Desa Dadapan Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso. Kajian dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2022. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian dilaksanakan pada bulan april di Asosiasi Tanaman Hidroponik Kabupaten Bondowoso Provinsi Jawa Timur.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah alat tulis (penggaris, pulpen, buku), instalasi NFT, TDS, pH meter, gelas ukur, gunting, netpot, tray persemaian, kain flanel, alat ukur, timbangan digital, spray. Alat yang digunakan untuk melakukan penyuluhan antara lain pamflet, power point, proyektor, LCD, LPM, rangkuman, angket, daftar hadir, berita acara, alat tulis, dan media penyuluhan berupa kamera.

Bahan yang digunakan berupa air, benih Selada Kriting (Lactuca Sativa l), AB mix, Asam Amino.

3.2.2 Rancangan Kajian

Metode rancangan kajian yang dipilih adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) non factorial. RAL dipilih karena kondisi lingkungan kajian yang dapat disesuaikan atau relative homogen, serta jumlah perlakuan yang terbatas, adapun rancangannya adalah sebagai berikut :

(46)

Tabel 3.1 rancangan perlakuan kajian

Kode Keterangan

P0 AB Mix

P1 AB Mix + Asam Amino 2,5%

P2 AB Mix + Asam Amino 5%

P3 AB Mix + Asam Amino 7,5%

Keterangan : P0 = AB Mix, P1 =AB Mix + Asam Amino 2,5%, P2 = AB Mix + Asam Amino 5%, P3 = AB Mix + Asam Amino 7,5%

Menurut Hanifah (2019), rumus penentuan jumlah ulangan adalah sebagai berikut :

(t-1) (r-1) > 15 Keterangan :

t : Treatment / Perlakuan r : Replikasi / Ulangan

Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan 6 ulangan disetiap perlakuan. Dengan Jumlah populasi perlakuan tanaman yang yang dibutuhkan adalah 24. Denah rancangan percobaan dapat dilahat pada gambar 3.1

(47)

Gambar 3.1 Denah Perlakuan

3.2.3 Pelaksanaan Kajian

1. Periapan Instalasi Hidroponik

Tempat penanaman tanaman selada kriting dilakukan pada instalasi hidroponik dengan menggunakan sistem NFT (Nutrient Film Technique) dengan pipa PVC diameter 2,5” dan panjang 4 meter dan lubang tanam 20.

2. Persemaian Tanaman Selada Kriting

Persemaian dilakukan dengan menggunakan media rockwool. Media rockwool dipilih karena bahan yang mudah didapat dan juga mudah untuk

digunakan, rockwool sendiri berbahan dasar organic jadi aman untuk digunakan. Adapun cara persemaian menggunakan rockwool adalah sebagai berikut :

1. Rockwool dipotong dengan ukuran 2 cm x 2 cm dengan ketebalan 2 cm, kemudian diletakkan di tray perkecambahan

(48)

2. Benih direndam di air hangat dengan suhu 400C dengan waktu kurang lebih selama 20 menit

3. Benih dimasukkan satu benih setiap lubang tanam pada rockwool.

Kedalaman penanaman menggunakan rockwool adalah ±1 cm 4. Perawatan pada persemaian dilakukan dengan menyiramkan air

menggunakan sprayer dan lokasi yang digunakan tidak terpapar matahari secara langsung atau didalam greenhouse selama menjelang pindah tanam.

3. Penanaman Tanaman Selada Kriting

Penanaman dilakukan dengan cara memindahkan bibit tanaman selada kriting yang telah berumur 14 hari setelah semai, pemindahan bibit dilakukan dengan pemindahan bibit dari tray persemaian ke masing- masing netpot yang telah disiapkan.

4. Pemberian Nutrisi Tanaman Selada Kriting

Pemberian nutrisi dilakukan dengan menggunakan bahan AB Mix dan juga Asam Amino, pada penelitian ini digunakan 4 perlakuan. Perlakuan kontrol atau P0 dengan menggunakan AB Mix, perlakuan satu atau P1 menggunakan AB Mix dan Asam Amino 2,5%, perlakuan dua atau P2 menggunakan AB Mix dan Asam Amino 5%, perlakuan tiga atau P3 menggunakan AB Mix dan Asam Amino 7,5%. AB mix merupakan nutrisi yang digunakan dalam budidaya hidroponik yang terdapat 16 unsur guna menunjang dalam proses pertumbuhan tanaman. Asam Amino adalah protein yang sudah dipecah melalui proses metabolisme menjadi molekul- molekul kecil sebagai bahan dasar untuk proses biosintesis. Asam Amino

(49)

diberikan pada tanaman selada kriting dengan cara di semprotkan pada batang dan daun setiap 3 hari.

