• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “S “ DENGAN KEHAMILAN NORMAL (FLOUR ALBUS) DI PBM IZZA DESA BARENG KECAMATAN BARENG KABUPATEN JOMBANG LAPORAN TUGAS AKHIR - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “S “ DENGAN KEHAMILAN NORMAL (FLOUR ALBUS) DI PBM IZZA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “S “ DENGAN KEHAMILAN NORMAL (FLOUR ALBUS) DI PBM IZZA DESA BARENG KECAMATAN BARENG KABUPATEN JOMBANG LAPORAN TUGAS AKHIR - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “S “ DENGAN KEHAMILAN NORMAL (FLOUR ALBUS) DI PBM IZZA "

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

i

DI PBM IZZA DESA BARENG KECAMATAN BARENG

KABUPATEN JOMBANG

LAPORAN TUGAS AKHIR

AQMARINA ACHMAJIDHA

151110004

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

(2)
(3)
(4)

iv

DENGAN KEHAMILAN NORMAL (

FLOUR ALBUS)

DI PBM IZZA DESA BARENG KECAMATAN BARENG

KABUPATEN JOMBANG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi Diploma III Kebidanan

OLEH :

AQMARINA ACHMAJIDHA

151110004

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

(5)
(6)
(7)
(8)

viii

merupakan putri dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Tri Margono, SH dan Ibu Noer Cholifah.

Pada tahun 2009 penulis lulus SDN Bluluk 1, pada tahun 2012 penulis lulus dari SMPN 1 Bluluk, pada tahun 2015 penulis lulus SMAN 1 Bluluk, pada tahun 2015 penulis lulus seleksi masuk STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur undangan. Penulis memilih program studi D III Kebidanan dari lima pilihan program studi yang ada di STIkes “ICMe” Jombang.

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jombang, September 2018

(9)

ix

hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang berjudul

“Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny “S” dengan Kehamilan Normal

(Flour Albus) di PBM Izza Desa Bareng, Kecamatan Bareng, Kabupaten

Jombang”, sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya

Kebidanan pada Program D-III Kebidanan STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.

Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karrna itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. H. Imam Fatoni, S.KM.,MM, selaku ketua STIKes Insan Cendikia Medika Jombang, yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan Tugas Akhir ini.

2. Nining Mustika Ningrum SST., M.Kes., selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan STIKes Insan Cendekia Medika Jombang, sekaligus pembimbing I yang telah memberikan bimbingan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan

3. Siti Rokhani SST., M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesikan.

(10)

x

6. Ibu Sindi Rahayu selaku responden atas kerjasamanya yang baik.

7. Bapak, Ibu, Kakak, dan adik saya atas cinta, dukungan dan do’a yang selalu diberikan sehingga Laporan Tugas Akhir ini selesai pada waktunya.

8. Semua rekan mahasiswa seangkatan dan pihak-pihak yang terkait dan banyak membantu dalam ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengharapkan masukan dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini.

Jombang, September 2018

(11)

xi

PADA NY “S” DENGAN KEHAMILAN NORMAL(FLOUR ALBUS)

DI PBM IZZA DESA BARENG KECAMATAN BARENG KABUPATEN JOMBANG

Oleh:

AQMARINA ACHMAJIDHA 151110004

Pendahuluan : Kehamilan merupakan suatu yang fisiologis, namun sering kali terjadi keluhan yang mengganggu kenyamanan ibu hamil seperti sakit pinggang dan punggung, sembelit, wasir, lemas, mimpi buruk, cemas, sakit kepala, merasa gemuk, insomnia (sulit tidur), pening, seperti akan pingsan, sesak nafas, mual dan muntah, nyeri sentuhan pada payudara, nyeri ulu hati, garis peregangan, kulit gatal, kontraksi palsu, pegal dan linu, Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang. Hasil : asuhan kebidanan komprehensif pada

Ny “S” selama kehamilan trimester II dan III dengan flour Albus, pada persalinan dengan persalinan secara normal, pada masa nifas dengan nifas normal, pada BBL dengan BBL normal, pada neonatus cukup bulan dan menjadi akseptor baru KB Suntik 3 bulan. Kesimpulan : asuhan kebidanan komprehensif ini didapat dengan melakukan asuhan kebidanan secara mandiri dan kolaborasi serta penanganan secara dini, tidak ditemukan adanya penyulit kehamilan, persalinan, nifas neonatus. Disarankan kepada bidan untuk lebih menekankan ASI Ekslusif selama 6 bulan pada bayi baru lahir dan memberikan konseling kepada semua ibu yang memiliki bayi tentang pentingnya ASI bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi hingga usia 2 tahun.

(12)

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

2.1Konsep Dasar Kehamilan Trimester II Dan III ... 8

2.2Konsep Dasar Persalinan... 29

2.3Konsep Dasar Nifas... 46

2.4Konsep Dasar Bayi Baru Lahir (BBL) ... 57

2.5Konsep Dasar Neonatus ... 60

2.6Konsep Dasar Keluarga Berencana (KB) ... 63

BAB 3 ASUHAN KEBIDANAN ... 66

3.1Asuhan Kebidanan Kehamilan Trimester II dan III ... 66

3.2Asuhan Kebidanan Persalinan... 72

3.3Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir ... 79

3.4Asuhan Kebidanan Nifas... 82

3.5Asuhan Kebidanan Neonatus ... 86

(13)

xiii

4.2Asuhan Kebidanan Persalinan... 104

4.3Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir ... 110

4.4Asuhan Kebidanan Nifas... 114

4.5Asuhan Kebidanan Neonatus ... 119

4.6Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana ... 123

BAB 5 PENUTUP ... 126

5.1Kesimpulan ... 126

5.2Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 128

(14)

xiv

berdasarkan indeks massa tubuh ... 21

Tabel 2.2 Penilaian APGAR Skor ... 60

Tabel 4.1 Distribusi Data Subyektif dan Obyektif dari Variabel ANC ... 95

Tabel 4.2 Distribusi Data Subyektif dan Obyektif dari Variabel INC ... 104

Tabel 4.3 Distribusi Data Subyektif dan Obyektif dari Variabel Bayi Baru Lahir ... 110

Tabel 4.4 Distribusi data Subyektif dan Obyektif dari Variabel PNC ... 115

Tabel 4.5 Distribusi Data Subyektif dan Obyektif dari Variabel Neonatus... 120

(15)

xv

Lampiran 1 Surat persetujuan pasien ... 130

Lampiran 2 Surat persetujuan bidan ... 131

Lampiran 3 Buku KIA ... 132

Lampiran 4 Kartu Skor Poedji Rohyati ... 137

Lampiran 5 Hasil pemeriksaan laboratorium ... 138

Lampiran 6 Hasil pemeriksaan USG ... 139

Lampiran 7 Lembar Patograf ... 141

Lampiran 8 Kunjungan Nifas ... 143

Lampiran 9 Kunjungan Bayi Baru Lahir ... 145

Lampiran 10 Imunisasi ... 146

(16)

xvi KIA : Kesehatan Ibu Anak KB : Keluarga Berencana PBM : Praktik Bidan Mandiri KPD : Ketuban Pecah Dini BBL : Bayi Baru Lahir

