• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Usia Balita .1 Pengertian

Keterlibatan keluarga dalam mendukung perkembangan dapat dilihat dari lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan terdekat bagi anak. Sehingga dalam mendukung hal tersebut, terdapat beberapa tugas keluarga yang dijelaskan dalam Friedman (2010) dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu memiliki tugas utama mensosialisasikan anak dengan lingkungannya sehingga anak mengalami pengembangan sikap yang kritis dan cepat belajar dari lingkungannya. Kedua, keluarga memiliki tugas untuk memberikan pola asuh yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Selain itu, keluarga juga memiliki tugas dalam mengintegrasikan anak dengan anggota keluarga lainnya dan

mempertahankan hubungan yang sehat di dalam keluarga baik hubungan pernikahan maupun antara orang tua dan anak. Selain itu, keluarga juga memiliki tugas dalam mengajarkan praktik kesehatan yang baik seperti istirahat, olahraga dan pemenuhan nutrisi. Pemenuhan nutrisi di sini dapat dikatakan dengan pemenuhan gizi seimbang dan pentingnya gizi bagi tubuh.

Sehingga dalam pemenuhan gizi seorang anak, lingkungan keluarga sangat berpengaruh sebagai salah satu lingkungan terdekat bagi anak. Berdasarkan tugas-tugas tersebut, maka dapat dikatakan bahwa keluarga harus memiliki pemahaman dan keterampilan dalam memenuhi kebutuhan gizi yang tepat yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Dalam praktek komunitas ini, perawat memiliki tujuan utama dalam membantu keluarga untuk dapat hidup sehat secara mandiri dalam memfasilitasi pertumbuhan fisik, mental, emosional, dan sosial anak secara optimal. Sebagai lingkungan terdekat bagi anak, maka keluarga harus dilibatkan sebagai mitra dalam pemberian asuhan keperawatan baik promotif, preventif dan kuratif agar dapat menjadi sumber kesehatan primer yang efektif (Friedman, 2010).

Asuhan keperawatan komunitas meliputi proses keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksananaan dan evaluasi. Langkah-langkah dalam proses keperawatan tersebut yaitu:

2.5.2 Pengkajian

Pengkajian komunitas bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kesehatan anggota masyarakat agar dapat mengembangkan strategi promosi kesehatan (Anderson & McFarlane, 2007). Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis lebih menekankan pada pengkajian keluarga dengan tahap perkembangan anak usia balita yang menjadi bagian masyarakat perkotaan dengan masalah kesehatan gizi kurang. Proses pengkajian disesuaikan dengan Friedman (1998) yang membagi pengkajian keperawatan keluarga ke dalam dua tahap, dimana pada tahap pertama dilakukan proses pengkajian yang meliputi mengindentifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data lingkungan,

struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga. Tahap kedua dilakukan proses pengkajian dengan mengaitkan kepada fungsi kesehatan keluarga.

Pada pengkajian tahap II, secara lebih lanjut Friedman (1998) menjelaskan bahwa pengkajian pada tahap ini lebih dispesifikan kepada fungsi kesehatan keluarga. Friedman menjelaskan lima fungsi dasar keluarga, yaitu pertam keluarga memiliki fungsi untuk mengenal masalah kesehatan. Keluarga memiliki tugas untuk dapat mengenal masalah kesehatan yang terjadi setiap anggota keluarga. Sehingga dalam hal ini telah dilakukan pengkajian terhadap keluarga terkait masalah kesehatan yang saat ini dialami oleh anggota keluarga yaitu masalah gizi kurang. Pengkajian ini bertujuan untuk menilai pengetahuan keluarga terkait gizi kurang yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab, dan mengidentifikasi anggota keluarga yang menderita (Friedman, 1998).