5. Pemeliharaan Tanaman Selada Kriting

Pemeliharaan tanaman selada kriting secara hidroponik adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengganti tanaman yang rusak atau mati dengan tanaman baru dengan usia tanam yang sama

6. Pemanenan Tanaman Selada Kriting

Pemanen tanaman selada kriting adalah masa dimana tanaman selada kriting dalam waktu yang siap untuk dipasarkan dan dikonsumsi. Selada kriting siap dipanen setelah umur 40 HST (Hari Setelah Tanam). Proses panen haru dilakukan dengan cepat, karena selada kriting adalah salah satu tanaman sayuran yang dikonsumsi daunnya sehingga kualitas kadar air daun harus tetap terjaga.

3.2.4 Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan tentang Pengaruh Berbagai Konsentrasi Asam Amino Terhadap Pertumbuhan Tanaman Selada Kriting (Lactuca Sativa l.) Secara Hidroponik yang diamati sebagai berikut :

a. Tinggi tanaman

Pengukuran tinggi tanaman selada kriting (Lactuca Sativa l.) dilakukan pada 7 HST dengan waktu 7 hari sekali. Tanaman diukur dari batang bawah sampai dengan daun tertinggi menggunakan penggaris dengan satuan centimeter (cm).

b. Diameter batang

(50)

Pengamatan diameter batang adalah pengamatan lebar tanaman pada satuan tanaman selada kriting dan dihitung dalam satuan cm. Pengamatan diameter batang diamati dalam 7 hari sekali.

c. Jumlah daun tanaman selada

Pengamatan jumlah daun tanaman selada kriting dengan menghitung jumlah dau terbentuk. Pengamatan jumlah daun diamati selama 7 hari sekali.

3.2.5 Definisi Operasional

• Rockwool adalah media tanam yang berasal dari batuan yang dipanaskan kemudian dibentuk secara sentrifugal hingga berbentuk serat kapas. Rockwool di beli di Rindang Hidroponik.

• Benih selada yang digunakan yakni benih dengan varietas Junction RZ.

• AB mix adalah nutrisi yang digunakan dalam budidaya hidroponi yang terdiri dari 16 unsur hara. Nutrisi ini dapat dibeli di toko pertanian atau toko hidroponik.

Nutrisi AB mix yang digunakan adalah AB mix Hikmah Farm (khusus tanaman sayur).

• Tinggi tanaman dilakukan pengamatan setiap tujuh hari sekali dan satuan yang digunakan centimeter (cm) yang diukur menggunakan penggaris mulai dari pangkal batang hingga daun tertinggi.

• Diameter batang tanaman diamati setiap tujuh hari sekali dengan satuan cm.

• Jumlah daun tanaman selada kriting dilakukan pengamatan selama tujuh hari sekali dengan menghitung jumlah daun terbentuk.

• Keuntungan adalah selisih dari total pendapatan dengan total biaya

• Biaya variabel adalah Biaya yang jangka penggunaannya habis dalam satu kali masa produksi

(51)

• Biaya tetap adalah Biaya yang jangka penggunaannya tidak habis dalam satu kali produksi dalam usahatani

• Total Biaya adalah Biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menjadi sebuah produksi

• Biaya penerimaan Merupakan biaya yang didapat dari perkalian antara jumlah produksi (hasil panen) dengan harga jual

3.2.6 Analisa Data

a. Analisa Data Hasil Kajian

Data yang diperoleh dari hasil analisis akan di uji menggunakan analisis of varians (Annova) dengan taraf nyata sebesar 5%. Apabila terdapat beda

nyata kemudian akan dilanjutkan kembali dengan menggunakan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf nyata sebesar 5%.

b. Analisa Data Keuntungan Usahatani

Perhitungan terhadap tingkat keuntungan usahatani selada kriting secara hidroponik dilakukan dengan mengetahui selisih antara total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC). Adapun rumus analisis pendapatan usahatani jagung adalah sebagai berikut :

Π= TR – TC Keterangan :

Π = Profit

TR = Total Revenue (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya)

(52)

Biaya Total (Total Cost(TC)) merupakan keseluruhan biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi. Adapun Rumus untuk mengetahui Biaya Total (TC) adalah :

TC = FC + VC

TC = Total Cost (Total Biaya) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) VC = Variable Cost (Biaya variabel)

Biaya tetap yang dibutuhkan dalam proses produksi merupakan biaya yang tidak akan bertambah atau berubah seiring dengan bertambahnya jumlah produksi.