FSH : Follicle Stimulating Hormone LH : Luteinizing Hormone

MSH : Melanosit Stimulating Hormone ANC : Antenatal Care

ISK : Infeksi Saluran Kencing IMT : Indeks Massa Tubuh

BB : Berat Badan

TB : Tinggi Badan

MAP : Mean Arterial Pressure

ROT : Rool Over Test

PH : Potential of Hydrogen BAB : Buang Air Besar

TBJ : Tafsiran Berat Janin PAP : Pintu Atas Panggul

APGAR : Appearence color, Pulse, Grimace, Activity, Respiration

(17)

xvii APD : Alat Perlindungan Diri IMD : Inisiasi Menyusu Dini

(18)

1

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah. Hal ini perlu diyakini oleh tenaga kesehatan khususnya bidan, sehingga ketika memberikan asuhan kepada pasien, pendekatan yang dilakukan lebih cenderung kepada bentuk pelayanan promotif.1 Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuh ibu yang semuanya membutuhkan suatu adaptasi, baik fisik maupun psikologis. Dalam proses adaptasi tersebut tidak jarang ibu akan mengalami ketidaknyamanan yang meskipun hal itu adalah fisiologis namun tetap perlu diberikan suatu pencegahan dan perawatan.2 Ketidaknyamanan pada masa hamil antara lain mual muntah, nyeri punggung, kram kaki, pusing, keputihan (flour albus) dan lain sebagainya. Flour albus adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta di sertai rasa gatal setempat. Penyebab keputihan dapat secara normal (fisiologis) yang dipengaruhi oleh hormon tertentu.3 Keputihan terjadi di trimester I, II, atau III.4 Saat hamil mungkin keputihan lebih banyak dari biasanya sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman di sekitar daerah intim.5 Keputihan yang tidak segera diobati akan menimbulkan komplikasi penyakit radang panggul yang berlarut-larut dan dapat menyebabkan kemandulan (infertilitas) karena kerusakan dan tersumbatnya saluran telur serta infeksi.6

(19)

Organization (WHO, 2011), merekomendasikan bahwa yang menjadi masalah kesehatan reproduksi diantaranya, wanita hamil yang mengalami keputihan sebesar 31,6%. Salah satu keluhan yang sering dijumpai di klinik kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah keputihan, 16% penderita keputihan adalah ibu hamil.8 Diperkirakan 75% wanita Indonesia pernah mengalami keputihan sekali dalam hidupnya. Keputihan ini disebabkan oleh jamur dan parasit yang bila tidak segera ditangani akan menjadi keputihan patologis yang pada akhirnya menyebabkan infeksi.9 Berdasarkan hasil penelitian oleh Ferlyna Sri Ayu 2015, diperoleh ibu hamil dengan keluhan keputihan fisiologis sebanyak 450 orang (70%) dari 648 ibu hamil yang periksa.10

Berdasarkan data di PBM Ny. Izza Tri Rohmawati, SST Bareng Jombang selama setahun terakhir terdapat 12 (18,2%) ibu hamil yang mengalami flour albus termasuk Ny “S” dari seluruh jumlah ibu hamil yang periksa 66 orang. Berdasarkan studi kasus yang telah dilakukan penulis di PBM Ny. Izza Tri Rohmawati, SST Bareng Jombang kepada Ny ”S” usia 20 tahun, kehamilan pertama ini dengan usia kehamilan 26 minggu . Saat ini ibu mengalami keputihan yang cukup banyak sehingga mengganggu kenyamanannya. Ibu menjelaskan bahwa sudah 1 minggu ia mengalami keputihan. Keputihan yang keluar saat ini berwarna putih kental , tidak berbau, namun terkadang gatal. Ibu mengatakan ia selalu menjaga personal hygiene dengan rutin mengganti celana dalam saat basah, mengeringkan vagina dengan handuk kering setelah Buang Air Kecil namun keputihan masih saja berlanjut.

(20)

endometrium, hormon estrogen dan progesteron akan terus meningkat secara perlahan hingga kehamilan berakhir. Peningkatan kadar estrogen mulai terjadi pada usia gestasi 11 minggu dan terus meningkat hingga 24 minggu, lalu sedikit menurun untuk kemudian meningkat kembali. Peningkatan kadar hormon estrogen menyebabkan peningkatan kadar air dalam mukus serviks dan meningkatkan produksi glikogen oleh sel-sel epitel mukosa superfisial pada dinding vagina , sehingga sekret vagina bertambah banyak, kemudian mengalir keluar, dan disebut sebagai keputihan. Glikogen merupakan sumber makanan mikroorganisme di dalam vagina, sehingga peningkatan kadar hormon estrogen pada akhirnya meningktkan resiko terjadinya keputihan patologis.11 Keputihan pada ibu hamil meningkatkan resiko berat badan bayi rendah, kelahiran prematur dan KPD (Ketuban Pecah Dini), pada persalinan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, pada masa nifas dapat menyebabkan infeksi, endometritis post partum.12

Kasus flour albus pada ibu hamil dapat ditangani dengan menjalin hubungan erat dengan ibu hamil dan memberikan konseling cara mengatasi flour albus dengan menyarankan ibu untuk meningkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari, memakai pakaian dalam yang terbuat dari bahan katun bukan nilon, serta menghindari pencucian vagina dan mencuci vagina dengan sabun dari arah depan ke belakang.13 Segera ganti pakaian dalam yang basah, tidak memakai pakaian dalam terlalu ketat, hindari membersihkan vagina dengan bahan-bahan khusus.14 Pengobatan alami untuk keputihan saat hamil bisa dilakukan dengan memanfaatkan daun sirih.15 Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti

(21)

Komprehensif pada Ny.S 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 26 minggu dengan Kehamilan Normal (Flour Albus).” Di PBM Izza Tri Rohmawati, SST Desa Bareng, Kecamatan Bareng, Kabupaten. Jombang, sebagai wujud perhatian dalam memberikan konstribusi kepada pihak yang berkompeten guna untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas “Bagaimana asuhan kebidanan secara

komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL, neonatus, dan KB menggunakan pendekatan menejemen kebidanan pada Ny “S” 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 26 minggu dengan kehamilan normal (flour albus) di PBM Izza Tri Rohmawati, SST Desa Bareng, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL, neonatus dan KB dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan pada Ny “S” 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 26 minggu dengan kehamilan normal (flour albus) di PBM Izza Tri Rohmawati, SST Desa Bareng, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan asuahan kebidanan ibu hamil trimester II dan III pada Ny

“S” 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 26 minggu dengan kehamilan

(22)

2. Melakukan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny “S” di PBM Izza Tri Rohmawati, SST Desa Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang.