Kedua, keluarga memiliki fungsi mengambil keputusan terhadap tindakan kesehatan yang tepat. Pengkajian dilakukan untuk melihat upaya apa yang akan dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah gizi kurang pada anggota keluarga. Sehingga dapat terlihat keputusan apa yang akan diambil oleh keluarga yang juga disesuaikan atas pertimbangan keluarga dan dianggap tepat. Keputusan ini mempengaruhi tindkan perawatan apa yang akan diberikan terhadap masalah kesehatan tersebut. Fungsi ketiga, keluarga memiliki fungsi untuk dapat merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.Tindakan kesehatan yang telah ditetapkan oleh keluarga dapat dilakukan atas bantuan oleh institusi pelayanan kesehatan. Namun keluarga juga dapat memberikan promosi kesehatan dan perawatan bagi anggotanya yang sakit sebagai tanggung jawab primer serta dapat berkoordinasi dengan profesional kesehatan terkait layanan yang diberikan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Fungsi keempat terkait kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan. Pengkajian dilakukan dengan melihat kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan sebagai salah satu penerapan fungsi kesehatan serta bentuk upaya preventif terhadap masalah kesehatan anggota keluarga agar tidak berlanjut atau menimbulkan komplikasi. Kelima, keluarga memiliki fungsi untuk dapat

menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat. Pengkajian dilakukan dengan melihat kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan masyarakat sebagai sumber informasi masalah kesehatan dan melakukan pengobatan. Serta mencari tahu alasan keluarga dalam memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan tersebut (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

2.5.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa merupakan suatu pernyataan terkait hasil yang disimpulkan berdasarkan analisa data yang ditemukan pada hasil pengkajian. NANDA (2009) menyebutkan bahwa diagnosa keperawatan merupakan sebuah label singkat yang menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di lapangan. Terkait perumusan diagnosanya sendiri dilakukan dengan menggunakan diagnosa tunggal tanpa ada etiologi (NANDA, 2012).

Banyak diagnosis keperawatan keluarga yang akan timbul menyertai suatu masalah kesehatan. Diagnosis yang timbul ini dapat diambil sesuai dengan hasil analisa data yang ditemukan setelah melakukan pengkajian terhadap keluarga. Terkait masalah kesehatan gizi, diagnosis keperawatan yang mungkin timbul di antaranya seperti: 1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang/lebih dari kebutuhan tubuh, 2) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan, 3) Gangguan kerusakan gigi, 4) Defisit perawatan diri: makan, 5) Gangguan makan, 6) Ketidakefektifan pemliharaan kesehatan, 7) Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga, dan lain sebagainya (NANDA 2012-2014).

Beberapa diagnosa keperawatan yang umum pada keluarga dengan masalah kesehatan gizi kurang pada anak berdasarkan rujukan Diagnosa NANDA 2012-2014 akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh didefinisikan asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik (NANDA, 2009). Batasan karaktristik dari masalah keperawatan ini meliputi : 1) Berat badan kurang dari 20% atau lebih di bawah berat badan ideal untuk tinggi badan dan rangka tubuh, 2) Asupan makanan kurang dari kebutuhan

metabolik, baik kalori total maupun zat gizi tertentu (non-NANDA International, 3) Kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat, 4) Melaporkan asupan makanan yang tidak adekuat kurang dari recommended daily allowance (RDA).

b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

Diagnosa ini didefinisikan dengan ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, atau mencari bantuan untuk memelihara kesehatan (NANDA, 2009). Batasan karaktristik yang ditetapkan meliputi : 1) Kurangnya minat dalam meningkatkan perilaku sehat, 2) Menunjukkan perilaku yang kurang adaptif terhadap perubahan lingkungan, 3) Menunjukan pengetahuan yang kurang tentang praktik kesehatan dasar, 4) Riwayat kurangnya perilaku sehat, 5) Ketidakmampuan bertanggung jawab untuk memenuhi praktik kesehatan dasar, 6) Hambatan sistem pendukung pribadi, 7) Kurang menunjukan minat pada perbaikan perilaku sehat, 8) Melaporkan mengalami gangguan sistem pendukung pribadi, 9) Terbatasnya penggunaan dan tenaga pelayanan kesehatan, 10) Terbatasnya tindakan pencegahan

