• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III STATUS KEPEMILIKAN TANAH PEMBERIAN

A. Hak Atas Tanah Menurut Hukum Adat

Bentuk hukum penguasaan tanah pada masyarakat adat dikenal dengan hak atas tanah adat yang merupakan istilah yang digunakan secara formal, walaupun sesungguhnya pada setiap etnik maupun suku istilah yang digunakan berbeda-beda Tanah adat ini umumnya tidak terdaftar dimana pembuktian hak atas tanah itu didasarkan atas kesaksian. Di lingkungan hukum adat, campur tangan penguasa dilakukan oleh kepala berbagai persekutuan hukum.145

1. Hak Ulayat.

Hak ulayat ialah hak atas tanah yang di pegang oleh seluruh anggota masyarakat hukum adat secara bersama-sama (komunal).146Hak ulayat juga dinamakan hak purba. Menurut Iman Sudiyat, hak purba ialah hak yang dipunyai oleh suatu suku, sebuah serikat desa-desa (dorpenbond) atau biasanya oleh sebuah desa saja untuk menguasai seluruh tanah seisinya dalam lingkungan wilayahnya.147

145

Iman Sudiyat,Op.Cit.,hal.1

146 Purnadi Purbacaraka dan A. Ridwan Halim,Sendi-Sendi Hukum Agraria,Cet-2,(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), hal.25

Dengan hak ulayat ini, masyarakat hukum adat yang bersangkutan menguasai tanah tersebut secara menyeluruh. Tetapi dalam konsepsi hak ulayat yang bersifat komunal pada hakikatnya tetap terdapat juga hak anggota masyarakat yang bersangkutan untuk secara perorangan menguasai sebagian dari objek penguasaan hak ulayat tersebut secara tertentu (dengan menggunakan tanda-tanda tertentu) agar diketahui para anggota lainya masyarakat dalam waktu yang tertentu pula.148

Hak ulayat diakui dalam UUPA , sebagaimana terdapat dalam Pasal 5 bahwa hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan segala yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam undang- undang ini dan dengan peraturan perundangan lainnya. Segala sesuatu yang mengindahkan unsur-unsur yang berdasarkan hukum agama.149

Pelaksanaan hak ulayat yang bersumber dari hukum adat diakui sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. Kepentingan nasional yang dimaksud, misalnya dalam hal pemberian hak guna usaha yang dilakukan oleh pemerintah. Masyarakat hukum adat yang mempunyai hak ulayat tidak boleh menghalangi pemerintah membuka hutan secara

148Purnadi Purbacaraka dan A. Ridwan Halim,Op.Cit.,hal.26 149Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria

besar-besaran dan teratur dalam rangka proyek-proyek besar untuk penambahan bahan makanan dan transmigrasi.150

Pada Kecamatan Dolok Sanggul, tanah ulayat dikenal dengan dengan istilah tanahmargadan hak atas tanahmargadisebut hak tanah marga.Hal tersebut dilatarbelakangi oleh awal terbentuknya daerah pemukiman bagi masyarakat adat setempat. Tanah marga merupakan tanah yang semula merupakan hutan belantara dan kemudian dibuka lahan oleh sekelompok orang untuk dijadikan tempat tinggal dan mata pencaharian. Kelompok tersebut merupakan orang-orang yang memiliki satu garis keturunan (marga)

2. Hak Perorangan.

Menurut Iman Sudiyat, hak perorangan yaitu suatu hak yang diberikan kepada warga desa ataupun orang luar atas sebidang tanah yang berada di wilayah hak purba (ulayat) persekutuan hukum adat yang bersangkutan. Hak perorangan ada 6 jenis, yaitu:

a. Hak milik atau hak yasan (inlands bezitrecht).

