• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa asumsi yang akan digunakan dalam analisis finansial adalah sebagai berikut :

1) Tungku sekam dan sekam merupakan satu paket produk penjualan yang dijual secara bersamaan.

2) Umur proyek yang akan digunakan adalah 10 tahun, didasarkan pada umur ekonomis bangunan tempat produksi tungku sekam.

3) Analisis kelayakan finansial hanya menghitung produk tungku sekam saja bukan menghitung kelayakan finansial sekam dan abu gosok.

4) Modal pendanaan usaha berasal dari Tim Peneliti IPB.

5) Dilakukan dua skenario, skenario I yaitu analisis kelayakan usaha tungku sekam dengan menggunakan gerabah sebagai pelindung tungku dan skenario II adalah kelayakan usaha tungku sekam dengan menggunakan kaleng cat sebagai pelindung tungku sekam.

6) Perhitungan akan menggunakan basis harga tetap (fixed price) dan penentuan harga akan menggunakan harga yang berlaku pada periode pengambilan data pada bulan Maret 2009.

7) Tingkatdiscount rateyang akan digunakan adalah suku bunga deposito Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang berlaku pada periode pengambilan data pada bulan Maret 2009. Hal ini juga berkaitan dengan inflasi yang mungkin terjadi di masa yang akan datang sehingga mempengaruhi nilai pada masa sekarang. Tingkatdiscount ratenantinya akan mempengaruhi tingkat produktivitas dari investasi yang akan ditanamkan dalam usaha tungu sekam atau tingkat pengembalian internal. Maka dari itu, nilai discount rate yang digunakan ialah 6,25 persen.

52 8) Bahan-bahan input produksi, mesin, peralatan, investasi, serta teknologi produksi akan mengacu pada proses pembuatan tungku sekam yang telah dilakukan oleh Tim Peneliti IPB.

9) Jumlah potensi pasar usaha tungku sekam ialah sebesar 2988 calon konsumen per tahun.

10) Rencana produksi ditetapkan oleh pengelola. Untuk kedua skenario, dua tahun pertama memproduksi sebanyak 1500 unit. Skenario I, setiap dua tahun akan meningkat 15 persen. Sedangkan pada skenario II, setiap dua tahun akan meningkat 16 persen. Perbedaan ini mengacu pada harga jual tungku sekam pada skenario II yang lebih murah sehingga konsumen lebih memilih untuk menggunakannya.

11) Rencana penjualan sekam pada dua tahun pertama ialah 1.500 karung sekam, selanjutnya meningkat mengikuti persentase peningkatan penjualan tungku sekam. Untuk abu gosok, pada dua tahun pertama akan dijual sebanyak 5.904 bungkus yang diambil dari desa-desa sekitar Desa Cikarawang. Kemudian penjualannya meningkat sesuai dengan peningkatan presentase penjualan tungku sekam.

12) Biaya promosi memiliki nilai yang cukup besar pada awal pendirian usaha yaitu sebesar Rp 18.000.000. Selanjutnya, setelah produk tungku sekam mulai dikenal dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat (semakin populer), maka biaya promosi turun dengan peresentase 20 persen setiap dua tahun sekali selama umur usaha.

13) Untuk tungku sekam skenario I harga jual sebesar Rp 120.000/unit. Sedangkan untuk skenario II harga jual sebesar Rp 115.000/unit. Perbedaan harga jual dikarenakan adanya perbedaan harga input produksi yaitu gerabah dan kaleng cat.

14) Harga jual sekam sebesar Rp 3.000/karung dan abu gosok sebesar Rp 500/bungkus.

15) Gaji ditetapkan oleh pengelola dengan pertimbangan dua tahun pertama masih rendah, kemudian terdapat peningkatan setiap dua tahun sekali sampai akhir tahun analisis.

16) Penyusutan peralatan dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus dan nilai sisa dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan metode garis lurus dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis. Sedangkan untuk harga tanah diasumsikan harga beli sama dengan harga jual pada akhir umur proyek.

17) Biaya yang dikeluarkan untuk usaha tungku sekam terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

18) Perhitungan pajak akan dilakukan melalui analisis rugi laba berdasarkan Undang-undang no 17 tahun 2000. Apabila laba bersih 0 sampai dengan 50 juta Rupiah maka besarnya pajak yang harus dibayarkan sebesar 10 persen dari laba bersih. Bila laba bersih diantara 50 juta Rupiah sampai 100 juta Rupiah, maka pajak yang dibayarkan sebesar 10 persen dari 50 juta Rupiah ditambah sisa labanya dikalikan sebesar 15 persen. Bila nilai laba bersih di atas 100 juta Rupiah, maka pajak yang harus dibayarkan sejumlah 50 juta Rupiah dikalikan 10 persen ditambah 100 juta Rupiah dikalikan 15 persen ditambah dengan sisa laba yang dicatakan dikalikan sebesar 30 persen.