c. Ketidakefektipan manajemen regimen terapeutik keluarga

Diagnosis ini didefinisikan sebagai pola pengaturan dan pengintegrasian ke dalam proses keluarga, suatu program untuk pengobatan dan proses penyakit yang menyulitkan untuk memenuhi kesehatan khusus (NANDA, 2009). Batasan karakteristik yang ditetapkan meliputi : 1) Mengatakan keinginan untuk menatalaksana ataupun mencegah penyakit, 2) Mengalami kesulitan dalam melakukan program terapeutik, 3) Ketidaktepatan aktivitas keluarga untuk memenuhi tujuan kesehatan, 4) Kurang perhatian pada penyakit, 5) Mengalami kegagalan dalam mengurangi faktor resiko, 6) Proses peningkatan gejala penyakit yang tidak terduga.

Terkait dengan masalah kesehatan kekurangan gizi yang ditemukan pada keluarga binaan di wilayah RW 02 ini, mahasiswa telah mengambil diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Hal ini telah disesuaikan dengan analisa data dari hasil pengkajian yang ditemukan.

2.5.4 Perencanaan Keperawatan

Perencanaan merupakan tahap lanjut dalam proses keperawatan. Dimana dalam tahap ini mulai dilakukan perumusan masalah keperawatan dalam bentuk intervensi. Perencanaan merupakan suatu proses sistematik yang dibuat melalui kemitraan (bersama) dengan komunitas/ masyarakat. Sebelum membuat perencanaan mengenai intervensi yang akan dilaksanakan, terlebih dahulu dibuat prioritas masalah dengan menentukan skor dalam rentang 1 yang terendah dan 10 untuk rentang tertinggi. Prioritas masalah utama ditentukan dari jumlah skor yang paling tinggi. Setelah masalah dengan prioritas utama teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah membuat tujuan umum dan tujuan khusus serta rencana kegiatan (Anderson & McFarlane, 2007). Perencanaan keperawatan yang dibahas dalam penulisan karya ilmiah ini berfokus pada masalah keperawatan terkait ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

a. Intervensi Umum

Intervensi umum yang dilakukan adalah terkait dengan 5 fungsi kesehatan keluarga, yaitu: 1) Mengenal masalah gizi kurang, 2) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah akibat gizi kurang, 3) Melakukan perawatan pada anggota keluarga dengan gizi kurang, 4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan status gizi anak serta mampu meningkatkan status kesehatan seluruh anggota keluarga, 5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah gizi kurang (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

b. Kriteria Hasil

Kriteria hasil ditetapkan sebagai suatu tujuan atau target dalam penyelesaian masalah kesehatan dengan melihat jenis kriteria tertentu. Kriteria tersebut dapat berupa target waktu pencapaian, pengukuran kriteria hasil, kerealistisan, serta melihat pencapaian minimal satu kriteria hasil (Wilkinson & Ahern, 2009).

2.5.5 Implementasi

Setelah dilakukan perumusan tahapan-tahapan intervensi dalam perencanaan keperawatan, maka selanjutnya dilakukan proses implementasi, yaitu melakukan tahapan-tahapan intervensi tersebut. Pelaksanaan implementasi ini dilakukan

dengan melibatkan klien (individu, keluarga, masyarakat) ataupun dengan tim kesehatan lain. Pelaksanaan atau implementasi adalah fase tindakan dari proses keperawatan yang terkait dengan pelaksanaan rencana berfokus komunitas (Anderson & McFarlane, 2007). Implementasi berguna untuk mencapai tujuan yang telah dibuat. Selain itu, implementasi intervensi keperawatan berfungsi untuk meningkatkan, memelihara, atau memulihkan kesehatan, mencegah penyakit, dan memfasilitasi rehabilitasi.

2.5.6 Evaluasi

Sebagai tahap terakhir dari proses keperawatan dilakukan evaluasi yang tidak hanya sekedar melaporkan intervensi keperawatan telah dilakukan, namun juga untuk menilai apakah hasil yang diharapkan sudah terpenuhi (Potter & Perry, 2009). Keefektifan intervensi keperawatan keluarga dapat dilihat melalui pengkajian kembali terkait masalah kesehatan keluarga dan pemilihan rencana intervensi yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan.

2.6 Intervensi Unggulan : Praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat