Isu-isu Strategis 1
B. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Persampahan
1. Identifikasi Permasalahan Persampahan
Permasalah yang dihadapi di Kota Langsa terkait Persampahan kami tampikan dalm table berikut ini, dimana masalah persampahan diuraikan dengan membandingkan antara kondisi yang ada (existing) dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need)yang ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain melakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan mempertimbangkan tipologi serta parameter-parameter teknis yang ada di kawasan tersebut.
Hasil dari kegiatan inventarisasi tersebut akan didapatkan data-data permasalahan pada sub sektor persampahan dalam wilayah Kota langsa. Hasil identifikasi permasalahan sektor persampahan dituangkan dalam bentuk tabel seperti 6.39 berikut ini.
Tabel 6.39 Identifikas Permasalahan Sektor Persampahan
Permasalahan Mendesak Sasaran Indikator Indikasi Program Indikasi Kegiatan
A. Sistem/Teknis a. User Interface
1 - 63.0 % penduduk tidak terlayani pengangkutan sampah (ehra).
Meningkatnya cakupan layanan pengelolaan persampahan dari 37 % menjadi 100 % Pada tahun 2019
65 % penduduk terlayani pengelolaan persampahan
- Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
-Penyediaan Fasilitas guna peningkatan layanan persampahan
2 - Volume sampah terangkut 55.977 m³/Tahun dengan produksi sampah 28.38% (BLHKP)
Sampah terangkut 100 ton/Tahun
- Sosialisasi dan Kampanye
3 - Import Sampah dari Gampong Ke Kota (MP Persampahan)
Mengurangi timbulan sampah 2 m³/hari di seluruh Desa/Gampong yang tidak terangkut oleh keterbatasan pengakutan menjadi 0m³/hari pada tahun 2019
Meninggkatnya Ratio Sampah terangkut hingga 50%
-Penyuluhan Kepada Masyarakat
4 - Sampah Dibuang
kesungai/kali/laut/ danau 3.6 % (ehra)
Prilaku membuang sampah ke Sungai/Kolam/Laut berkurang hingga 50%
5 - 19.8 % sampah yang dikumpulkan di TPS (ehra)
70% Sampah dibuang di TPS
Berkuyurangnya praktek pembakaran sampah hingga 50%
6 - 76 % Sampah Dibakar (ehra) b. Pengumpulan setempat:
7 - Keterbatasan pengakutan Setempat, fasilitas Becak Motor
Penyediaan Fasilitas Persampahan berdasarkan Volume sampah dan Kebutuhan serta seusuai dengan rencana tata ruang
Seluruh Desa/Gampong (66) memiliki Betor pada Tahun 2019
- Penyediaan fasilitas Persampahan
- Penyedian Alat Pengumpul
c. Penampungan Sementara: 8
-Belum meratanya Tempat Sampah/TPST Sementara
Tersedianya TPS/T container
Penyediaan fasilitas
Persampahan - Penyediaan Wadah/TPS di lokasi yang
representatif Tersedianya TPST Beton
9 - Tumbuhnya TPS-TPS liar Zero TPS LiarTahun 2019 - Penempatan Containerdi spotpemukiman dan
sumber produksi sampah
- dan penempatan Tempat Penampungan Sementara
dan sarana Pendukung
11
-Tarjadinya distorsi fungsi terhadap Tempat Penampungan sementara
Tersedianya tempat
Sampah/pewadahan yang baru sebagai Alternatif
-Penyediaan Wadah Kantong/Plastik Sampah (Smart Bag Solution)
12
-Keterbatasan Unit 3R skala RT/Desa
Unit 3R Skala RT/Desa
-Pengembangan Fasilitas Pengurangan Sampah Pola 3R
13
-Belum adanya Depo/Stasiun Antara
Halaman Kantor BLHKP Terjaga Fungsi
dan Kenyamanannya
-Penyediaan Sta. Antara
d. Pengangkutan: 14
-Armada Pengangkutan belum memadai
Memenuhi Kebutuhan alat angkut/Armada pengangkutan
Tersedianya Jumlah Armada yang memadai pada Tahun 2019
Penyediaan fasilitas
Persampahan
-Penyediaan Armada pengangkut sesuai kebutuhan
-e. Pengolahan Akhir Terpusat
15
-Sistem operasi TPA dengan Controlled landfill belum optimal
Berfungsinya TPA sistim Controlled landfill dengan optimal melakukan pengolahan sampah terpusat pada tahun 2019
TPA beroperasi dengan skema
Controlled Landfill
-Pengembangan teknologi
pengolahan persampahan - Optimalisasi TPA (SNI - controlled Landfill)
- Operasional TPA - Pemeliharaan TPA - Dalwas TPA f. Daur Ulang/Pembuangan Akhir
16
-Unit 3R terpadu belum bekerja optimal
Adanya Penerapan Konsep 3R secara Optimal dalam pegolahan sampah dan berkurang volume sampah yang tidak terolah di Kota Langsa pada tahun 2019
Unit 3R Terpadu Berdaya guna dan memiliki Nilai tambah Ekonomis
-Pengembangan pengolahan persampahan dengan Sistem 3R
-Optimalisasi dan pemberdayaan TPS 3R Terpadu
- Peningkatan Produktivitas dan Kapasitas Unit 3R Terpadu
17
-Kebutuhan Akan Inovasi teknologi untuk Pengelolaan danAdd Value
dalam Sistem Persampahan
Penyediaan Alat Produksi (Mesin Pembuat Kantong Plastik)
Tersedianya Unit Produksi untuk
penyediaan Wadah Kantong Plastik.
-Pengembangan fasilitas
Persampahan
-Penyediaan Mesin/Alat Produksi
B. Lain-lain/Non-teknis: a. Aspek Pendanaan
18
-Belum sebandingnya pendapatan dari retribusi persampahan dengan besarnya biaya untuk pengelolaan persampahan
Menggali Sumber Pendanaan lain
Tersedianya dukungan Pendanaan untuk mengurangi OM yang bersumber dari luar pendanaan Belanja Daerah baik dalam bentuk bersama/sharing dan kerja sama dengan pihak ketiga
-Mendorong berbagai alternatif dukungan pembiayaan untuk mengurangi OM pengelolaan Persampahan
-Kemitraan Pemerintah - Dunia usaha/Swasta KPS
- Kontribusi NGO/LSM 19
-Efesiensi Biaya O/M
-Pemanfaatan Pendanaan yang bersumber dari Lembaga Donor/Dana Hibah Corporate/CSR
b. Aspek Kelembagaan 20
-Belum terbentuknya kelembagaan TPA yang menangani pengelolaan persampahan (Regulator dan Operator)
Terciptanya kelembangaan yang kuat dalam melaksanakan fungsi teknis pengelolaan persampahan dikota langsa tahun 2019
Meningkatnya kapasitas
kelembagaan/Bidang yang menangani pengelolaan Persampahan
-Memfasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan pengelola persampahan
-Fasilitasi pembinaan teknik pengelolaan Persampahan
21
-Kapasitas SDM terkait
Pengelolaan TPA yang terbatas
-Mendorong terbentuknya unit yang mengelola Prasarana dan sarana TPA
- Peningkatan SDM dan Managerial untuk Pengelolaan TPA dan Unit 3R terpadu
22
-Koordinasi antar sektor terkait persampahan
Kerjasama Lintas sektor - Konsolidasi antar sektor dan antar Daerah
c. Aspek Regulasi
perundang-- sebagai landasan dan acuan belum maksimal
mengatur, mengikat dan dapat diterapkan terkait penanganan pengelolaan persampahan di Kota Langsa tahun 2019
Persampahan dan Limbah B3 Legislatif undangan/Qanun
24
-Belum tersosialisasinya ketentuan penanganan sampah terhadap masyarakat
-Peningkatan potensi Qanun Retribusi - Qanun Gampong
25
-penerapan sistem pengawasan dan penerapan sanksi hukum secara konsisten
d. Aspek Peran Serta Masy. & Swasta 26
-Belum terlaksananya iklim yang kondusif bagi dunia usaha/swasta untuk berinvestasi dalam pengelolaan sampah
Mendorong pihak laen/Dunia usaha dan masyarakat untuk berperan dalam pengelolaan persampahan
Meningkatnya pemahaman minat swasta dengan jalinan kemitraan dan komitmen, dalam layanan pengelolaan persampahan
-Kerja sama Pengelolaan
persampahan
-Memfasilitasi kegiatan masyarakat/pihak swasta dalam pengelolaan persampahan
- Membangun kemitraan dan komitmen dengan Pihak masyarkat dan Swasta
27
-Belum semua masyarakat yang melakukan budaya perilaku hidup bersih dan sehat
Terbangunnya pola fikir dan rasa
memiliki serta tanggung jawab bersama
-Pembangunan Mindset dan paradigma berfikir
-Mendorong Partisipasi Masyarakat dan Dunia usaha dengan sosialisasi, kampanye, promosi dengan memfasilitasi dan kemudahan
- Gerakan Sadar Lingkungan/GOTROY
28
-Partisipasi masyarakat dalam pemilahan sampah organik dan an organnik
Terciptanya sistem pengelolaan persampahan yang mandiri dimasyrakat pada tahun 2019
Terwujudnya tertib pemilahan dilevel Rumah Tangga 25% pada tahun 2019
-Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Gampong/Desa (PSBMG)
-Memfasilitasi dan Penguatan Kemitraan dengan Pemerintah Desa/Gampong
- Reward dan Insentif untuk partisipasi dan Kinerja bagi Badan Usaha, LSM, dan
Desa/Gampong
29
-Potensi masyarakat belum dikembangkan secara sistematis
Meningkatnya Keterlibatan Langsung masyarakat lokal dalam partisipasi pengelolaan persampahan
-Pembinaan sumberdaya lokal dalam mengelola persampahan
-Bansos Bagi Pemulung Perkotaan e. Aspek Komunikasi & PMJK