19) Analisis Switching Value akan dilakukan dengan dua perubahan, yaitu peningkatan harga input operasional dan penurunan volume produksi.

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

5.1.1. Desa Cikarawang

Desa Cikarawang adalah salah satu dari 10 desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah desa yaitu 226,56 Ha. Sebelah utara Desa Cikarawang dibatasi oleh Sungai Cisadane, sebelah selatan dibatasi oleh Sungai Ciapus, sebelah barat dibatasi oleh sungai Ciaduan, dan sebelah timur dibatasi oleh Kelurahan Situgede. Kondisi geografis desa yaitu memiliki ktinggian tanah sebesar 700 m dari permukaan laut, termasuk daerah bertopografi atau berdataran tinggi, dengan suhu udara rata-rata yaitu berkisar antara 25o-30 o C.

Jarak dari pusat pemerintahan desa ke pusat pemerintahan kecamatan sejauh 5 km, jarak ke pusat pemerintahan administrasi kota administrasi sejauh 45 km, jarak ke ibu kota kabupaten/kotamadya daerah tingkat II sejauh 40 km. Kondisi transportasi dari dan ke Desa Cikarawang cukup baik yaitu dengan fasilitas jalan beraspal lebar 4 m.

Desa Cikarawang dibagi menjadi tiga dusun, tujuh rukun warga (RW) dan tiga puluh dua rukung tetangga (RT). Jumlah penduduk desa ini adalah 8214, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4195 jiwa dan penduduk yang berjebis kelamin perempuan sebanyak 4019 jiwa, serta jumlah kepala keluarga sebanyak 2020 kepala keluarga.

Sektor ekonomi yang terdapat di Desa Cikarawang adalah usaha pertanian, usaha peternakan, usaha perikanan, usaha industri, usaha jasa, dan usaha perdagangan. Wilayah ini memiliki potensi yang besar dilihat dari segi sumberdaya alamnya, yang sebagian besar masih berupa lahan peratanian. Kegiatan pertanian sangat potensial untuk dikembangkan, terutama pertanian tanaman padi dan palawija. Secara umum kegiatan ekonomi masyarakat banyak bertumpu pada sektor pertanian.

Kegiatan di sektor peternakan terlihat dari bebrapa sektor ternak yang dimiliki oleh setiap warga di rumahnya masing-masing. Komoditas peternakan yang telah dikembangkan secara komersial di wilayah desa ialah penggemukan

kambing dan usaha peternakan ayam berkapasitas 5.000 ayam potong yang dimiliki oleh warga masyarakat.

Kegiatan di subsektor perikanan belum cukup berkembang. Keberadaan danau atau situ seperti Situ Burung yang ada di desa ini juga belum dimanfaatkan secara optimal untuk budidaya perikanan air tawar. Di sektor industri telah terdapat beberapa home industry komersial yaitu pembuatan miniatur

aeromodelling, pembuatan pupuk organik bokasi, dan industri makanan seperti dodol, rengginang, keripik tempe, talas, dan pisang. Usaha-usaha tersebut memberi manfaat bagi masyarakat desa dalam penyerapan tenaga kerja.

Usaha pada sektor jasa yang telah dilakukan warga di Desa Cikarawang adalah jahit-menjahit, mobil angkutan, wartel, ojeg, penggilingan gabah dan pengolahan tanah pertanian, yaitu melalui penyewaan kerbau atau traktor tangan. Pada sektor perdagangan, di daerah ini bebrapa warga telah menjadi pengumpul hasil pertanian yaitu ubi jalar dan ubi kayu untuk di jual di Pasar Induk Kramatjati, dan industri pengolahan pangan. Sebagian warga ada yang menjadi pedagang sayur-mayur, kacang-kacangan, bakso, mie ayam, maupun produk-produk lain serta ada yang membuka warung di rumah. Di desa ini juga terdapat lembaga- lembaga masyarakat yaitu kelompok PKK, pramuka gudep, kelompok tani, karang taruna, kelompok remaja masjid, majelis ta’lim, kader pembangunan.desa (KPD), dan sebagainya.

