• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RANCANGAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2019"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO

RANCANGAN KEBIJAKAN UMUM

ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH PROVINSI GORONTALO

TAHUN 2019

TIM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH (TAPD)

PROVINSI GORONTALO

(2)

i DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

BAB I PENDAHULUAN I.1

1.1. LATAR BELAKANG I.1

1.2. TUJUAN I.2

1.3. DASAR HUKUM I.3

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO PROVINSI GORONTALO II.1 2.1. PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH II.1 2.2 RENCANA TARGET EKONOMI MAKRO PADA II. 9

TAHUN PERENCANAAN

BAB III ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RAPBD TAHUN 2019 III.1

3.1 ASUMSI DASAR YANG DIGUNAKAN DALAM APBN III.1 3.2 ASUMSI YANG DIGUNAKAN DALAM APBD III.4

3.4 LAIN-LAIN ASUMSI (KEBIJAKAN YANG BERKAITAN III.8 DENGAN GAJI PNS)

BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN IV.1 PEMBIAYAAN DAERAH

4.1 KABIJAKAN KEUANGAN DAERAH IV.1

4.1.1 KEBIJAKAN PERENCANAAN PENDAPATAN IV.2 DAERAH TAHUN ANGGARAN 2019

4.1.2 TARGET PENDAPATAN DAERAH , MELIPUTI PAD IV.18 DANA PERIMBANGAN DAN LAIN-LAIN

PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH

4.1.3 UPAYA-UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM IV.22 MENCAPAI TARGET PENDAPATAN

4.2 BELANJA DAERAH IV.24

4.2.1 KEBIJAKAN TERKAIT DENGAN PERENCANAAN IV.25 BELANJA DAERAH MELIPUTI TOTAL PERKIRAAN

BELANJA DAERAH

4.2.2 KEBIJAKAN BELANJA TIDAK LANGSUNG IV.31 4.2.3 KEBIJAKAN BELANJA BERDASARKAN SKPD IV.35

(3)

ii

4.3 PEMBIAYAAN DAERAH IV.43

4.3.1 KEBIJAKAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN IV.44 4.3.2 KEBIJAKAN PENGELUARAN PEMBIAYAAN IV.44

BAB V KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH V.1

5.1 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2019 V.2

5.2 ISU STRATEGIS V.6

5.3 SASARAN, STRATEGI & ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN V.12 5.4 PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH V.39

BAB VI PENUTUP VI.1

(4)

iii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

1. TABEL 2.1 PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ADHB DAN ADHK 2010 II.2 2. TABEL 2.2 PDRB SERI 2010 ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN II.3

MENURUT LAPANGAN USAHA 2013 - 2015

3. TABEL 2.3 LAJU PERTUMBUHAN DAN SUMBER PERTUMBUHAN PDRB II.4 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN DASAR 2010, TAHUN 2014-2015 4. TABEL 2.4 LAJU PERTUMBUHAN DAN SUMBER PERTUMBUHAN PDRB II.4

MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN DASAR 2010, TAHUN 2013-2015

5. TABEL 2.5 LAJU INFLASI KOTA GORONTALO DESEMBER 2015, TAHUN II.6 KALENDER 2015 DAN DESEMBER 2015 TERHADAP DESEMBER 2014

MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN

6. GRAFIK 2.6 PENDUDUK USIA 15 TAHUN KEATAS MENURUT JENIS KEGIATAN II.7 7. GRAFIK 2.7 PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA II.8

MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA 2013-2015

8. GRAFIK 2.8 PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA II.8 DI SEKTOR FORMAL-INFORMAL PROVINSI GORONTALO, 2013-2015

9. TABEL 2.9 PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA II.9 MENURUT STATUS PEKERJAAN UTAMA 2013-2015 KEGIATAN

10. TABEL 2.10 PENDUDUK YANG BEKERJA MENURUT PENDIDIKAN TERTINGGI II.10 YANG DITAMATKAN 2013-2015

11. TABEL 2.11 GARIS KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MENURUT DAERAH II.11 TAHUN 2015

12. TABEL 2.12 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI II.12 GORONTALO TAHUN 2013 - 2014

13. TABEL 2.13 PDRB PERKAPITA GORONTALO TAHUN DASAR 2010 II.13 TAHUN 2013 - 2015

14. TABEL 2.14 PERKIRAAN INDIKATOR EKONOMI MAKRO GORONTALO II.13 TAHUN 2016

15. TABEL 2.15 PROYEKSI INDIKATOR MAKRO PROVINSI GORONTALO II.14 TAHUN 2016 - 2017

16. TABEL 3.1 LAJU PERTUMBUHAN PDB MENURUT LAPANGAN USAHA III.4

(5)

iv 17. TABEL 3.2 PERKIRAAN EKONOMI MAKRO NASIONAL TAHUN 2017 III.6

18. TABEL 3.3 PROYEKSI INDIKATOR MAKRO PROVINSI GORONTALO III.7 TAHUN 2016 - 2017

19. TABEL 3.4 PERKEMBANGAN PNSD 2010 - 2016 III.7 20. TABEL 4.1 REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN SEMESTER I 2016 IV.3 21. TABEL 4.2 PERKEMBANGAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH IV.4

TAHUN 2012 - 2016

22. TABEL 4.3 KAPASITAS RIIL KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH IV.7 TAHUN 2012 - 2017

23. TABEL 4.4 TARGET PENDAPATAN DAERAH PADA APBD T.A 2016 IV.7 DAN KU-APBD T.A 2017

24. TABEL 4.5 RINGKASAN PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA APBD IV.14 2012 - 2016

25. TABEL 4.6 REALISASI ANGGARAN BELANJA SEMESTER I 2016 IV.14 26. TABEL 4.7 PERBANDINGAN KEBIJAKAN BELANJA PADA APBD IV.15

T.A 2016 DAN KU-APBD T.A 2017

27. TABEL 4.8 KEBIJAKAN UMUM BELANJA PER SKPD TAHUN 2017 IV.19 28. TABEL 4.9 KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH PADA KU-APBD IV.20

TAHUN 2017

29. TABEL 4.10 KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN IV.21 DAERAH PADA KU-APBD TAHUN 2017

30. TABEL 5.1 HUBUNGAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN RPJMD V.4 PROVINSI GORONTALO 2012 - 2017

31. TABEL 5.2 PROGRAM PRIORITAS PROVINSI GORONTALO V.10 TAHUN 2017

32. TABEL 5.3 PROGRAM PRIORITAS NASIONAL DAN PROVINSI V.16 GORONTALO TAHUN 2017

33. TABEL 5.4 SASARAN STRATEGIS PEMBANGUNAN DAERAH V.27

(6)

I-1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2019 merupakan dokumen perencanaan yang merupakan penjabaran dari RPJMD Provinsi Gorontalo Tahun 2017-2022 dengan memperhatikan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2019.

Penyusunan RKPD tahun 2019 merupakan upaya dalam menjaga kesinambungan pembangunan terencana dan sistematis dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia secara optimal, efisien, efektif dan akuntabel dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat secara berkelanjutan.

RKPD tahun 2019 menjadi acuan perumusan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) Provinsi Gorontalo Tahun 2019 yang berisi kebijakan daerah, kondisi ekonomi makro daerah, kebijakan pendapatan, belanja, pembiayaan dan strategi pencapaiannya, yang nantinya setelah disepakati bersama dengan DPRD, menjadi pedoman penyusunan RAPBD Tahun Anggaran 2019, hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Negara yang menyebutkan bahwa kepada kepala daerah berdasarkan RKPD menyusun Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA merupakan dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja dan pembiayaan serta asumsinya yang menjadi dasar dalam periode 1 (satu) tahun sebagai landasan penyusunan RAPBD.

Berdasarkan hal tersebut, dilakukan formulasi kebijakan anggaran berkaitan dengan kapasitas fiskal, agar tahapan pembangunan dan penganggarannya dapat mencapai kinerja yang telah ditetapkan dalam satu tahun anggaran, sedangkan perencanaan operasional anggaran akan lebih ditekankan pada alokasi sumberdaya yang ada. Kebijakan pembangunan tahunan yang didukung oleh penganggaran dituangkan dalam kebijakan umum APBD (KUA), dimana kebijakan umum anggaran ini merupakan penjabaran dari RKPD.

Pada tataran operasionalnya penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUAPBD) tahun 2019 berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

(7)

I-2

Daerah sebagaimana telah disempurnakan dengan Permendagri 59 Tahun 2007 dan Permendagri 21 Tahun 2011 tentang pengelolaan keuangan daerah serta Permendagri Nomor 38 tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun 2019.

Sehingga Kebijakan Umum APBD menjadi dokumen perencanaan pembangunan yang menjembatani Peraturan Gubernur Gorontalo nomor 64 Tahun 2018 tentang RKPD Provinsi Gorontalo Tahun 2019 dengan penyusunan Rancangan APBD Provinsi Gorontalo Tahun 2019, yang meliputi :

1. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah dengan Kebijakan Pemerintah;

2. Prinsip Penyusunan APBD;

3. Kebijakan Penyusunan APBD;

4. Teknis Penyusunan APBD; dan 5. Hal-hal Khusus Lainnya.

1.2. Tujuan

Tujuan umum Penyusunan Kebijakan Umum APBD Provinsi Gorontalo Tahun 2019 adalah sebagai pedoman dalam penyusunan PPAS dan RAPBD yang selanjutnya akan dijadikan pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tahun 2019.

Tujuan khusus Kebijakan Umum Anggaran (KUA) adalah:

1. Memberikan gambaran asumsi makro ekonomi suatu daerah pada tahun tertentu;

2. Memberikan gambaran umum kemampuan fiskal yang terukur;

3. Prinsip-prinsip keuangan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam kerangka jangka menengah yang akan dilakukan Pemerintah Provinsi Gorontalo; dan

4. Pedoman tanggungjawab keuangan dari Pengguna Anggaran pada saat menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD).

(8)

I-3 1.3 Dasar Hukum

Dasar hukum yang mengatur sistem, mekanisme, proses, dan prosedur penyusunan KUA pada khususnya serta perencanaan dan penganggaran daerah adalah :

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4135) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 05, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 90);

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2019;

(9)

I-4

8. Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

9. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Gorontalo;

10. Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Gorontalo 2007 – 2025;

11. Peraturan Gubernur Gorontalo Nomor 64 Tahun 2018 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2019.

(10)

II-1 BAB II

KERANGKA EKONOMI MAKRO PROVINSI GORONTALO

2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah

Perekonomian Gorontalo tahun 2017 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 34.547,56 miliar dan PDRB per kapita mencapai Rp.29,57 juta atau US$ 2.209,59.

Ekonomi Gorontalo tahun 2017 tumbuh 6,74 persen lebih cepat dibanding tahun 2016 yang sebesar 6,52 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 16,28 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 9,00 persen.

Ekonomi Gorontalo triwulan IV-2017 terhadap triwulan IV2016 tumbuh sebesar 7,82 persen (y-on-y), lebih cepat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 7,02 persen.

Ekonomi Gorontalo triwulan IV-2017 dibandingkan dengan triwulan III-2017 mengalami kontraksi 0,98 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, penurunan disebabkan oleh kontraksi pada Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar minus 8,03 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran penurunan disebabkan oleh kontraksi pada Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar sebesar minus 35,38 persen.

Struktur ekonomi Gorontalo tahun 2017 dari sisi produksi didominasi oleh Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan kontribusi sebesar 38,01 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran didominasi oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dengan kontribusi sebesar 61,43 persen.

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Gorontalo tahun 2017, Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 3,30 persen, diikuti kategori Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 1,02 persen; dan Kategori Jasa Keuangan sebesar 0,41 persen.

(11)

II-2

Tabel 3.1

Nilai PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2016 & 2017 (Tahun Dasar 2010)

Lapangan Usaha

Harga Berlaku Harga Konstan

Triw IV- 2016

Triw III- 2017

Triw IV- 2017

Triw IV- 2016

Triw III- 2017

Triw IV- 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

A Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan

2.876,54 3.493,15 3.241,57 2.072,43 2.473,99 2.275,34

B Pertambangan dan Penggalian 102,13 101,36 106,66 78,37 78,57 81,37

C Industri Pengolahan 337,40 359,16 373,98 236,92 247,36 253,22

D Pengadaan Listrik dan Gas 3,84 3,66 4,34 5,03 4,60 5,14

E Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah & Daur Ulang

4,56 5,25 5,31 3,21 3,69 3,73

F Konstruksi 1.009,38 1.005,97 1.084,62 746,79 737,73 787,72

G Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

895,93 1.028,71 1.019,69 641,07 704,28 702,92

H Transportasi dan Pergudangan 503,67 533,95 533,27 359,11 378,20 378,80

I Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum

189,10 209,11 212,04 136,98 147,80 149,40

J Informasi dan Komunikasi 215,18 233,06 235,00 184,59 198,32 199,72

K Jasa Keuangan dan Asuransi 356,26 386,01 408,91 258,57 262,19 287,94

L Real Estate 159,35 166,03 169,07 119,12 122,59 124,59

M,N Jasa Perusahaan 8,02 8,49 8,59 5,77 6,04 6,09

O Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib

615,09 594,25 624,47 501,88 484,03 508,02

P Jasa Pendidikan 339,23 370,24 388,71 255,00 268,33 278,90

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial

290,99 308,43 323,19 220,21 231,46 242,13

R,S, T,U

Jasa lainnya 132,98 138,51 140,37 104,64 107,50 108,60

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

8.039,65 8.927,54 8.879,79 5.929,67 6.456,67 6.393,64

Sumber: Badan Pusat Statistik Gorontalo, 2018

Tabel 3.2

Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2010

Tahun 2017 (persen)

Lapangan Usaha

Tw. IV-2017 terhadap

Tw. III- 2017

Triw IV- 2017 Terhadap

Triw IV 2016

Kumulatif Tw.

IV-2017 terhadap Kumulatif Tw.

IV-2016

Sumber Pertumbuha

n Tw. IV- 2017 (y-on-y)

(1) (2) (3) (4) (5)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan -8,03 9,79 9,09 3,42

B Pertambangan dan Penggalian 3,56 3,84 4,71 0,05

C Industri Pengolahan 2,37 6,88 3,46 0,27

D Pengadaan Listrik dan Gas 11,76 2,24 8,48 0,00

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang

1,08 16,20 16,28 0,01

F Konstruksi 6,78 5,48 2,48 0,69

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor

-0,19 9,65 9,59 1,04

H Transportasi dan Pergudangan 0,16 5,48 5,32 0,33

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,08 9,07 10,62 0,21

J Informasi dan Komunikasi 0,71 8,20 10,57 0,26

K Jasa Keuangan dan Asuransi 9,82 11,36 9,87 0,50

L Real Estate 1,63 4,59 5,32 0,09

M,N Jasa Perusahaan 0,91 5,64 5,51 0,01

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib

4,96 1,22 0,09 0,10

P Jasa Pendidikan 3,94 9,37 6,21 0,40

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,61 9,96 4,94 0,37

R,S,T,U Jasa lainnya 1,02 3,79 3,54 0,07

(12)

II-3

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) -0,98 7,82 6,74 7,82

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo, 2018

Peningkatan kesejahteraan masyarakat secara makro dapat digambarkan dengan indikator pendapatan per kapita atau percapita income. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah, maka tingkat kesejahteraan di wilayah yang bersangkutan bertambah baik. Dengan asumsi bahwa pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir keluar sama dengan pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk, maka pendapatan regional sama besar dengan PDRB perkapita. Asumsi ini, digunakan karena sulitnya untuk mendapatkan data pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk dan keluar. Namun peningkatan PDRB perkapita sebagaimana tabel 3.3 dibawah belum menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat Gorontalo secara umum. Hal ini disebabkan karena PDRB perkapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku masih terkandung faktor inflasi.

Tabel 3.3

PDRB Perkapita Gorontalo Tahun Dasar 2010 Tahun 2016-2017

PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku

2015 2016

- Nilai Rupiah 27.548.733,71 29.573.580,86

- Nilai US$ 2.070,91 2.209,59

Sumber: Bappeda Provinsi Gorontalo

Inflasi, Perkembangan harga berbagai komoditas pada bulan Desember 2017 secara umum menunjukkan adanya kenaikan, yang ditunjukkan dengan naiknya Indeks Harga Konsumen dari 126,08 pada Bulan November 2017 menjadi 127,07 paa Desember 2017, perubahan ini menyebabkan inflasi sebesar 0,79 persen.

Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Gorontalo, Laju inflasi tahun kalender sebesar 4,34 persen dan laju inflasi “year on year” (Desember 2017 terhadap Desember 2016) sebesar 4,34 persen

Inflasi Kota Gorontalo menjadi barometer inflasi yang terjadi di Provinsi Gorontalo. Inflasi Kota Gorontalo terjadi karena adanya kenaikan indeks di semua enam kelompok pengeluaran dan satu kelompok pengeluaran tidak mengalami perubahan indeks. Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks yaitu kelompok bahan makanan sebesar 2,48 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,14 persen, kelompok perumahan, air,

(13)

II-4

listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,31 persen, kelompok sandang sebesar 0,39 persen, kelompok kesehatan sebesar 1,25 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,03 persen. Kelompok yang tidak mengalami perubahan harga adalah kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan.

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan Desember 2017 antara lain daging ayam kampung, daging ayam ras, ayam nuggets, baronang, bubara, cakalang/sisik, ekor kuning, kakap merah, kembung/gembung/banyar/gembolo/aso-aso, layang/benggol, malalugis/ sohiri, mujair, nia, selar/tude, tuna, udang basah, galafea, teri, susu kental manis, susu untuk bayi, telur ayam ras, kacang panjang, ketimun, kol putih/kubis, terong panjang, tomat sayur, wortel, nanas, bawang merah, bawang putih, kecap (isi), lada/merica, kunyit, biskuit, air kemasan, cat tembok, keramik, semen, bahan bakar rumah tangga, kipas angin, sabun cair/cuci piring, sabun 3 detergen bubuk/cair, baju kaos berkerah laki-laki, celana panjang katun laki-laki, celana pendek laki-laki, jaket laki-laki, kemeja panjang katun laki-laki, kemeja pendek katun laki-laki, sarung katun, baju muslim laki-laki, baju muslim wanita, celana panjang jeans wanita, celana panjang katun wanita, daster, gaun/terusan, celana pendek anak-anak, baju kaos tanpa kerah/tshirt anak-anak, kemeja pendek anak-anak, baju muslim anak-anak, kaos kaki, baju anak stelan, handuk, jam tangan, kaca mata, tas tangan wanita, obat dengan resep, obat gosok, bedak, pelembab, bimbingan belajar, kertas hvs, flash disk, bahan pelumas/oli, bensin, dan helm.

Tabel 3.4

Laju Inflasi Kota Gorontalo Desember 2017, Tahun Kalender 2017 dan Desember 2017 Terhadap Desember 2016 menurut Kelompok

Pengeluaran (2012 = 100)

No Kelompok / Sub kelompok

IHK Desember

IHK Novembe

r

IHK Desember

Inflasi Desember

’17 (P to P)

Laju Inflasi Thn kalende

r

Y o Y

2016 2017 2017 1) 2) 3)

1 2 3 4 5 6 7 8

UMUM 121,78 126,08 127,07 0,79 4,34 4,34

1 Bahan Makanan 127,98 132,99 136,29 2,48 6,49 6,49

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

128,86 131,86 132,05 0,14 2,48 2,48

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan

116,12 121,04 121,42 0,31 4,56 4,56

(14)

II-5

Bakar

4 Sandang 113,53 115,86 116,31 0,39 2,45 2,45

5 Kesehatan 120,69 126,19 127,77 1,25 5,87 5,87

6 Pendidikan Rekreasi dan Olahraga

109,01 111,95 111,98 0,03 2,72 2,72

7 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan

123,17 127,38 127,38 0,00 3,42 3,42

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo

1) Inflasi Point to Point (P to P) - Perubahan Indeks Desember 2016 terhadap Indeks November 2017 2) Laju Inflasi / Inflasi Tahun kalender - Perubahan Indeks Desember 2017 terhadap Indeks Desember 2016 3) Inflasi Year on Year (Y on Y) - Perubahan Indeks Desember 2017 terhadap Indeks Desember 2016

Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga selama bulan Desember 2017 antara lain: beras jagung, mie kering instan, tepung terigu, cumi-cumi, deho, ikan asin belah, susu untuk balita, telur ayam kampong, daun bawang, kangkung, kentang, sawi hijau, kacang tanah, kacang hijau, apel,jeruk nipis/limau, kemiri, cabai merah, cabai rawit, jahe, minyak goreng, gula pasir, kayu lapis, magic com, kompor, bahan kemeja batik laki-laki, celana panjang jeans laki-laki, baju kaos tanpa kerah laki-laki, kemeja panjang batik laki-laki, baju kaos berkerah wanita, bh katun, blus, celana dalam wanita, baju kaos berkerah anak-anak, pakaian bayi, popok bayi, emas perhiasaan, tas, obat batuk, angkutan udara, telepon seluler, accu, dan ban dalam motor. Pada bulan Desember 2016 masing-masing kelompok komoditas yang memberikan andil/

sumbangan inflasi adalah sebagai berikut : kelompok bahan makanan sebesar 0,2821 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,0175 persen, kelompok perumahanm air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,0848 persen, kelompok sandang sebesar -0,0056 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,0069 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,0029 persen, dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,0835 persen.

Selain pendapatan perkapita dan perubahan inflasi, saat ini Indeks Gini atau Gini Ratio telah menjadi salah satu aspek yang bisa menunjukkan tingkat kemakmuran masyarakat. Indeks Gini adalah indikator yang mengindikasikan berapa besar tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat. Kesenjangan pendapatan tersebut dapat terjadi diantaranya karena ketimpangan pembangunan antar wilayah yang disebabkan perbedaan kandungan sumber daya alam, perbedaan kondisi demografis, kurang lancarnya mobilitas barang, jasa, dan tenaga kerja, terkonsentrasinya kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu sehingga mengurangi pemerataan modal, maupun tingkat perekonomian disuatu wilayah.

(15)

II-6

Indeks Gini Provinsi Gorontalo selama empat tahun terakhir masih berada pada kisaran 0,40 s/d 0,42. Tahun 2016 indeks gini ratio sebesar 0,42, dan tahun 2017 turun pada posisi 0,41. Koefisien gini dibagi menjadi tiga indikator, yakni kurang dari 0,3 persen menunjukkan ketimpangan rendah, antara 0,3 sampai 0,5 persen menunjukkan ketimpangan menengah, dan lebih dari 0,5 persen menunjukkan ketimpangan tinggi. Statistik menunjukkan bahwa indeks gini Provinsi Gorontalo berada pada level menengah.

Gambaran kondisi sosial masyarakat di Gorontalo juga dapat dilihat dari kondisi ketenagakerjaan dan kemiskinan.

Pengangguran, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2017 mencapai 4,28 persen (dari angkatan kerja), meningkat dibandingkan Februari 2017 sebesar 3,65 persen, dan TPT Agustus 2016 sebesar 2,76 persen.

Sementara Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Gorontalo pada Agustus 2017 sebanyak 547.766 orang, turun sebesar 42.297 orang dibanding Februari 2017 (semester lalu) dan turun 14.430 orang dibanding Agustus 2016 (setahun yang lalu). Uraian jelas mengenai pengangguran di Provinsi Gorontalo digambarkan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3.5

Penduduk Provinsi Gorontalo Berumur 15 tahun keatas menurut Jenis kegiatan

Kegiatan Utama 2016 2017

Februari Agustus Februari Agustus

Angkatan Kerja 563.402 562.196 590.063 547.766

Bekerja 541.549 546.668 568.539 524.316

Pengangguran 21.853 15.528 21.524 23.450

Bukan Angkatan Kerja 257.849 265.935 247.635 297.798

Sekolah 79.484 75.928 67.289 76.421

Mengurus Rmah Tangga 152.535 168.119 154.776 191.902

Lainnya 25.830 21.888 25.570 29.475

Total Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas

821.251 828.131 837.698 845.564

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

3,88 2,76 3,65 4,28

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

68,60 67,89 70,44 64,78

Pekerja Tidak Penuh 147.329 140.344 139.239 140.242

Sumber: BPS Provinsi Gorontalo

Kemiskinan, Persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo September tahun 2017 sebesar 17,14 persen menurun dibandingkan persentase penduduk miskin Maret 2017 sebesar 17,65 persen, dan september 2016 sebesar 17,63.

Jumlah penduduk miskin September 2017 di Provinsi Gorontalo sebanyak 200,91

(16)

II-7

ribu jiwa, sementara jumlah penduduk miskin Maret 2017 sebanyak 205,37 ribu jiwa. Dengan demikian jumlah penduduk Miskin di Provinsi Gorontalo selama periode Maret 2017-September 2017 berkurang sebanyak sebanyak 4.463 jiwa Penduduk miskin di Provinsi Gorontalo pada September 2017 sebagian besar masih tinggal di perdesaan yaitu sebesar 89,43 persen dan sisanya 10,57 persen tinggal di wilayah perkotaan dari total jumlah penduduk miskin.

Tabel 2.12

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Gorontalo tahun 2017 Tahun

Indikator Persentase Penduduk

(%)

Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) Perkotaan

- Maret 2017 5,64 23,87

- September 2017 4,90 21,23

- Perubahan -0,74 -2,64

Perdesaan

- Maret 2017 24,52 181,50

- September 2017 24,29 179,68

- Perubahan -0,23 -1,82

Kota+Desa

- Maret 2017 17,65 205,37

- September 2017 17,14 200,91

- Perubahan -0,51 -4,46

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo, 2018

Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo pada Maret 2017 sebesar Rp296.730 per kapita per bulan dan pada September 2017 menjadi Rp307.707 per kapita per bulan, yang berarti naik sebesar Rp10.977 per kapita per bulan, atau naik sebesar 3,70 persen.

Pada September 2017, GKM untuk wilayah perkotaan sebesar Rp233.999 dan perdesaan sebesar Rp242.180. Di sini terlihat bahwa pola konsumsi makanan di perdesaan jauh lebih besar dibandingkan di perkotaan. Sedangkan bila diperhatikan GKNM untuk wilayah perkotaan sebesar Rp78.933 dan perdesaan sebesar Rp62.173 maka terlihat bahwa di perkotaan GKNM cenderung lebih tinggi. Hal ini berarti penduduk perkotaan mempunyai pola konsumsi non makanan jauh lebih tinggi daripada penduduk perdesaan. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh kebutuhan non makanan di perkotaan seperti perumahan, kesehatan, pakaian, perlengkapan serta jasa lebih banyak dan harganya lebih tinggi dibandingkan wilayah perdesaan.

Bila dibedakan Garis Kemiskinan daerah perkotaan dan perdesaan, maka Garis Kemiskinan di perkotaan September 2017 sebesar Rp312.931 per kapita per bulan dan Garis Kemiskinan di perdesaan sebesar Rp304.353 per kapita per bulan.

(17)

II-8

Tabel 3.6

Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo menurut Daerah Tahun 2017

Uraian Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bulan)

Makanan Bukan Makanan Total

Perkotaan

Maret 2017 221.124 77.368 298.492

September 2017 233.999 78.933 312.931

Perubahan (%) 5,82 2,02 4,84

Perdesaan

Maret 2017 233.543 61.514 295.057

September 2017 242.180 62.173 304.353

Perubahan (%) 3,70 1,07 3,15

Kota+Desa

Maret 2017 229.466 67.265 296.730

September 2017 239.329 68.377 307.707

4,30 1,65 3,70

Sumber: BPS Provinsi Gorontalo

Selain indikator kemiskinan dalam bentuk persentase dan jumlah penduduk miskin yang dijadikan sebagai dasar pengukuran kemiskinan, sebenarnya terdapat dimensi lain atau indikator lain dari kemiskinan itu sendiri, yaitu Tingkat Kedalaman Kemiskinan dan Tingkat Keparahan Kemiskinan yang disajikan dalam bentuk Indeks.

Periode Maret-September 2017 terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 17,65 persen menjadi 17,14 persen. Penurunan ini juga diikuti dengan berkurangnya jarak antara rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Dapat dilihat bahwa Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) sebesar 3,306 pada September 2017, yang sebelumnya pada Maret 2017 sebesar 3,681. Kondisi ini menggambarkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin dekat selisihnya dengan garis kemiskinan. Selain itu, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Gorontalo terjadi penurunan dari 1,010 pada Maret 2017 menjadi 0,847 pada September 2017. Hal ini menandakan bahwa ketimpangan (gap) pengeluaran antara penduduk miskin itu sendiri semakin kecil.

Tabel 3.7

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi Gorontalo Tahun 2017

Indikator Maret

2017

September 2017

Perubahan (Mar’17- Sept’17)

(1) (2) (3) (4)

Indeks Kedalaman Kemiskinan 3,681 3,306 -0,375

(18)

II-9 (P1)

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

1.010 0,847 -0,163

Sumber: BPS Provinsi Gorontalo

Berdasarkan kondisi perekonomian Gorontalo ditahun 2017 masih menunjukkan peningkatan yang baik, tumbuh lebih cepat dibanding tahun 2017 dan masih berada diatas capaian pertumbuhan ekonomi secara nasional, maka perkiraan kondisi indikator perekonomian Gorontalo pada tahun 2017 diuraikan dalam tabel 3.8 dibawah ini.

