• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA

5.3. Unsur Perekat Keterlekatan Hubungan Sesama Pedagang Pekan

5.3.2 Aspek Nilai Sosial dan Kemasyarakatan

Dalam aspek sosial dan kemasyarakatan, perekat keterlekatan hubungan antara sesama pedagang pekan etnis Minang di Kota Pinang dapat dilihat dari tiga unsur yaitu identitas satu etnis, berasal dari kampung yang sama, dan agama yang

sama. Unsur identitas satu etnis antara para pedagang pekan dalam hal ini adalah sama-sama pedagang Minang atau orang awak mengakibatkan terjalinnya kedekatan hubungan antara sesama pedagang pekan etnis Minang di Kota Pinang. Hal ini terjadi akibat adanya kesadaran bahwa sebagai sesama orang perantau harus saling membantu, sikap ini tergambar dalam pameo atau pantun daerah masyarakat Minangkabau yang sangat terkenal dan dianut oleh setiap masyarakat Minangkabau perantauan yaitu :

Hiduik bak cando roda padati Sakali kateh sakali kabawah

Wakatu kateh yo dapek galak badarai Tibo di bawah yo sansai badan marasai Hilang sama rugi

Mendapat sama berlaba Ringan sama dijinjing Berat sama dipikul

Makna dari pameo atau pantun di atas adalah hidup bagaikan roda pedati, sekali ke atas, sekali ke bawah, waktu diatas dapat tertawa berderai, sewaktu di bawah sungguh malang badan menderita. Bila berhasil dalam perantauannya keberhasilan itu tidak dinikmati sendiri, jika dahulu mereka sebagai anak buah atau anggota maka kini setelah berhasil mereka juga harus bisa menjadi induk semang atau orang yang dapat menampung saudara yang baru datang merantau sebagaimana ketika pertama kalinya mereka merantau dahulu. Hal inilah yang tertanam disetiap pedagang pekan etnis Minang di Kota Pinang sehingga mereka menyadari sebagai sesama orang perantauan harus solid, saling membantu dan menjaga hubungan baik diantara mereka. Seperti yang tergambar dari hasil wawancara berikut ini.

“Kebanyakan kita di sini sama-sama orang awak jadi kita semua dekat, apalagi kita pedagang Minang di

pekan jualannya saling berdekatan jadi semua kita dekat hubungannya di sini.” (Khairil Arman)

Mendukung pernyataan informan di atas, berikut penuturan informan lainnya.

“Kita sama-sama orang awak dan kita di sini banyak yang masih bertalian saudara jadi dekat semuanya.” (Buyung Seiko)

Selain itu unsur perekat keterlekatan hubungan antara sesama pedagang pekan etnis Minang di Kota Pinang adalah berasal dari kampung yang sama dalam hal ini kebanyakan pedagang pekan berasal dari Pariaman, Sumatera Barat. Sesama pedagang Minang di sini juga masih memiliki pertalian saudara antara satu pedagang dengan pedagang lainnya. Seperti penuturan salah satu informan berikut.

“Rata-rata kita semua di sini saling bertalian saudara dan masih merupakan orang satu kampung yang sama.” (Sudirman Pili)

Hal serupa juga disampaikan informan berikut.

“Kalau abang liat pedagang-pedagang Minang di Pancasila sini solid karena berasal dari kampung yang sama dan sudah biasa menghadapi situasi di pekan juga sama-sama.” (Yan)

Kesamaan agama yang dianut para pedagang juga menjadi unsur perekat keterlekatan hubungan sesama pedagang pekan etnis Minang di Kota Pinang, seluruh pedagang pekan etnis Minang menganut agama Islam yang mengajarkan untuk selalu menjaga hubungan sillaturahmi sesama umat Islam sehingga mengakibatkan hubungan yang terjalin sesama pedagang semakin erat. Hal ini di buktikan dengan sikap para pedagang pada saat acara dan perayaan-perayaan hari besar tertentu seperti pada saat hari raya Idul Fitri, para pedagang akan saling

berkunjung dan bersillaturahmi ke rumah pedagang lainnya. Seperti penuturan yang disampaikan salah satu pedagang berikut.

