• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA

5.4 Jaringan Sosial Pedagang Pekan Etnis Minang

5.4.2 Jaringan Antara Pedagang Pekan dengan Pedagang

Hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan terhadap para pedagang pekan etnis Minang di Kota Pinang, diketahui bahwa sebagian besar para pedagang pekan berbelanja barang di kota Medan tepatnya di Pusat Pasar Medan Mall. Para pedagang yang menjual barang jenis pakaian akan berbelanja di toko-toko grosir pedagang Minang yang sudah menjadi langganan mereka sejak pertama kali jualan. Bagi pedagang pekan yang baru merintis, biasanya mereka akan diajak serta diberi informasi tempat belanja barang oleh pedagang yang telah terlebih dahulu berjualan. Hal ini tergambar seperti penuturan salah satu pedagang berikut.

“Saya belanja di Medan, di Pusat Pasar. Saya belakangan ini sering belanja sama bang Basyar toko Istiqnan dikenali sama pak Johan dan sekarang udah jadi langganan di sana. Kalo ada barang yang ga ada ma bang Basyar, saya cari di toko Nana atau kadang ngambil barang ayah juga.” (Dedi Arman)

Hal senada juga disampaikan pedagang berikut ini.

“Kalo belanja di Medan, pas awal-awal jualan saya belanja ditunjukin bang Man dan pedagang lain tempat belanja di Medan selain itu saya juga memang sebelumnya orang Medan sedikit banyaknya udah tau dimana cari barang. Sekarang saya langganan di toko Istiqnan dan Rizky Tanjung, malah saya juga bawa pedagang lain belanja ke sana.” (Johan Pili)

Beberapa pedagang juga berbelanja ke Bukit Tinggi dan ke Jakarta jika menjelang hari-hari besar tertentu pasokan barang dari Medan tidak sesuai pesanan. Hal ini terjadi karena biasanya menjelang hai-hari besar barang sulit dicari akibat terhambatnya pasokan barang dari Jakarta maka sebagian besar pedagang akan langsung mencari barang di Bukit Tinggi atau bahkan langsung mencari ke Jakarta. Berikut penuturan salah satu pedagang yang berbelanja barang ke Jakarta dan Bukit Tinggi.

“Saya belanja barang di Medan tapi kalo barang lagi ga ada di Medan, saya langsung belanja ke Jakarta atau nyari ke Bukit Tinggi biasanya di sana masih ada stock barang.” (Buyung Seiko)

Hal yang sama juga disampaikan pedagang berikut ini.

“Abang kalo belanja di Medan tapi kalo di sana barang lagi sikit ga ada pilihan motif, abang langsung belanja ke Jakarta biar dapat model yang baru. Belanja ke Bukit Tinggi juga abang pernah ikut sama bang Man.” (Yul)

Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan terhadap para pedagang pekan etnis Minang di Kota Pinang, diketahui bahwa lokasi para pedagang berbelanja antara lain di Medan tepatnya di toko-toko grosir Pusat Pasar Medan Mall, para pedagang juga berbelanja barang di Bukit Tinggi dan Jakarta jika di Medan barang yang dicari sedang kosong.

5.4.2.1 Sistem Pembayaran Barang Pedagang Pekan Etnis Minang Kepada Pedagang Grosir

Sistem pembayaran barang pedagang pekan etnis Minang kepada pedagang grosir dalam jual beli barang dilakukan dengan cara pembayaran secara kontan dan utang barang atau bon. Dalam pembayaran kontan pedagang

mendatangi langsung pedagang grosir dan mengambil barang sesuai dengan total belanja barang sedangkan pada sistem utang barang atau bon, para pedagang pekan terlebih dahulu mengambil barang dan pembayaran dilakukan sesuai waktu yang telah disepakati antara pedagang grosir dan pedagang pekan tersebut. Dalam sistem utang barang atau bon, beberapa pedagang pekan memiliki perjanjian tertentu yang disepakati dengan pedagang grosir. Perjanjian ini berfungsi agar pembayaran utang atau bon dapat dilakukan secara tepat waktu. Berikut penuturan pedagang yang memiliki perjanjian tertentu dengan pedagang grosir ketika mengambil barang dengan cara utang atau bon.

“Ia kita ada perjanjian, isinya waktu pembayaran harus dibayar sesuai dengan kesepakatan kita.” (Yul)

Mendukung pernyatan di atas, berikut penuturan pedagang lainnya.

“Ada tapi secara lisan aja, isinya setiap turun belanja harus datang ke toko tersebut dan membayar bon yang terutang.” (Dedi Arman)

Sependapat dengan pendapat di atas, berikut penuturan pedagang grosir yang memberikan utang atau bon barang kepada pedagang pekan.

