• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu-isu Strategis 1

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

1. Aspek teknis

-Kapasitas pelayanan pengelolaan persampahan Optimal (Peningkatan Timbulan Sampah, Keterbatasan Jumlah prasarana dan sarana persampahan)

2

-Kemampuan Kelembagaan masiih belum optimal baik sistem manajemen, pengelolaan, dan SDM

3

-Keterbatasan Kemampuan pemerintah daerah dalam pembiayaan Sector Persampahan

4

-Rendahnya partisipasi pihak swasta/dunia usaha dan paradigma sosial serta kepedulian masyarakat

5

-Peraturan perundangan dan lemahnya penegakan hukum

6

-Kurangnya Pengetahuan masyarakat (SDM) dan kesadaran masyarakat akan pengelolaan persampahan

7

-Belum maksimalnya Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan persampahan

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan persampahan yang telah dilakukan pemerintah Kota/Kabupaten, perlu diuraikan hal- hal berikut ini:

1. Aspek teknis

Dalam rangka penyehatan lingkungan permukiman yang berkelanjutan. perlu dilakukan pengembangan sistem pengelolaan persampahan yang ramah lingkungan. Permukiman yang sehat dengan lingkungan yang bersih sangat diperlukan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat Dalam upaya mewujudkan situasi dan kondisi permukiman yang diinginkan sebagai dimaksud di atas, diperlukan rencana, program, dan pelaksanaan kegiatan yang terpadu, efisien dan efektif. Hal ini berkaitan dengan upaya mewujudkan situasi dan kondisi yang diinginkan dan dalam rangka mencapai tujuanUniversal Acccespada Tahun 2019.

Sumber-sumber sampah secara umum dapat dibagi - Permukiman atau Rumah tangga

- Pasar

- Kegiatan Komersial - Kegiatan Perkantoran - Hotel dan Restoran

- Institusi Pelayanan - Penyapuan jalan - Taman-taman

Penanganan sampah perlu dilakukan dari sumber penghasil sampah, karena penanganan sampah dari sumbernya dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap karakteristik sampah,

kesehatan masyarakat, serta sikap masyarakat terhadap sistem pengelolaan sampah. Pengurangan dan pemanfaatan sampah secara

signifikan dapat mengurangi kebutuhan pengelolaan sampah sehingga sebaiknya dilakukan disemua tahap yang memungkinkan, yaitu mulai dari sumber, TPS, Instalasi pengolahan, dan TPA.

Komposisi sampah di Indoneesia umumnya memiliki

kandungan organic (60% - 80%), sehingga memiliki potensi besar

untuk dikakukasn proses composting. Untuk hal ini peran serta masyarakat

sangatlah berarti. Daur ulang sektor informal perlu diupayakan menjadi

bagian dari dalam bentuk pengelompokkan dan pemisahan

sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan sifat sampah.

- Pengumpulan

Dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara

- Pengangkutan

Dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan

sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah Komunal/Terpadu menuju tempat pemrosesan akhir

- Pengolahan

Dalam bentuk mengubah karakteristtik, komposisi dan Jumlah - Pemrosesan akhir Sampah

Dalam bentuk pengambilan sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Dalam operasional pengumpulan dan pengangkutan sampah dari sumber sampah ke Tempat Pemrosesan akhir, BLHKP melakukan dengan dua metode..

o Secara Langsa langsung (door to door)

Pada sistem ini proses pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan secara bersamaan, dengan cara mendatangi dan mengosongkan sampah dari tiap-tiap sumber ke truk kemudian dikumpulkan dan langsung ke TPA.

o Secara Tidak langsung

Pada sistem ini, sebelum diangkut ke TPA, sampah dikumpulkan terlebih dahulu oleh sarana pengumpul seperti gerobak sampah, Becak Motor (BETOR) dan dikumpulkan atau diangkut Ke TPS.

Alur mekanisme pengankutan sampah pada sumber-sumber sampah di Kota Langsa dapat dilihat pada bagan alur berikut:

Gambar 6. 34. Mekanisme Pengangkutan Sampah

Sumber : BLHKP Kota LangsaTempat pemrosesan Akhir (TPA)

Penyingkiran limbah ke dalam tanah (land disposal) merupakan cara yang paling sering dijumpai dalam pengolahan limbah. Berdasarkan UU nomor 18 Tahun 2008 istilah TPA yang dulunya merupakan Tempat Pembuangan Akhir berubah menjadi Tempat Pemrosesan Akhir, yang didefinisikan sebagai pemrosesan akhir sampah dalam bentuk sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara, selain itu di lokasi pemrosesan akhir tidak hanya proses penimbunan sampah, akan tetapi juga harus terdapat 4 (empat) Aktivitas utama penanganan sampah lainya di lokasi TPA.

4 (Empat) Aktivitas Utama Penanganan Sampah 1. Pemilahan Sampah

3. Composting Pengomposan sampah hayati 4. Penimbunan sampah residu dari proses di atas

Lokasi TPA

TPA Kota Langsa terletak di Desa Pondok kemuning yang terletak di koordinat N 04o2525.08’’ dan E 97o5511.03’’.

Batas Wilayah TPA Kota Langsa Adalah :

1. Sebelah Utara Berbatasan dengan : Kebun Masyarakat 2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan : Kebun Masyarakat 3. Sebelah Barat Berbatasan dengan : Kebun Masyarakat 4. Sebelah Timur Berbatasan dengan : Kebun Masyarakat

TPA Kota Langsa dibangun oleh Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR NAD-Nias) yang berlokasi di desa

Pondok kemuning yang berjarak ± 10 Km dari Pusat Kota. Jalan Akses

menuju TPA yang sebelumnya menjadi kendala terberat yang dihadapi,

dimana saat musim penghujan aksessibilita sanag terhambat,

yang berakibat dengan resiko Insidental dan Delay Time yang terlalu lama. Seiring dengan berjalannya waktu dan pelaksanaan program bembangunan, Kondisi jalan akses TPA semakin Baik dimana Pada Tahun 2013 dengan sumber Dana Otsus Sejumlah 9 Milyar lebih, menjadi pembangunan tahap awal untuk

Pengaspalan Jalan ke TPA, dan pada tahun 2015 telah dianggarkan

lebih dari 2 Milyar untuk menuntaskan Pembangunan aksessibilitas ke

TPA.

Metode pengolahan sampah di TPA Kota Langsa adalah dengan Controlled Landfill yaitu sampah yang masukke TPA langsung dimasukkan ke dalam kolam yang telah disediakan dan proses selanjutnya dilakukan penimbunan dan dibuatkan pipa-pipa gas

Sistem 3R

Alat Pengolahan Sapah 3R di TPA

o Pembakar sampah (20 Kg)

o Pencacah plastic (100 kg/Hr)

o Canner (700 – 1500 Kg/Hr)

o Mesin Fermentasi (70 -100 Kg/Shift)

o Mesin Pencacah Sampah Organik (500 Kg/Hr)

o Conveyer feeder (500 Kg/Hr)

o Conveyer Pemilah (500 Kg/Hr)

Tabel 6.35 Peta Cakupan Layanan Persampahan Kota Langsa

G am b ar 6 .3 6 D S S P er sa m p ah an S um be r: S S K K ota L an gs a 20 15 -20 19

Tabel 6.33. Timbulan Sampah Per Kecamatan Nama

Kecamatan

Jumlah Penduduk Vol. Timbulan Sampah

Total Total orang (%) (M3/hari) Langsa Timur 14.821 8.5 37.05 Langsa Lama 27.687 16.0 69.22 Langsa Barat 32.368 18.7 80.92 Langsa Baro 44.095 32.7 141.7 Langsa Kota 38.040 24.1 104.7

Sumber : SSK Kota Langsa 2014-2019

Tabel 6.34. Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan Kecamatan

Nama Kecamatan 3R Vol. sampah yg terangkut ke TPA Total Total (%) (M3) (%) (M3) Langsa Timur - - 0 37.05 Langsa Lama - - 31 69.22 Langsa Barat - - 53 80.92 Langsa Baro - - 43 141.7 Langsa Kota - - 87 104.7

