• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1.1. Studi Kelayakan

Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak dalam penelitian ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti social benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan (Ibrahim 2003). Sofyan (2003), diacu dalam Chaerunnisa (2007) berpendapat tujuan yang ingin dicapai dari studi kelayakan bisnsis ini sekurang-kurangnya mencakup tiga pihak yang berkepentingan, yaitu :

1) Bagi pihak investor: Studi kelayakan bisnis ditujukan untuk melakukan penilaian dari kelayakan usaha untuk menjadi masukan yang berguna karena sudah mengkaji berbagai aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional, dan aspek finansial secara komprehensif dan detail sehingga dapat dijadikan dasar bagi investor untuk membuat keputusan investasi secara lebih objektif.

2) Bagi peneliti : Studi kelayakan adalah suatu alat yang berguna dan dapat dipakai sebagai penunjang kelancaran tugas-tugasnya dalam melakukan penilaian suatu rencana usaha, usaha baru, pengembangan usaha, atau menilai kembali usaha yang sudah ada.

3) Bagi masyarakat : Hasil studi kelayakan bisnis merupakan suatu peluang untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat baik yang terlibat secara langsung maupun yang muncul karena adanya nilai tambah sebagai akibat dari adanya usaha tersebut.

4) Bagi pemerintah : Dari sudut pandang mikro, hasil dari studi kelayakan ini digunakan untuk pengembangan sumber daya baik dalam pemanfaatan sumber-sumber alam maupun pemanfaatan sumber daya manusia berupa

28 individu atau badan usaha tentunya akan menambah pemasukkan pemerintah baik dari pajak pertambahan nilai maupun dari pajak penghasilan dan retribusi berupa biaya perizinan, biaya pendaftaran, dan administrasi, dan lainnya yang layak diterima sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Secara makro pemerintah dapat berharap dari keberhasilan dari studi kelayakan bisnis ini adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah ataupun nasional sehingga tercapai pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan kenaikanincome per kapita.

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), tahap-tahap untuk melakukan investasi usaha adalah sebagai berikut :

1) Identifikasi

Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut.

2) Perumusan

Tahap perumusan merupakan tahap untuk menerjemahkan kesempatan investasi ke dalam suatu rencana proyek yang konkrit, dengan faktor-faktor yang penting dijelaskan secara garis besar.

3) Penilaian

Penilaian dilakukan dengan menganalisa dan menilai aspek pasar, teknik, manajemen, dan finansial.

4) Pemilihan

Pemilihan dilakukan dengan mengingat segala keterbatasan dan tujuan yang akan dicapai.

5) Implementasi

Implementasi yaitu menyelesaikan proyek tersebut dengan tetap berpegang pada anggaran.

3.1.2. Aspek-Aspek Studi Kelayakan

Studi kelayakan bisnis merupakan gambaran kegiatan usaha yang direncanakan, sesuai dengan kondisi, potensi, serta peluang yang tersedia dari berbagai aspek. Dengan demikian dalam menyusun sebuah studi kelayakan bisnis, harus meliputi sekurang-kurangnya aspek-aspek sebagai berikut :

Analisis aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk memahami berapa besar potensi pasar yang tersedia, berapa bagian yang dapat diraih oleh perusahaan atau usaha yang diusulkan, serta strategi pemaaran yang direncanakan untuk memperebutkan konsumen (Husnan dan Suwarsono 2000). Proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pemasaran, pengembangan strategi pemasaran, perencanaan program pemasaran, dan pengelolaan usaha pemasaran (Kotler 1997).

2) Aspek Teknis dan Teknologis

Aspek teknis bertujuan untuk meyakini apakah secara teknis dan pilihan teknologi perencanaan yang telah dilakukan dapat dilaksanakan secara layak atau tidak (Husnan dan Suwarsono 2000). Pada aspek teknis dan teknologis dipaparkan beberapa faktor yaitu penentuan kapasitas produksi, tata letak pabrik, serta pemilihan mesin, peralatan, dan teknologi untuk produksi (Umar 2003).

Kapasitas didefinisikan sebagai suatu kemapuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu. Tata letak (layout) atau disebut juga tata ruang yaitu penempatan fasilitas-fasilitas yang dipakai di dalam pabrik, seperti letak mesin-mesin, letak alat-alat produksi, alur pengangkutan, dan seterusnya. Letak dari berbagai fasilitas tersebut harus dikaji agar proses produksi dapat dijalankan secara efektif dan efisien (Umar 2003)

Pemilihan mesin, peralatan serta teknologi yang akan diterapkan dewasa ini hampir tidak dapat dipisahkan. Beberapa kriteria dalam pemilihan teknologi yang digunakan yaitu kesesuaian dengan bahan baku yang digunakan untuk proses produksi, keberhasilan penggunaan teknologi di tempat lain, kemampuan tenaga kerja dalam mengimplementasikan teknologi, dan kemampuan mengantisipasi terhadap teknologi lanjutan (Umar 2003).

3) Aspek Kelayakan Organisasi

Kelayakan organisasi menggambarkan kesiapan kelompok atau organisasi sebelum memulai suatu usaha yang diawali dengan adanya kesepakatan diantara anggota kelompok atau dengan para mitra. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan masyarakat atau anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan diskusi rencana usaha. Tujuannya ialah agar masyarakat atau

30 anggota kelompok nantinya juga ikut terlibat baik dalam proses produksi maupun konsumsi dari produk yang akan diusahakan. Dalam aspek tersebut sistem pengambilan keputusan, transparansi akuntabilitas, sistem pembagian keuntungan serta keterlibatan pihak mitra yang berkerjasama harus dibuktikan dengan adanya pernyataan hitam di atas putih agar kelancaran usaha dapat terjamin dikemudian hari.

4) Aspek Manajemen Operasional

Manajemen operasional merupakan suatu fungsi atau kegiatan manajemen yang meliputi perencanaan, organisasi, staffing, koordinasi, pengarahan, dan pengawasan terhadap operasi perusahaan (Umar 2003), sedangkan menurut Husnan dan Soewarsono (2000) analisis manajemen operasional meliputi deskripsi pekerjaan yang akan dilakukan, persyaratan untuk melakukan perkerajaan tersebut, serta struktur organisasi perusahaan.

Aspek manajemen operasional juga perlu mengkaji mengenai legalitas atau aspek yuridis suatu perusahaan. Hal ini dimaksudkan untuk meyakini apakah secara yuridis perencanaan usaha yang telah dibuat dapat dinyatakan secara layak dihadapan pihak yang berwajib dan masyarakat (Umar 2003)

5) Aspek finansial

Aspek finansial membicarakan bagaimana menghitung kebutuhan dana, baik kebutuhan dana untuk aktiva tetap maupun dana untuk modal kerja. Analisis aspek finansial juga membicarakan mengenai sumber dana yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan jumlah dana tersebut, sekaligus pengalokasiannya secara efisien sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan. Beberapa hal yang dibahas dalam analisis aspek finansial antara lain yaitu penentuan kebutuhan dan pengalokasian dana, serta kriteria penilaian investasi (Husnan dan Soewarsono 2000).

Penentuan suatu keputusan investasi dilihat dari kriteria penilaian investasi. Kriteria penilaian investasi digunakan untuk menilai apakah suatu usaha layak untuk dilaksanakan apabila dipandang dari aspek profitabilitas komersialnya (Husnan dan Soewarsono 2000). Pada umumnya ada beberapa metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu metodeNet Present Value (NPV), Internal Rate of

Return (IRR),Net Benefit/Cost(Net B/C), Break Event Point(BEP), Payback Period (PBP), analisis sensitivitas (Grayet al,1992).

3.1.3. Teori Biaya dan Manfaat

Dalam analisa proyek, tujuan-tujuan analisa harus disertai dengan definisi biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger 1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu proyek dapat dikategorikan sebagai berikut:

1) Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, seperti : tanah, bangunan, pabrik, dan mesin.

2) Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti: biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.

3) Biaya lainnya, seperti: pajak, bunga, dan pinjaman.

Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi: 1) Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan

dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti: peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja.

2) Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek, seperti: rekreasi.

Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek (Gittinger 1986).

32

3.1.4. Analisis Kelayakan Investasi

Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur kemanfaatan proyek dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money

yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan suatu teknik yang dapat “menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang, sedangkan perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu : ukuran-ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima (Gittinger 1986).

Konsep nilai waktu uang (time value of money) menyatakan bahwa nilai sekarang (present value) adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang (future value). Ada dua sebab yang menyebabkan hal ini terjadi yaitu :time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa yang akan datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat sekarang memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah,et al. 1976).

Kadariah, et al. (1976) juga mengungkapkan bahwa kedua unsur tersebut berhubungan timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat dimungkinkan untuk membandingkan arus biaya dan manfaat yang penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Untuk tujuan itu, tingkat suku bunga ditentukan melalui prosesdiscounting.