Lahan pertanian di Desa Cikarawang terutama digunakan untuk sawah dan ladang, yaitu seluas 194,572 hektar, dengan luas lahan sawah yaitu 155,620 hektar. Sebagian besar tanah pertanian yang dikelola warga adalah milik sendiri. Dari hasil sawah dan ladang inilah masyarakat desa dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sistem pola tanam yang dilakukan oleh petani Dusun I dan II ialah sistem bergilir antara padi dan palawija, sedangkan petani Dusun III tidak bergilir dan selalu menamam padi. Hal ini berkaitan dengan sistem irigasi yang terdapat di desa. Kurangnya air dan harus ada pembagian alokasi air dengan sistem bergilir menyebabkan Dusun I dan II melakukan penanaman padi hanya satu kali dalam setahun, sedangkan dusun II air selalu melimpah, tanahnya basah dan hanya cocok ditanami padi, oleh karena itu penanaman padi dapat dilakukan tiga kali dalam setahun. Produksi padi pada tahun 2006 di Desa Cikarawang mencapai

56 1.271 ton (UPTD 2006, diacu dalam Chaerunnisa 2007). Peta Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Lampiran 1.

Adanya potensi pertanian di Desa Cikarawang, menumbuhkan keinginan masyarakat untuk membentuk kelompok tani sehingga mereka memiliki wadah untuk berkumpul, bekerjasama dan membentuk suatau kesatuan ysng memiliki kesamaan identitas, atribut, sistem norma dan peraturan-peraturan berkelompok guna mengatur pola-pola interaksi antar anggota kelompok dan mencapai tujuan bersama. Kelompok tani yang sudah terdaftar di kantor Kecamatan Dramaga berjumlah 4 kelompok, yaitu Kelompok Tani Hurip, Mekar, Setia dan Subur Jaya. Dari keempat kelompok tani tersebut, kelompok tani yang sudah lama berdiri adalah Kelompok Tani Hurip.

5.1.2. Kelompok Tani Hurip

Kelompok Tani Hurip (KTH) merupakan salah satu kelompok tani yang berada di Desa Cikarawang dan telah berdiri sejak tahun 1974. Jumlah anggota kelompok tani sekarang mencapai 60 orang. Sekretariat Kelompok Tani Hurip (KTH) beralamat di Kampung Carangpulang Bubulak Rt Rw 3 No. 43, Dusun II, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pembentukan kelompok tani berasal dari keinginan petani untuk bekerjasama dalam memajukan pertanian desa.

Kelompok Tani Hurip (KTH) telah diakui keberadaannya dan telah terdaftar di Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Kelompok Tani Hurip sudah dipercaya untuk mengelola traktor tangan dan kelompok tani ini juga sering mendapat bantuan dari pemerintah melalui UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas), seperti pemberian bibit padi, pohon jati, pupuk (urea, NPK), dan bibit kacang. Adanya keinginan memajukan kelompok menimbulkan kesadaran anggota untuk membenahi dan membangun sistem kerja kelompok tani serta perencanaan usaha untuk meningkatkan pendapatan kelompok. Hal ini ditandai dengan dibentuknya struktur organisasi lengakap ditambah dengan seksi-seksi dan pembagian kerja yang jelas.

Struktur organisasi Kelompok Tani Hurip terdiri dari 11 orang yang menjabat sebagai pengurus yang menjabat sebagai ketua, sekretaris, bendahara, seksi kelompok wanita tani, seksi pengairan/P3A, seksi humas, seksi usaha, yang

terdiri dari usaha hasil bumi dan rencana usaha yang memiliki kemungkinan untuk dijalankan seperti penggilingan padi dan tepung ubi jalar, seksi petanian dan seksi kehutanan serta dua orang penasehat (Lampiran 2).

Kehadiran KelompokTani Hurip, sering menjadi tempat pembelajaran mahasiswa-mahasiswa IPB terutama ketika ingin mengadakan kegiatan, baik kegiatan akademik maupun non akademik. Kegiatan akademik yang berhubungan dengan Kelompok Tani Hurip adalah kegiatan praktikum dari mata kuliah yang berhubungan dengan kelembagaan dan usahatani. Sedangkan untuk kegiatan non akademik, mahasiswa sering mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Oleh karena itu, keberadaan Kelompok Tani Hurip sangat mendukung perkembangan pengetahuan baik secara teori maupun aplikasi di lapangan.

