Pada pembahasan yang ketiga akan dijelaskan tentang kesesuaian teori pendapat dan kenyataan pada PNC (post natal care). Berikut akan disajikan data-data yang mendukung untuk dibahas dalam pembahasan tentang asuhan kebidanan pada post natal care. Dalam pembahasan yang berkaitan dengan tentang post natal care, maka dapat diperoleh data pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4 Distribusi Data Subyektif dan Obyektif dari Variabel PNC (Post Natal care) Ny.“S” di PBM Izza Tri Rohmawati Bareng Jombang.
Tanggal PNC 13 Maret 2018 18 Maret 2018 16 April 2018
Post partum (hari ke)
10 jam 6 hari 35 hari
Anamnesa Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Eliminasi BAK 2x, warna
kuning jernih, BAB belum
BAK ± 4x/hari, warna kuning jernih, BAB 1x/hari, konsistensi lembek BAK ± 7-8x/ hari kuning, jernih, BAB 1x/hari lembek, warna kuning Tekanan Darah 110/70 mmHg 100/70 mmHg 110/70 mmHg
Laktasi Lancar Lancar Lancar TFU
Involusi
TFU 3 jari di bawah pusat,
TFU 1 jari diatas symphisis
TFU tidak teraba
Lochea Lochea rubra Lochea sanguinolenta Lochea sudah tidak keluar
Sumber : Data Primer (Buku KIA) 1. Data Subyektif
a. Keluhan
Berdasarkan fakta, pada 10 jam post partum Ny.“S” mengatakan sudah BAK tetapi belum BAB, pada 6 hari post partum ibu mengatakan tidak ada keluhan, pada 35 hari post partum ibu mengatakan tidak ada keluhan apa-apa dan belum menstruasi. Masa nifas yang dijalani Ny.“S”
berjalan secara fisiologis tanpa ada masalah dan tidak infeksi selama masa
nifas. Menurut penulis, Ny.”S” pada saat 10 jam post partum sudah BAK tetapi belum BAB. Hal tersebut normal karena pada 6 jam post partum ibu bisa berkemih dengan spontan, dan BAB biasanya memang terhambat karena odema persalinan serta perineum yang masih sakit. Pada 6 hari post partum dan 35 hari post partum ibu tidak ada keluhan karena masa nifas ibu berjalan dengan fisiologis. Menurut Erni Nur (2011), dalam 6 jam ibu
nifas harus sudah bisa BAK spontan, kebanyakan ibu bisa berkemih spontan dalam waktu 8 jam. BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edema persalinan, diet cairan, obat-obatan analgetik dan perineum yang sangat sakit.
Berdasarkan hal diatas masa nifas Ny ‘’S’’ berjalan dengan normal
2. Data Obyektif a. Laktasi
Berdasarkan fakta, ASI Ny“S” sudah keluar lancar, tidak ada
bendungan, tidak ada massa abnormal. Menurut penulis hal ini fisiologis pada payudara terjadi proses laktasi. Pada keadaan fisiologis, tidak terdapat benjolan, pembesaran kelenjar atau abses. Pengeluaran ASI juga lancar karena bayi menghisap dengan kuat. Ibu bersedia dan mau menyusui bayinya karena ibu mengetahui apabila ASI disusukan sesering mungkin atau setiap 2 jam sekali maka ASI semakin banyak keluar sehingga mencegah timbulnya bendungan ASI. Menurut Sulistyowati, (2009) ASI matur dikeluarkan mulai hari ke 14 post partum, keluarnya ASI dengan lancar dapat dipengaruhi oleh refleks hisap bayi, semakin kuat hisapan bayi, semakin lancar ASI yang
keluar. Berdasarkan hal diatas, proses laktasi Ny. ‘’S’’ berjalan normal
b. Involusi 1) TFU
Berdasarkan fakta pada Ny.“S” pada 10 jam post partum TFU teraba 3 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, lochea rubra. Pada 6 hari post partum TFU teraba 1 jari di atas simfisis
(mengecil), kontraksi uterus baik, lochea sanguinolenta. Pada 35 hari post partum TFU tidak teraba, lochea sudah tidak keluar.
