• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEBAGAI SAKSI AKAN KEESAAN ALLAH

Dalam dokumen 1-tawasul.pdf (Halaman 195-200)

Persaksian itu meliputi tiga urusan:

SEBAGAI SAKSI AKAN KEESAAN ALLAH

Tugas risalah Nabi itu bagaikan air hujan yang diturunkan dari langit, maka tanah yang gersang menjadi subur, benih-benih yang berserakan di tanah itu kemudian menjadi hidup lalu tumbuh menjadi tanaman. Selanjutnya buahnya dapat dipetik dan menjadi sumber penghidupan yang menghidupkan kehidupan seluruh makhluk yang ada di atasnya.

Kedua:

SEBAGAI SAKSI AKAN KEESAAN ALLAH

Allah mengagungkan Rasul-Nya dengan sebutan "Siroojan muniiron", yang artinya Pelita yang memancarkan cahaya dalam firman Allah :

―Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi‖.

(QS. Al-Ahzab; 33/46) Sedangkan Allah menyebut matahari hanya dengan sebutan "Siroojan", tanpa muniiro yang berarti Pelita.

―Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita‖. (QS. Nuh; 71/16)

Dengan dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa sinar yang dipancarkan oleh Rasulullah (Nur Muhammad) adalah jauh lebih kuat dan lebih berdaya guna dari pada sinar yang dipancarkan oleh matahari. Itulah ―Nur Muhammad‖ adalah makhluk yang pertama kali diciptakan Allah dari Nur-Nya, dan dari Nur itu kemudian Allah menciptakan seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini. Ketika Rasulullah  dilahirkan oleh ibunda Siti Aminah, Nur itu kemudian disematkan ke dalam diri Baginda Nabi  dalam bentuk akhlakul karimah yang tersimpan dalam karakter basyariah yang mulia sehingga selanjutnya akan memancarkan rahmat Allah kepada alam semesta, ―Rahmatan Lil ‗Aalamiin‖.

Menjadikan maklum ketika pancaran ―Nur Muhammad‖ jauh lebih kuat dan lebih berdaya guna dari pada pancaran sinar matahari, karena pancaran ―Nur Muhammad‖ mampu menembus seluruh lapisan dimensi yang ada di alam semesta. Menghidupkan makhluk yang asalnya mati, bahkan dengannya Allah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada, baik makhluk yang lahir maupun yang batin, karena sesungguhnya semua makhluk tercipta dari Nur Muhammad.

Pancaran Nur Muhammad dapat menghidupkan kembali hati yang sudah lama mati. Hati yang sama sekali belum tersentuh kenikmatan iman menjadi hati

MENCARI JATI DIRI - Jilid 1 197

yang mencintai imannya. Hati yang asalnya tidak mengenal Tuhannya menjadi hati yang berma‘rifat kepada-Nya. Sedangkan sinar matahari hanya menyinari permukaan bumi saja. Pancaran Nur Muhammad menyinari dunia dan akherat sedangkan sinar matahari hanya menyinari kehidupan dunia saja. Maka kalau sinar matahari hanya mampu merubah kehidupan di bumi yang asalnya gelap menjadi terang, Nur Muhammad bahkan telah merubah yang asalnya Jahiliah menjadi penuh ilmu pengetahuan dan keimanan.

Melalui sistem kerja yang canggih dari pancaran Nur yang mulia itu, sejarah telah berbicara, bahwa hanya dalam waktu dua puluh tiga tahun, usia terutusnya junjungan Nabi  Nur itu telah mampu membuahkan hasil kerja yang sangat luar biasa, yang tidak pernah terjadi sebelumnya dan bahkan sesudahnya. Dari tanah yang tandus dan gersang serta tanpa peradaban maupun ilmu pengetahuan itu, telah mampu melahirkan pemimpin-pemimpin kaliber dunia yang handal. Menggosok mutiara yang berserakan menjadi mutiara-mutiara yang cemerlang yang kemudian dalam waktu yang sangat singkat pula dari Nur Mutiara itu, telah mampu merubah kehidupan dunia yang asalnya penuh dengan kemusyrikan menjadi ketauhidan dan keimanan.

