• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RAPBD TAHUN 2019

3.1 Asumsi dasar yang digunakan dalam APBN

Global, Bank Dunia memproyeksikan Pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan naik dari 3,8 persen pada 2017 menjadi 3,9 persen pada 2018. Momentum positif perbaikan perekonomian didorong oleh pemulihan perdagangan global, aktivitas investasi, serta terjadi merata baik di negara maju maupun di negara berkembang.

Menurut laporan terbaru Global Economic Prospects, Pertumbuhan lebih banyak didorong oleh perekonomian negara berkembang, khususnya negara-negara pengekspor komoditi. Laju pertumbuhan ekonomi untuk kelompok negara ini akan naik menjadi 4,5 persen pada 2018 dan rata-rata 4,7 persen pada 2019 dan 2020. Sebaliknya, pertumbuhan di negara-negara maju diproyeksikan akan melambat menjadi 2,2 persen pada 2018, dari 2,3 persen tahun lalu karena bank sentral di negara-negara tersebut akan bertahap mencabut bantuan setelah masa krisis dan investasi mulai melandai. Bank Dunia memperkirakan harga minyak dunia akan berkisar 58 dolar per barel 2018, merangkak naik menjadi 59 dolar per barel 2019.

Kondisi keuangan global masih cukup akomodatif meskipun diwarnai oleh proses penyesuaian harga aset sejalan dengan proses normalisasi kebijakan moneter negara maju, tensi perdagangan dan ketegangan geopolitik yang berpotensi memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Semakin terbukanya ekonomi Negara-negara di dunia menyebabkan perubahan-perubahan yang terjadi di suatu kawasan regional maupun global akan mempengaruhi keragaan ekonomi domestik negara-negara tersebut. Hal ini didukung oleh semakin lancar dan efisiennya fasilitas transportasi dan informasi yang memperlancar hubungan antar Negara. Dengan demikian, perubahan perekonomian di suatu kawasan dapat dengan mudah mempengaruhi perubahan kondisi ekonomi suatu negara, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Secara langsung melalui perubahan posisi neraca perdagangan dan keuangan karena aliran barang, jasa dan uang. Secara tidak langsung melalui perubahan permintaan dan penawaran suatu barang, jasa, dan uang yang akan mempengaruhi faktor-faktor produksi, konsumsi dan kelembagaan. Selain itu

III-2

satu perkembangan yang perlu diantisipasi adalah pesatnya tingkat hutang swasta di beberapa Negara berkembang. Saat tren pinjaman melonjak, tidak mengherankan jika tingkat pinjaman macet, sebagai bagian naiknya pinjaman sebanyak empat kali lipat.

Negara-negara dikawasan Asia Timur dan Tenggara Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan turun menjadi 6,2 persen pada tahun 2018 dari sekitar 6,4 persen pada tahun 2017. Perlambatan struktural di Tiongkok terlihat mengimbangi kenaikan siklis sederhana di wilayah lainnya. Risiko terhadap prospek menjadi lebih seimbang. Pada sisi negatifnya, meningkatnya tekanan geopolitik, meningkatnya proteksionisme global, pengetatan kondisi keuangan global yang tiba-tiba mendadak, dan perlambatan yang lebih tajam dari perkiraan di negara-negara besar, termasuk Tiongkok, menimbulkan risiko penurunan pada prospek regional. Pertumbuhan di Tiongkok diperkirakan akan mencapai 6,4 persen pada 2018 dari 6,8 persen pada 2017.

Prospek pertumbuhan yang dinilai belum stabil ini akan memperlambat, dan atau bahkan memutar balik kemajuan yang telah dicapai. Namun demikian, beberapa negara berkembang pengimpor komoditas mampu mempertahankan stabilitas dan pertumbuhan. Perbaikan harga komoditas dan peningkatan harga minyak dunia diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi sejumlah negara-negara yang selama ini mengandalkan komoditas untuk tumbuh, termasuk bagi Indonesia.

Ekonomi Nasional, Ekonomi Indonesia tahun 2017 tumbuh 5,07 persen lebih tinggi dibanding capaian tahun 2016 sebesar 5,03 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 9,81 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 9,09 persen.

Realisasi pertumbuhan ekonomi tahun ini, diperkirakan meleset dari target atau hanya tumbuh 5,07% dari target yang ditetapkan sebesar 5,4%. Namun, perbaikan sejumlah indikator makro ekonomi tahun ini bisa membawa optimisme lebih bagi para pelaku usaha ditahun 2018 dan 2019.