Menurut peneliti kontraksi uterus Ny.“S” sangat baik sehingga
involusi uterus berjalan normal dan cepat yaitu 4 minggu TFU sudah tidak teraba . Menurut Erni Nur (2011), TFU menurut masa involusi bayi lahir setinggi pusat, plasenta lahir 2 jari dibawah pusat, 1 minggu pertengahan pusat symphisis, 2 minggu tidak teraba diatas symphisis, 6 minggu bertambah kecil, 8 minggu sebesar normal (tidak teraba). Berdasarkan hal diatas ukuran TFU
Ny. ‘’S’’ masih dalam batas normal, nifas berjalan dengan
fisiologis.
2) Lochea
Berdasarkan fakta pada Ny.“S”, pada 10 hari post partum lochea rubra, pada 6 hari post partumlochea sanguinolenta, pada 35 hari post partum lochea sudah tidak keluar. Menurut penulis,
lochea pada Ny.“S” berjalan fisiologis karena pengeluaran lochea
sesuai dengan teori yang ada. Lochea purulenta tidak ditemukan pada saat pengkajian, lochea purulenta adalah cairan seperti nanah yang keluar dari vagina dan berbau busuk ini menandakan adanya infeksi post partum dan apabila disertai dengan nyeri perut bagian bawah kemungkinan terjadi adalah metritis, metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu, bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses pelvic, peritonitis dan syok septik. Lochea
lachiostatis juga tidak ditemukan pada Ny.”S”, lochea lachiostatis
adalah lochea yang tidak lancar keluarnya.
Menurut Erni Nur (2011), bahwa lochea rubra berwarna merah berlangsung selama 1-2 hari post partum, lochea sanguinolenta warnanya merah kuning berisi darah dan lendir, terjadi pada hari ke 3-7 hari post partum, lochea serosa berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 post partum, lochea alba merupakan cairan putih yang terjadi pada hari setelah 2 minggu post partum. Berdasarkan hal diatas pengeluaran
locheapada Ny. ‘’S’’ masih berjalan normal.
3. Analisa Data
Analisa data pada Ny.”S” adalah P1A0 post partum fisiologis. Menurut penulis, nifas normal adalah nifas yang berlangsung 6 minggu tanpa ada keluhan dan penyulit pada masa nifas, TFU dalam batas normal, pengeluaran lochea sesuai dengan teori yang ada, dan tidak ada tanda-tanda infeksi sehingga nifas berjalan fisiologis. Menurut Risa (2014) masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu
atau 40 hari. Berdasarkan hal diatas nifas pada Ny ‘’S’’ berjalan dengan
fisiologis 4. Penatalaksanaan
Penulis melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan ibu nifas pada
Ny”S” sebagaimana untuk ibu nifas normal karena tidak ditemukannya
uteri, dan proses laktasi, memberikan KIE tentang tanda bahaya nifas, ASI eksklusif, nutrisi, dsb, dan kontrol ulang. Menurut penulis, dengan diberikan implementasi yang sesuai dengan asuhan pada ibu nifas dapat mencegah terjadinya tanda bahaya masa nifas seperti demam, perdarahan, lochea
berbau, bendungan ASI. Selain itu juga memberikan dampak yang positif bagi ibu dan bayi seperti mengajari ibu bagaimana cara menyusui yang benar, melakukan perawatan bayi sehari-hari, memberikan konseling tentang KB agar ibu merasa mantap dan nyaman sebelum menggunakan alat kontrasepsi. Menurut Sulistyowati (2009), seperti melakukan observasi pengeluaran pervaginam, tinggi fundus uteri, dan proses laktasi, memberikan KIE tentang tanda bahaya nifas, ASI eksklusif, nutrisi, dan kontrol ulang. Berdasarkan hal diatas penatalaksanaan nifas pada Ny. “S” sudah sesuai
dengan keluhan.