Tabel 3.8

Perkiraan Indikator Ekonomi Makro Gorontalo Tahun 2018

No Indikator Perkiraan capaian tahun 2018

1. Pertumbuhan Ekonomi 7,18 %

2. Inflasi 3,80 %

3. Penduduk miskin 16,59 %

4. Tingkat pengangguran terbuka 3,65 %

5. PDRB per kapita ADHB (Juta Rp) 30,57

Sumber : Bappeda Provinsi Gorontalo, (diolah)

2.2 Rencana target ekonomi makro pada tahun perencanaan.

Perekonomian Gorontalo pada triwulan I-2018 terhadap triwulan I-2017 (y-on-y) tumbuh 6,19 persen. Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha.

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang merupakan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi mencapai 13,73 persen, diikuti oleh Jasa Keuangan dan Asuransi mencapai 13,48 persen, dan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor mencapai 10,62 persen.

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Gorontalo Triwulan I tahun 2018 (y-on-y), Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,64 persen; diikuti kategori Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 1,11 persen;

dan Kategori Jasa Keuangan sebesar 0,56 persen.

Struktur PDRB Gorontalo menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku Triwulan I-2018 masih didominasi oleh tiga lapangan usaha utama, yaitu:

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (39,36 persen); Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor (11,37 persen); serta Konstruksi (10,79 persen).

(19)

II-10

Memasuki triwulan II 2018, perkembangan berbagai indikator terkini mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi Gorontalo yang mengalami perbaikan. Peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian seiring dimulainya musim panen di akhir triwulan II 2018 dan realisasi gaji keempatbelas di awal triwulan II 2018 diperkirakan menjadi faktor pendorong peningkatan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya meningkatnya kinerja sektor konsumsi rumah tangga dan kinerja lapangan usaha perdagangan seiring adanya perayaan hari raya keagamaan (Idul Fitri dan Idul Adha) dan dimulainya tahun ajaran baru anak sekolah tahun ajaran 2018 Selanjutnya, percepatan realisasi belanja pemerintah terutama belanja modal dan belanja barang dan jasa diperkirakan akan meningkatan kinerja sektor konstruksi seiring dengan telah selesainya proses pengadaan barang dan jasa serta dimulainya pelaksanaan pekerjaan proyek infrastruktur di Provinsi Gorontalo.

Disamping itu, dengan kondisi dan dinamika nasional yang diyakini makin kuat serta mulai membaiknya perekonomian global beberapa tahun terakhir ini, secara makro pada tahun 2017 - 2018 prospek pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo di prediksi masih dalam kondisi baik, berdasarkan hal tersebut, maka indikator makro ekonomi Gorontalo diproyeksikan sebagai berikut :

Tabel. 3.9

Proyeksi Indikator Makro Provinsi Gorontalo 2017 - 2018

Indikator Proyeksi

2017 2018

Pertumbuhan Ekonomi 7.18% 7.19%

Kemiskinan 16,59% 16,09%

Tingkat Pengangguran Terbuka 3,65% 3,44%

PDRB Perkapita (Juta Rp) 30,57 32,90

Inflasi 3,80% 3,67%

Sumber : RPJMD Provinsi Gorontalo 2017-2022

Kedepan Provinsi Gorontalo akan fokus pada kebijakan pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk membuat struktur ekonomi yang kuat agar terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat, mengupayakan pembangunan yang inklusif agar kesejahteraan lebih merata dan lebih berkeadilan, sehingga pertumbuhan ekonomi yang tercipta terjadi secara berkelanjutan. Penguatan ekonomi tersebut akan diupayakan melalui penguatan sektor primer dan mendorong industrialisasi pengolahan di berbagai wilayah sesuai

(20)

II-11

keunggulan wilayah juga modernisasi sektor jasa yang didukung oleh ketersediaan layanan infrastruktur yang memadai. Pertumbuhan tersebut harus bersifat inklusif, antara lain dengan penguatan peranan UKM yang lebih besar, peningkatan jumlah kesempatan kerja, khususnya tenaga kerja produktif (decent jobs), dan berkembangnya akses keuangan ke masyarakat (financial inclusion). Selanjutnya ketahanan ekonomi juga dibangun di samping terus menjaga stabilitas makro juga dengan terus membangun ketahanan pangan dan ketahanan air serta meningkatkan sector pariwisata dan mendorong masuknya investasi.

(21)

III-1 BAB III

ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RAPBD TAHUN 2019

3.1 Asumsi dasar yang digunakan dalam APBN

Global, Bank Dunia memproyeksikan Pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan naik dari 3,8 persen pada 2017 menjadi 3,9 persen pada 2018. Momentum positif perbaikan perekonomian didorong oleh pemulihan perdagangan global, aktivitas investasi, serta terjadi merata baik di negara maju maupun di negara berkembang.

Menurut laporan terbaru Global Economic Prospects, Pertumbuhan lebih banyak didorong oleh perekonomian negara berkembang, khususnya negara-negara pengekspor komoditi. Laju pertumbuhan ekonomi untuk kelompok negara ini akan naik menjadi 4,5 persen pada 2018 dan rata-rata 4,7 persen pada 2019 dan 2020. Sebaliknya, pertumbuhan di negara-negara maju diproyeksikan akan melambat menjadi 2,2 persen pada 2018, dari 2,3 persen tahun lalu karena bank sentral di negara-negara tersebut akan bertahap mencabut bantuan setelah masa krisis dan investasi mulai melandai. Bank Dunia memperkirakan harga minyak dunia akan berkisar 58 dolar per barel 2018, merangkak naik menjadi 59 dolar per barel 2019.

Kondisi keuangan global masih cukup akomodatif meskipun diwarnai oleh proses penyesuaian harga aset sejalan dengan proses normalisasi kebijakan moneter negara maju, tensi perdagangan dan ketegangan geopolitik yang berpotensi memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Semakin terbukanya ekonomi Negara-negara di dunia menyebabkan perubahan- perubahan yang terjadi di suatu kawasan regional maupun global akan mempengaruhi keragaan ekonomi domestik negara-negara tersebut. Hal ini didukung oleh semakin lancar dan efisiennya fasilitas transportasi dan informasi yang memperlancar hubungan antar Negara. Dengan demikian, perubahan perekonomian di suatu kawasan dapat dengan mudah mempengaruhi perubahan kondisi ekonomi suatu negara, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Secara langsung melalui perubahan posisi neraca perdagangan dan keuangan karena aliran barang, jasa dan uang. Secara tidak langsung melalui perubahan permintaan dan penawaran suatu barang, jasa, dan uang yang akan mempengaruhi faktor-faktor produksi, konsumsi dan kelembagaan. Selain itu

(22)

III-2

satu perkembangan yang perlu diantisipasi adalah pesatnya tingkat hutang swasta di beberapa Negara berkembang. Saat tren pinjaman melonjak, tidak mengherankan jika tingkat pinjaman macet, sebagai bagian naiknya pinjaman sebanyak empat kali lipat.