3. Melakukan asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny “S” di PBM Izza Tri Rohmawati, SST Desa Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang

4. Melakukan asuhan kebidanan BBL pada bayi Ny “S” di PBM Izza Tri Rohmawati, SST Desa Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang.

5. Melakukan asuhan kebidanan neonatus pada bayi Ny “S” di PBM Izza Tri Rohmawati, SST Desa Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang.

6. Melakukan asuhan kebidaan KB pada Ny “S” di PBM Izza Tri Rohmawati, SST Desa Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

(23)

1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Penulis

Dapat meningkatkan teori dan mempraktikkan secara langsung di lapangan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBl, neonatus, serta Keluarga Berencana (KB). 2. Bagi Bidan

Hasil penelitian ini dapat digunakan masukan bagi bidan praktik mandiri pada umumnya tentang keputihan pada ibu hamil selama masa kehamilan.

3. Bagi Klien

Klien mendapatkan suhan kebidanan komprehensif yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan klien memahami dengan kondisinya.

1.5 Ruang Lingkup 1.5.1 Sasaran

Sasaran dalam asuhan komprehensif ini adalah Ny “S” 20 tahun

G1P0A0 usia kehamilan 26 minggu dengan kehamilan normal (flour albus) di PBM Izza Tri Rohmawati, SST Desa Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang. Mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, neonatus, dan KB yang dilakukan sesuai standart asuhan kebidanan. 1.5.2 Tempat

(24)

1.5.3 Waktu

(25)

8

2.1 Konsep Dasar Kehamilan dan SOAP

2.1.1 Pengertian Kehamilan Trimester II dan III

Kehamilan trimester II (minggu ke 12 sampai minggu ke 28) adalah penyempurnaan struktur organ umum dan mulai berfungsinya berbagai sistem organ. Sistem sirkulasi janin mulai menunjukkan adanya aktivitas denyut jantung dan aliran darah.16

Kehamilan trimester III (minggu ke 28 sampai minggu ke 38-42) karakteristik utama perkembangan adalah penyempurnaan struktur organ khusus/ detail dan penyempurnaan fungsi berbagai sistem organ.17

2.1.2 Perubahan Fisiologis pada Kehamilan Trimester II dan III 1. Sistem Reproduksi

a. Vagina dan vulva

Karena hormon esterogen dan progesteron meningkat dan terjadi hipervaskularisasi mengakibatkan pembuluh-pembuluh darah alat genetalia membesar. Hal ini dapat dimengerti karena oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut meningkat. Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan.

b. Serviks Uteri

(26)

konsentrasi kolagen. Konsentrasinya menurun secara nyata dari keadaan yang relatif dilusi dalam keadaan menyebar (dispresi).

c. Uterus

Pada kehamilan 16 minggu cavum uteri sama sekali diisi oleh ruang amnion yang terisi janin dan istimus menjadi bagian korpus uteri. Bentuk uterus menjadi lebih bulat dan berangsur-angsur berbentuk lonjong seperti telur. Uterus akan terus membesar dalam rongga pelvis dan seiring perkembangannya uterus akan menyentuh dinding abdomen, mendorong usus kesamping dan keatas, terus tumbuh hingga menyentuh hati.

d. Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih didapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum tidak berfungsi lagi karena telah digantikan oleh plasenta yang telah terbentuk.

2. Sistem Payudara

(27)

3. Sistem Endokrin

Adanya peningkatan kadar hormon esterogen dan progesteron serta terhambatnya pembentukan FSH dan LH.

4. Sistem Perkemihan

Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar dan mulai berkurang, karena uterus sudah mulai keluar dari uterus. Pembesaran uterus menekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urine. Kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul juga menyebabkan keluhan sering kencing. 5. Sistem Pencernaan

Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormone progesterone yang meningkat. Selain itu pernah kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, kearah atas dari lateral.

6. Sistem Muskulo Skeletal

(28)

7. Sistem Kardiovaskuler

Pada usia kehamilan 16 minggu, mulai jelas kelihatan terjadi proses hemodelusi. Setelah 24 minggu tekanan darah sedikit demi sedikit naik kembali pada tekanan darah sebelum aterm..

8. Sistem Integumen

Akibat peningkatan kadar hormone esterogen dan progesterone, kadar MSH pun meningkat. Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam.

9. Sistem Pernafasan

Karena adanya penurunan tekanan CO2 seorang wanita hamil sering mengeluhkan sesak nafas sehingga meningkatkan usaha bernafas. Karena usus-usus tertekan uterus yang membesar ke arah diafragma sehingga menyebabkan kesulitan bernafas.

10.Kenaikan Berat Badan

Kenaikan Berat Badan 0,4-0,5 kg perminggu selama sisa kehamilan. Pada trimester III kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg dan sampai akhir kehamilan 11-12kg.18

2.1.3 Ketidaknyamanan pada Kehamilan I. Buang air kecil yang sering (miksi)

(29)

II. Nyeri punggung

Disebabkan oleh progesterone dan relaksin (yang melunakkan jaringan jaringan ikat) dan postur tubuh yang berubah serta meningkatnya beban berat yang dibawa dalam rahim. Cara mengatasi jangan terlalu sering membungkuk, berdiri, serta jalan-jalan dengan punggung dan bahu yang tegak.

III. Konstipasi

Terjadi pada bulan-bulan terakhir dan disebabkan karena progesterone dan usus yang terdesak oleh rahim yang membesar atau bisa juga dikarenakan efek dari terapi tablet zat besi. Cara mengatasi makan makanan yang tinggi serat, buah dan sayuran, olahraga.

IV. Kram kaki

Umum dirasakan saat kehamilan lanjut. Untuk penyebab tidak jelas, bisa dikarenakan iskemia translent setempat, kebutuhan akan kalsium (kadarnya rendah dalam tubuh) atau perubahan sirkulasi darah, tekanan pada syaraf di kaki. Cara mengatasi mengurangi konsumsi susu (fosfat tinggi) dan latihan dorsofleksi.19

V. Keputihan (Flour Albus)

(30)

2.1.4 Kebutuhan fisik ibu hamil 1) Oksigen

Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusia termasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi saat hamil sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu yang akan berpengaruh terhadap bayi yang dikandung. Untuk mencegah hal tersebut diatas dan untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka ibu hamil perlu: a. Latihan nafas melalui senam hamil.

b. Tidur dengan bantal yang lebih tinggi. c. Makan tidak terlalu banyak.

d. Kurangi atau hentikan merokok.

e. Konsul ke dokter bila ada kelainan atau gangguan pernafasan seperti asma dan lain-lain.

