• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Pelatihan Asertif untuk Mengurangi Perilaku Adiks

BAB II KAJIAN TEORI

C. Remaja

5. Penggunaan Pelatihan Asertif untuk Mengurangi Perilaku Adiks

Perilaku adiksi terhadap online game muncul pada kondisi lingkungan tertentu yaitu lingkungan teman sebaya. Tekanan yang dialami, yang dirasa paling berat dan paling mempengaruhi perilaku remaja adalah tekanan teman sebaya atau dikenal dengan istilah peer pressure. Tanpa disadari remaja mendapat tekanan untuk berperilaku seperti remaja lain, sehingga akhirnya remaja masuk ke dalam situasi dimana remaja harus berperilaku seperti remaja yang lainnya, agar dapat diterima dan tidak dapat disisihkan.

Kondisi yang menimbulkan stimulus tertentu bisa menjadi

reinforcementbagi adiksi terhadaponline game. Kondisi yang awalnya yang tertekan oleh ajakan teman berubah menjadi menyenangkan saat bermain online game dan mendorong remaja untuk mengulang kembali kondisi itu. Perilaku pada manusia merupakan reaksi atas stimulasi yang diberikan oleh lingkungan dari luar dirinya.

Berdasarkan prinsip operant conditioning, suatu perilaku telah termanifestasikan maka sangat besar kemungkinan perilaku tersebut akan muncul kembali. Perilaku asertif dalam pergaulan yang lebih luas berkembang menjadi suatu keterampilan sosial dalam menghargai keinginan diri dan hak orang lain.

Salah satu lingkungan pembentuk perilaku asertif seseorang adalah kebiasaan atau budaya interaksi dengan orang lain. Latihan asertif digunakan untuk membentuk keterampilan perilaku asertif (assertive behavior). Pengunaan teknik ini didasarkan pada asumsi bahwa banyak orang menderita perasaan cemas dalam berbagai situasi menyenangkan saat bermain online game mendorong remaja untuk mengulang kembali kondisi itu. Tujuan dari konseling behavioral ini adalah untuk memodifikasi koneksi-koneksi dan metode-metode Stimulus-Respon (S-R) sedapat mungkin. Kontribusi terbesar dari konseling behavioral (perilaku) adalah diperkenalkannya metode ilmiah dibidang psikoterapi, yaitu bagaimana memodifikasi perilaku melalui rekayasa lingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan perilaku.

Remaja yang adiksi terhadap online game disebabkan karena banyaknya stimulus dari lingkungan yang membuat remaja tertarik untuk bermain online game selama berjam-jam dan bahkan sehari semalam. Stimulus yang membuat remaja menghabiskan waktunya selama berjam-jam adalah ajakan dari teman, uang jajan lebih yang diberikan oleh orang tua, dan fasilitas permainan pada online game

yang terus berkembang. Hal ini semakin membuka jalan bagi remaja untuk larut dalam permainan, yang apabila remaja dibiarkan dapat mengarah pada perilaku adiksi online game. Teknik yang digunakan

untuk mereduksi adiksi remaja terhadap online game melalui pendekatan behavioral adalah Pelatihan Asertif.

Pendekatan behavioral yang paling cepat mencapai popularitas adalah latihan asertif yang biasa diterapkan pada situasi-situasi interpersonal di mana individu kesulitan menerima kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan layak dan benar. Kecemasan interpersonal dapat dihentikan jika orang dapat bertindak asertif. Oleh karena itu, berbagai gangguan dan problem interpersonal dapat ditangani dengan cara meningkatkan keterampilan perilaku asertif. Individu yang memiliki keterampilan asertif lebih mungkin untuk berhasil dalam membina hubungan interpersonal dan dalam kehidupan yang lebih luas dibanding individu lain yang tidak asertif (Corey, 1986: 189) .

Sikap asertif adalah sikap dimana seseorang mampu bertindak sesuai dengan keinginan, membela haknya, dan tidak dimanfaatkan oleh orang lain. Selain itu, bersikap asertif juga berarti mengkomunikasikan apa yang diinginkan secara jelas dengan menghormati hak pribadi dan hak orang lain. Sikap asertif merupakan ungkapan perasaan, pikiran, pendapat, dan kebutuhan secara jujur dan wajar.

Rathus dan Nevid (1980: 107-123) mengkategorikan 10 tingkah laku asertif, sebagai berikut:

a. Bicara asertif yaitu individu mengemukakan hak-hak atau berusaha mencapai tujuan tertentu dalam suatu situasi dan memberi pujian untuk menghargai tingkah laku seseorang dan juga memberi feed backpositif pada individu lain.

b. Pengungkapan perasaan-perasaan pada individu lain secara spontan dan tidak berlebihan.

c. Menyapa dan memberi salam pada individu lain dan individu yang ditemui termasuk individu yang baru dikenal dan membuka percakapan.

d. Dapat menampilkan cara yang efektif untuk menyatakan setuju atau tidak setuju.

e. Menanyakan alasan ketika diminta untuk melakukan sesuatu, tidak langsung menyanggupi ataupun menolaknya.

f. Berbicara mengenai diri sendiri.

g. Menghargai pujian dan menerima pujian.

h. Menolak untuk menerima begitu saja pendapat orang lain.

i. Menatap mata lawan bicara.

j. Mampu menampilkan respon melawan rasa takut, tidak menampilkan tingkah laku yang dapat memancing rasa cemas.

