• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

C. Remaja

4. Aspek yang Berkembang pada Remaja

Perubahan pada diri remaja menunjukkan tanda keremajaan, namun seringkali perubahan yang terjadi hanya menunjukkan tanda- tanda fisik dan bukan pengesahan akan keremajaan seseorang. Satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan berbagai aspek menurut Hurlock (1980: 127).

a. Perkembangan fisik dan psikoseksual

Pada masa ini biasanya disebut dengan The Onset of pubertal growth sputserta The maximum growth age, karena pada masa ini remaja mengalami pertumbuhan fisik yang sangat pesat baik bentuk tubuh , ukuran, tinggi dan berat badan, proporsi muka dan badan. Adanya percepatan pertumbuhan pada remaja berimplikasi pada perkembangan psikososial mereka yang ditandai dengan kedekatan remaja pada teman sebayanya daripada dengan orang tua atau keluarga. Disamping itu juga remaja pada waktu itu diharapkan dapat memenuhi tanggung jawab sebagai orang dewasa. Namun karena belum memiliki pengalaman sebagai orang dewasa, sehingga sering mengalami kegagalan, hal ini dapat menimbulkan masalah dalam bentuk frustasi dan konflik.

b. Perkembangan kognisi

Sebagaimana aspek lain dalam perkembangan remaja, kecerdasan (kognisi) juga mengalami pengembangan baik secara

kuantitatif maupun secara kualitatif. Secara kuantitatif intelegensi berkembang semenjak bayi masih berada dalam kandungan. Laju perkembangan berlangsung sangat pesat mulai usia 3 tahun sampai dengan masa remaja awal. Puncak perkembangan dicapai pada masa penghujung masa remaja akhir, sesudah itu sampai usia 60 tahun berkembang lambat, terjadilah masa plateau, yang selanjutnya akan terjadi penurunan.

c. Perkembangan emosi, sosial dan moral

1) Perkembangan emosi remaja

Pada masa remaja terjadi keteganagn emosi yang bersifat khas sehingga masa ini disebut masa badai dan topan, yaitu masa yang menggambarkan keadaan emosi emosi remaja yang tidak menentu, tidak setabil dan meledak–ledak (Muhammad Ali dan Muhammad Asrori 2004: 67). Meningginya emosi terutama karena remaja menghadapi kondisi sosial baru, karena selama masa kanak-kanak mereka kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadan-keadaan itu.

Pada masa ini remaja tidak dapat bersikap asertif terhadap dirinya sendri, hal ini dikarenakan pada masa ini remaja tidak bisa mengendalikan emosinya. Semua itu terjadi karena remaja meiliki sifat yang tidak mau mengalah dan akan sangat malu apabila kalah dari temannya dari segi apapun. Begitu juga

dalam bermain online game, remaja selalu tidak mau kalah dengan temannya baik dalam keterampilan bermain game

ataupun level yang didapat dari bermain game tersebut, sehingga membuat remaja selalu menerima ajakan temannya untuk bermain online game dan membuat remaja tersebut semakin teradiksionline game.

2) Perkembangan sosial remaja.

Pada usia remaja pergaulan dan interaksi social dengan teman sebaya bertambah luas dan kompleks dibandingkan dengan masa–masa sebelumnya, termasuk pergaulan dengan lawan jenis. Remaja mencari bantuan emosional dalam kelompoknya. Pemuasan intelektual juga didapatkan oleh remaja dalam kelompoknya dengan berdiskusi, berdebat untuk memecahkan masalah (Santrock, 2007: 141).

Dengan masuknya remaja kedalam sebuah kelompok dan membuat kepuasan intelektualnya terpenuhi maka akan semakin banyak intensitas remaja untuk bergaul dengan teman kelompoknya. Dengan begitu remaja akan selalu ikut apa yang dilakukan oleh kelompoknya itu, apalagi dalam kelompok yang dialamnya membahas online game. Apabila temannya mengajak bermain online game tanpa berfikir panjang remaja tersebut akan ikut untuk bermain online game, sehingga

membuat online game menjadi kebutuhan sehari – hari dan membuat remaja tidak bisa bersikap asertif terhadap dirinya sendiri ataupun terhadap orang lain. Pada keaadaan tersebut akan membuat lingkungan sosial remaja menjadi sempit dikarenakan remaja akan berinteraksi sosial hanya dengan teman sekelompoknya itu budan dengan orang lain yang ada disekitarnya.

3) Perkembangan moral remaja

Perkembangan moral merupakan satu hal yang sangat penting bagi perkembangan sosial dan kepribadian seseorang. Perkembangan norma dan moralitas sangat berhubungan dengan kata hati atau hati nurani. Kata hati menurut teori belajar (Monks dkk dalam Sri Rumini & Siti Sundari, 2004: 53), merupakan suatu sistem norma-norma yang telah terinternalisasi, sehingga seseorang akan tepat melakukan norma-norma meskipun tidak ada kontrol dari luar. Moralitas merupakan suatu yang dianggap baik yang seharusnya dilakukan dan tidak baik atau tidak pantas dilakukan. Adapun tahapan perkembangan moral menurut Jean Piaget (dalam Slavin, 2006: 51) yaitu:

a) Tahap heteronomous (tahaprealism moral)

Pada tahap ini aturan dipandang sebagai paksaan dari orang tua atau orang yang lebih dewasa. Menilai perilaku moral berdasarkan konsekuensinya, hokum dipandang sebagai konsekuensi otomatis dari pelanggaran.

b) Tahap autonomous (tahapindependensi moral)

Pada tahap ini aturan dipandang sebagai hasil kesepakatan bersama, menilai perilaku moral berdasarkan niat pelakunya, hukuman dipandang sebagai sesuatu hal yang tidak serta merta, namun dipengaruhi oleh niat dan pelakunya.

Pada masa ini tentunya remaja harus sudah mengerti akan norma–norma yang ada dimasyarakat, dengan mengerti norma yang ada diharapkan remaja dapat memiliki moral yang baik, tapi dengan teradiksinya remaja oleh online game bisa membuat perkembangan moral terganggu, hal ini terjadi karena pemaparan online game

yang mengandung unsur kekerasan dan pornografi. Secara tidak langsung game tersebut mempengaruhi moral seorang remaja, sehingga banyak remaja melakukan pelanggaran moral di masyarakat misalnya seperti:

a) Perkelahian sebagai akibat dari kecanduan online game

yang bertema kekerasan, peperangan dan terorisme.

b) Perkataan kotor, kasar, tidak senonoh, saling mengejek antar teman yang bermula dari penulisan status di game ataupun di sosial media.

c) Perbuatan asusila, seperti pelecehan seksual sebagai akibat dari online game yang memaparkan tentang pornografi.

d) Membolos sekolah, karena begadang bermain online game sampai larut malam, bahkan sampai pagi, bisa juga dikarenakan remaja merasa bosan berada disekolah.

e) Berbohong kepada orang tua, karena kecanduan online game membuat remaja berbohong kepada orang tuanya dengan meminta uang untuk kebutuhan sekolah, padahal sebenarnya uang tersebut hanya untuk bermai game online.

5. Penggunaan Pelatihan Asertif untuk Mengurangi Perilaku Adiksi

Dokumen terkait