2) Nutrisi

Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang mahal harganya. Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 3000 kalori perhari. Ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, dan minum cukup cairan (menu seimbang).

a. Kalori

(31)

dan sagu. Selain sebagai sumber tenaga, bahan makanan yang tergolong padi-padian merupakan sumber protein,zat besi, fosfor, dan vitamin. b. Protein

Protein adalah zat utama untuk membangun jaringan bagian tubuh. Sering dengan perkembangan dan pertumbuhan janin serta perkembangan payudara ibu, keperluan protein pada waktu hamil sangat meningkat. Kekurangan protein dalam makanan ibu hamil mengakibatkan bayi akn lahir lebih kecil dari normal. Kekurangan tersebut juga mengakibatkan pembentukan air susu ibu dalam masa laktasi kurang sempurna.

c. Mineral

(32)

d. Vitamin

Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makan sayur dan buah, tetapi dapat pulan diberikan ekstra vitamin. Pemberian asam folat terbukti mencegah kecacatan pada bayi.

3) Personal Hygiene

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia) dengan car dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan mulut, perlu mendapat perhatian karena seringkali mudah terjadi gigi berlubang terutama pada ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual selama hamil dapat mengakibatkan perburukkan hygiene mulut dan dapat menimbulkan karies gigi.

4) Pakaian

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pakaian ibu hamil adalah: a. Pakaian harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat pada

daerah perut.

b. Bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat. c. Pakailah bra yang menopang payudara.

d. Memakai sepatu dengan hak rendah. e. Pakaian dalam yang selalu bersih. 5) Eliminasi

(33)

karena adanya pengaruh hormon progesterone yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya otot usus. Selain itu, desakan usus olehh pembesaran janin juga menyebabkan bertambahnya konstipasi.

6) Seksual

Selama kehamilan berjalan normal koitus diperbolehkan sampai akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya tidak lagi berhubungan seks selama 14 hari menjelang kelahiran. Koitus tidak dibenarkan bila terdapat perdarahan pervaginam, riwayat abortus berulang, abortus/partus prematurus imminens, ketuban pecah sebelum waktunya. 7) Mobilitas

Ibu hamil boleh melakukan kegiatan aktifitas fisik biasa selama tidak terlalu melelahkan. Ibu hamil dapat dianjurkan untuk melakukan pekerjaan rumah dengan menghindrari gerakan menyentak, sehingga mengurangi ketegangan pada tubuh dan meghindari kelelahan.

8) Istirahat

(34)

9) Kunjungan Ulang

Pada umumnya kunjungan ulang dijadwalkan tiap 4 minggu sampai umur kehamilan 28 minggu. Selanjutnya tiap 2 minggu sampai umur kehamilan 36 minggu dan seterusnya tiap minggu sampai bersalin. ANC

(Antenatal Care) di Indonesia minimal 4x selama kehamilan.

Standar minimal kunjungan kehamilan. Untuk menerima manfaat yang maksimum dari kunjungan-kunjungan antenatal ini pada ibu hamil dilakukan kunungan antenatal care 4 kali kunjungan selama kehamilan dalam 3 trimester. Standart minimal control ANC, meliputi : TM I minimal 1 kali, TM II minimal 1 kali, TM III minimal 2 kali, pelayanan antenatal mencakup banyak hal, namun dalam penerapan operasional dikenal standart

minimal “10T” yang terdiri dari:

1. Timbangan Badan.

2. Ukuran lingkar lengan atas (LILA). 3. Ukuran tekanan darah.

4. Ukur TFU.

5. Hitung denyut jantung janin (DJJ). 6. Tentukan presentasi janin.

7. Beri imunisasi TT.

8. Beri obat tablet tambah darah (Tablet Fe). 9. Periksa laboratorium.

10.Temu wicara dalam rangka persiapan rujuk.

(35)

antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat.

Jadwal antenatal care adalah:

1. K-1 (16 minggu) penapisan dan pengobatan anemia, perencanaan persalinan, pengenalan komplikasi akibat-akibat kehamilan dan pengobatannya.

2. K-2 (24-28 minggu) dan K-3 (32 minggu) pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya, penapisan pre-eklamsi, gemeli, infeksi, alat reproduksi, saluran pencernaan

3. K-4 (36 minggu) sama seperti kegiatan kunjungan 2 dan 3, mengenali adanya letak dan presentasi, mengenali tanda-tanda persalinan.22 2.1.5 Tanda-Tanda Bahaya pada Kehamilan Trimester II dan III

1. Perdarahan Pervaginam

Perdarahan antepartum/perdarahan pada kehamilan lebih lanjut adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan, pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang tapi tidak selalu, disertai rasa nyeri. 2. Sakit Kepala yang Berat

(36)

3. Pengelihatan Kabur

Wanita hamil yang mengeluh pengelihatan kabur. Karena pengaruh hormonal, ketajaman pengelihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan primer (minor) adalah normal.

4. Bengkak di wajah dan jari-jari tangan

Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah istirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung, nyeri pre eklamsi.

5. Keluarnya Cairan Pervaginam

a. Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester 3.

b. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.

c. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan aterm.

d. Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala 1 atau awal kala 1. e. Persalinan. Bisa juga belum pecah saat mengedan.

6. Gerakan Janin Tidak Terasa

a. Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan timester III. b. Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5

atau ke 6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih aktif. c. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah.

(37)

7. Nyeri abdomen yang hebat

a. Ibu mengeluh nyeri perut pada kehamilan trimester 3.

b. Nyeri abdomen yang berhubungan dengan persalinan normal adalah normal.

c. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat.

d. Hal ini bisa berarti apenditas, kehamilan ektopik, penyakit radang panggul, persalinan preterm, grastitis, penyakit kantung empedu, uterus irritable, abrupsio plansenta, ISK atau infeksi lain.23

2.1.6 IMT, MAP, dan ROT

1. IMT (Indeks Massa Tubuh)

Indeks massa tubuh memberikan panduan kisaran berat badan yang palimg tepat bagi kesahatan sebelum hamil, tanpa memperhatikan usia dan jenis tubuh. Berat badan biasanya mulai naik setelah 12 minggu. Jadi, bidan akan mencatat indeks masa tubuh calon ibu pada buku catatan untuk mengkaji resiko. Jika proporsi berat dan tinggi badan ada dikisaran normal, hampir tidak mungkin ada masalah seperti tekanan darah atau diabetes selama kehamilan. IMT 20-25 ideal untuk kesehatan optimal. Cara yang di pakai untuk menemukan IMT dengan rumus . Pertambahan berat badan ibu hamil perlu dipantau tiap bulan.

