• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asy – Syuhada‟ atau Asy-Syaahid

Dalam dokumen 1-tawasul.pdf (Halaman 142-151)

MA'IYAH FID DAARIL AKHERAT (Kebersaman di Hari Akherat)

TINGKAT DERAJAT SEORANG HAMBA

B). Asy – Syuhada‟ atau Asy-Syaahid

Asy-Syuhada‘ adalah orang-orang yang hatinya telah mampu bersaksi akan kebenaran Agama Allah . Kesaksian tersebut kadangkala dinyatakan dengan dalil dan argumentasi atau kadang juga dengan perjuangan dan jihad di jalan Allah. Mereka itulah yang disebut طسقلاب امئاق "Qoimam bil Qisth‖,

Yaitu orang-orang yang lahir dan batinnya telah menyatu sehingga mereka mampu menjalankan kehidupan agamanya secara seimbang. Sebagaimana yang telah disaksikan Allah dengan firman-Nya:

MENCARI JATI DIRI - Jilid 1 143

―Allah bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga bersaksi yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".

(QS.Ali Imran: 3/18)

―Wahai orang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi Saksi karena Allah‖.

(QS.an-Nisa‘: 4/135) Firman Allah امئاق ملعلا اىلوأو طسقلاب, (Wa ulul ‗ilmi qooimam bil qisth), Maksudnya ialah orang-orang yang dengan ilmunya telah mampu bersaksi terhadap Ke-Esaan Allah dan dengan itu, Allah telah mengakui tingkat derajat mereka di sisi-Nya. Rasulullah  bersabda:

َأْؽ

ََنُر

ًُذ

ََف

ََدآ

ُءًُأ

ِؿَم

ْكً

ِبُرََوًًِشْرَػؾاًُبوََوْصَا

ًَؼ

َمْق

ِـْقُػََصؾاًََـْقََبًٍؾ

ًا

ُٓ

ِقَـَبًُؿَؾْعَأً

َمَف

ً.

(

ور

اهً

أ

حم

ًد

ع

ـً

أ

)دعيؿًكب

ً

―Sebagian besar Syuhada' umatku adalah Ashhaabul Farsy. (orang yang matinya di tempat tidur). Kadang orang yang terbunuh diantara dua barisan, Allah lebih mengetahui niatnya". (HR. Ahmad bin Abi Mas'ud) C). Ash – Sholihin

Yaitu orang yang selalu benar, baik di dalam I'tiqad (akidah) maupun amaliahnya. Karena kebodohan dapat merusak I'tiqad dan maksiat merusak amal, maka barangsiapa mempunyai I'tiqad yang benar serta perilaku taat bukan maksiat maka dia disebut orang Sholeh.

Dari golongan orang-orang yang Sholeh tersebut ada orang yang telah mampu bersaksi akan kebenaran Agama Allah dan ada orang yang belum mampu demikian, berarti, orang yang Syahid sudah pasti orang Sholeh sedangkan orang Sholeh belum tentu orang Syahid. Jadi, yang dimaksud Syahid adalah dari golongan orang Sholeh yang derajatnya paling mulia. Orang yang Syahid kadang-kadang juga Shiddiq, kadang juga tidak. Yang dimaksud Shiddiq di sini ialah, orang yang imannya lebih dulu dari yang lainnya, sehingga menjadi panutan. Maka setiap ash-Shiddiq pasti asy-Syahid dan asy-Syahid belum tentu ash-Shiddiq. Jadi, makhluk yang paling utama adalah para Nabi , kemudian ash-Shiddiq, asy-Syuhada' dan berikutnya ash-Sholihin.

MENCARI JATI DIRI - Jilid 1 145

Adapun proses turunnya pemahaman agama adalah sebagai berikut: Pertama, para elit malaikat menerima kebenaran agama dari Allah dan para Nabi  menerimanya dari malaikat. Sebagaimana firman Allah :

―Dia (Allah) menurunkan Malaikat dengan membawa Wahyu

dari urusan-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya‖. (QS. an-Nahl: 16/2)

Lalu ash-Shiddiq menerima pemahaman agama dari para Nabi, asy-Syuhada' dari Shiddiq dan ash-Sholihin dari asy-Syuhada'. Ini sesungguhnya merupakan tertib urutan dan tingkat derajat kemuliaan seorang hamba di hadapan Allah . Maksudnya, seseorang tidak dapat masuk surga, kecuali mereka harus menempuh jalannya dan menyelesaikan tahapan tingkat derajat (maqamat) yang sudah ditetapkan oleh Allah . Tingkat derajat tersebut adalah karakter-karakter atau sifat-sifat pribadi yang harus dibentuk oleh manusia dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan pelaksanaan amal ibadah yang dilakukan secara komulatif dan bersungguh-sungguh dalam pelaksanaan mujahadah dan riyadhah di jalan Allah. Karakter-karakter tersebut adalah an-Nabiyin, ash- Shiddiqin, asy-Syuhada', ash-Sholihin. (Tafsir Fahrur Rozi; 5/177)

Kesimpulan Ayat:

Orang-orang yang taat kepada Allah semata-mata karena melahirkan (ikror) sebagai seorang hamba serta menegakkan hak-hak Rububiyyah. Hal itu mereka lakukan tidak karena berharap masuk surga maupun takut kepada neraka, akan tetapi karena semata-mata mengharap ridla-Nya, maka itulah tanda-tanda orang yang cinta dan berma'rifat kepada Allah . Oleh karena kecintaan mereka kepada Allah lebih kuat daripada cinta mereka kepada yang selainNya, maka hal itu menjadikan mereka mampu melaksanakan pengabdian yang hakiki kepadaNya. Inilah maksud dari QS. an Nisa' ayat 69:

و م ه ي ط ع ا

لله (Wa man yuthi‘illaaha).