“Ketika lebaran seperti biasa kita saling berkunjung ke rumah tiap pedagang tapi bagi yang pulang kampung kita bisa sekedar telpon atau sms memberi ucapan dan pas dia balek ke sini baru kita salaman langsung.” (Dedi Arman)

Perayaan hari Idhul Adha juga dirayakan para pedagang pekan etnis Minang Kota Pinang yang tinggal di Pancasila. Di Mushalla yang mereka bangun bersama, setiap hari raya Idhul Adha para pedagang akan melaksanakan penyembelihan hewan kurban. Para pedagang yang mampu ekonominya akan berkurban membeli hewan kurban dan pada saat itu panitia pelaksana penyembelihan serta pelaksana pemotong hewan kurban juga merupakan para pedagang pekan etnis Minang bahkan daging-daging kurban juga akan dibagikan kepada seluruh warga gang Pancasila yang merupakan tempat berdomisilinya sebagian besar para pedagang pekan etnis Minang. Seperti penuturan salah satu informan berikut.

“Misalnya pada saat hari raya kurban, kita juga berkurban khususnya masyarakat di Pancasila yang kebanyakan kita semua isinya. Jadi menyembelih hewan kurban dari panitia sampai ke tukang potongnya kita semua pedagang-pedagang Minang.” (Sudirman Pili)

Begitu juga ketika ada acara pesta pernikahan atau alek yang diadakan salah satu keluarga pedagang Minang, berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap para pedagang pekan etnis Minang hasil yang terlihat adalah tingginya tingkat partisipasi pedagang untuk ikut menyukseskan acara pesta pernikahan atau alek tersebut. Hal ini dikarenakan adanya perasaan ikatan persaudaraan yang kuat antara sesama pedagang, ini dibuktikan dengan para

pedagang ikut membantu berpartisipasi baik secara materi dengan memberikan uang bantuan kepada keluarga penyelenggara pesta pernikahan pada saat acara

badoncek untuk meringankan biaya yang ditanggung keluarga. Selain memberi bantuan secara materi para pedagang juga menyumbangkan tenaga dan pikirannya agar terlaksananya acara pesta pernikahan atau alek tersebut. Seperti yang tergambar dari penuturan salah satu pedagang berikut.

“Kita banyak yang bertalian saudara di sini satu kampung juga, jadi kalo ada salah satu dari kita ada yang beralek pasti kita datang. Kalo aleknya di kampung sana kita pun usahakan datang rame-rame tapi kalo ga sempat pulang kampung kita kirim uang karena itu uda merupakan adat kita.” (Jamil Pili)

Begitu juga ketika diadakan acara perwiritan serta pengajian yang dilakukan setiap sebulan sekali di Mushalla Pancasila, para pedagang pekan etnis Minang akan datang dan mengikuti acara pengajian tersebut. Menurut para pedagang selain untuk mempererat tali silaturahmi dan rasa persaudaraan, acara ini juga sebagai sarana tukar pikiran untuk memperdalam pengetahuan agama. Berikut penuturan salah satu pedagang yang selalu hadir dalam acara pengajian tersebut.

“Tiap bulan kita di sini juga mengadakan pengajian yang selalu rutin diadakan, anggota pengajian ini sebagian besar adalah pedagang pekan jadi kita gunakan acara ini untuk memperdalam pengetahuan agama kita.” (Dedi Arman)

Dari hasil wawancara serta observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa ketiga unsur perekat keterlekatan hubungan sesama pedagang pekan dalam aspek sosial kemasyarakatan tersebut berpengaruh terhadap kedekatan hubungan yang terjalin antara sesama pedagang pekan etnis Minang di Kota Pinang,

sehingga ketiga unsur tersebut dapat mempererat dan menguatkan tingkat kesolidan antara sesama pedagang pekan etnis Minang tersebut.

Dokumen terkait