(38)

cenderung kekurangan nutrisi sebelum plasenta berkembang penuh dan mampu memasok nutrisi dari darah ibu.

b. IMT 17-19 artinya berat badan agak kurang. Jika berat badan ibu bertambah dengan laju layak, seharusnya bayi baik-baik saja.

c. IMT 20-25 artinya ini kisaran berat yang memiliki paling sedikit masalah.

d. IMT 26-30 artinya bera agak berlebih, kemungkinan ibu mengalami ketidaknyamanan seperti lambung rasa terbakar, kelelahan,tidak dapat bernafas, atau iritasi kulit akibat gesekan keringat.

e. IMT diatas 30 artinya ibu cenderung menderita masalah kesehatan yang dapat mengganggu kehamilan, misalnya tekanan darah tinggi dan diabetes.24

Tabel 2.1 Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan indeks massa tubuh

Kategori IMT Rekomendasi kg

Rendah <19,8 12,5 – 18

Normal 19,8 – 26 11,5 – 16

Tinggi 26 – 29 7 – 11,5

Obesitas >29 <7

Gemeli - 16 – 20,5

Sumber: Sarwono, 2014 25

2. MAP (Mean Arterial Pressure)

(39)

systole dan tekanan darah diastole. Pada trimester II nilai normal dari

MAP adalah ≥ 90 mmHg.

Rumus MAP adalah sebagai berikut :

Keterangan : D : diastolik

S : sistolik 3. ROT (Rool Over Test)

Rool Over Test adalah tes tekanan darah dimana nilai positif dinyatakan jika terjadi peningkatan 20 mmHg saat pasien melakukan Rool Over.

Cara melakukan ROT :

a. Penderita tidur miring ke kiri kemudian tekanan darah dihitung dan dicatat.

b. Diulang setiap 5 menit sampai tekanan darah atau tekanan diastolik tidak berubah.

c. Penderita tidur terlentang dan secepatnya diukur lalu 5 menit kemudian diukur kemudian dicatat kembali.

d. Positif apabila setelah diastolik antara berbaring miring dan terlentang 20 mmHg atau lebih.26

2.1.7 Konsep Flour Albus

1. Pengertian Flour Albus

Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serat disertai rasa gatal setempat.27 Keputihan terbagi menjadi dua jenis, yaitu keputihan fisiologis

(40)

dan patologis. Keputihan yang fisiologis ditandai dengan sekret yang berwarna bening, tidak menimbulkan bau menyengat, iritasi, maupun rasa nyeri. Keputihan patologis biasanya ditandai dengan sekret vagina yang berwarna keruh atau kuning atau kuning kehijauan, berbau tidak sedap, disertai lesi atau iritasi vagina, gatal, dan perdarahan.28

2. Etilogi Flour Albus

Penyebab keputihan pada ibu hamil dikarenakan peningkatan produksi lendir dan kelenjar endocervikal sebagai akibat dari peningkatan kadar estrogen. Peningkatan kadar estrogen mulai terjadi pada usia gestasi 11 minggu dan terus meningkat hingga 24 minggu, lalu sedikit menurun untuk kemudian meningkat kembali. Peningkatan kadar hormon estrogen menyebabkan peningkatan kadar air dalam mukus serviks dan meningkatkan produksi glikogen oleh sel-sel epitel mukosa superfisial pada dinding vagina , sehingga sekret vagina bertambah banyak, kemudian mengalir keluar, dan disebut sebagai keputihan. Glikogen merupakan sumber makanan mikroorganisme di dalam vagina, sehingga peningkatan kadar hormon estrogen pada akhirnya meningktkan resiko terjadinya keputihan patologis.29

(41)

Masalah baru timbul ketika kondisi asam ini turun alias lebih besar dari 4,2. Bakteri-bakteri laktobasilus gagal menandingi bakteri pathogen. Ujungnya jamur akan berjaya dan terjadilah keputihan. Penyebab lain dari keputihan adalah penggunaan pakaian ketat dan atau terbuat dari bahan sintesis. Apalagi jika di biarkan dalam keadaan basah misalnya, pakaian yang dipakai setelah berolahraga akan mendukung pertumbuhan jamur. Bagitu juga dengan penggunaan spay atau deodoran untuk alat genital harus diwaspadai karena rentan mengubah keasaman vagina. Selain itu kelelahan dan setres juga bisa memicu keputihan. Padahal hampir setiap wanita rentan terhadap setres.30

Penyebab keputihan saat hamil yaitu : a. Baterial Vaginosis

Penyebab ini berhubungan dengan keguguran yang pernah dialami atau pernah melahirkan secara premature.

b. Screening yang terlalu sering

Screening adalah tindakan yang bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit-penyakit yang tidak terdeteksi dengan menggunakan berbagai tes. Tes-tes tersebut dapat diterapkan secara tepat dalam sebuah skala yang benar. Sementara itu, screening yang terlalu sering ternyata juga dapat menjadi pemicu keputihan. Hal ini terjadi karena kemungkinan alat yang digunakan kurang steril.

c. Candidiasis

(42)

3. Dampak Keputihan a. Terhadap Kehamilan

Keputihan terhadap ibu hamil dapat menyebabkan resiko persalinan premature dan janinnya beresiko mengalami infeksi.

b. Terhadap Persalinan

Keputihan pada persalinan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, kelahiran premature dan terjadinya infeksi korioamnionitis

sampai sepsis, yang meningkatkan mordibitas dan mortalitas perinataldan menyebabkan infeksi pada ibu.

c. Terhadap Nifas

Flour albus pada masa nifas dapat menyebabkan infeksi, endometritis post partum.

d. Terhadap Bayi

Flour albus pada bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi, BBLR. 4. Penatalaksanaan Flour Albus

a. Menjaga kebersihan organ genetalia eksterna dengan cara membasuhnya menggunakan air bersih, terutama setelah BAB dan BAK. Cara membasuh yang benar adalah dari arah depan (vagina) kebelakang (anus), cara membasuh yang salah dapat menyebabkan mikroorganisme yang ada disekitar anus terbawa ke vagina, serta mengeringkan organ genetalia eksterna menggunakan handuk bersih setelah terbasuh oleh air. b. Meminimalkan frekuensi penggunaan sabun pembersih vagina.