Negara-negara dikawasan Asia Timur dan Tenggara Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan turun menjadi 6,2 persen pada tahun 2018 dari sekitar 6,4 persen pada tahun 2017. Perlambatan struktural di Tiongkok terlihat mengimbangi kenaikan siklis sederhana di wilayah lainnya. Risiko terhadap prospek menjadi lebih seimbang. Pada sisi negatifnya, meningkatnya tekanan geopolitik, meningkatnya proteksionisme global, pengetatan kondisi keuangan global yang tiba-tiba mendadak, dan perlambatan yang lebih tajam dari perkiraan di negara-negara besar, termasuk Tiongkok, menimbulkan risiko penurunan pada prospek regional. Pertumbuhan di Tiongkok diperkirakan akan mencapai 6,4 persen pada 2018 dari 6,8 persen pada 2017.

Prospek pertumbuhan yang dinilai belum stabil ini akan memperlambat, dan atau bahkan memutar balik kemajuan yang telah dicapai. Namun demikian, beberapa negara berkembang pengimpor komoditas mampu mempertahankan stabilitas dan pertumbuhan. Perbaikan harga komoditas dan peningkatan harga minyak dunia diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi sejumlah negara-negara yang selama ini mengandalkan komoditas untuk tumbuh, termasuk bagi Indonesia.

Ekonomi Nasional, Ekonomi Indonesia tahun 2017 tumbuh 5,07 persen lebih tinggi dibanding capaian tahun 2016 sebesar 5,03 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 9,81 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 9,09 persen.

Realisasi pertumbuhan ekonomi tahun ini, diperkirakan meleset dari target atau hanya tumbuh 5,07% dari target yang ditetapkan sebesar 5,4%. Namun, perbaikan sejumlah indikator makro ekonomi tahun ini bisa membawa optimisme lebih bagi para pelaku usaha ditahun 2018 dan 2019.

Pada tahun ini, pemerintah memperkirakan konsumsi masyarakat tumbuh lebih baik, seiring dengan inflasi yang cukup rendah, aktivitas pilkada dan persiapan pemilu 2019, serta perubahan pola belanja masyarakat ke belanja aktivitas rekreasi.

(23)

III-3

Selain itu, hal ini ditambah dengan hadirnya perhelatan Asian Games dan Annual Meeting IMF - World Bank. Dengan rangkaian acara tersebut, maka Menkeu memperkirakan konsumsi masyarakat pada tahun ini bisa tumbuh di atas 5%.

Dari sisi investasi, pemerintah memperkirakan masih bisa tumbuh stabil di angka 5%. Optimisme tersebut sejalan dengan pembangunan program infrastruktur, dan perbaikan iklim usaha yang akan dituangkan pemerintah dalam rangkaian paket-paket kebijakan.

Sementara dari kinerja ekspor dan impor tahun ini, diperkirakan bisa terus berlanjut. Proyeksi ini sejalan dengan membaiknya perekonomian negara mitra dagang utama, didukung perbaikan kapasitas produksi dan sistem logistik nasional. Fokus pemerintah bagaimana menjaga momentum perbaikan ekspor dan investment tetap terjaga.

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia Tahun 2017, Komponen PK-RT merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017, yakni sebesar 2,69 persen, diikuti oleh Komponen PMTB sebesar 1,98 persen.

Berdasarkan asumsi dasar ekonomi makro APBN 2019, Pemerintah menargetkan Pertumbuhan Ekonomi 2019 sebesar 5,3 persen dengan mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi serta memperluas jangkauan untuk pertumbuhan di kawasan timur Indonesia, kawasan perbatasan, dan daerah- daerah lain yang masih tertinggal.

Inflasi pada tahun 2019 akan djaga pada angka 5,3 persen. Untuk mencapai target tersebut, maka pemerintah mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga, meningkatkan investasi, dan mendorong ekspor.

Tingkat Suku Bunga SPN 3 bulan tahun 2019 diperkirakan rata-rata 5,3 persen.

Nilai tukar rupiah, Pemerintah menargetkan pada tahun 2019 Nilai tukar rupiah naik daripada asumsi makro ekonomi APBN 2018 yakni Rp. 13.400 per dollar AS.

Harga Minyak Mentah Indonesia atau Indonesia Crude Oil Price (ICP) pada tahun 2019 diperkirakan rata-rata 70 dollar AS per barrel. Target ICP itu seiring dengan dinamika harga minyak mentah dunia yang semakin sulit diprediksi.

Beberapa factor yang diperkirakan akan mempengaruhi harga minyak mentah dunia dan ICP pada 2019, yaitu kondisi geopolitik global, peningkatan permintaan seiring pemulihan ekonomi global, dan penggunaan energy alternative.

(24)

III-4

Lifting minyak dan gas pada tahun 2019 diperkirakan mencapai rata-rata 750.000 barrel per hari. Sementara lifting gas bumi diperkirakan rata-rata 1.250.000 barrel setara minyak per hari. Perkiraan tingkat lifting tersebut berdasarkan kapasitas produksi dan tingkat penurunan alamiah lapangan- lapangan migas yang ada, penambahan proyek yang akan segera beroperasi, serta rencana kegiatan produksi 2019.

Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada tahun 2017 masih didominasi kelompok Provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 58,49 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,66 persen, Pulau Kalimantan 8,20 persen dan Pulau Sulawesi 6,11 persen, dan sisanya 5,54 persen di pulau-pulau lainnya.

Untuk mewujudkan perekonomian yang lebih mandiri, sektorsektor strategis ekonomi domestik perlu lebih digiatkan dan kedaulatan keuangan perlu diwujudkan. Langkah-langkah tersebut juga harus didukung dengan kebijakan fiskal dan moneter yang efektif. Disamping itu, perlu dibangun kedaulatan pangan, diwujudkan kedaulatan energi, dan dilakukan akselerasi industri baik untuk memenuhi kebutuhan ekspor maupun kebutuhan dalam negeri.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga harus disertai upaya- keberpihakan untuk mengurangi kesenjangan yang diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja yang pada akhirnya dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan memperkecil kesenjangan. Transformasi ekonomi melalui industrialisasi yang berkelanjutan ini menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional, yang tercermin dalam prospek ekonomi serta sasaran pembangunan Nasional dalam RPJMN 2015-2019 yang diperkirakan akan dapat tercapai dengan asumsi: (1) perekonomian dunia terus mengalami pemulihan; (2) tidak ada krisis ekonomi dunia yang terjadi;

serta (3) berbagai kebijakan yang telah ditetapkan dalam agenda pembangunan dapat terlaksana.

3.2 Asumsi Yang Digunakan Dalam APBD

Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Optimisme terhadap baiknya kinerja perekonomian Indonesia terus tumbuh. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,4 persen secara tahunan (yoy) pada tahun 2018.

(25)

III-5

Tahun 2017, Pertumbuhan ekonomi naik menjadi 5.07 persen dari 5,02 persen pada 2016, seiring dengan perbaikan ekonomi global. Rupiah yang stabil, inflasi yang rendah, turunnya angka pengangguran dan naiknya upah riil mengangkat kepercayaan konsumen dan konsumsi swasta. Sebaliknya, belanja pemerintah dan pertumbuhan investasi melambat menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi untuk 2018 secara keseluruhan. Fondasi ekonomi Indonesia tetap kokoh, didukung tingkat pertumbuhan ekonomi yang kuat, defisit neraca berjalan dan tingkat pengangguran beberapa tahun terakhir yang rendah dalam, defisit fiskal yang terjaga baik, serta inflasi yang rendah. Kemiskinan dan ketimpangan juga menurun pada tahun 2018.