5.2. Proses Penelitian Aksi Partisipatif

Ketika pertama kali mengunjungi kantor Desa Cikarawang, kedatangan peneliti disambut langsung oleh Kepala Desa dan aparat Desa Cikarawang. Setelah memberitahukan maksud dan tujuan peneliti ke desa, yaitu untuk menindaklanjuti program sosialisasi sosialisasi tungku sekam yang di awal telah dilakukan oleh Tim Peneliti tungku sekam IPB, Kepala Desa menyempatkan diri untuk memberitahukan gambaran mengenai kondisi mayarakat Desa Cikarawang. Akhirnya, Kepala Desa mendukung kegiatan penelitian tersebut dengan memberikan surat pernyataan yang menyatakan bahwa peneliti telah diterima sekaligus diizinkan untuk melakukan kegiatan penelitian partisipatif di Desa Cikarawang.

Setelah memperoleh izin resmi dari aparat desa, mahasiswa melanjutkan identifikasi potensi di Desa Cikarawang terutama untuk potensi desa terkait dengan keberadan luas lahan sawah, status kepemilikian lahan oleh petani, jadwal penanaman, serta jumlah penggilingan gabah di Desa Cikarawang. Proses ini dilakukan melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait seperti ketua kelompok tani dan aparat desa setempat.

Berdasarkan pertimbangan antara mahasiswa, Tim Peneliti IPB, dan arahan dari dosen pembimbing, maka dipilih satu kelompok tani, yaitu Kelompok Tani Hurip. Terpilihnya Kelompok Tani Hurip juga berdasarkan pertimbangan

Lampiran 2.Struktur Organisasi Kelompok Tani Hurip

Lampiran 3. Matriks Proses PAR

Perencanaan Metode/Aksi Permasalahan Pembelajaran bagi Mahasiswa Pembelajaran bagi Masyarakat Output/Refleksi a. Sosialisasi dan identifikasi potensi desa - Melakukan FGD dengan aparat dan masyarakat desa - Sebagian masyarakat belum sepenuhnya percaya kepada peneliti - Kesulitan dalam memperoleh data- data dan fakta yang akurat karena data yang diperoleh dari masyarakat bersifat subjektif dan perkiraan - Mahasiswa belajar berkomunikasi dan bersosialisasi secara baik dan jelas dengan masyarakat - Masyarakat belajar membangun kepercayaan dengan pihak eksternal (mahasiswa) - Masyarakat bekajar mengenal dan memberikan informasi yang akurat mengenai potensi desa - Masyarakat belajar berkerja sama dengan mahasiswa dengan mengetahui maksud dan tujuan kedatangan mahasiswa

- Kedatangan mahasiswa akhirnya disambut dengan baik oleh masyarakat - Mahasiswa

memperoleh data potensi ekonomi desa

b. Pemilihan Kelompok Tani

- Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing dan tim peneliti IPB

- Diskusi dengan anggota kelompok tani

- Sedikitnya alternatif pilihan yang ada - Kesulitan mengatur

waktu pertemuan dengan anggota kelompok tani - Masih ada anggota

kelompok yang pasif atau kurang memberikan pendapat

- Mahasiswa bersama dosen pembimbing dan Tim Peneliti IPB belajar menentukan lokasi penelitian serta program

pemberdayaan yang tepat

- Mahasiswa belajar mengatur waktu sesuai dengan jadwal anggota kelompok tani serta belajar menerima sikap yang ditunjukkan oleh anggota kelompok tani - Masyarakat atau anggota kelompok tani belajar mengeluarkan pendapat serta membiasakan diri untuk berkomunikasi secara efektif - Terpilihnya Kelompok

Tani Hurip sebagai lokasi penelitian dan program pemberdayaan partisipatif

- Kedekatan emosional

antara mahasiswa dan anggota kelompok tani mulai terbangun

127

Perencanaan Metode/Aksi Permasalahan Pembelajaran bagi Mahasiswa Pembelajaran bagi Masyarakat Output/Refleksi c. Kesepakatan dengan kelompok tani - FGD dengan ketua kelompok, dewan penasehat serta anggota Kelomopk Tani Hurip

- FGD membentuk

kelompok kerja (tim usaha)