(43)

flora normal vagina, sehingga kuman petogen dapat menginfeksi dan berkembang biak.

c. Mengganti celana dalam secara teratur juga penting untuk menjaga higienitas organ genetalia. Penggantian celana dalam minimal dilakukan dua kali sehari, misal setelah mandi pagi dan sore, sehingga kelembapan yang berlebihan dapat dicegah, menggunakan celana dalam dengan bahan yang menyerap keringat, seperti katun, sehingga organ genetalia tidak terlalu lembab serta menghindari penggunaan celana dalam yang ketat, karena dapat menyebabkan organ genetalia menjadi lembab, berkeringat dan akhirnya menjadi mudah terinfeksi mikroorganisme. d. Pengobatan secara alami untuk keputihan saat hamil bisa dilakukan

dengan memanfaatkan daun sirih. Ramuan daun sirih ini bisa dibuat dengan merendam daun sirih dalam air hangat selama kurang lebih 1 jam. Diamkan dan tunggu hingga dingin kemudian gunakan untuk membersihkan vagina seminggu sekali. Namun, ibu tidak boleh melakukannya jangan terlalu sering.32

2.1.8 Konsep SOAP kehamilan normal dengan keluhan Flour Albus. 1. S (Subjective ):pernyataan atau keluhan pasien

Ibu ingin memeriksakan kehamilannya dan mengeluh mengalami keputihan. 2. O (Objective) : Data yang diobservasi

a. Pemeriksaan fisik umum

(44)

TTV : TD :110/70 – 130/90 mmHg S : 6, - , C

N : 80-90x/menit RR :16-24x/menit HB :12,5 gram% b. Pemeriksaan fisik khusus

(inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)

Muka :simetris, pucat, tidak ada cloasma gravidarum, tidak oedem Mata :konjungtiva pucat, sklera putih, palpebra tidak oedem Dada :simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada bunyi

wheezing dan rochi.

Mammae :terdapat hiperpigmentasi areola mammae, puting susu menonjol, kolostrum belum keluar.

Abdomen :Pembesaran perut sesuai kehamilan, tidak ada luka bekas luka operasi, terdapat line nigra dan strie gravidarum Leopold I :menentukan TFU dan bagian apa yang

berada di fundus.

Leopold II :menentukan bagian apa yang berada di sebelah kanan dan kiri perut ibu. Leopold III :menentukan bagian terbawah janin dan

sudah masuk PAP atau belum

Leoplod IV :menentukan bagian terbawah janin sudah seberapa jauh masuk PAP

(45)

dihitung 5 detik berhenti, 5 detik dihitung, (...+...+....) x 4=... normal 120-160 x/menit TBJ :memastikan TBJ sesuai usia kehamilan,

melihat resiko bblr atau tidak.

TBJ = (TFU-12)x155 : belum masuk PAP TBJ = (TFU-11)x155: sudah masuk PAP Punggung :terdapat nyeri tekan, tidak ada bekas luka memar

Genetalia :ada varises atau tidak, ada kelenjar bartolini atau tidak Ekstremitas :tidak ada nyeri tekan, ada oedem atau tidak

3. Analisa Data

G1P0A0 UK 26 minggu dengan Kehamilan Normal (Flour Albus) janin hidup tunggal

4. Penatalaksanaan

a. Menjelaskan kepada ibu tentang keputihan yang dialami termasuk fisiologis karena perubahan hormon selama kehamilan, ibu mengerti b. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan organ genetalia eksterna

dengan cara membasuhnya menggunakan air bersih, terutama setelah BAB dan BAK. Cara membasuh yang benar adalah dari arah depan (vagina) kebelakang (anus), kemudian mengeringkan organ genetalia eksterna menggunakan handuk bersih setelah terbasuh oleh air, ibu mengerti

(46)

d. Memberitahu untuk mengganti celana dalam secara teratur, penggantian celana dalam minimal dilakukan 2-3 kali sehari, misal setelah mandi pagi siang dan sore, ibu mengerti bersedia melakukannya

e. Menganjurkan unutk menggunakan celana dalam dengan bahan yang menyerap keringat, seperti katun, menghindari penggunaan celana dalam yang ketat, ibu mengerti

f. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup jangan sampai kelelahan, ibu mengerti dan bersedia melakukannya.33

2.2 Konsep Dasar Asuhan Persalinan

2.2.1 Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).34 Proses tersebut dapat dikatakan normal atau spontan jika bayi yang dilahirkan berada pada posisi letak belakang kepala dan berlangsung tanpa bantuan alat-alat atau pertolongan serta tidak melukai ibu dan bayi.35

2.2.2 Proses terjadinya persalinan Menurut (Sumrah,dkk,2009) 1. Peningkatan kadar esterogen

(47)

2. Peningkatan progesterone

Untuk menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar sperti rangsangan oksitosin, rangsangan protaglandi, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi. 3. Berkurangnya nutrisi

Berkurangnya nutrisi pada janin maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.36

2.2.3 Tahapan persalinan

1. Kala I( (kala pembukaan)

Kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his kala pembukaan tidak berlangsung begitu kuat sehingga ibu/wanita masih dapat berjalan-jalan. Dapat dinyatakan mulai terjadi persalinan jika timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bercampur darah (bloody show).

Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :

a) Fase Laten adalah pembukaan serviks mulai dari 0 sampai pembukaan 3 cm, lamanya 8 jam.

b) Fase Aktif adalah pembukaan serviks 4 sampai pembukaan 10, lamanya 7 jam.

c) Fase Aktif dibagi menjadi 3 fase :

1) Fase Akselerasi adalah berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm. 2) Fase Dilaktasi Maksimal adalah berlangsung 2 jam pembukaan

(48)

3) Fase Deselerasi adalah berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).

Lamanya untuk primigravida berlangsung 12-14 jam sedangkan pada multigravida sekitar 6-8 jam.37

2. Kala II (pengeluaran bayi)

a. Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir.

b. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga lahir

c. Lamanya proses ini berlangsung selama ½ - 2 jam pada primigravida dan ½ - 1 jam pada multigravida.

d. Diagnosis persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.

e. Tanda gejala kala II adalah dorongan meneran, tekanan anus, perineum menonjol, dan vulva membuka.

3. Kala III (pelepasan plasenta)

a. Kala III adaklah waktu untuk pelepasan dan penelusuran plasenta.

b. Berlangsung setelah kala II yang tidak lebih dari 30 menit. Kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit.

c. Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus maka plasenta lepas dari tempat penempatan/ nidasi.

(49)

2) Uterus terdorong ke atas karena plasenta terlepas ke segmen bawah rahim

3) Tali pusat bertambah panjang 4) Terjadi perdarahan

e. Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara dorsokranial.

4. Kala IV (observasi)

Hal penting yang harus dipehatikan pada kala IV persalinan: a. Kontraksi uterus harus baik

b. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain c. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap d. Kandung kencing harus kosong

e. Luka bekas jahitan di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma f. Resume keadaan umum ibu dan bayi.38

2.2.4 Perubahan fisiologi pada persalinan 1. Kontraksi uterus

(50)

2. Perubahan tekanan darah

Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan diastolic rata-rat 5-10 mmHg.