Sejarah telah membuktikan, bahkan sampai sekarang kemanfaatan hasil kerja yang utama itu masih dapat dirasakan, sepanjang seribu empat ratus tahun lebih. Adakah yang mampu berbuat seperti itu? Itulah "Nur Fauqa Nur" atau cahaya di atas cahaya. Nur itu tidak saja hanya merubah permukaan bumi, bahkan telah merubah karakter dan sifat manusia yang tersembunyi di dalam dadanya. Demikian itu karena manusia telah dikenalkan kepada asal-usulnya, dikenalkan kepada asal kejadiannya, sehingga manusia menjadi mengenal dirinya dan selanjutnya mengenal kepada penciptanya, yaitu Allah , Nur langit dan Nur Bumi. Yang telah membuka matahati hamba-Nya untuk menerima kalimat tauhid sehingga hati itu menjadi tunduk (Islam).

Kecuali matahati yang memang telah buta disebabkan karena penyakit-penyakit yang ada di dalamnya sehingga mereka menjadi kafir kepada Allah . Selanjutnya, mereka juga tidak percaya kepada kerasulan nabi-Nya. Seperti ketika matahari sedang berada pada titik kulminasi. Manakala apa-apa yang ada di depan mata tetap saja tidak kelihatan, bukan karena matahari itu tidak ada, akan tetapi mata itu dalam keadaan buta. Demikian pula keadaan matahati orang yang kafir itu, maka sama baginya, ada peringatan maupun tidak, tetap saja mereka tidak beriman karena sesungguhnya yang buta bukan

MENCARI JATI DIRI - Jilid 1 199

matanya akan tetapi hati yang ada di dalam dadanya. Allah telah menegaskan dengan firman-Nya:

―Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?.Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada‖. (QS. al-Hajj; 22/46)

Kalau sampai dengan sekarang disana-sini masih saja ada kendala, tantangan dan halangan, memang demikian itulah bagian dari sistem kerja yang terkendali dari pusat pancaran Nur tersebut. Itu dapat dilihat dari adanya orang-orang yang tidak percaya kemudian menentang dan menghujat ajaran Islam yang mulia ini. Bahkan ada segelintir kelompok manusia di belahan bumi Indonesia ini, dengan mengatasnamakan gerakan Islam Moderat dan dalih mau mengadakan revisi maupun purivikasi terhadap ajaran Islam ternyata malah mengotori ajaran Islam yang mulia. Ajaran yang bahkan telah berhasil menancapkan ―rahmat ilahiyyat‖ berupa iman dan tauhid di dalam hati kedua orang tuanya, sehingga

dengan rahmat itu kedua orang tua tersebut mampu menyematkan ilmu pengetahuan di dalam dadanya sendiri.

Memang demikian itulah bagian dari sistem kerja yang terkendali dari pusat pancaran Nur itu. Nur yang mulia itu memang harus senantiasa digosok oleh realita alam. Digodok oleh hantaman-hantaman ujian, maka orang-orang yang hatinya penuh dengan penyakit membusuk yang ditimbulkan akibat dosa-dosa yang telah diperbuatnya sendiri, dijadikan sebagai musuh-musuh Islam yang akan menggosok Nur itu sehingga nantinya dapat lebih memancarkan nurnya di saat tanda-tanda kesuraman pada Nur yang mulia itu mulai tampak di permukaan.

Sejak dahulu sampai sekarang seperti itulah sejarah berulang. Hanya saja kalau dahulu musuh-musuh itu adalah dari golongan manusia yang terang-terangan kafir kepada Allah . Musuh yang sekarang ini adalah orang-orang yang berpura-pura Islam padahal sesungguhnya mereka adalah segelintir orang-orang kafir yang bersembunyi di ketiak jubah orang-orang Islam yang utama. Inilah penyakit yang sangat membahayakan yang dapat menghancurkan manusia. Akan tetapi bukan menghancurkan kaum mukminin yang muttaqin, melainkan akan menghancurkan diri mereka sendiri dan para pengikutnya, menghancurkan aqidah dan ghirroh atau

Dalam dokumen 1-tawasul.pdf (Halaman 195-200)