Pada tahun ini, pemerintah memperkirakan konsumsi masyarakat tumbuh lebih baik, seiring dengan inflasi yang cukup rendah, aktivitas pilkada dan persiapan pemilu 2019, serta perubahan pola belanja masyarakat ke belanja aktivitas rekreasi.

III-3

Selain itu, hal ini ditambah dengan hadirnya perhelatan Asian Games dan Annual Meeting IMF - World Bank. Dengan rangkaian acara tersebut, maka Menkeu memperkirakan konsumsi masyarakat pada tahun ini bisa tumbuh di atas 5%.

Dari sisi investasi, pemerintah memperkirakan masih bisa tumbuh stabil di angka 5%. Optimisme tersebut sejalan dengan pembangunan program infrastruktur, dan perbaikan iklim usaha yang akan dituangkan pemerintah dalam rangkaian paket-paket kebijakan.

Sementara dari kinerja ekspor dan impor tahun ini, diperkirakan bisa terus berlanjut. Proyeksi ini sejalan dengan membaiknya perekonomian negara mitra dagang utama, didukung perbaikan kapasitas produksi dan sistem logistik nasional. Fokus pemerintah bagaimana menjaga momentum perbaikan ekspor dan investment tetap terjaga.

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia Tahun 2017, Komponen PK-RT merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017, yakni sebesar 2,69 persen, diikuti oleh Komponen PMTB sebesar 1,98 persen.

Berdasarkan asumsi dasar ekonomi makro APBN 2019, Pemerintah menargetkan Pertumbuhan Ekonomi 2019 sebesar 5,3 persen dengan mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi serta memperluas jangkauan untuk pertumbuhan di kawasan timur Indonesia, kawasan perbatasan, dan daerah-daerah lain yang masih tertinggal.

Inflasi pada tahun 2019 akan djaga pada angka 5,3 persen. Untuk mencapai target tersebut, maka pemerintah mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga, meningkatkan investasi, dan mendorong ekspor.

Tingkat Suku Bunga SPN 3 bulan tahun 2019 diperkirakan rata-rata 5,3 persen.

Nilai tukar rupiah, Pemerintah menargetkan pada tahun 2019 Nilai tukar rupiah naik daripada asumsi makro ekonomi APBN 2018 yakni Rp. 13.400 per dollar AS.

Harga Minyak Mentah Indonesia atau Indonesia Crude Oil Price (ICP) pada tahun 2019 diperkirakan rata-rata 70 dollar AS per barrel. Target ICP itu seiring dengan dinamika harga minyak mentah dunia yang semakin sulit diprediksi.

Beberapa factor yang diperkirakan akan mempengaruhi harga minyak mentah dunia dan ICP pada 2019, yaitu kondisi geopolitik global, peningkatan permintaan seiring pemulihan ekonomi global, dan penggunaan energy alternative.

III-4

Lifting minyak dan gas pada tahun 2019 diperkirakan mencapai rata-rata 750.000 barrel per hari. Sementara lifting gas bumi diperkirakan rata-rata 1.250.000 barrel setara minyak per hari. Perkiraan tingkat lifting tersebut berdasarkan kapasitas produksi dan tingkat penurunan alamiah lapangan-lapangan migas yang ada, penambahan proyek yang akan segera beroperasi, serta rencana kegiatan produksi 2019.

Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada tahun 2017 masih didominasi kelompok Provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 58,49 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,66 persen, Pulau Kalimantan 8,20 persen dan Pulau Sulawesi 6,11 persen, dan sisanya 5,54 persen di pulau-pulau lainnya.

Untuk mewujudkan perekonomian yang lebih mandiri, sektorsektor strategis ekonomi domestik perlu lebih digiatkan dan kedaulatan keuangan perlu diwujudkan. Langkah-langkah tersebut juga harus didukung dengan kebijakan fiskal dan moneter yang efektif. Disamping itu, perlu dibangun kedaulatan pangan, diwujudkan kedaulatan energi, dan dilakukan akselerasi industri baik untuk memenuhi kebutuhan ekspor maupun kebutuhan dalam negeri.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga harus disertai upaya- keberpihakan untuk mengurangi kesenjangan yang diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja yang pada akhirnya dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan memperkecil kesenjangan. Transformasi ekonomi melalui industrialisasi yang berkelanjutan ini menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional, yang tercermin dalam prospek ekonomi serta sasaran pembangunan Nasional dalam RPJMN 2015-2019 yang diperkirakan akan dapat tercapai dengan asumsi: (1) perekonomian dunia terus mengalami pemulihan; (2) tidak ada krisis ekonomi dunia yang terjadi;

serta (3) berbagai kebijakan yang telah ditetapkan dalam agenda pembangunan dapat terlaksana.