3. Perubahan metabolisme

Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobic maupun anaerobic akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan karena oleh kecemasan serat kegiatan otot kerangka tubuh. 4. Perubahan suhu

Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu naik selama persalinan dan segera turun setelah melahirkan. Kenaikan ini

dianggap normal asal tidak melebihi 0, - 1 C karena akan mengakibatkan

adanya dehidrasi. 5. Pernafasan

Pernafasan terjadi kenaikan sedikit dibandingkan dengan sebelum persalinan, kenaikan pernafasan ini dapat disebabkan karena adanya rasa nyeri, kekhawatiran serta penggunaan pernafasan yang tidak benar.

2.2.5 Perubahan psikologis pada persalinan Menurut (Sumarsih, 2009)

a. Perasaan tidak enak

b. Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi

c. Ibu dalam menghadapi persalinan selalu berfikir apakah persalinan akan berjalan normal.

(51)

e. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya. 2.2.6 Kebutuhan dasar ibu bersalin

1. Kebutuhan fisiologis

Misalnya kebutuhan makan, minum, oksigen, dan seks. 2. Kebutuhan rasa aman

a. Memilih tempat dan penolong persalinan. b. Posisi tidur yang dikehendaki ibu.

c. Pendamping oleh keluarga. d. Pantauan selama persalinan. 3. Kebutuhan dicintai dan mencintai.

a. Pendamping oleh suami/keluarga. b. Kontak fisik (memberi sentuhan ringan). c. Masase untuk mengurangi rasa sakit.

d. Berbicara dengan suara yang lemah, lembut dan sopan.39 2.2.7 60 Langkah APN (Asuhan Persalinan Normal)

I. Melihat tanda dan gejala

1. Mendengar dan melihat tanda Kala Dua persalinan. a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

b. Ibu merasa ada tekanan yang semakin meningkat pada rectum atau vagina

(52)

II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir.

Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi, siapkan : a. Tempat datar, rata, bersih, kering, dan hangat.

b. 3 handuk / kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi). c. Alat penghisap lendir.

d. Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. Untuk ibu :

a. Menggelar kain di perut bawah ibu. b. Menyiapkan oksitosin 10 unit.

c. Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3. Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.

4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering

5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam

(53)

III. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.

a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.

b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia

c. Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5%. Pakai sarung tangan DTT / steril untuk melaksanakan langkat lanjutan.

8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap

a. Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap, maka lakukan amniotomi

9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam dalam klorin 0,5% selama 10 menit). Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan. Tutup kembali partus set.

10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi) untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (120-160x/menit).

(54)

b. Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ, semua temuan pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam partograf.

IV. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses meneran

11. Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

a. Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada).

b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran secara benar.

12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu di posisikan setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.

13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau timbul kontraksi yang kuat :

a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.

b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.

(55)

d. Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu. f. Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum).

g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah

pembukaan lengkap dan dipimpin meneran ≥120 menit (2 jam) pada

primigravida atau ≥60 menit (1 jam) pada multigravida.

14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60 menit.

V. Persiapan untuk melahirkan bayi

15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5- 6 cm

16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu

17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan 18. Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan

VI. Pertolongan untuk melahirkan bayi

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5- 6 cm membuka vulva, maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi fleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernafas cepat dan dangkal.

(56)

Perhatikan !

a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala bayi.

b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong tali pusat di antara dua klem tersebut.

21. Setelah kepala lahir tunggu putaran paksi luar berlangsung secara spontan.

Lahirnya Bahu

22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke atas bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

Lahirnya Badan dan Tungkai

23. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu belakang, tangan yang lain menelusuri dan memegang lengan dan siku bayi sebelah atas.

(57)

VII. Asuhan bayi baru lahir

25. Lakukan penilaian (selintas): a. Apakah kehamilan cukup bulan?

b. Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernapas tanpa kesulitan? c. Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Bila salah satu jawabannya adalah “TIDAK”, lanjut ke langkah

resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia.

Bila semua jawaban adalah “YA”, lanjut ke-26.

Keringkan tubuh bayi

26. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya. (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk / kain yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah ibu.

27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemelli).

28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

(58)

31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat

a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.

b. Ikat tali pusat dengan benang DTT / steril pada satu sisi kemudian lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan. 32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-baLetakkan

bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi. Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting susu atau areola mame ibu.

a. Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi di kepala bayi.

b. Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.

c. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan berlangsung selama 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.

(59)

VIII. Manajemen Aktif Kala Tiga Persalinan

33. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5- 10 cm dari vulva. 34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas syimphisis,

untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat.

35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur di atas.

a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

Mengeluarkan Plasenta

36. Bila ada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah distal maka lanjutkan dorongan ke arah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.

a. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir (ke arah bawah-sejajar lantai-atas).

b. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

(60)

2) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika kandung kemih penuh.

3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

4) Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.

5) Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual.

37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

a. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tang atau klem ovum DTT / steril untuk mengeluarkan selaput yang tertinggal.

Rangsangan Taktil (masase) uterus

38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).

(61)

IX. Menilai perdarahan

39. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.

40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 dan 2 yang menimbulkan perdarahan.

Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.

41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam

42. Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan kateterisasi. Evaluasi.

43. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas di air DTT tanpa melepas sarung tangan tangan, kemudian keringkan dengan handuk 44. Ajarkan ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.

45. Memeriksa nadi ibu dan pastian keadaan umum ibu baik. 46. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60x/menit).

(62)

b. Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS Rujukan.

c. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali kontak kulit ibu-bayi dalam satu selimut.

Kebersihan dan Keamanan

48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutanklorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.

49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai. 50. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan

air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah di ranjang atau sekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

51. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberi ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu makan dan minum yang diinginkannya.

52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

53. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% letakkan secara terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih

(63)

56. Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Pastikan kondisi bayi baik, pernapasan normal (40-60 kali/menit) dan temperatur tubuh normal (36,5-37,5 0C) setiap 15 menit.

57. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1, berikan suntukan Hepatitis B di pada kanan bawah lateral. Letakkan di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan.

58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

Dokumentasi

60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan Kala IV Persalinan.40

2.3 Konsep Dasar Nifas

2.3.1 Pengertian Nifas

Masa nifas dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu.41

2.3.2 Tujuan asuhan masa nifas

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis. b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

(64)

c. Mendukung dan memperkuat keyakinan diri ibu dan memungkinkan ia melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus.

d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat.42

2.3.3 Periode masa nifas

Menurut (Eni Nur Rahmawati,2011)

1. Puerperium Dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.

3. Remot puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dansehat sempurna, terutama bila selama hamil atauwaktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuksehat sempurna dapat berlangsung berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.43

2.3.4 Tahapan masa nifas

Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya.

Menurut (Sulistyawati, 2009):

1. Taking in (hari ke 1-2 setelah melahirkan)

a. Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.

(65)

d. Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh ke kondisi normal.

e. Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.

2. Taking on/ taking hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)

a. Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan tanggung jawab akan bayinya.

b. Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAB, BAK, dan daya tahan tubuh.

c. Ibu berusaha menguasai ketrampilan merawat bayi seperti menggendong, menyusui, memandikan dan menggantikan popok. d. Ibu cenderung terbuka menerima nasehat, bidan dan kritikan pribadi. 3. Letting go

a. Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga.

b. Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi sehingga akan mengurangindan memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan sosial.44

2.3.5 Kunjungan masa nifas

1) Kunjungan I (0-3 hari setelah persalinan)

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

(66)

c. Menberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia.

d. Pemberian ASI awal.

e. Melakukan hubungan ibu dan bayi baru lahir.

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan car mencegah hipotermi. 2) Kunjungan II (hari ke-4 setelah persalinan)

a. Memestikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak da perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat. d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. 3) Kunjungan III (hari ke 29-40 setelah persalinan)

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit pada dirinya atau bayi alami.

(67)

2.3.6 Perubahan fisiologis nifas 1. Perubahan sistem reproduksi

1) Involusi Uterus

Uterus berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Fundus 3 jari dibawah pusat. Selama 2 tahun berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari uterus mengecil dengan cepat, sehingga pada hari ke 10 tidak teraba dari luar. Sesudah 6 minggu tercapai lagi ukurannya yang normal.

2) Involusi tempat plasenta

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke 2 hanya sebesar 304 cm, pada akhir nifas 1-2 cm, penyembuhan luka bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah.

3) Perubahan pembuluh darah rahim

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan kagi peredaran darah yang banyak, maka arteri harus mengecil lagi dalam nifas.

4) Perubahan servik dan vagina

(68)

robekan dalam persalinan setelah persalinan bentuk serviks sedikit menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, karena terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Stelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim. Setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 jam dapat dilalui 1 jari. Pada serviks terbentuk sel otot baru. Vagina yang sangat diregang pada waktu persalinan, lambat laun akan mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke-3 postpartum mulai kembali.

5) Dinding perut dan peritonium

Setelah persalinan dinding perut longgar karena direnggang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.

6) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.Lochea dibedakan menjadi 4 jenis:

a) Lochea rubra/ merah

Lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa

post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,

lanugo (rambut bayi), dan mekonium. b) Lochea sanguinolenta

(69)

c) Lochea serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke- 7 sampai hari ke- 14.

d) Lochea alba/ putih

Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan selaput jaringan yang mati berlangsung selama 2-6 minggu post partum.46

2.3.7 Kebutuhan kesehatan pada ibu nifas Menurut(Suherni, 2009) yaitu :

1. Gizi

Ibu nifas dianjurkan untuk :

a. Makan dengan diet seimbang cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

b. Mengonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/ hari pada 6 bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori dan tahun kedua 400 kalori. c. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam

bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak.

2. Kebersihan diri dan bayi a. Kebersihan diri

Ibu nifas dianjurkan untuk :

(70)

2) Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.

3) Menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK, paling tidak dalam waktu 3-4 jam supaya ganti pembalut.

4) Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh daerah kelamin.

5) Anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomy dan laserasi. 6) Pada ibu post section caesaria (SC), luka tetap dijaga agar tetap

bersih dan kering, tiap hari diganti balutan. b. Kebersihan bayi

Hal-hal yang perlu dijelaskan pada ibu nifas agar bayi tetap terjaga bersih :

1) Memandikan bayi setelah 6 jam untuk mencegah hipotermi. 2) Mandikan bayi 2 kali sehari tiap pagi dan sore.

3) Mengganti pakaian bayi tiap habis mandi dan tiap kali basah atau kotor karena BAK/BAB.

4) Menjaga pantat dan daerah kelamin bayi agar selalu bersih dan kering.

5) Menjaga tempat tidur bayi selalu bersih dan hangat karena ini adalah tempat tinggal bayi.

(71)

3. Istirahat dan tidur Anjurkan ibu untuk :

d. Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan. e. Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.

f. Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.

g. Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.

Kurangnya istirahat pada ibu nifas dapat berakibat : 1) Mengurangi jumlah ASI.

2) Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan.

3) Depresi. 4. Senam nifas

Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama dan otot panggul. Untuk mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan.

5. Hubungan seks dan Keluarga Berencana a. Hubungan seks

(72)

2) Adanya kepercayaan atau budaya yang memperbolehkan melakukan hubungan seks setelah 40 hari atau 6 minggu, oleh karena itu perlu dikompromikan antara suami dan istri.

b. Keluarga Berencana

1) Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah 2 tahun. 2) Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui

ekslusif atau penuh enam bulan dan ibu belum mendapatkan haid (metode amenorhe laktasi).

3) Meskipun setiap metode kontrasepsi berisiko, tetapi menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman.

4) Jelaskan pada ibu berbagai metode kontrasepsi yang diperbolehkan selama menyusui, yang meliputi:

a) Cara penggunaan b) Efek samping

c) Kelebihan dan kekurangan d) Indikasi dan kontra indikasi e) Efektifitas

Gambar

Tabel 2.1 Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan indeks massa tubuh
Tabel 2.2 Nilai Apgar
Tabel 4.1 Distribusi Data Subyektif dan Obyektif  dari Variabel ANC Ny ‘’S’’ di PBM Izza Tri Rohmawati, SST Bareng, Jombang
Tabel 4.2  Distribusi  Data Subyektif dan Obyektif dari Variabel INC Ny. “S” di PBM Izza Tri Rohmawati, SST Bareng Jombang
+5

Referensi

Dokumen terkait

Mengenai lokasi bagi sebuah usaha pertokoan merupakan suatu masalah yang sangat penting karena pemilihan lokasi yang strategis dapat menimbulkan minat beli

Ukuran Perusahaan dan Umur Perusahaan Sampel dan Populasi: Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011 Hasil penelitian

Penelitian ini bertujuan bukti empiris Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan pada Industri Manufaktur yang terdaftar di

Pondok Pujian Sejahtera adalah cara penjualan tradisional dimana pembeli harus datang langsung untuk membeli produk yang ada.. Skripsi ini bertujuan untuk membahas pembuatan

Perubahan adalah pernyataan yang digunakan untuk melakukan perubahan. nilai variabel baik naik maupun turun setiap kali

Melalui kerja praktek ini maka penulis dapat mengetahui dan memahami sistem akuntansi pembayaran klaim antara lain dokumen yang digunakan, bagian yang terkait dan prosedur

yang berjudul “ Analisa Sistem Eksitasi Tanpa Sikat Pada Generator Turbin Gas Dengan Menggunakan Matlab Di JOB Pertamina – Talisman Jambi Merang” sebagai salah satu

Perusahaan yang berukuran besar cenderung memiliki permintaan publik akan informasi lebih tinggi dari pada perusahaan yang berukuran kecil.. Perusahaan yang berukuran besar