- Beberapa anggota kelompok tani masih belum yakin dengan program partisispatif sehingga masih ragu dalam memberikan waktu untuk pertemuan berikutnya - Mahasiswa belajar meyakinkan para petani tentang manfaat program partisipatif - Mahasiswa belajar mengatur waktu untuk jadwal pertemuan selanjutnya sehingga proses pendampingan bisa berjalan - Kelompok Tani belajar menyediakan dan mengatur waktu untuk pertemuan - Kelompok tani belajar membuat kesepakatan dalam pelaksanaan program - Kelompok tani belajar mengambil peran dalam kelompok kerja - Diperoleh kesepakatan dengan kelompok tani untuk merencanakan usaha tungku sekam HEMAT secara kolaboratif - Adanya kesepakatan

untuk waktu pertemuan berikutnya

- Terbentuknya kelompok kerja (tim usaha)

d. Identifikasi Masalah (Visi, Misi, Gambaran Usaha, dan Perumusan Masalah) - Mahasiswa melakukan diskusi dengan Tim Peneliti IPB terkait dengan informasi usaha tungku sekam HEMAT dan kemudian menyampaikan/sharing

informasi tersebut dengan tim usaha kelompok tani - Menyusun rencana

skenario masa depan - Kunjungan tim usaha

kelompok tani ke Lab. Mekanikan dan Kayu, Dept. Fisika, FMIPA, IPB)

- Kurangnya

antusiasme tim usaha karena pada awalnya mereka menganggap usaha tungku sekam kurang diminati warga. Namun setelah melakukan kunjungan dan diskusi dengan Tim Peneliti IPB, pandangan mereka mulai terbuka - Terbatasnya jumlah

tim usaha yang dapat mengikuti kunjungan karena kesibukan aktivitas beberapa anggota dan kurangnya faislitas kendaraan - Anggota tim usaha

masih ada yang pasif dalam menggagas skenario masa depan

- Mahasiswa bersama Tim Peneliti IPB belajar mengatur waktu pertemuan dengan tim usaha Kelompok Tani Hurip - Mahasiswa

memperoleh pengetahuan baru tentang usaha tungku sekam HEMAT - Mahasiswa belajar kreatif dalam memfasilitasi dan merumuskan masalah utama

- Tim usaha kelompok tani mampu melihat dan mengetahui secara langsung proses produksi tungku sekam HEMAT

- Tim usaha kelompok tani mulai

mengetahui cara merumuskan visi, misi dan menentukan masalah utama yang harus dielesaikan terkait usaha tungku sekam HEMAT

- Terselengaranya diskusi dan kunjungan langsung antara tim usaha Kelompok Tani Hurip dengan Tim Peneliti IPB

- Tim usaha mengetahui

secara langsung manfaat, sumber bahan baku serta proses produksi tungku sekam HEMAT

- Diperoleh perumusan

masalah apakah usaha ini layak atau tidak jika dilakukan oleh kelompok tani, sehingga dlanjutkan dengan aksi bersama dalam merpersiapkan rencana usaha tungku sekam HEMAT dan uji kelayakannya (Aspek Kelayakan Non Finansial dan Finansial)

Perencanaan Metode/Aksi Permasalahan Pembelajaran bagi Mahasiswa Pembelajaran bagi Masyarakat Output/Refleksi e. Pengumpulan Data untuk aspek-aspek kelayakan - Mahasiswa bersama dengan tim usaha mengellilingi setiap penggilingan gabah di 16 desa lingkar kampus untuk mengetahui ketersediaan sekam di daerah tersebut

- Diskusi dengan tim usaha untuk mengetahui tempat- tempat yang akan menyediakan bahan baku serta peralatan produksi tungku sekam HEMAT - Mahasiswa melakukan

diskusi dengan Tim Peneliti IPB guna merancang konsep kontrak kerjasama yang tepat untuk menentukan peran dan tanggung jawab antara kedua belah pihak yang akan melakukan kerjasama usaha - Mahasiswa dan tim usaha

mencari informasi tentangkelompok tani di setiap desa yang akan menjadi saluran distribusi tungku sekam HEMAT - Mahasiswa

menyampaikan konsep kerjasama kepada tim usaha Kelompok Tani Hurip

- Mahasiswa dan tim usaha menentukan tempat yang tepat untuk lokasi usaha

- Keterlibatan anggota tim usaha masih kurang karena kesibukan aktivitas sehari-hari mereka - Data potensi pasar

dari setiap desa masih berupa perkiraan sehingga tingkat keakuratannya masih kurang - Kesulitan mengatur waktu pertemuan antara mahasiswa dengan Tim Peneliti IPB

- Keberadaan Kepala Desa di setiap kantor desa tidak dapat diprediksi sehingga kesulitan dalam melakukan wawancara dan membutuhkan waktu yang lama - Beberapa pemilik penggilingann gabah awalnya kecewa dengan kedatangan mahasiswa dan tim usaha karena mereka mengira akan mendapat bantuan, tetapi setelah dilakukan penjelasan mengenai program usaha tungku sekam akhirnya mereka