Tujuan dari pelatihan asertif adalah untuk meningkatkan perilaku individu sehingga mampu membuat keputusan untuk bersikap terbuka pada situasi tertentu dan mengajarkan individu untuk mengekspresikan perasaan kepada orang lain. Pelatihan asertif bisa diterapkan pada situasi-situasi interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan layak atau benar. Latihan asertif akan membantu bagi orang-orang yang

a. Tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung.

b. Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya.

c. Memiliki kesulitan untuk mengatakan “TIDAK”.

d. Mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respons- respons positif lainnya.

e. Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri.

Pelatihan asertif pada dasarnya merupakan penerapan latihan tingkah laku pada kelompok dengan sasaran membantu individu- individu dalam mengembangkan cara berhubungan yang lebih langsung dalam situasi-situasi interpersonal. Fokusnya adalah

mempraktekkan, melalui permainan peran, kecakapan-kecakapan bergaul yang baru diperoleh sehingga individu diharapkan mampu mengatasi ketidak berdayaannya dan belajar bagaimana mengungkapkan perasaan dan pikiran secara lebih terbuka disertai keyakinan bahwa individu berhak untuk menunjukkan reaksi-reaksi yang terbuka itu. Pada perilaku asertif tingkat sensitivitas yang dimiliki cukup tinggi sehingga dapat membaca situasi yang terjadi di sekelilingnya, yang memudahkannya untuk menempatkan diri dan melakukan aktivitasnya secara strategis, terarah, dan terkendali.

Perilaku asertif berarti adanya sikap tegas yang dikembangkan dalam berhubungan dengan banyak orang dalam berbagai aktivitas kehidupan. Dalam artian, individu mengambil keputusan atau melakukan tindakan tertentu berdasarkan hasil pemikiran sendiri, tanpa sikap emosional, meledak-ledak, atau berperilaku buruk lainnya. Remaja menegakkan kemandiriannya tanpa bermaksud menyakiti hati orang lain.

Ketegasan penuh kelembutan, ketegasan tanpa arogansi, itulah ciri asertif. Lebih jauh lagi perilaku asertif membuat seseorang merasa bertanggung jawab dan konsekuen untuk melaksanakan keputusannya sendiri. Individu bebas untuk mengemukakan berbagai keinginan, pendapat, gagasan, dan perasaan secara terbuka sambil tetap memperhatikan juga pendapat orang lain.

Citra dirinya akan terlihat sebagai sosok yang berpendirian dan tidak terjebak pada eksploitasi yang merugikan dirinya sendiri, dengan bersikap asertif akan timbul rasa hormat dan penghargaan orang lain yang berpengaruh besar terhadap pemantapan eksistensi individu di tengah-tengah khalayak luas. Remaja yang mampu bersikap asertif berarti mampu untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Dalam bersikap asertif, remaja dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur dalam mengekspresikan perasaan, pendapat, dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan ataupun merugikan pihak lain.

Langkah-langkah agar remaja mampu mengatakan ‘tidak’ terhadap permintaan yang tidak diinginkan, sebagai berikut.

a. Pertama harus tentukan sikap yang pasti, apakah ingin menyetujui atau tidak ajakan teman tersebut.

b. Jika belum yakin dengan pilihan mintalah kesempatan berpikir sampai mendapatkan kepastian sembari melakukan klasifikasi apa yang akan dilakukan.

c. Berikan penjelasan yang logis atas penolakan secara singkat dan jelas.

d. Pilihlah kata atau kalimat yang tegas, seperti secara langsung mengatakan ‘Tidak’ untuk penolakan.

e. Pastikan bahasa tubuh juga selaras dalam mengekspresikan apa yang dikatakan dan difikirkan. Degan mengekspresikan bahasa tubuh, ucapan dan fikiran yang selaras makan akan membatu anda utuk dapat menyakinkan teman ada kalau anda menolak ajakan tersebut.

Remaja yang adiksi terhadap online game perlu bersikap asertif, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Hal ini akan membantu remaja untuk mereduksi perilaku adiksi terhadap online game, remaja dapat belajar berpikir logis, dan belajar memahami teman. Hal yang harus diperhatikan oleh konselor dalam menangani perilaku adiksi online game pada remaja adalah kompetensi konselor. Seorang konselor yang profesional adalah konselor yang memahami konsep bimbingan dan konseling yang baik dalam hal ini bimbingan pribadi dan teknik asertif untuk membantu remaja yang adiksi terhadap

online game, selain itu konselor juga harus mempunyai pengetahuan tentang perilaku adiksi online game, cara penanggulangan, dan tugas perkembangan remaja, agar dalam penanganan perilaku adiksi online game yang dialami remaja dapat berkurang. Teknik yang dirancang dengan pengelolaan yang terstruktur dengan baik diharapkan mampu mengurangi perilaku adiksi online game yang terjadi di kalangan remaja.

Dokumen terkait