• Tidak ada hasil yang ditemukan

d. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air limbah, drainase dan persampahan; dan e. pelaksanaan tata usaha direktorat. - DOCRPIJM 1507705790DOCRPIJM ad09e1b158 Lembar Pengesahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "d. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air limbah, drainase dan persampahan; dan e. pelaksanaan tata usaha direktorat. - DOCRPIJM 1507705790DOCRPIJM ad09e1b158 Lembar Pengesahan"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

6.4 (PLP)

Mengacu pada Permen PU Nomor. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang kebijakan, pengaturan, perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengembangan dan standardisasi teknis di bidang air limbah, drainase dan persampahan permukiman.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 656, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggarakanfungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan;

b. pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

c. pembinaan investasi di bidang air limbah dan persampahan;

d. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air limbah, drainase dan persampahan; dan

e. pelaksanaan tata usaha direktorat.

6.4.1. Air Limbah

6.4.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Air Limbah A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Air Limbah

Beberapa peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan air limbah, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

2. Undang -Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air. 3. PeraturanPemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Peraturan ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah permukiman secara terpadu dengan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum.

4. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air Pengaturan Sarana dan Prasarana Sanitasi dilakukan salah satunya melalui pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah pada kawasan perkotaan.

(2)

6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan Mengamanatkan bahwa Pengolahan yang dilakukan terhadap air buangan dimaksudkan agar air buangan tersebut dapat dibuang ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu standar aliran (stream standard) dan standar efluen (effluent standard).

B. Lingkup Pengelolaan Air Limbah

Air Limbah dimaksud disini adalah air limbah permukiman (Municipal Wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan.

Pengolahan air limbah permukiman di Indonesia ditangani melalui dua sistem yaitu sistem setempat (onsite) ataupun melalui sistem terpusat (offsite). Sanitasi sistem setempat (onsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada dalam batas tanah yang dimiliki dan merupakan fasilitas sanitasi individual sedangkan sanitasi sistem terpusat (offsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah dipisahkan dengan batas jarak dan mengalirkan air limbah dari rumah- rumah menggunakan perpipaan (sewerage) ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

6.4.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Air Limbah Permukiman A. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman

Tabel 6.23 Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman dalam Wilayah Kota Langsa

Isu Strategis

1 - Perlu Percepatan ( Need for Speed) untuk peningkatan cakupan dan akses masyarakat untuk layanan air limbah melalui sistem on-site maupuan off-site

2 - Masih terdapat masyarakat MBR/ miskin yang tidak memiliki sarana dan prasarana yang layak dan memenuhi standar

3 - Kondisi Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah belum Memadai

4 - Belum terintergrasinya perencananaan Air Limbah Skala Kawasan

5 - Belum adanya bidang teknis ataupun organisasi / UPTD yang menangani pengelolaan limbah domestik (Regulator dan Operator)

(3)

7 - Kapasitas SDM terkait Pengelolaan Limbah yang terbatas

8 - Kebutuhan akan Perangkat Hukum dan Dukungan Kebijakan Pemerintah Daerah mengenai pengembangan Sistem Pengelolaan Air limbah

9 - Tingkat Kepedulian/ kesadaran masyarakat maupun swata terkait pentingnya pengelolaan Air limbah masih relatif rendah

1 0

- Terbatasnya Sumber Pendanaan Pemerintah Daerah guna penyediaan saran dan prasarana Sistem pengeloaan Air limbah

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman

1. Aspek teknis

Langsamerupakan Kota Kecil

dengan jumlah penduduk dibawah 200 ribu

jiwa, dimana untuk Sistem Pengelolaan

Air limbah (SPAL) masih belum memiliki sistem off Site baik

untuk komunal maupun sistem terpusat. Tingkat kemapanan masyarakat

secara sosial sangat mempengaruhi dengan prilaku hidup sehat, masih

adanya masyarakat yang belum memiliki tanki septic dan kondisi kekinian masyarakat kawasan pesisir yang melakukan Buang Air besar dengan fasilitas seadanya.

Untuk wilayah pusat kota masih ada nya kondisi konstruksi tanki septic rumah tangga yang tidak standart,. Ditambah pembangunan tanki septic sangat beresiko dimana limbahBlack waterakan mempengaruhi kadar dan kandungan sumber air/sumur yang digunakan sebagai hajat hidup sehari-hari, karena gagal konstruksi/kebocoran dan jarak dengan sumber air/sumur yang tidak memenuhi standar kesahatan.

(4)

Gambar 6.25 Peta Zona Air Limbah Domestik Kota Langsa

Sumber: SSK Kota Langsa 2015 - 2019

.

Saat ini air limbah dari rumah tangga dialirkan ke saluran-saluran yang ada di sekitar wilayah permukiman sampai ke badan air anak sungai dan sungai terdekat. Air Limbah

yang tidak dikelola dengan baik dapat berdampak sangat luas dan ini juga disebabkan karena belum mampu meningkatkan dan mempertegas fungsi sistem drainase dimana fungsi saluran drainase

perkotaan untuk sistem pematusan air hujan, tetapi kondisi saat ini masih disatukan dengan pembuangan air limbah rumah tangga(grey water).

IPLT

Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT)

milik Pemerintah Kota Langsa yang berlokasi di Desa Simpang Wie, Kecamatan Langsa Timur merupakan system existing, IPLT dibangun tahun 2007 oleh Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR NAD-Nias) dan

(5)

melakukan penyedotan limbah tinja (black water) menjadi salah satu factor yang mempengaruhi belum optimalnya pendaya gunaan Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT). Tahun 2015 Pemerintah Kota dengan pembiayaan yang bersumber dari dana APBN melalui Satker PPLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, melakukan Review Design/Penyusunan DED IPLT Kota Langsang.

IPLT merupakan salah satu system yang pengelolaannya berada dibawah kewenangan SKPK Badan Lingkungan Hidup dan Pertamanan (BLHKP) Kota Langsa, yang berada dibawah kendali operasi Bidang Kebersihan. IPLT belum menjadi Lembaga teknis pelayanan yang berdiri sendiri selayaknya Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) dikarakenakan faktor teknis dan non teknis. Sarana yang sudah ada tetapi masih terkendala dalam optimalisasi fungsi yang berdaya guna secara ekonomis dan peningkatan kapasitas operasional.

Selama ini untuk pelayanan limbah rumah tangga (black water) yang ditangani oleh truck tanki pengangkut BLHK yang menghasil retribusi untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai mana diatur dalam Qanun kota Langsa Nomor 01 Tahun 2012. Jadi BLHKP sebagai Regulator dan juga sebagai Operator. Kondisi Pelayanan Praktek pengurasan tangki septic rumah tangga di Kota Langsa baru mencapai 18 %(ehra).

Adapun Sumberdaya yang mengelola IPLT terdiri dari 3 PNS dan dan 9 Orang Karyawan dan Untuk Sarana Pengangkut tersedia 1 Unit truck Tanki. Tahun 2015 Pemerintah Kota Langsa melalui Satker PPLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sedang menyusun Outline Plan Air Limbah Skala Kawasan dengan Pemanfaatan Dana APBN.

SANIMAS dan MCK ++

Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS) merupakan salah satu program pemerintah yang dilaksanakan untuk peningkatan kualitas di bidang sanitasi khususnya pengelolaan air limbah dan penyediaan Mandi Cuci Kakus (MCK) layak yang diperuntukkan bagi masyarakat yang tinggal di

kawasan padat kumuh miskin perkotaan dengan menerapkan pendekatan

berbasis masyarakat. Program ini dibentuk dalam rangka

membantu

pencapaian tujuan Millenium

Development

Goals (MDGs) di tahun 2015 yakni pencapaian akses sanitasi layak

(6)

Beberapa daerah memiliki akses sanitasi layak yang rendah, khususnya dalam penyedian MCK atau jamban sehat. Beberapa diantaranya telah merintis pelaksanakan program SANIMAS yang pada implementasinya dinamakan MCK ++.

MCK ++ adalah salah satu implementasi nyata untuk masyarakat dalam Wilayah Kota Langsa, yakni sebagai bagian dari program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS). Sejak Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2014 Pemerintah Kota Langsa telah melaksanakan Pembangunan MCK ++ di 15 titik lokasi Pada Wilayah yang telah ditentukan, dimana Lokasi tersebut berpotensi sebagai wilayah rawan sanitasi. Pembanguan MCK++ yang sumber pendanaannya dari APBK Kota Langsa, dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Sanitasi.

Tahun 2015 Pemerintah Kota dengan pembiaayan yang bersumber dari dana APBN melalui Satker PPLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, melakukan penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Langsa Skala Kawasan, dan Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat sejumlah 5 (unit) untuk lima lokasi yang telah ditetapkan.

Kondisi eksisiting pengembangan air limbah dalam Wilayah Kota Langsa secara teknis dapat ditampilkan sebagaimana dicontohkan pada tabel-tabel berikut:

Tabel 6.24 Kapasitas Pelayanan Eksisting Skala Kota Langsa

No Jenis Satuan

Jumlah/ Kapasitas

Kondisi

Keterangan Berfungsi Tdk berfungsi

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)

SPAL Setempat (Sistem Onsite)

1. Berbasis komunal

- MCK Komunal unit 15 15

2. Truk Tinja unit 2 1 1 (Rusak)

3. IPLT : kapasitas M3/hari 12 1 (Distorsi Fungsi)

SPAL Terpusat (Sistem Offsite)

1. Berbasis komunal Tahapan Pencanaan

- Tangki septik komunal >10KK unit - - -

-- IPAL Komunal unit - - -

-2. IPAL Kawasan/Terpusat Tahapan Pencanaan

- kapasitas M3/hari - - -

-- sistem - - -

(7)

G

am

b

ar

6

.2

6

D

S

S

A

ir

L

im

b

ah

S

um

be

r:

S

S

K

K

ota

L

an

gs

a

20

15

-20

19

(8)

Tabel 6.25 Cakupan Pelayanan

Sumber: SSK Kota Langsa 2014

Tabel 6.26 Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis Masyarakat

Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat

No. K e g I a t a n L o k a s i Tahun

Pembuatan

1. Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Dusun Alur Buaya DesaSukajadi Makmur Langsa Baro 2012 2. Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Kuala Langsa Dusun A Langsa Barat 2012 3. Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Kuala Langsa Dusun B Langsa Barat 2012 4. Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Desa Sukarejo Langsa Timur 2012 5. Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Mesjid Gp.Cinta Raja Langsa Timur 2013 6. Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Desa Sungai Pauh Langsa Barat 2013 7. Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Mesjid Gp.Paya Bujok

Bromo Langsa Barat 2013

8. Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Mesjid Gp MatangSeulimeng Langsa Barat 2013 9. Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Mesjid Lr. Seri Gp. Alur Dua Langsa Baro 2013 10. Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Mesjid Desa Blang Pasee Langsa Kota 2013 11. Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di taman Bambu Runcing

Gampong Jawa Kecamatan Langsa Kota Langsa Kota 2014

12. Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat Desa Alur Dua Bakaran Batee

di Kecamatan Langsa Baro Langsa Baro 2014

No

Nama Kecamatan

Sanitasi tidak layak Sanitasi Layak

BABS*

Sistem Onsite Sistem Offsite

Sistem Berbasis Komunal

Skala

1. Wilayah Perkotaan

1. Langsa Timur 599 424 3.044 3 55 - -

-2. Langsa Lama 722 492 6.141 - 30 - -

-3. Langsa Barat 1.927 965 5.927 5 238 - -

-4. Langsa Baro 659 324 10.186 3 150 - -

(9)

-13. Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Gampong Baroh Langsa

Lama Kecamatan Langsa Lama Langsa Lama 2014

14. Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Simpang Lhee Kecamatan

Langsa Barat Langsa Barat 2014

15. Pembangunan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Gp.Meutia Kecamatan

Langsa Kota Langsa Kota 2014

Sumber: SSK Kota Langsa 2015 - 2019

Tabel 6.27 Kemajuan pelaksanaan SSK untuk Sub Sektor Air limbah domestik

SSK (2010-2014) SSK (2015 – 2019)

Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini

Tertanggulanginya permasalah Air Limbah Kota Langsa Pada Akhir Tahun 2014 Baik di Ibu Kota dan Ibu Kota Kecamatan.

Terwujudnya kondisi buang air besar sembarangan (BABS) di Kota Langsa hingga akhir tahun 2014

Perilaku BABS masih tinggi

BABS : 9.7 % Penduduk Kota langsa atau setara 2161 kk yang masih BABS

Fasilitas pengelolaan Limbah Rumah tangga yang tidak memadai (38 %) Wc cemplung dan lain-lain.

Pencemaran yang diakibat oleh Tangki septic yang tidak aman 27.4 % dan

Pencemaran SPAL 45.5 % (ehra)

Meningkatnya Akses RumahTangga terhadap Pengelolaan Air limbah (90% system on-site)

Dan Akses RumahTangga terhadap Pengelolaan Air limbah (10% system off-site/ 5% komunal dan 5% Sewerage sytem)

Masih kurangnya Akses pelayanan air limbah bagi masyarakat

Tingkat Kepemilikan Jamban 81.23 %,sedangkan11.77 % masyarakat belum memiliki Jamban (ehra)

(Pembangunan SANIMAS di 5 lokasi pada tahun 2015)

Belum tersedianya Sistem off-site.

Belum tersedianya sistem off-site.

Meningkatkan Pemahaman dan Pelayanan Kepada Masyarakat akan

Meningkatnya Jumlah permintaan terhadap Penyedotan Tinja

Masih rendahnya permintaan jasa layanan penyedotan tinja

Praktek pengurasan tangki septic baru mencapai 18 %,(ehra)

Berfungsinya IPLT Pemahaman masyarkat tentang sanitasi masih minim

Kapasitas IPLT belum terencana sesuai dengan kebutuhan dan laju pengembangan pembangunan

Bertambahnya alat angkut (Truck

Tanki) Keterbatasan Alat angkut

Kondisi IPLT di Kota Langsa belum berfungsi optimal (Design IPLT tahun 2015)

Tersedianya Jaringan SPAL Skala Kawasan

Belum adanya jaringan Sistem Pengolahan Air Limbah

Belum adanya MP Air Limbah Skala Kawasan(Outline Plan Air Limbah Skala Kawasan Tahun 2015)

Akses RumahTangga terhadap Pengelolaan Air limbah (5% Sewerage sytem)

Air limbah masih dialirkan ke dalam drainase

(10)

86.4

77.1

73.0 79.0

13.6

22.9 27.0 21.0

0.0

Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total

Tangki septik suspek aman

Tidak aman

Suspek aman 99.0

85.5 84.4 89.1

.8 0.0 5.4 .7 3.1

Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total

Tangki septik

Pipa sewer

Cubluk/lobang tanah

Langsung ke drainase

Sungai/danau/pantai Gambar 6.27 Parameter Teknis Wilayah

Sumber: Study EHRA Kota Langsa 2014

Gambar 6.28

Sumber: Study EHRA Kota Langsa 2014

(11)

Gambar 6.30 Area Bresiko Air Limbah

Sumber: Study EHRA Kota Langsa

Saluran akhir pembuangan isi tinja terbanyak menggunakan tangki septick yaitu sebesar (89.5%) , Sungai/danau/pantai sebesar (6.4%) Jumlah ini didominasi kawasan daerah pesisir yaitu Desa/Gampong Kuala Langsa, sebagian Desa/Gampong Lhok Bani dan Gampong Telaga Tujuh, dan untuk cubluk sejumlah (3.0%) ini ditemukan sebagian didaerah Kecamatan Langsa Lama dan Langsa Timur.

C. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Air Limbah 1. Identifikasi Permasalahan Air Limbah

(12)

Tabel 6.28 Identifikasi Permasalahan Sektor Air Limbah

Permasalahan Mendesak Sasaran Indikator Indikasi Program Indikasi Kegiatan

A. Sistem/Teknis a. User Interface

1 - BABS : 26 % Penduduk Kota langsa atau setara 2161 kk yang masih BABS

Terciptanya free open defecation (Bebas BABS) pada tahun 2019.

2161 kk memiliki sarana pengelolaan air limbah rumah tangga yang layak dan sesuai standar pada Tahun 2019

- Pembangunan Infrastuktur (ON-SITE

SYSTEM) - Peningkatan sistem (on-site) individual - Menyiapkan stimulus atau insentif guna

peningkatan sistem (on site) individu dan komunal pada Wilayah kumuh, padat dan miskin

2 - Masyarakat MBR/miskin yang tidak memiliki sarana dan prasarana yang layak dan memenuhi standar 20 % atau 1.702 KK

Meningkatnya sarana dan Prasarana layak dan memenuhi Standar pada wilayah masyarakat MBR/miskin 2019

Meningkatnya jumlah dan cakupan pelayanan pengelolaan air limbah di wilayah penduduk Miskin di akhir tahun 2019

- Peningkatan sistem (on-site) komunal 3 - Tingkat Kepemilikan Jamban

91.23 %, sedangkan 8.77 % masyarakat belum memiliki Jamban (ehra)

157.011 Penduduk memiliki Akses terhadap jamban sehat pada tahun 2019

Masyarakat yang memiliki Jamban meningkat dari 89.5% (ehra) menjadi

100% di tahun 2019. - Pembangunan MCK++

- Pembangunan Sanimas 4 - Pencemaran Tangki septic yang

tidak aman 27.4 % dan Pencemaran SPAL 45.5 % (ehra)

Pencemaran oleh tangki septic dan SPAL menjadi 0 % pada tahun 2019

Tanki Septik Sesuai Standar Pada Taahun 2019

5 - Pembuangan tinja ke Saluran Lingkungan dan sungai, Kebun/tanah lapang, kolam dll 38.9% (ehra)

Tidak ada lagi pembuangan tinja ke Saluran Lingkungan dan sungai, Kebun/tanah lapang, kolam, Wc Terbang, dll menjadi 0 % pada tahun 2019

Perubahan Gaya Hidup dan Perilaku hidup bersih sehat

b. Pengumpulan dan

penampungan/Pengolahan Awal: 6 - Fungsi Saluran drainase menjadi

sarana penerima air limbah domestik sehingga menimbulkan efek kenyamanan dan polusi

Mengembalikan Fungsi Saluran Drainase sebagai Aliran dan jaringan air hujan

Tersedianya Jaringan saluran/koneksi penghubung dan SR sumber air limbah domestik hingga tempat pengolahan (IPAL komunal) di 3 Kawasan pada tahun 2019

(13)

-Penyediaan Infrastruktur jaringan Sisstem air limbah

- Penyediaan jaringan sewer dan Pemasangan Sambungan Rumah (SR),

- Peningkatan operasional sewerage terpasang

- Supervisi Kontruksi c. Pengangkutan & Pengaliran:…

7 - Minimnya Armada Pengangkut Air Limbah Cair

Terpenuhinya Kebutuhan fasilitas pengangkutan limbah cair

Tersedianya armada pengangkut yang memadai di tahun 2019

- Penyediaan Alat Angkut - Penyediaan Armada Mobil Tinja

8

-Belum adanya perencanaan jaringan air limbah skala kawasan yang tersistem

Tersedianya DED Jaringan Perpipaan Air Limbah Skala kawasan yang tersistem

Tersedianya Dokumen Rencana Teknis IPAL Komunal Skala Kawasan + Jaringan Perpipaan

- Penyusunan DED jaringan Sisstem air limbah

- DED Jaringan Perpipaan Air Limbah

9 - Tidak adanya aliran yang memadai dan keterbatasan inovasi teknologi yang tepat untuk penanganan limbah cair.

Tersedia aliran sesuai dengan inovasi teknologi yang tepat dalam

penanganan limbah cair

Adanya pengembangan sistem baru dari sistem setempat menjadi sitem terpusat secara bertahap s/d Tahun 2019

- Pengembangan sistem pengelolaan air limbah

- Penyediaan sewerage system (Main Sewer dan Lateral)

- Peningkatan Cakupan Luas Layanan - Supervisi Kontruksi

- Peembangunan Stasiun/ Pompanisasi

d. Pengolahan Akhir Terpusat:… 9 - Kapasitas IPLT belum terencana

sesuai dengan kebutuhan dan laju pengembangan

pembangunan

Terpenuhi Sistim rencana pegolahan akhirnya IPLT Sesuai standar yang layak Tahun 2019

Tersedianya Review Design IPLT - Peningkatan (On-Site) Management ( Revitalisasi Sistem yang ada)

- Penyusunan DED IPLT

- Rebuild IPLT

- Supervisi pembangunan IPLT

(14)

10

-Kondisi IPLT Kota Langsa belum berfungsi optimal

Optimalnya Fungsi IPLT Terbangunnya/Rebuild IPLT pada tahun 2017 dan Optimalisasi Fungsi IPLT berjalan dengan sistematis pada

tahun 2019 - Optimalisasi IPLT

e. Daur Ulang/Pembuangan Akhir: 11

-Belum tersedianya Master Plan/ Outline Plan Air Limbah Skala Kawasan

Terintergrasinya Perencanaan Sistem Jaringan Air Limbah Skala kawasan pada tahun 2019 yang didukung dengan adanya Otline Plan dan DED IPAL

Tersedianya Rencana Induk/Outline Plan dan DED IPAL

- Pengembangan Sistem setempat menjadi sistem terpusat skala kawasan secara bertahap

-Penyusunan MP/Outline Plan Air Limbah Skala Kawasan

12

-Belum Tersedianya Dokumen Rencana Teknis IPAL Komunal Skala Kawasan + Jaringan Perpipaan

Tersedianya Dokumen Rencana Teknis IPAL Komunal Skala Kawasan + Jaringan Perpipaan

-Pembebasan Lahan

- DED IPAL Komunal Skala Kawasan

13

-Kebutuhan Akan IPAL komunal Skala Kawasan

Penyedian IPAL Komunal Untuk 3 Kawasan

3 (tiga) Kawasan terkoneksi dengan sistem pengolahan air limbah permukiman terpusat

-Pembangunan IPAL Komunal

- Supervisi Konstruksi B. Lain-lain/Non-teknis:

a. Aspek Pendanaan 14

-Sumber Pendanaan daerah sangat terbatas

Menggali Pontensi sumber pendanaan lain, baik dalam bentuk

bersama/sharing dan kerja sama

Tersedianya Pendanaan yang bersumber dari luar pendanaan Belanja Daerah baik dalam bentuk bersama/sharing dan kerja sama yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku

- Mendorong berbagai alternatif pembiayaan untuk penyelenggaraan Air Limbah Permukiman

-Pemanfaatan Pendanaan yang bersumber dari Pusat/APBN

15

-Rendahnya minat pihak swasta untuk melakukan investasi

disekteor air limbah Advokasi Eksekutif

dengan Legislatif terkait Pendanaan

- Pemanfaatan Pendanaan yang bersumber dari Provinsi/APBA

- Pemanfaatan Pendanaan yang bersumber dari Lembaga Donor/Dana Hibah Corporate/CSR

15

-Lemahnya fungsi kelembagaan dalam melaksanakan

Peningkatan kemampuan, peran dan fungsi kelembagaan

Penguatan fungsi lembaga di daerah dalam melakukaan pengelolaan air

Memfasilitasi

pembentukan dan

(15)

pengelolaan Air Limbah limbah perkuatan kelembagaan pengelola air limbah permukiman 16

-Belum adanya bidang teknis ataupun organisasi / UPTD yang menangani pengelolaan Air limbah domestik (Regulator dan Operator)

Adanya Organisasi/UPTD pengelolaan Air Limbah domestik Baik Regulator dan Operator tahun 2019

-Mendorong terbentuknya unit yang mengelola Prasarana dan sarana air limbah

17 Kapasitas SDM terkait Pengelolaan Limbah yang terbatas

Meningkatknya pengetahuan dan ketrampilan stakeholder pengelola IPAL dan IPLT yang ramah lingkungan dan memiliki nilai tambah secara ekonomis

Peningkatan Kapasitas

SDM

-BIntek pengelolaan prasaranan dan sarana air limbah

18 Lemahnya Koordinasi antar instansi terkait dalam kebijakan dibidang air limbah permukiman

Meningkatnya kapasitas

kelembagaan/Bidang yang menangani pengelolaan air limbah

- Konsolidasi lintas sektor

18

-Belum adanya peraturan daerah terkait dengan pengelolaan

limbah Mengikat sistem pengelolaan air limbah dalam produk hukum

Lahirnya regulasi terkait pengelolaan air limbah

- Advokasi Eksekutif dan

Legislatif

-Menyususun Perangkat peraturan perundang-undangan yang mendukung penyelenggaraan pengelolaan air limbah

Menyebarluaskan informasi dan

Memsosialisasikan peraturan perundangan terkait sistem pengelolaan air limbah

-- Memberlakukan Syarat dan Ketentuan untuk Penyedia Konstruksi Permukiman

d. Aspek Peran Serta Masy. & Swasta 19

-Kurangnya respon masyarakat maupun swasta terkait Proses pengolahan Limbah cair .

Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta/ Pihak Pengembang memiliki

Pengetahuan dan kesadaran dalam

Masyarakat & Dunia Usaha memiliki pemahaman dan pengetahuan yang cukup tentang pentingnya sistem

- Program Pemberdayaan

masyarakat

-Aplikasi peraturan perundangan

(16)

pengelolaan drainase pada tahun 2019 drainase lingkungan yang baik dan

berpartisipasi aktif dalam

-Pembentukan dan Pembinaan KSM Pengelola

- Fasilitasi Kampanye dan Sosialisasi Qanun Pengelolaan Drainase

Keterlibatan Langsung masyarakat lokal dalam Pembangunan dan pendayagunaan sarana Air limbah

- Meningkatkan sumberdaya lokal dalam penyediaan sarana pengelolaan air limbah

- Memfasilitasi kegiatan masyarakat/ Dunia Usaha/Swasta dan lembaga non government untuk berpartisipasi dalam pengelolaan drainase

e. 20

- Aspek Komunikasi & PMJK

Adanya peran Swasta/ Pihak Pengembang dalam penyediaan Drainase lingkungan di wilayah pengembangan perumahan.

Tersedianya Saluran drainase pada kawasan perumahan (real estate, BTN, dll) oleh pengembang perumahan

(17)

2. Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah

Berdasarkan analisis swot strategi yang akan dilaksanakan di Kota Langsa untuk pengembangan sanitasi terkait sektor air limbah domestik untuk 5 (lima) tahun mendatang berdasarkan isu strategis yang ada saat ini dapat tergambarkan dan dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 6.29 Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah

Tujuan Sasaran Indikator Strategi

Memperbaiki kualitas hidup di lingkungan perkotaan untuk seluruh masyarakat dengan meningkatkan dengan cara yang berarti, kuantitas dan kualitas fasilitas pengelolaan air limbah yang ramah lingkungan menuju Universal Acces Tahun 2019

Terciptanya free open defecation (Bebas BABS) pada tahun 2019.

2161 kk memiliki sarana pengelolaan air limbah rumah tangga yang layak dan sesuai standar pada Tahun 2019

Mengoptimalkan akses layanan fasilitas pengolahan air limbah dan melakukan peningkatan pada sistem setempat (on-site) maupun sistem terpusat (off-site)

Menyediakan Sarana dan Prasarana Air Limbah yang layak bagi Masyarakat MBR/Miskin

Peningkatan Kapasitas dan Fasilitas Serta Optimalisasi IPLT

Penyiapan rencana Induk Outline Plan Air Limbah Skala Kawasan

Penguatan kelembagaan

Peningkatan kapasitas SDM terkait pengelolaan Air limbah Permukiman

Pengembangan dan Penguatan Kebijakan Pemerintah Daerah dan Penyusunan Qanun Terkait penyelenggaraan pengelolaan Air Limbah permukiman

Peningkatan Peran serta masyarakat dan dunia usaha/pihak swasta dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah Meningkatnya sarana dan

Prasarana layak dan memenuhi Standar pada wilayah masyarakat MBR/miskin 2019

Meningkatnya jumlah dan cakupan pelayanan pengelolaan air limbah di wilayah penduduk Miskin di akhir tahun 2019

157.011 Penduduk memiliki Akses terhadap jamban sehat pada tahun 2019

Masyarakat yang memiliki Jamban meningkat dari 89.5% (ehra) menjadi 100% di tahun 2019.

Pencemaran oleh tangki septic dan SPAL menjadi 0 % pada tahun 2019

Tanki Septik Sesuai Standar Pada Taahun 2019

Tidak ada lagi pembuangan tinja ke Saluran Lingkungan dan sungai, Kebun/tanah lapang, kolam, Wc Terbang, dll menjadi 0 % pada tahun 2019

Perubahan Gaya Hidup dan Perilaku hidup bersih sehat

Mengembalikan Fungsi Saluran Drainase sebagai Aliran dan jaringan air hujan

Tersedianya Jaringan

saluran/koneksi penghubung dan SR sumber air limbah domestik hingga tempat pengolahan (IPAL komunal) di 3 Kawasan pada tahun 2019 Terpenuhinya Kebutuhan

fasilitas pengangkutan limbah cair

Tersedianya armada pengangkut yang memadai di tahun 2019

Tersedianya DED Jaringan Perpipaan Air Limbah Skala kawasan yang tersistem

Tersedianya Dokumen Rencana Teknis IPAL Komunal Skala Kawasan + Jaringan Perpipaan

(18)

Tujuan Sasaran Indikator Strategi

Terintergrasinya Perencanaan Sistem Jaringan Air Limbah Skala kawasan pada tahun 2019 yang didukung dengan adanya Otline Plan dan DED IPAL

Tersedianya Rencana Induk/Outline Plan dan DED IPAL

Peningkatan dan Pengembangan alternatif sumber pendanaan dalam penyelenggaraan sistem

pengelolaan air limbah permukiman Tersedianya Dokumen Rencana

Teknis IPAL Komunal Skala Kawasan + Jaringan Perpipaan

Penyedian IPAL Komunal Untuk 3 Kawasan

3 (tiga) Kawasan terkoneksi dengan sistem pengolahan air limbah permukiman terpusat Menggali Pontensi sumber

pendanaan lain, baik dalam bentuk bersama/sharing dan kerja sama

Tersedianya Pendanaan yang bersumber dari luar pendanaan Belanja Daerah baik dalam bentuk bersama/sharing dan kerja sama yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Peningkatan kemampuan, peran dan fungsi kelembagaan

Penguatan fungsi lembaga di daerah dalam melakukaan pengelolaan air limbah

Adanya Organisasi/UPTD pengelolaan Air Limbah domestik Baik Regulator dan Operator tahun 2019

Meningkatknya pengetahuan dan ketrampilan stakeholder pengelola IPAL dan IPLT yang ramah lingkungan dan memiliki nilai tambah secara ekonomis

Meningkatnya kapasitas kelembagaan/Bidang yang menangani pengelolaan air limbah Mengikat sistem pengelolaan

air limbah dalam produk hukum

Lahirnya regulasi terkait pengelolaan air limbah

Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta/ Pihak Pengembang memiliki Pengetahuan dan kesadaran dalam pengelolaan Sarana Air Limbah pada tahun 2019

(19)

Tujuan Sasaran Indikator Strategi

Adanya peran Swasta/ Pihak Pengembang dalam

penyediaan Sarana Air Limbah lingkungan di wilayah pengembangan perumahan.

Tersedianya Sarana Air Limbah pada kawasan perumahan (Realestate, BTN, dll) oleh pengembang perumahan

Tabel 6.30 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU No.14/PRT/M/2010

Jenis Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal Batas Waktu

Pencapaian

Ket

Penyehatan Lingkungan Permukiman

Air Limbah Permu-kiman

Indikator Nilai

Tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai

60% 2014 Dinas yg

membidangi PU

Tersedianya sistem air limbah skala komunitas/ kawasan/kota

5% 2014 Dinas yg

membidangi PU

Peluang dalam pengelolaan air limbah adalah telah diaturnya kewajiban penanggulangan pencemaran terhadap lingkungan dan perlindungan sumber air baku dalam tataran undang- undang sampai dengan peraturan daerah. Peraturan perundangan juga telah mengatur keterpaduan penanganan air limbah dengan pengembangan sistem penyediaan air minum. Peluang yang lain adalah adanya peningkatan kesadaran masyarakat dalam penyelenggaraan air limbah permukiman.

6.4.1.3 Analisis Kebutuhan Air Limbah A. Analisis Kebutuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan air limbah dalam Wilayah Kota Langsa dilakukan dengan menanalisis besarnya kebutuhan penanganan air limbah, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan kota (development need).

(20)

Tabel 6.31 Analisis Kebutuhan Ir Limbah dan Target Pencapaian Kota Langsa

No. KEGIATAN / SUB KEGIATAN Kondisi

Existing

Kebutuhan Penanganan menyeluruh

SATUAN Tahun Pelaksanaan

I II III IV V

1 2 3 6 7 8 9 10 11

A. AIR LIMBAH

PERENCANAAN UMUM

1. Penyusunan Outline Plane Air Limbah Belum Tersedia Penyusunan Outline Plane dan DED Air limbah Skala

Kawasan Pkt 1

SPAL SETEMPAT (ON-SITE SISTEM) INDIVIDUAL

2. Peningkatan Sarana Dan Prasarana Sistem On-Site Belum 100%

Perencanaan Detail (DED) Pembangunan MCK Pkt 1 1 1 1 1

Peningkatan Kualitas Septic Tank Individual Unit 250 250 250 250

Pebangunan MCK Komunal Pkt 6 4 4 4

Pengawasann dan Supervisi Pkt 1 1 1 1 1

SPAL SETEMPAT (ON-SITE SISTEM) BERBASIS KELEMBAGAAN

3. Pembangunan MCK Komunal (SANIMAS) Masih dibutuhkan

Pembangunan MCK SANIMAS Unit 5

Pembangunal IPAL Komunal di Kawasan

Kumuh/Rawan/MBR KSM 1 1 1 1

4. Pembangunan MCK ++ & IPAL Masih dibutuhkan

Perencanaan Detail (DED) Pembangunan MCK Pkt 1 1 1 1 1

Pembangunan MCK++ & IPAL Unit 5

Pembangunan IPAL Perpipaan Skala Kawasan 3 3 3 3

5. Pembangunan IPLT Distorsi Fungsi

Penyediaan Lahan IPLT Pkt 1

Perencanaan (DED) Pembangunan IPLT Belum Tersedia Pkt 1 1 1

Pelatihan bagi Pengelola IPLT Orang 5

Pembangunan IPLT Kondisi tidak

memadai Unit 1 1 1

Pengawasan Teknis dan Supervisi Pembangunan IPLT Pkt 1 1 1

Pengadaan Truk Tinja Unit 1

Operasi dan Pemeliharaan IPLT dan Fasilitasnya Unit.thn 1 1 1 1 1

SPAL TERPUSAT (SPAL-T) SKALA KAWASAN Belum Tersedia 6 Pembangunan IPAL Komunal - berbasis Kelembagaan

Pembebasan Lahan/Tanah Belum Tersedia m2 177

Pembangunan SPAL-T skala kawasan + Jaringan

Perpipaan Belum Tersedia SR 250 350 300 300

Pengawasan Teknis dan Supervisi Pembangunan

SPAL-T Skala Kawasan Pkt 1 1 1 1

(21)

PENGATURAN DAN KELEMBAGAAN DAERAH

7 Pembahasan rancangan peraturan daerah Perlu

Pengembangan Penyusunan Qanun (Perda) Sistem Pengelolaan Air

Limbah (SPAL)/ Pembentukan UPTD Belum Tersedia Keg 1

Sosialisasi/Edukasi/ Kampanye SPAL T dan Sanitasi

berkelanjutan Keg 1 1 1

Sosialisasi Pelatihan Pengelolaan SPAL Terpusat Skala

Kawasan ls 1

PEMASARAN SANITASI Belum Optimal

8 Koordinasi perencanaan air minum, drainase dansanitasi perkotaan Koordinasi Pemerintah Kab./Kota, Masyarakat dan Sumber Pendanaan Non-Pemerintah untuk pendanaan Sanitasi di Kab./Kota

Keg 1 1 1 1 1

PEMANTAUAN Perlu

Peningkatan 9 Monev

Pemantauan Kualitas Lingkungan (Air Sungai dan Air

Sumur) Keg 1

Pemantauan Kualitas Lingkungan & Kesmas (Penyedia

Layanan Produk Air Isi Ulang) Keg 1

Pemantauan Kualitas Lingkungan & Kesmas (Penyedia

Layanan Produk Minuman dan Jasa Kuliner) Keg 1

6.4.1.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air Limbah

A. Program Pembangunan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan Komunal Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem setempat dan komunal

 Kriteria Lokasi

 Kawasan rawan sanitasi (padat, kumuh, dan miskin) di perkotaan yang memungkinkan penerapan kegiatan Sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas)

 kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat.

 Lingkup Kegiatan:

 Rekruitmen dan pembiayaan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) untuk kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat;

 Pelatihan TFL secara regional termasuk refreshing/coaching;

(22)

 TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihan KSM/mandor/tukang dan pemberdayaan masyarakat;

 Pembangunan jaringan pipa air limbah dan IPAL untuk kawasan RSH;

 Membangun/rehabilitasi unit IPLT dan peralatannya dalam rangka membantu pemulihan atau meningkatkan kinerja pelayanan;

 Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat dan pengelolaan Septic Tank;

 Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;

 Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).

 Kriteria Kesiapan:

 Sudah memiliki RPI2JM CK dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;

 Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah dibebaskan);

 Sudah terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen lelang (non Sanitasi Berbasis Masyarakat), termasuk draft dokumen RKM untuk kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat

 Sudah ada MoU antara Pengembang dan pemerintah kab./kota (IPAL RSH);

 Sudah terdapat institusi yang nantinya menerima dan mengelola prasarana yang dibangun;

 Pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi dan pemeliharaan.

Skema Kebijakan Pendanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan Komunal

Gambar 8.4 menunjukan pembagian peran antara pemerintah pusat dan pemerintah Kota Langsa dalam pembangunan infrastruktur pengolahan air limbah sistem setempat (on-site). Peran pemerintah pusat adalah membantu pendanaan fasilitator dan konstruksi PS air limbah skala kawasan, serta membangun IPLT. Pemerintah Kota Langsa mempunyai peran dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, serta pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi.

(23)

Gambar 6.31 Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat dan Komunal

Sumber: Direktorat Pengembangan PLP

B. Pembangunan Prasarana Air Limbah Terpusat (off-site)

Gambar 6.32 Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat/Off Site (skala kota)

Sumber: Direktorat Pengembangan PLP

(24)

Langsa dan pertimbangan karakteristik Daerah maka, untuk Kota Langsa lebih sesua dengan Pembangunan PrasaranaAir Limbah Sistem terpusat Skala Kawasan/Lingkungan. .

Gambar 6.33 Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat/Off Site (skala Kawasan/Lingkungan)

Sumber: Direktorat Pengembangan PLP

6.4.2 Persampahan

6.4.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Persampahan

A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Persampahan

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Berdasarkan undang-undang No. 17 tahun 2007, aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih rendah, yaitu baru mencapai 18,41 persen atau mencapai 40 juta jiwa.

2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

(25)

3. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Peraturan ini mengatur penyelenggaraan pengelolaan sampah yang mencakup pembagian

kewenangan pengelolaan sampah, pengurangan dan penanganan sampah, maupun sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah. Pasal 20 disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan penyelenggaraan pengelolaan sampah sebagai berikut:

- Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu;

- Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan

- Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;

- Memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan

- Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.

Pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak diberlakukannya Undang-Undang 18 tahun 2008 ini

4. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

Peraturan ini menyebutkan bahwa PS Persampahan meliputi proses pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir, yang dilakukan secara terpadu.

5. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

Peraturan Pemerintah ini merupakan pengaturan tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang meliputi:

a. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah;

b. penyelenggaraan pengelolaan sampah;

c. kompensasi;

d. pengembangan dan penerapan teknologi;

e. sistem informasi;

f. peran masyarakat; dan

(26)

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Peraturan ini mensyaratkan tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan dan sistem penanganan sampah di perkotaan sebagai persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh Pemerintah/Pemda.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Ruang lingkup Peraturan menteri ini meliputi Perencanaan Umum, Penanganan Sampah, Penyediaan Fasilitas Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah, dan Penutupan/Rehabilitasi TPA.

B. Ruang Lingkup Pengelolaan Persampahan

Sampah dapat didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang dikelola dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan UU 18 tahun 2008 yaitu:

a) Sampah rumah tangga yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga (tidak termasuk tinja);

b) Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dll;

c) Sampah spesifik meliputi sampah beracun, sampah akibat bencana, bongkaran bangunan, sampah yang tidak dapat diolah secara teknologi, dan sampah yang timbul secara periodik. Sampah spesifik harus dipisahkan dan diolah secara khusus. Apabila belum ada penanganan sampah B3 maka perlu ada tempat penampungan khusus di TPA secara aman sesuai peraturan perundangan.

Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian timbulan sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah dengan mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor lingkungan lainnya.

6.4.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Persampahan

A. Isu Strategis Pengembangan Persampahan

Berikut adalah isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Indonesia antara lain:

(27)

Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya dengan:

a. Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan sampah perkotaan antara 2-4% per tahun. Dengan bertambahnya penduduk, pertumbuhan industri dan peningkatan konsumsi masyarakat dibarengi peningkatan laju timbulan sampah.

b. Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan. Rendahnya kualitas pengelolaan persampahan terutama pengelolaan TPA memicu berbagai protes masyarakat. Di sisi lain rendahnya tingkat pengelolaan sampah mengakibatkan masyarakat yang tidak mendapat layanan membuang sampah sembarangan atau membakar sampah di tempat terbuka.

c. Keterbatasan Lahan TPA Keterbatasan lahan TPA merupakan masalah terutama di kota-kota besar dan kota metropolitan. Fenomena keterbatasan lahan TPA memunculkan kebutuhan pengelolaan TPA Regional namun banyak terkendala dengan banyak faktor kepentingan dan rigiditas otonomi daerah.