3.1.5. Analisis Finansial

Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Suwarno 2000). Analisis finansial terdiri dari :

Nilai bersih sekarang sebuah proposal investasi sama dengan nilai bersih sekarang arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran awal investasi. Nilai bersih sekarang suatu usaha memberikan ukuran nilai bersih proposal investasi dalam nilai uang pada saat sekarang. Oleh karena semua arus kas didiskontokan kembali ke masa sekarang, membandingkan selisih antara nilai sekarang arus kas tahunan dan pengeluaran investasi menjadi tepat.

Perbedaan antara nilai sekarang arus kas tahunan dan pengeluaran awal menentukan nilai bersih atas penerimaan proposal investasi dalam nilai uang pada saat sekarang. Jika NPV proyek lebih besar atau sama dengan nol, maka proyek tersebut diterima, dan jika ada nilai negative muncul dalam penerimaan proyek, maka proyek tersebut ditolak. Jika nilai bersih sekarang dari proyek nol, maka proyek tersebut memberikan pengembalian yang sama dengan tingkat pengembalian yang disyaratkan dan harus diterima.

2) Internal Rate of Return (IRR) atau tingkat pengembalian internal.

Tingkat pengembalian internal adalah tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus kas bersih masa depan proyek dengan pengeluaran awal proyek (Keown, et al. 2001). Kriteria penilaiannya yaitu jika IRR yang didapat ternyata lebih besar dari discount factor yang ditentukan maka investai dapat diterima.

NPV

+ IRR

0 tingkat suku bunga

-

Gambar 1. Hubungan antara NPV dan IRR

34 3) Net Benefit/Cost (Net B/C) atau Rasio Keuntungan/Biaya sama dengan

Profitability Index(PI) atau Indeks Keuntungan.

Rasio keuntungan/biaya atau indeks keuntungan adalah rasio nilai sekarang dari arus kas bersih pada masa depan terhadap pengeluaran awalnya. Jika kriteria nilai bersih investasi sekarang memberikan ukuran kelayakan proyek dalam nilai uang yang absolut, maka indeks keuntungan memberikan ukuran relatif dari keuntungan bersih masa depannya terhadap biaya awal (Keown,et al2001). Kriteria keputusan dengan menggunakan indeks keuntungan adalah menerima proyek jika Net B/C lebih besar atau sama dengan 1,00 dan menolak proyek jika Net B/C kurang dari 1,00.

4) Break Event Point(BEP) atau titik impas

Titik impas adalah suatu kondisi pada saat tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran perusahaan sehingga pada saat itu perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian (Mulyadi 1997).

5) Harga Pokok Produksi (HPP)

Harga pokok produksi merupakan cara penentuan harga berdasarkan biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah produk. Harga pokok produksi menjadi pedoman produsen dalam menetukan harga jual. Misalkan usaha tungku sekam memiliki nilai HPP sebesar Rp 10.0000/unit, maka harga jual produk tersebut harus lebih tinggi dari HPP agar kelompok tani memperoleh keuntungan. Rumusnya ialah : HPP = Biaya Tetap/unit + Biaya Variabel/unit 6) Payback Periode(PBP) atau masa pengembalian investasi

Setelah mendapatkan nilai sekarang dari keuntugan bersih maka dapat ditentukan pada tahun ke berapa total biaya investasi dapat tertutupi oleh keuntungan. Semakin cepat tingkat pengembalian usaha maka akan semakin baik (Mulyadi 1997).

7) AnalisisSensitivitas (Switching Value)

Analisisswitching value (nilai pengganti) mencoba melihat kondisi kelayakan yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan dalam biaya dan manfaat.

Switching value dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana perubahan yang terjadi dapat ditoleransi untuk dilaksanakan.

Pada Analisis switching value, dicari beberapa nilai pengganti pada komponen biaya dan manfaat yang terjadi, yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal. Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan nol (NPV=0). NPV sama dengan 0 akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama dengan 1 (cateris paribus). Artinya, sampai tingkat berapa proyek yang akan dijalankan mentoleransi peningkatan harga atau penurunan input dan penurunan harga atau jumlah output (Gittinger, 1986).

8) Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi ialah suatu laporan keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi. Laporan laba rugi juga merupakan suatu laporan yang menunjukkan hasil-hasil operasi perusahaan selama waktu tersebut (Gittinger, 1986). Laporan laba rugi ini menghasilkan suatu perhitungan yang akhirnya dapat melihat apakah suatu proyek yang dijalankan mendapatkan keuntungan ataukah mendapatkan kerugian selama waktu proyek. Laba ialah apa saja yang tersisa setelah dikurangkan dengan pengeluaran-pengeluaran yang timbul di dalam memproduksi atau menjual barang dan jasa.

Dokumen terkait