Perekonomian Indonesia tahun 2017 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp13.588,8 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp51,89 juta atau US$3.876,8

Pertumbuhan PDB riil diproyeksikan naik menjadi 5,2 persen di tahun 2017, dan mencapai 5,3 persen pada 2018. Konsumsi rumah tangga diproyeksikan semakin baik dengan adanya Rupiah yang stabil, upah riil lebih tinggi dan terus menurunnya angka pengangguran. Pertumbuhan investasi swasta diproyeksikan naik seiring pulihnya harga-harga komoditas, serta dampak kemudahan moneter pada tahun 2017 dan mulai berdampaknya reformasi ekonomi belakangan ini.

Harga komoditas yang lebih tinggi juga akan mengurangi hambatan fiskal dan mengangkat belanja pemerintah, sementara pertumbuhan global yang lebih kuat akan mendorong ekspor.

Beberapa risiko bagi proyeksi pertumbuhan termasuk perubahan tak terduga dari kebijakan monter Amerika Serikat, ketidakpastian politik Eropa, inflasi domestik yang lebih tinggi dari perkiraan, serta pendapatan fiskal yang rendah.

Menghadapi berbagai tantangan dan resiko ekonomi, baik global maupun domestik, ekonomi Indonesia di tahun 2019 diperkirakan akan mampu mencapai sasaran makro sebagai berikut:

Tabel 3.2

Perkiraan Ekonomi Makro Nasional Tahun 2017 (Dalam %)

Uraian 2016

Capaian

2017 Capaian

2018 Perkiraan

2019 Perkiraan

Pertumbuhan Ekonomi 6,52 6,74 7,18 7,19

Inflasi 1,30 4,34 3,80 3,67

Pengangguran Terbuka 2,76 4,28 3,65 3,44

Kemiskinan 17,72 16,81 16,59 16,09

Sumber : RKP 2019

(26)

III-6

Ekonomi Gorontalo, Perekonomian Gorontalo triwulan I-2018 dibanding triwulan I-2017 (y-on-y) tumbuh 6,19 persen. Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang merupakan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi mencapai 13,73 persen, diikuti oleh Jasa Keuangan dan Asuransi mencapai 13,48 persen, dan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor mencapai 10,62 persen. Terjaganya kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, serta lapangan usaha perdagangan, seiring masuknya musim panen raya di triwulan I 2017 dan meningkatnya permintaan masyarakat turut mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2017.

Melihat perkembangan terkini, pertumbuhan ekonomi Gorontalo triwulan II 2018 diperkirakan relatif terjaga yang didorong oleh meningkatnya permintaan domestik yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan konsumsi LPNRT seiring masuknya bulan puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, serta adanya peningkatan penghasilan masyarakat pasca panen raya diperiode sebelumnya. Selain itu, adanya rencana investasi oleh swasta terkait dengan pembangunan infrastruktur. Dari sisi penawaran, terjaganya pertumbuhan ekonomi didorong oleh akselerasi kinerja lapangan usaha perdagangan dan transportasi, namun disisi lain terdapat potensi perlambatan kinerja lapangan usaha pertanian seiring masuknya musim tanam lahan pertanian di triwulan II 2018.

Inflasi. Inflasi Provinsi Gorontalo pada triwulan I 2018 sebesar 2,83 persen (y on y) mengalami peningkatan dibanding triwulan I Tahun sebelumnya 1,30%

(yoy). Realisasi inflasi tersebut masih lebih rendah dibandingkan tingkat Nasional yang tercatat sebesar 3,40% (yoy). Namun jika diperhatikan inflasi tahun kalender, pada triwulan I 2017 tercatat sebesar 0,17% (yoy), lebih rendah dari tingkat inflasi tahun kalender pada periode yang sama dalam 3 tahun terakhir.

Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan I 2018 terutama didorong oleh meningkatnya inflasi kelompok bahan makanan bergejolak (volatile food) akibat terbatasnya pasokan beberapa komoditas pangan strategis, serta pengaruh pembentukan harga pada tingkat nasional yang lebih tinggi. Selain itu, peningkatan tekanan inflasi juga didorong oleh naiknya beberapa tarif seperti tarif listrik, bahan bakar minyak, biaya perpanjangan STNK dan juga besaran

(27)

III-7

cukai rokok. Disisi lain, untuk inflasi inti pada triwulan I 2018 tercatat cukup terjaga dan cenderung menurun seiring masih terbatasnya permintaan domestik dan terkendalinya ekspektasi inflasi di masyarakat.

Memasuki triwulan II 2018, tekanan inflasi Gorontalo mengalami penurunan, khusunya pada bulan April 2017, bahkan mengalami deflasi sebesar -0,12 persen, namun kemudian mengalami peningkatan memasuki bulan Mei dan diperkirakan akan semakin meningkat yang pada puncaknya di bulan Juni 2018.

Potensi peningkatan tekanan inflasi di triwulan II 2018 terutama disebabkan oleh peningkatan permintaan masyarakat pada bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri. Berbagai upaya pengendalian inflasi telah dilakukan oleh TPID dan Pemerintah Daerah untuk menjaga stabilitas harga serta memitigasi berbagai potensi risiko kenaikan harga yang diperkirakan akan terjadi di akhir tahun.

Upaya stabilisasi tersebut diharapkan dapat menjaga tingkat inflasi Gorontalo sesuai dengan target inflasi Nasional 4% ± 1% pada akhir tahun 2018.

Pada triwulan I 2018, risiko kerentanan sektor korporasi mengalami peningkatan sebagaimana tercermin pada melambatnya pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja korporasi di sektor pertanian dan perdagangan. Sementara itu, ditengah membaiknya pendapatan masyarakat seiring adanya panen raya dan meningkatnya permintaan kredit dari sektor rumah tangga di triwulan I 2018, tidak diimbangi oleh membaiknya risiko kerentanan sektor rumah tangga sebagaimana terlihat pada meningkatnya risiko kredit yang ditandai dengan meningkatnya rasio non performing loans (NPLs).

Sedangkan terkait sistem pembayaran, sejalan dengan meningkatnya kegiatan ekonomi pada triwulan I 2018, transaksi pembayaran tunai maupun non tunai mengalami peningkatan dibandingkan triwulan IV 2017. Pada transaksi pembayaran tunai, peningkatan terjadi transaksi inflow didorong oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2018. Selain itu, transaksi pembayaran non tunai yang melalui Kliring untuk wilayah Provinsi Gorontalo pada triwulan I 2018 juga mengalami peningkatan.

Pertumbuhan ekonomi Gorontalo pada triwulan III 2018 diperkirakan akan tumbuh melambat dari triwulan sebelumnya dengan tingkat pertumbuhan pada kisaran 6,5% - 6,9%. Sumber utama perlambatan ekonomi diperkirakan

(28)

III-8

bersumber dari penurunan kinerja permintaan domestik ditengah adanya perbaikan kinerja investasi dan ekspor. Sedangkan dari sisi penawaran, lapangan usaha perdagangan dan lapangan usaha administrasi pemerintahan, diperkirakan akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi pasca perayaan Idul Fitri di periode sebelumya. Namun, perlambatan pertumbuhan tersebut diperkirakan dapat ditahan oleh meningkatnya kinerja lapangan usaha pertanian dan lapangan usaha konstruksi pada triwulan III 2018.

Tekanan Inflasi Gorontalo pada triwulan III 2018 diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya dan masih dalam kisaran target inflasi nasional sebesar 4% ± 1% (yoy). Kembali normalnya permintaan masyarakat pasca event tahunan yaitu bulan puasa Ramadhan dan Idul Fitri, serta terjaganya pasokan komoditas pangan strategis akan menjadi pendorong utama penurunan tekanan inflasi pada triwulan III 2018.