- Mahasiswa belajar untuk lebih baik lagi dalam melakukan proses wawancara - Mahasiswa memperoleh pengetahuan baru tentang cara menyususn kontrak kerjasama - Mahasiswa memiliki pengetahuan baru tentang potensi 16 desa lingkar kampus IPB - Mahasiswa berkesempatan untuk menjalin hubungan dengan setiap kepala/aparat desa - Mahasiswa mengetahui sekilas tentang usaha penggilingan gabah

- Tim usaha kelompok tani mengetahui karakter konsumen serta potensi pasar tungku sekam HEMAT

- Tim usaha keompok tani mulai mengetahui data- data yang dibutuhkan untuk menyusun sebuah kelayakan suatu usaha

- Tim usaha kelompok tani memiliki banyak jaringan kelompok tani lain di 16 desa lingkar kampus IPB - Tim usaha kelompok

tani memiliki banyak jaringan kelompok tani lain di 16 desa lingkar kampus IPB

- Diperoleh data-data yang dibutuhkan untuk analisis kelayakan - Terciptanya konsep

kerjasama usaha tungku sekam

HEMAT

- Diperoleh lokasi yang tepat untuk usaha tungku sekam HEMAT

129

Perencanaan Metode/Aksi Permasalahan Pembelajaran bagi Mahasiswa

Pembelajaran Bagi Masyarakat

Output/Refleksi

bersedia memberikan data produksi sekam dan ingin menjadi pemasok sekam untuk Kelompok Tani Hurip dengan harga murah f. Analisis kelayakan usaha (aspek pasar dan pemasaran, teknis dan teknologis, kelayakan organisasi, manajemen operasional, dan finansial) - Menetapkan jumlah potensi pasar serta strategi promosi yang tepat untuk usha tungku sekam HEMAT

- Menentukan struktur organisasi, kebutuhan tenaga kerja serta sistem pembagian insentif/gaji yang tepat

- Menentukan kapasitas produksi yang tepat sesuai dengan potensi pasar yang ada

- Memastikan ketepatan teknologi yang dipilih untuk proses produksi apakah sesuai dengan kemempuan tim usaha - Menyusun suatu

perencanaan usaha secara terperinci dengan tim usaha

- Menganalisis kelayakan finansial usaha tungku sekam HEMAT serta menginformasikan kepada tim usaha kelompok tani dan Tim Peneliti IPB

- Intensitas pertemuan dengan tim usaha masih kurang sehingga ada aspek yang dianalisis hanya dengan Ketua kelompok - Pernah suatu waktu

tim usaha menganggap analisa aspek kelayakan lebih baik dilakukan oleh mahasiswa karena pemikiran bahwa mahasiswa lebih tahu, sehingga apapun hasilnya mereka terima

- Kembali belajar memotivasi tim usaha akan pentingnya aksi bersama dalam merencanakan usaha - Belajar

menghubungkan kondisi riil di lapang dengan teori dalam menganalisa kelayakan usaha

- Tim usaha belajar menyusun analisis kelayakan usaha tungku sekam HEMAT serta kembali pada komitmen untuk melakukan perencanaan usaha bersama - Didapatkan daftar kebutuhan investasi serta modal usaha tungku sekam HEMAT - Diperoleh kapasitas

produksi yang tepat sesuai kemampuan tim usaha

- Diperoleh pengalaman dan pelajaran yang sengat berharga dalam menyusun rencana usaha parsitipatif bersama Kelomok Tani Hurip, Dosen Pembimbing dan Tim Peneliti IPB

Lampiran 4. Penyebaran Calon Konsumen Tungku Sekam HEMAT di Enam Belas Desa lingkar Kampus IPB.

No Nama Desa/Kelurahan Nama Kampung di Masing-Masing Desa

1 Desa Cikarawang Cangkrang, Carangpulang 2 Kelurahan Situ Gede Jawa, Cilubang Mekar

3 Kelurahan Balumbang Jaya Babakan Lebak, Sawah Baru, Cilubang, Batuhulung

4 Desa Babakan Babakan Raya (dekat sawah baru), Cangkurawok, Leuwikopo, Babakan Lebak

5 Desa Dramaga Belakang Bulog

6 Desa Ciherang Ciherang, Ciherang Kramat, Ciherang Rawa Kalong

Dokumen terkait