2. Kemampuan Kelembagaan Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitas dan kuantitas) menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.

3. Kemampuan Pembiayaan Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas penanganan sampah.

4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan sebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.

(28)

Berikut adalah isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Kota Langsa

Tabel 6. 32. Isu Strategis Terkait Permasalahan Persampahan di Kota Langsa

Isu-isu Strategis

1

-Kapasitas pelayanan pengelolaan persampahan Optimal (Peningkatan Timbulan Sampah, Keterbatasan Jumlah prasarana dan sarana persampahan)

2

-Kemampuan Kelembagaan masiih belum optimal baik sistem manajemen, pengelolaan, dan SDM

3

-Keterbatasan Kemampuan pemerintah daerah dalam pembiayaan Sector Persampahan

4

-Rendahnya partisipasi pihak swasta/dunia usaha dan paradigma sosial serta kepedulian masyarakat

5

-Peraturan perundangan dan lemahnya penegakan hukum

6

-Kurangnya Pengetahuan masyarakat (SDM) dan kesadaran masyarakat akan pengelolaan persampahan

7

-Belum maksimalnya Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan persampahan

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan persampahan yang telah dilakukan pemerintah Kota/Kabupaten, perlu diuraikan hal- hal berikut ini:

1. Aspek teknis

Dalam rangka penyehatan lingkungan permukiman yang berkelanjutan. perlu dilakukan pengembangan sistem pengelolaan persampahan yang ramah lingkungan. Permukiman yang sehat dengan lingkungan yang bersih sangat diperlukan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat Dalam upaya mewujudkan situasi dan kondisi permukiman yang diinginkan sebagai dimaksud di atas, diperlukan rencana, program, dan pelaksanaan kegiatan yang terpadu, efisien dan efektif. Hal ini berkaitan dengan upaya mewujudkan situasi dan kondisi yang diinginkan dan dalam rangka mencapai tujuanUniversal Acccespada Tahun 2019.

Sumber-sumber sampah secara umum dapat dibagi

- Permukiman atau Rumah tangga

- Pasar

(29)

- Institusi Pelayanan - Penyapuan jalan - Taman-taman

Penanganan sampah perlu dilakukan dari sumber penghasil sampah, karena penanganan sampah dari sumbernya dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap karakteristik sampah,

kesehatan masyarakat, serta sikap masyarakat terhadap sistem pengelolaan sampah.

Pengurangan dan pemanfaatan sampah secara signifikan dapat mengurangi kebutuhan pengelolaan sampah sehingga sebaiknya dilakukan disemua tahap yang memungkinkan, yaitu mulai dari sumber, TPS, Instalasi pengolahan, dan TPA.

Komposisi sampah di Indoneesia umumnya memiliki

kandungan organic (60% - 80%), sehingga memiliki potensi besar

untuk dikakukasn proses composting. Untuk hal ini peran serta masyarakat

sangatlah berarti. Daur ulang sektor informal perlu diupayakan menjadi

bagian dari dalam bentuk pengelompokkan dan pemisahan

sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan sifat sampah.

- Pengumpulan

Dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara

- Pengangkutan

Dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan

sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah Komunal/Terpadu menuju tempat pemrosesan akhir

- Pengolahan

Dalam bentuk mengubah karakteristtik, komposisi dan Jumlah

- Pemrosesan akhir Sampah

(30)

Dalam operasional pengumpulan dan pengangkutan sampah dari sumber sampah ke Tempat Pemrosesan akhir, BLHKP melakukan dengan dua metode..

o Secara Langsa langsung (door to door)

Pada sistem ini proses pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan secara bersamaan, dengan cara mendatangi dan mengosongkan sampah dari tiap-tiap sumber ke truk kemudian dikumpulkan dan langsung ke TPA.

o Secara Tidak langsung

Pada sistem ini, sebelum diangkut ke TPA, sampah dikumpulkan terlebih dahulu oleh sarana pengumpul seperti gerobak sampah, Becak Motor (BETOR) dan dikumpulkan atau diangkut Ke TPS.

Alur mekanisme pengankutan sampah pada sumber-sumber sampah di Kota Langsa dapat dilihat pada bagan alur berikut:

Gambar 6. 34. Mekanisme Pengangkutan Sampah

Sumber : BLHKP Kota Langsa

Tempat pemrosesan Akhir (TPA)

Penyingkiran limbah ke dalam tanah (land disposal) merupakan cara yang paling sering dijumpai dalam pengolahan limbah. Berdasarkan UU nomor 18 Tahun 2008 istilah TPA yang dulunya merupakan Tempat Pembuangan Akhir berubah menjadi Tempat Pemrosesan Akhir, yang didefinisikan sebagai pemrosesan akhir sampah dalam bentuk sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara, selain itu di lokasi pemrosesan akhir tidak hanya proses penimbunan sampah, akan tetapi juga harus terdapat 4 (empat) Aktivitas utama penanganan sampah lainya di lokasi TPA.

4 (Empat) Aktivitas Utama Penanganan Sampah

1. Pemilahan Sampah

(31)

3. Composting Pengomposan sampah hayati 4. Penimbunan sampah residu dari proses di atas

Lokasi TPA

TPA Kota Langsa terletak di Desa Pondok kemuning yang terletak di koordinat N 04o2525.08’’ dan E 97o5511.03’’.

Batas Wilayah TPA Kota Langsa Adalah :

1. Sebelah Utara Berbatasan dengan : Kebun Masyarakat 2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan : Kebun Masyarakat 3. Sebelah Barat Berbatasan dengan : Kebun Masyarakat 4. Sebelah Timur Berbatasan dengan : Kebun Masyarakat

TPA Kota Langsa dibangun oleh Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR NAD-Nias) yang berlokasi di desa

Pondok kemuning yang berjarak ± 10 Km dari Pusat Kota. Jalan Akses

menuju TPA yang sebelumnya menjadi kendala terberat yang dihadapi,

dimana saat musim penghujan aksessibilita sanag terhambat,

yang berakibat dengan resiko Insidental dan Delay Time yang terlalu lama. Seiring dengan berjalannya waktu dan pelaksanaan program bembangunan, Kondisi jalan akses TPA semakin Baik dimana Pada Tahun 2013 dengan sumber Dana Otsus Sejumlah 9 Milyar lebih, menjadi pembangunan tahap awal untuk

Pengaspalan Jalan ke TPA, dan pada tahun 2015 telah dianggarkan

lebih dari 2 Milyar untuk menuntaskan Pembangunan aksessibilitas ke

TPA.

(32)

Sistem 3R

Alat Pengolahan Sapah 3R di TPA

o Pembakar sampah (20 Kg) o Pencacah plastic (100 kg/Hr) o Canner (700 – 1500 Kg/Hr)

o Mesin Fermentasi (70 -100 Kg/Shift)

o Mesin Pencacah Sampah Organik (500 Kg/Hr) o Conveyer feeder (500 Kg/Hr)

o Conveyer Pemilah (500 Kg/Hr)

Tabel 6.35 Peta Cakupan Layanan Persampahan Kota Langsa

(33)

G

am

b

ar

6

.3

6

D

S

S

P

er

sa

m

p

ah

an

S

um

be

r:

S

S

K

K

ota

L

an

gs

a

20

15

-20

(34)

Tabel 6.33. Timbulan Sampah Per Kecamatan

Nama

Kecamatan

Jumlah Penduduk Vol. Timbulan Sampah

Total Total

orang (%) (M3/hari)

Langsa Timur 14.821 8.5 37.05

Langsa Lama 27.687 16.0 69.22

Langsa Barat 32.368 18.7 80.92

Langsa Baro 44.095 32.7 141.7

Langsa Kota 38.040 24.1 104.7

Sumber : SSK Kota Langsa 2014-2019

Tabel 6.34. Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan Kecamatan

Nama

Kecamatan

3R Vol. sampah

yg terangkut ke TPA

Total Total

(%) (M3) (%) (M3)

Langsa Timur - - 0 37.05

Langsa Lama - - 31 69.22

Langsa Barat - - 53 80.92

Langsa Baro - - 43 141.7

Langsa Kota - - 87 104.7

(35)

Tabel 6.35 Contoh Teknis Operasional Pelayanan Persampahan Saat Ini

No.

Jenis Prasarana /

Sarana

Satuan

Jumlah/

luas total terpakai

Kapasitas / daya

tampung* Ritasi

/hari

Kondisi Ket**

M3 Baik Rusak

ringan

Rusak Berat

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x)

1 Pengumpulan Setempat

- Gerobak unit 0 0

- Becak/Becak Motor unit 17 1.5 1 17

- Kendaraan Pick Up unit 1 1

2 Tempat Penampungan Sementara (TPS) - Bak sampah

(beton/kayu/fiber)

unit 125 4 - 125

- Container unit

-- Transfer Stasiun unit - - v

Lokasi Hal. Kantor BLHKP 1) SPA (Stasiun Peralihan

Antara)

unit

- - v

3. Pengangkutan

- Dump Truck unit 7 6 3 7

- Arm Roll Truck unit 1 8 3 1

- Compactor Truck unit 1 8 2500 1

4 Pengolahan Sampah

2) Sistem 3R unit 1 500 m3 - ya

3) Incinerator unit 1 500 Ton/Hr ya

5 TPA/TPA Regional Konstruksi:lahan urug saniter/lahan urug terkendali/ penimbunan terbuka Operasional:lahan urug saniter/lahan urug terkendali/ penimbunan terbuka

(36)

Sumber : BLHKP Kota Langsa

2. Pendanaan

Berikut kami uraikan Pembiayaan penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan seperti pembiayaan pembangunan sarana individual, retribusi persampahan serta anggaran pemerintah Kota Langsa untuk pengelolaan persampahan.

Tabel 6.36 Pengelolaan Persampahan. dalam Aspek Pendanaan

Sumber : APBD 2010-2014 Kota Langsa, diolah

- Luas total TPA yg terpakai Ha 16

-- Luas sel Landfill Ha

-- Daya tampung TPA (M3/hari)

-6 Alat Berat

- Bulldozer unit - Tidak Ada

- Whell/truck loader unit 1 06-08 m3 - 1

- Excavator / backhoe unit 1 06-08 m3 - 1

- Truk tanah unit Tidak Ada

7 IPLT: Sistem kolam/aerasi/…..

unit 1

Hasil pemeriksaan lab (BOD dan COD):

4) Efluen di Inlet 5) Efluen di Outlet

(37)

Tabel 6.37 Teknis Operasional Pelayanan Persampahan Saat Ini

Sumber : APBD 2010-2014 Kota Langsa, diolah

c. Kelembagaan dan Peraturan Perundangan

Dasar hukum pengelolaan sampah mengacu padaUndang-undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, dimanan teknis pengelolaan sampah dibagi menjadi dua komponen, yaitu teknis penanganan sampah dan teknis pengurangan sampah. Kegiatan pengelolaan persampahan di Kota Langsa dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup kebersihan dan Pertamanan (BLHKP) Kota Langsa sesuai dengan Qanun Kota Langsa Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah dan kecamatan Kota Langsa . Kegiatan pengelolaan persampahan di kota Langsa akan mengacu Master Plan Persampahan (2013) dan juga telah dilengkapi dengan Qanun Kota Langsa No 15 tahun 2010 Tentang Pelayanan Persampahan/Kebersihan. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi pengumpulan di TPS dan penyapuan jalan dan ruang publik serta pengankutan ke Tempat pembuangan Akhir (TPA) dengan menggunakan armada dump truk.

d. Peran Serta Masyarakat

(38)

telah dilakukan dalam mendorong peran serta masyarakat misalnya saja kegiatan kampanye dan edukasi terkait pengelolaan persampahan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat/swasta.

B. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Persampahan

Tabel 6.38 Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk Sub Sektor Persampahan

SSK (2010-2014) SSK (2015 – 2019)

Tujuan Sasaran Data dasar* Status saat ini

(1) (2) (3) (4)

Tertanggulanginya permasalah persampahan

Meningkatkan layanan sampai > 70 % Untuk 2 Desa, Peningkatan layanan Penuh Termasuk Sapuan Jalan untuk 12 Desa.

Fasilitas TPSP yang belum memadai.

19.8 % sampah yang dikumpulkan di TPS (ehra) Pengelolaan sampah yang

Dibuang

kesungai/kali/laut/danau dan Perilaku Pembakaran Sampah

76 % Sampah Dibakar (ehra)

Layanan Seperlunya untuk 38 Desa.

Penduduk tidak terlayani pengangkutan sampah

63.0 % penduduk tidak terlayani pengangkutan sampah (ehra).

Peningkatan Volume sampah terangkut /Tahun dengan produksi sampah.

Volume sampah terangkut 55.977 m³/Tahun dengan produksi sampah 28.38% (BLHKP)

Meningkatkan Pemahaman dan Pelayanan

Persampahan Kepada Masyarakat akan

Tersedianya Akses terhadap pengelolaan Sampah bagi 80 % RT di Kota Langsa

Paraktek Pemilahan sampah belum tersosialisasi dengan baik

Masih kurangnya Partisipasi Masyarakat dan Dunia usaha

Pengurangan Sampah dari

sumbernya Belum adanya Minat PihakLain dalam Pengelolaan Persampahan

Belum Adanya Pihak Lain yang berminat dalam pengelolaan Persampahan

Penanganan Sampah Yang berwawasan Lingkungan

Belum Optimalnya Upaya Pemanfaatan &Daur Ulang sampah (Komposting)

Belum adanya Inovasi Teknologi Untuk Nilai tambah secara Ekonomis

Meningkatnya Akan Pola Hidup Bersih dan Sehat

Tingkat Partisipasi dan Kepahaman Masyarakat serta kepedulian Pihak Swasta

Adanya Gerakan Sadar Lingkungan yang dicangakan Oleh Bapak Walikota Bertambahnya Alat angkut (Truck

Sampah dan Becak MotorBetor) Keterbatasan Alat angkut

Kondisi Alat Angkut Sampah yang memadai

Meningkatkan minat warga untuk melakukan 3R dan Komposting

Belum Tersedianya Unit 3R Skala Desa/Kawasan

Adanya Unit 3R di Tahun 2015 (2 Dari Keg. APBN dan 1 Keg DAK)

TPA dengan Skema Sanitary landfill

TPA beroperasi dengan Open dumping

(39)

1. Identifikasi Permasalahan Persampahan

Permasalah yang dihadapi di Kota Langsa terkait Persampahan kami tampikan dalm table berikut ini, dimana masalah persampahan diuraikan dengan membandingkan antara kondisi yang ada (existing) dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need)yang ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain melakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan mempertimbangkan tipologi serta parameter-parameter teknis yang ada di kawasan tersebut.

(40)

Tabel 6.39 Identifikas Permasalahan Sektor Persampahan

Permasalahan Mendesak Sasaran Indikator Indikasi Program Indikasi Kegiatan

A. Sistem/Teknis a. User Interface

1 - 63.0 % penduduk tidak terlayani pengangkutan sampah (ehra).

Meningkatnya cakupan layanan pengelolaan persampahan dari 37 % menjadi 100 % Pada tahun 2019

65 % penduduk terlayani pengelolaan persampahan

- Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

-Penyediaan Fasilitas guna peningkatan layanan persampahan

2 - Volume sampah terangkut 55.977 m³/Tahun dengan produksi sampah 28.38% (BLHKP)

Sampah terangkut 100 ton/Tahun

- Sosialisasi dan Kampanye

3 - Import Sampah dari Gampong Ke Kota (MP Persampahan)

Mengurangi timbulan sampah 2 m³/hari di seluruh Desa/Gampong yang tidak terangkut oleh keterbatasan pengakutan menjadi 0m³/hari pada tahun 2019

Meninggkatnya Ratio Sampah terangkut hingga 50%

-Penyuluhan Kepada Masyarakat

4 - Sampah Dibuang

kesungai/kali/laut/ danau 3.6 % (ehra)

Prilaku membuang sampah ke Sungai/Kolam/Laut berkurang hingga 50%

5 - 19.8 % sampah yang dikumpulkan di TPS (ehra)

70% Sampah dibuang di TPS

Berkuyurangnya praktek pembakaran sampah hingga 50%

6 - 76 % Sampah Dibakar (ehra) b. Pengumpulan setempat:

7 - Keterbatasan pengakutan Setempat, fasilitas Becak Motor

Penyediaan Fasilitas Persampahan berdasarkan Volume sampah dan Kebutuhan serta seusuai dengan rencana tata ruang

Seluruh Desa/Gampong (66) memiliki Betor pada Tahun 2019

- Penyediaan fasilitas Persampahan

- Penyedian Alat Pengumpul

c. Penampungan Sementara: 8

-Belum meratanya Tempat Sampah/TPST Sementara

Tersedianya TPS/T container

Penyediaan fasilitas

Persampahan - Penyediaan Wadah/TPS di lokasi yang

representatif Tersedianya TPST Beton

9 - Tumbuhnya TPS-TPS liar Zero TPS LiarTahun 2019 - Penempatan Containerdi spotpemukiman dan

sumber produksi sampah

(41)

- dan penempatan Tempat Penampungan Sementara

dan sarana Pendukung

11

-Tarjadinya distorsi fungsi terhadap Tempat Penampungan sementara

Tersedianya tempat

Sampah/pewadahan yang baru sebagai Alternatif

-Penyediaan Wadah Kantong/Plastik Sampah (Smart Bag Solution)

12

-Keterbatasan Unit 3R skala RT/Desa

Unit 3R Skala RT/Desa

-Pengembangan Fasilitas Pengurangan Sampah Pola 3R

13

-Belum adanya Depo/Stasiun Antara

Halaman Kantor BLHKP Terjaga Fungsi

dan Kenyamanannya

-Penyediaan Sta. Antara

d. Pengangkutan: 14

-Armada Pengangkutan belum memadai

Memenuhi Kebutuhan alat angkut/Armada pengangkutan

Tersedianya Jumlah Armada yang memadai pada Tahun 2019

Penyediaan fasilitas

Persampahan

-Penyediaan Armada pengangkut sesuai kebutuhan

-e. Pengolahan Akhir Terpusat

15

-Sistem operasi TPA dengan Controlled landfill belum optimal

Berfungsinya TPA sistim Controlled landfill dengan optimal melakukan pengolahan sampah terpusat pada tahun 2019

TPA beroperasi dengan skema

Controlled Landfill

-Pengembangan teknologi

pengolahan persampahan - Optimalisasi TPA (SNI - controlled Landfill)

- Operasional TPA - Pemeliharaan TPA - Dalwas TPA f. Daur Ulang/Pembuangan Akhir

16

-Unit 3R terpadu belum bekerja optimal

Adanya Penerapan Konsep 3R secara Optimal dalam pegolahan sampah dan berkurang volume sampah yang tidak terolah di Kota Langsa pada tahun 2019

Unit 3R Terpadu Berdaya guna dan memiliki Nilai tambah Ekonomis

-Pengembangan pengolahan persampahan dengan Sistem 3R

-Optimalisasi dan pemberdayaan TPS 3R Terpadu

(42)

17

-Kebutuhan Akan Inovasi teknologi untuk Pengelolaan danAdd Value

dalam Sistem Persampahan

Penyediaan Alat Produksi (Mesin Pembuat Kantong Plastik)

Tersedianya Unit Produksi untuk

penyediaan Wadah Kantong Plastik.

-Pengembangan fasilitas

Persampahan

-Penyediaan Mesin/Alat Produksi

B. Lain-lain/Non-teknis: a. Aspek Pendanaan

18

-Belum sebandingnya pendapatan dari retribusi persampahan dengan besarnya biaya untuk pengelolaan persampahan

Menggali Sumber Pendanaan lain

Tersedianya dukungan Pendanaan untuk mengurangi OM yang bersumber dari luar pendanaan Belanja Daerah baik dalam bentuk bersama/sharing dan kerja sama dengan pihak ketiga

-Mendorong berbagai alternatif dukungan pembiayaan untuk

mengurangi OM pengelolaan Persampahan

-Kemitraan Pemerintah - Dunia usaha/Swasta KPS

- Kontribusi NGO/LSM 19

-Efesiensi Biaya O/M

-Pemanfaatan Pendanaan yang bersumber dari Lembaga Donor/Dana Hibah Corporate/CSR

b. Aspek Kelembagaan 20

-Belum terbentuknya kelembagaan TPA yang menangani pengelolaan persampahan (Regulator dan Operator)

Terciptanya kelembangaan yang kuat dalam melaksanakan fungsi teknis pengelolaan persampahan dikota langsa tahun 2019

Meningkatnya kapasitas

kelembagaan/Bidang yang menangani pengelolaan Persampahan

-Memfasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan pengelola persampahan

-Fasilitasi pembinaan teknik pengelolaan Persampahan

21

-Kapasitas SDM terkait

Pengelolaan TPA yang terbatas

-Mendorong terbentuknya unit yang mengelola Prasarana dan sarana TPA

- Peningkatan SDM dan Managerial untuk Pengelolaan TPA dan Unit 3R terpadu

22

-Koordinasi antar sektor terkait persampahan

Kerjasama Lintas sektor - Konsolidasi antar sektor dan antar Daerah

c. Aspek Regulasi

(43)

perundang-- sebagai landasan dan acuan belum maksimal

mengatur, mengikat dan dapat diterapkan terkait penanganan pengelolaan persampahan di Kota Langsa tahun 2019

Persampahan dan Limbah B3 Legislatif undangan/Qanun

24

-Belum tersosialisasinya ketentuan penanganan sampah terhadap masyarakat

-Peningkatan potensi Qanun Retribusi - Qanun Gampong

25

-penerapan sistem pengawasan dan penerapan sanksi hukum secara konsisten

d. Aspek Peran Serta Masy. & Swasta 26

-Belum terlaksananya iklim yang kondusif bagi dunia usaha/swasta untuk berinvestasi dalam pengelolaan sampah

Mendorong pihak laen/Dunia usaha dan masyarakat untuk berperan dalam pengelolaan persampahan

Meningkatnya pemahaman minat swasta dengan jalinan kemitraan dan komitmen, dalam layanan pengelolaan persampahan

-Kerja sama Pengelolaan

persampahan

-Memfasilitasi kegiatan masyarakat/pihak swasta dalam pengelolaan persampahan

- Membangun kemitraan dan komitmen dengan Pihak masyarkat dan Swasta

27

-Belum semua masyarakat yang melakukan budaya perilaku hidup bersih dan sehat

Terbangunnya pola fikir dan rasa

memiliki serta tanggung jawab bersama

-Pembangunan Mindset dan paradigma berfikir

-Mendorong Partisipasi Masyarakat dan Dunia usaha dengan sosialisasi, kampanye, promosi dengan memfasilitasi dan kemudahan

- Gerakan Sadar Lingkungan/GOTROY

28

-Partisipasi masyarakat dalam pemilahan sampah organik dan an organnik

Terciptanya sistem pengelolaan persampahan yang mandiri dimasyrakat pada tahun 2019

Terwujudnya tertib pemilahan dilevel Rumah Tangga 25% pada tahun 2019

-Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Gampong/Desa (PSBMG)

-Memfasilitasi dan Penguatan Kemitraan dengan Pemerintah Desa/Gampong

(44)

Desa/Gampong

29

-Potensi masyarakat belum dikembangkan secara sistematis

Meningkatnya Keterlibatan Langsung masyarakat lokal dalam partisipasi pengelolaan persampahan

-Pembinaan sumberdaya lokal dalam mengelola persampahan

-Bansos Bagi Pemulung Perkotaan e. Aspek Komunikasi & PMJK

Gambar

Tabel 6.23 Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman dalam Wilayah Kota Langsa
Gambar 6.27 Parameter Teknis Wilayah
Gambar 6.30 Area Bresiko Air Limbah
Tabel  6.29 Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disajikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan barisan geometri, peserta didik mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar..

Berdasarkan bukti tertulis yang diajukan oleh para pemohon Praperadilan dalam Putusan Nomor 01/Pid.Pra/2011/PN.PWT bertanda bukti P-3 yang merupakan bukti yang sama

Sekalipun kita tahu bahwa bisa saja yang kita rencanakan tidak menjadi kenyataan, dan bahwa kehendak Tuhan bisa saja tidak sama dengan kehendak kita, namun ketika

Petunjuk Pelaksanaan izin masuk ke ruang khusus berlaku untuk membatasi pegawai yang tidak berkepentingan, kontraktor, vendor, konsultan, atau pihak ketiga lainnya masuk ke

Perlu dilakukan pembaharuan Data Dasar Teknis yang akan digunakan dalam perhitungan lndeks Teknis DAK Bidang lnfrastruktur Air Minum dan Sanitasi TA.2015 sesuai dengan

Dalam hal ini, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, melakukan peran pembinaan dan fasilitasi teknis kepada pemerintah daerah, khususnya

Direktorat Prasarana dan Sarana Budidaya mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta

Pencapaian tingkat efektivitas penerapan Sistem Informasi Akuntansi yang baik dan memadai kebutuhan perusahaan merupakan suatu keharusan yang harus dicapai perusahaan