Tabel 6.35 Contoh Teknis Operasional Pelayanan Persampahan Saat Ini No. Jenis Prasarana / Sarana Satuan Jumlah/ luas total terpakai Kapasitas / daya tampung* Ritasi /hari Kondisi Ket** M3 Baik Rusak ringan Rusak Berat

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x)

1 Pengumpulan Setempat

- Gerobak unit 0 0

- Becak/Becak Motor unit 17 1.5 1 17

- Kendaraan Pick Up unit 1 1

2 Tempat Penampungan Sementara (TPS) - Bak sampah (beton/kayu/fiber) unit 125 4 - 125 - Container unit

-- Transfer Stasiun unit - - v

Lokasi Hal. Kantor BLHKP 1) SPA (Stasiun Peralihan

Antara)

unit

- - v

3. Pengangkutan

- Dump Truck unit 7 6 3 7

- Arm Roll Truck unit 1 8 3 1

- Compactor Truck unit 1 8 2500 1

4 Pengolahan Sampah

2) Sistem 3R unit 1 500 m3 - ya

3) Incinerator unit 1 500 Ton/Hr ya

5 TPA/TPA Regional Konstruksi:lahan urug saniter/lahan urug terkendali/ penimbunan terbuka Operasional:lahan urug saniter/lahan urug terkendali/ penimbunan terbuka

Sumber : BLHKP Kota Langsa

2. Pendanaan

Berikut kami uraikan Pembiayaan penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan seperti pembiayaan pembangunan sarana individual, retribusi persampahan serta anggaran pemerintah Kota Langsa untuk pengelolaan persampahan.

Tabel 6.36 Pengelolaan Persampahan. dalam Aspek Pendanaan

Sumber : APBD 2010-2014 Kota Langsa, diolah

- Luas total TPA yg terpakai Ha 16

-- Luas sel Landfill Ha

-- Daya tampung TPA (M3/hari)

-6 Alat Berat

- Bulldozer unit - Tidak Ada

- Whell/truck loader unit 1 06-08 m3 - 1

- Excavator / backhoe unit 1 06-08 m3 - 1

- Truk tanah unit Tidak Ada

7 IPLT: Sistem kolam/aerasi/…..

unit 1

Hasil pemeriksaan lab (BOD dan COD):

4) Efluen di Inlet 5) Efluen di Outlet

Tabel 6.37 Teknis Operasional Pelayanan Persampahan Saat Ini

Sumber : APBD 2010-2014 Kota Langsa, diolah

c. Kelembagaan dan Peraturan Perundangan

Dasar hukum pengelolaan sampah mengacu padaUndang-undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, dimanan teknis pengelolaan sampah dibagi menjadi dua komponen, yaitu teknis penanganan sampah dan teknis pengurangan sampah. Kegiatan pengelolaan persampahan di Kota Langsa dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup kebersihan dan Pertamanan (BLHKP) Kota Langsa sesuai dengan Qanun Kota Langsa Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah dan kecamatan Kota Langsa . Kegiatan pengelolaan persampahan di kota Langsa akan mengacu Master Plan Persampahan (2013) dan juga telah dilengkapi dengan Qanun Kota Langsa No 15 tahun 2010 Tentang Pelayanan Persampahan/Kebersihan. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi pengumpulan di TPS dan penyapuan jalan dan ruang publik serta pengankutan ke Tempat pembuangan Akhir (TPA) dengan menggunakan armada dump truk.

d. Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan serta kondisi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di dalam masyarakat Kota Langsa masih membutuhkan peningkatan, pembelajaran dan Sosialisasi, kampanye dan penyadaran. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan jangkauan pelayanan untuk merubah perilaku dan kepedulian terhadap pengelolaan persampahan yang meliputi kesediaan masyarakat membayar retribusi, penerimaan masyarakat terhadap aturan terkait pengelolaan persampahan, perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah (apakah sudah melakukan 3R), kegiatan-kegiatan apa yang

telah dilakukan dalam mendorong peran serta masyarakat misalnya saja kegiatan kampanye dan edukasi terkait pengelolaan persampahan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat/swasta.

Dokumen terkait