Umumnya, biaya tetap ini meliputi biaya sewa lahan serta biaya peralatan.

Sedangkan biaya variable merupakan biaya yang mengalami perubahan secara proposional seiring bertambahnya jumlah (volume) produksi. Umunya biaya variable ini meliputi biaya bahan-bahan produksi, seperti biaya tenaga kerja, benih, kebutuhan pupuk, pestisida, serta kebutuhan produksi lainnya.

Untuk mengetahui penerimaan (Total Revenue (TR)) yang merupakan penerimaan total yang didapatkan dari hasil penjualan pokok. Dan adapun rumus untung mengetahui total penerimaan adalah sebagai berikut :

TR = P . Q

Keterangan :

TR = Total Revenue (Total Penerimaan ) P = Price (Harga)

Q = Quantity (Jumlah Produksi)

(53)

3.3 Metode Rancangan

3.3.1 Lokasi Dan Penyuluhan

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian dilaksanakan di Asosiasi Petani Hidroponik (ASTANIK) Kabupaten Bondowoso Provinsi Jawa Timu. Waktu pelaksanaan penyuluhan pertanian yang dipilih adalah bulan April 2022.

3.3.2 Rancangan Penyuluhan Pertanian

Rancangan penyuluhan pertanian perlu dipersiapkan sebelum dilaksanakannya penyuluhan pertanian, adapun hal-hal yang disiapkan sebelum kegiatan penyuluhan adalah sebagai berikut : a. Penetapan Tujuan Penyuluhan

Tujuan penyuluhan dipilih sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik sasaran. Tujuan dibuat untukmeningkatkan pengetahuan petani terhadap materi yang akan disampaikan.

b. Penetapan Sasaran Penyuluhan

Penetapan sasaran penyuluhan menggunakan metode sampling jenuh, hasil identifikasi potensi wilayah dan identifikasi permasalahan dijadikan dasar dalam penentuan sasaran penyuluhan. Sasaran penyuluhan yang dipilih adalah anggota Asosiasi Petani Hidroponik (ASTANIK) Kabupaten Bondowoso Provinsi Jawa Timur, dengan jumlah anggota 25 orang.

c. Penentuan Materi Penyuluhan

Penentuan materi berdasarkan hasil identifikasi potensi wilayah dan indentifikasi permasalahan, yang kemudian permasalahan

Referensi

Dokumen terkait

melalui Program Makassar Tidak Rantasa, dilihat bagaimana humas telah bertindak sebagai komunikator menyampaikan informasi dan menjadi penyambung lidah antara

a. Fungsi kognitif, semakin kuat efikasi diri anak akan memperkuat komitmen individu terhadap tujuan hidupnya misalnya dalam hal cita-cita. Fungsi motivasi, mendorong anak

URUSAN PEMERINTAHAN : 1.20 OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN, DAN PERSANDIAN. ORGANISASI : 1.20.49

Kedua: Menentukan variabel instrumen penelitian, yang menjadi kerangka dari HOT Fit yaitu Kualitas Sistem/ System Quality , Kualitas Informasi/ Information Quality ,

Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut, maka mendapatkan beberapa saran yang dapat di jadikan tolak ukur atau pertimbangan untuk memperbaiki konsep diri dalam

Penyelesaian Kredit Bermasalah Penghapusbukuan Kredit 1 Kebijakan Pembentukan Dana Cadangan Risiko DCR Sesuai dengan referensi peraturan, setiap bulannya CUKR telah membentuk DCR

Menggunakan metode numerik untuk mencari solusi numerik dari sistem persamaan diferensial pada model pertumbuhan sel T yang mensekresi IL-2.... Ketika Kyai

Ada beberapa isitilah yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini, agar tidak terjadi kerancuan dalam memahami judul yang diangkat yakni “Pengaruh Keterlibatan Guru dalam