Hukum adat di Indonesia tidak mengenal suatu keadaan, dalam mana ada orang perseorangan mempunyai hak milik atas tanah disamping orang lain, yang seketika itu juga mempunyai hak memakai

atau hak menggarap atas tanah itu. Jika pada suatu keadaan, yang seorang A mempunyai hak memakai atau menggarap atas sebidang tanah dan dengan terang dapat dikatakan, bahwa seorang A itu bukanlah pemilik tanah itu, maka selalu yang mempunyai hak milik atas tanah itu adalah suatu persekutuan kekeluargaan.151

Misalnya di Minangkabau ada sawah pusaka, yang hak miliknya berada di tangan suatu keluarga sedang seorang anggota dari keluarga itu, yang secara de facto menggarap sawah itu hanya mempunyai hak menggarap sama halnya yang terjadi di Minahasa.152

b. Hak wenang pilih, hak kinacek, hak mendahului (voorkeursrecht). c. Hak menikmati hasil (genotrecht).

d. Hak pakai (gebruiksrecht)dan hak mengolah (ontiginningsrecht). e. Hak imbalan jabatan (ambtelijk profijt recht).

Di berbagai daerah di Indonesia, terutama dimana hanya ada sedikit tanah yang dapat dikerjakan ada peraturan adat tentang pemberian suatu hak kepada seorang pejabat atas sebidang tanah. Hak ini melekat pada suatu jabatan seperti kepala desa atau anggota pengurus desa. Isi dari hak ini adalah bahwa pejabat tersebut boleh mengerjakan tanah itu atau menyewakannya kepada orang lain, tetapi hanya selama ia memegang 151Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit., hal.49

jabatan. Tanah-tanah ini di Batak disebut saba na bolak, di Sulawesi Selatan Galung Aradjang, di Ambon disebut dusun dati radja, di Bali disebutbukti, dan di Jawa disebutbengkok.153

f. Hak wenang beli (naastingsrecht)154

Menurut Purnadi Purbacaraka dan A. Ridwan Halim155, hak perorangan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu:

1. Hak milik

Hak milik (adat) atas tanah ialah suatu hak atas tanah yang di pegang oleh perorangan atas sebidang tanah tertentu yang terletak di dalam wilayah hak ulayat masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Contohnya tanah yang dikuasai dengan hak milik dalam hukum adat itu berupa sawah dan beralih turun temurun. Hak milik memiliki intensitas dan batas, hak milik merupakan hak terkuat diantara hak perorangan. Pemilik tanah yang berhak penuh atasnya harus menghormati hak ulayat persekutuan hukumnya, kepentingan para pemilik tanah lainnya,peraturan-peraturan hukum adat.156Hak milik atas tanah secara adat dapat diperoleh dengan cara membuka tanah hutan/ tanah belukar,

153

Ibid.,hal.49-50

154Iman Sudiyat,Op.Cit.,hal.8

155Purnadi Purbacaraka dan A. Ridwan Halim,Op.Cit., hal.27 156Iman Sudiyat,Op.Cit.,hal.18

mewaris tanah, menerima tanah karena pembelian, penukaran, hadiah maupun karena daluwarsa (verjaring).157

2. Hak pakai

Hak pakai (adat) atas tanah ialah suatu hak atas tanah menurut hukum adat yang telah memberikan wewenang kepada seseorang tertentu untuk memakai sebidang tertentu bagi kepentingannya, pada umumnya tanah yang dikuasai dengan hak pakai dalam hukum adat itu berupa ladang.158Hak ulayat dan hak perorangan saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Hak purba (ulayat) persekutuan hukum yang menipis, menyebabkan ahli waris dari pemilik tanah yang meninggal selalu mendapat hak milik atas tanah itu sebagai warisan. Hal tersebut bergantung kepada isi hukum adat di masing-masing wilayah, apakah tanah warisan itu akan dengan segera dibagikan di antara para ahli waris atau dipertahankan keutuhannya untuk sementara waktu.159

B. Status Kepemilikan Tanah Pemberian Orangtua Kepada Anak