Ayat ini menjadi kabar gembira dan peringatan bagi orang-orang beriman terhadap dua hal, baik yang berkaitan dengan urusan kehidupan dunia maupun kehidupan akherat.

1). Sesungguhnya sumber segala kebahagiaan di dunia maupun di akherat adalah bergantung cemerlangnya Ruh dengan Nur Ma'rifat kepada Allah yang mampu diaktualisasikan dalam bentuk ketaatan yang sempurna. Barangsiapa hatinya dipenuhi ―Nur Ma'rifatullah‖ serta jauh dari segala kotoran yang bisa menjadikannya redup—yaitu kecintaan kepada alam jasad dengan

MENCARI JATI DIRI - Jilid 1 147

segala kaitannya, dengan berbagai macam pahala yang dijanjikan Allah kepadanya, maka kemungkinan orang tersebut mendapatkan kebahagian di dalam hidupnya akan menjadi lebih kuat dan kemungkinan mendapatkan pertolongan akan lebih mudah.

2). Di dalam ayat sebelumnya, Allah telah menjanjikan kepada orang yang mentaati Allah dan Rasul-Nya dengan beberapa anugerah di antaranya, pahala besar, imbalan yang agung, dikuatkan hati dan imannya serta mendapatkan petunjuk untuk menempuh jalan yang lurus. Kemudian di dalam QS. an-Nisa' ayat 69 ini, Allah juga menjanjikan bahwa mereka tersebut akan dikumpulkan bersama-sama orang yang telah mendapatkan kenikmatan dari Allah , yaitu para Nabi, ash-Shiddiq, asy-Syuhada' dan ash-Sholihin.

Kebersamaan itu adalah pemberian yang terakhir dari urutan pemberian-pemberian yang sebelumnya, pemberian itu sebagai bonus. Inilah anugerah yang paling utama dari anugerah yang sebelumnya dan tentunya yang paling dirasakan nikmat. Padahal telah dimaklumi bahwa kebersamaan orang-orang yang taat kepada Allah dan rasulNya dengan 4 golongan orang yang utama tersebut tidak terjadi dalam dimensi dan tingkat derajat yang sama, maka maksud ayat adalah sebagai berikut; bahwa keadaan ruh

manusia akan menjadi redup bahkan padam manakala kesibukan ruh itu hanya di seputar alam jasad.

Namun ketika seorang hamba dengan segala mujahadah dan riyadhah yang dilakukannya berhasil melepaskan kehidupan ruhnya dari belenggu kesibukan alam jasmani dan berhasil masuk ke dalam kesibukan alam ruhaniah, maka ruh yang asalnya keruh atau padam itu akan menjadi bersih dan cemerlang. Seperti kaca yang bersih, ketika dipancari sinar, sinar itu akan dipantulkan kembali kepada alam sekelilingnya. Seperti matahari di malam hari, matahari itu memantulkan sinarnya kepada rembulan, kemudian rembulan itu memantulkan sinarnya ke kaca sehingga kaca itu kemudian memantulkan sinarnya kepada alam yang ada di sekelilingnya. Itulah yang dimaksudkan dengan interaksi ruhaniah.

Dengan sebab terjadinya interaksi ruhaniah tersebut, ruhani manusia yang asalnya lemah menjadi kuat dan yang asalnya redup menjadi cemerlang. Sedangkan mujahadah dan riyadloh adalah sarana untuk membersihkan hati manusia dari mencintai yang selain Allah sekaligus untuk menguatkannya supaya hati itu

semata-MENCARI JATI DIRI - Jilid 1 149

mata dapat cinta kepada-Nya. Itulah yang dimaksud menaati Allah dan Rasul- Nya.

3). Kebersamaan yang pertama adalah amal ibadah yang harus dibangun seorang hamba sebagai sebab, dan kebersamaan selanjutnya, baik di alam barzah maupun di akherat, adalah pahala yang dijanjikan Allah  sebagai akibat.

Demikian itu adalah sunnatullah yang sejak diciptakan-Nya tidak pernah terjadi perubahan lagi untuk selama-lamanya. Barangsiapa menjalankan hidupnya dengan mengikuti sunnah yang sudah ditetapkan, maka ia akan mendapatkan kebahagian hidup yang diharapkan. Apabila sunnah tersebut diibaratkan sebuah perangkat computer misalnya, maka ayat-ayat itu adalah ibarat teori-teori kehidupan yang harus dikuasai oleh manusia. Dengan penguasaan teori kehidupan itu supaya dia dapat mengaplikasikan progam-progam yang bertebaran di alam semesta untuk memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang tersedia guna menjalankan kemanfaatan hidupnya. Allah telah memberikan isyarat dengan firman-Nya:

―Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin - dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?‖.

(QS. adz-Dzaariyaat/51; 20-21) Jadi, alam semesta ini bagaikan perangkat komputer makro sedang manusia adalah komputer mikro. Dengan jiwanya sebagai ruh kehidupan

komputer mikro, manusia harus mampu

mengaplikasikan program yang telah tersedia di alam semesta. Di situlah letak rahasia kemudahan hidup, baik sejak di dunia, di alam barzah maupun sampai di akherat nanti. Sungguh beruntung ―orang-orang beriman‖ yang telah mampu ―mengamalkan ilmunya‖ sesuai dengan ―hidayah Allah‖ yang didatangkan baginya, dengan itu mereka akan mendapatkan ―kebahagiaan hidup‖ sebagaimana yang sudah dijanjikan-Nya.

MENCARI JATI DIRI - Jilid 1 151

Dalam dokumen 1-tawasul.pdf (Halaman 142-151)