“Perjanjian pasti ada, kalo ngambil barang dengan bon tiap minggu harus dibayar. Tiap datang bayar bon yang kemarin baru bisa dikasi barang lagi.” (Erwinsyah Putra)

Namun, beberapa pedagang pekan juga mengaku tidak memiliki perjanjian tertentu kepada pedagang grosir ketika mereka akan mengambil barang dengan cara utang atau bon. Menurut para pedagang pekan, ketika mengambil barang mereka hanya menyepakati waktu pembayaran utang atau bon tersebut. Seperti penuturan pedagang pekan berikut ini.

“Tidak sampai pakai materai segala, atas dasar kepercayaan aja karena kita sudah kenal dan udah

sering belanja juga. Pembayaran bon ketika turun belanja lagi minggu depannya seharga barang yang kita ambil sekarang misalnya.” (Johan Pili)

Sependapat dengan pedagang di atas, berikut penuturan salah satu pedagang pekan lainnya.

“Tidak sampai pakai-pakai materai la pas kita ngambil barang, pedagang grosir itu uda percaya sama kita jadi dikasinya ambil barang malah ketika kita bawa uang sedikit mereka yang menawarkan kita supaya ambil barang dulu, bayarnya misalnya seminggu. Pas waktu pembayaran ya harus kita bayar baru nanti dikasi barang lagi.” (Yan)

Hal senada juga disampaikan salah satu pedagang grosir yang memberikan utang barang atau bon kepada pedagang pekan.

“Kesepakatan tertulis tidak ada, yang ada sesuai janji aja. Misalnya hari ini dia ngambil barang terus dijanjikan seminggu, minggu depannya dibayarkan la bonnya. Yang paling penting saling percaya aja dan dijaga kepercayaan itu.” (Razali)

Dalam memberikan utang barang atau bon kepada pedagang pekan etnis Minang, modal terpenting kedua belah pihak adalah kepercayaan. Para pedagang grosir mengenal pedagang pekan karena sering belanja barang dan telah menjadi langganan, selain itu identitas sesama orang awak atau orang Minang juga menjadi dasar pedagang grosir berani member utang barang atau bon meskipun tanpa jaminan dan perjanjian-perjanjian bersifat mengikat yang disepakati oleh kedua belah pihak. Perasaan satu kampung dan identitas sesama orang Minang membuat pedagang grosir mau membantu menolong pedagang pekan yang sedang merantau di Kota Pinang. Selain itu, pedagang grosir juga akan memperluas jaringan langganannya karena para pedagang pekan akan mengajak

pedagang pekan lainnya untuk berbelanja ke tempat mereka. Hal ini tergambar seperti penuturan pedagang grosir berikut ini.

“Dia uda sering belanja, tiap turun ke Medan belanja selalu sama saya jadi udah kenal apalagi kita sama-sama orang Minang jadi saya percaya dan berani kasi bon.” (Razali)

Hal yang sama juga disampaikan pedagang grosir berikut.

“Karena sudah langganan, sering belanja banyak, ga pernah ada masalah sampai sekarang pembayaran bonnya. Apalagi kita sama-sama orang awak jadi harus saling gotong-royong dan saling membantu, saling membesarkan juga. Selain itu, mereka selalu ngajak pedagang lain belanja sama saya.” (Basyarudin Tanjung)

Sependapat dengan informan di atas, berikut penuturan pedagang grosir lainnya.

“Kita kan sama-sama orang Minang jadi lebih percaya. Dia juga sudah langganan dan selama ini belum ada bermasalah pembayarannya.” (Erwinsyah Putra)

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap pedagang pekan etnis Minang di Kota Pinang dan pedagang-pedagang grosir tempat para pedagang pekan berbelanja barang, diketahui bahwa jaringan yang terbentuk antara pedagang pekan etnis Minang dan pedagang grosir adalah berdasarkan jaringan identitas satu suku yaitu sebagai sesama orang Minangkabau serta jaringan perkenalan dan pertemanan. Sistem pembayaran yang dilakukan ketika para pedagang pekan berbelanja barang adalah dengan pembayaran kontan dan pembayaran utang barang atau bon. Dalam memberikan utang barang atau bon, modal utama kedua belah pihak adalah rasa percaya karena tidak ada jaminan-jaminan tertentu ketika para pedagang pekan mengambil barang sehingga mereka

harus menjaga kepercayaan itu dengan cara tepat waktu dalam membayar bon yang telah dijanjikan sebelumnya. Selain itu identitas sesama orang awak atau orang Minang juga menjadi pelicin atau pelancar sehingga sistem utang barang atau bon tersebut dapat berjalan tanpa ada hambatan, identitas sesama orang awak

atau orang Minang juga membuat pedagang grosir lebih percaya sehingga berani memberikan barang terlebih dahulu kepada pedagang pekan.

Dokumen terkait