Melihat prospek kedepan, kinerja perekonomian Gorontalo untuk keseluruhan tahun 2018 diperkirakan lebih membaik. Sumber utama peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018 berasal dari masih kuatnya permintaan domestik dan perbaikan ekspor. Walaupun adanya risiko terkait keterbatasan anggaran pemerintah serta terbatasnya proyek infrastruktur baru di tahun 2018.

Sementara itu, tingkat inflasi pada tahun 2018 diperkirakan cenderung meningkat dibandingkan tahun 2017. Berbagai risiko peningkatan tekanan inflasi yang bersumber pada kebijakan pemerintah, harus diredam dengan pengendalian inflasi pada kelompok volatile food melalui kegiatan peningkatan produksi dan pengendalian harga melalui TPID.

Disamping itu, dengan kondisi dan dinamika nasional yang diyakini makin kuat serta mulai membaiknya perekonomian global beberapa tahun terakhir ini, secara makro pada tahun 2018 – 2019 prospek pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo di prediksi masih dalam kondisi baik, berdasarkan hal tersebut, maka indikator makro ekonomi Gorontalo diproyeksikan sebagai berikut :

(29)

III-9

Tabel 3.3

Capaian dan Proyeksi Indikator Makro Provinsi Gorontalo Tahun 2014-2019

Indikator 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Capaian Capaian Capaian Capaian Prediksi Prediksi

Pertumbuhan Ekonomi (%) 7,74 6,23 6,52 6,74 7,18 7,19

Kemiskinan (%) 17,41 18,16 17,63 17,14 16,59 16,09

Tingkat Pengangguran

Terbuka (%) 4,18 4,65 2,76 4,28 3,65 3,44

PDRB Perkapita 11.991.349 25.143.387,4 27.548.733,71 29.573.580,8 32.603.020 32.603.020

Inflasi (%) 6,14 4,30 1,30 4,34 3,80 3,67

Sumber : RKPD Provinsi Gorontalo 2018

3.3 Lain-Lain Asumsi (kebijakan yang berkaitan dengan gaji PNS)

Lain-lain asumsi yang berkaitan dengan kebijakan umum anggaran pendapatan dan belanja daerah tahun 2019, yang menjadi dasar dalam perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah Provinsi Gorontalo adalah jumlah PNSD dan realisasi gaji PNSD sampai dengan bulan Agustus 2018.

Perkembangan PNSD Provinsi Gorontalo dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 yang rata-rata naik 22,63%. Perkembangan PNSD Provinsi Gorontalo yang menurun tersebut adalah sebagai dampak dari kebijakan Pemerintah Provinsi Gorontalo untuk moratorium PNSD. Perkembangan PNSD Tahun 2014-2018 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.4

Perkembangan PNSD Tahun 2014-2018 PNSD Provinsi

Gorontalo 2014 2015 2016 2017 2018 Rata2

Jumlah PNSD 3088 3145 3086 5850 5908

Pertumbuhan 57 -59 2764 58

Persentase 1,85 -1,88 89,57 0,99 22,63

Berdasarkan tabel tersebut kenaikan PNSD tertinggi terjadi pada tahun 2017 yang mengalami kenaikan sebesar 2764 (89,57%) personil sebagai akibat dari beralihnya kewenangan urusan pendidikan menengah, ketenagagakerjaan dan kehutanan. Untuk tahun 2018 penambahan PNS hanya sebanyak 58 orang atau sebesar 0,99 persen. Pada Tahun 2019 akan ada penambahan PNSD sejumlah 300 ASN berdasarkan formasi yang ditetapkan oleh BKN, ditambah kemungkinan adanya perpindahan ataupun mutasi pegawai, baik antar kabupaten/kota, antar

(30)

III-10

provinsi, dengan lembaga vertikal pemerintah serta lulusan IPDN. Penambahan belanja tidak langsung selain adanya penambahan pegawai juga kemungkinan adanya kebijakan pemberian gaji ke-13, gaji ke-14, serta kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi pegawai dengan memperhitungkan acress yang besarnya maksimum 2,5% dari jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan.

(31)

IV-1 BAB IV

KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

4.1 Kebijakan Keuangan Daerah

Kebijakan keuangan atau anggaran daerah didasarkan pada pendekatan kinerja dan berkomitmen untuk menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas.

Anggaran kinerja adalah suatu anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kegiatan atau output dari rencana alokasi biaya atau input yang ditetapkan dengan memperhatikan kondisi semua komponen keuangan.

Keuangan daerah meliputi penerimaan atau pendapatan daerah, pengeluaran daerah atau belanja daerah serta pembiayaan daerah.Keuangan daerah dikelola dengan menganut azas tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.Kemampuan keuangan daerah dapat dilihat dari anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Ditinjau dari sisi APBD, keuangan daerah dipergunakan untuk membiayai program/kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dari tahun ke tahun diperkirakan akan terus meningkat.

Peningkatan ini menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan pembangunan, baik secara fisik maupun non fisik.

Arah kebijakan keuangan daerah Provinsi Gorontalo dititik beratkan pada:

1. Kebijakan pendapatan daerah Provinsi Gorontalo yang diarahkan kepada ketersediaan dana yang berkelanjutan dengan jumlah yang memadai. Semua potensi pendapatan semaksimal mungkin digali agar mampu memenuhi seluruh kebutuhan belanja. Sumber-sumber pendapatan yang mendukung APBD diidentifikasi dengan baik, ditingkatkan penerimaannya (intensifikasi), dan diupayakan sumber-sumber pendapatan baru (ekstensifikasi). Beberapa langkah strategis untuk mendukung pencapaian target ini antara lain dilakukan dengan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah, Optimalisasi Aset Daerah, dan Peningkatan Dana Perimbangan dan Bagi Hasil.

2. Kebijakan belanja daerah Provinsi Gorontalo diarahkan untuk mendukung kebijakan dan prioritas strategis, terutama untuk mendukung kebutuhan dana program strategis yang memiliki nilai tambah (value-added).

Gambar

Tabel 3.4  Perkembangan PNSD Tahun 2014-2018  PNSD Provinsi  Gorontalo 2014 2015 2016 2017 2018 Rata2 Jumlah PNSD 3088 3145 3086 5850 5908 Pertumbuhan 57 -59 2764 58 Persentase 1,85 -1,88 89,57 0,99 22,63
Tabel 5.4  Sasaran Prioritas
Tabel 5.5  Sasaran Prioritas
Tabel 5.6  Sasaran Prioritas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen RKPD menjadi dasar dalam penyusunan rancangan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2021 yang memuat program-program yang akan dilaksanakan

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 903-5821 Tahun 2019 tentang Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Pemberian pinjaman daerah digunakan untuk menganggarkan pemberian pinjaman daerah yang diberikan kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah lainnya, BUMN, BUMD, dan/atau

KUA merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangkaian tahapan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) yang terdiri dari RKPD, Kebijakan Umum

APBD Kabupaten Rokan Hulu Tahun Anggaran 2020 yang sebelumnya telah dituangkan didalam Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hulu Nomor 7 Tahun 2019 tentang Anggaran

Kebijakan dalam rangka mencapai Target indikator sasaran prioritas peningkatan kualitas sarana prasarana publik adalah; menjaga dan meningkatkan kualitas infrastruktur

a) Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi. b) Penetapan target

Dengan demikian, Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KU-APBD) Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2021 memuat tentang target pencapaian kinerja dari