• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

2. Audit Internal

a. Pengertian Audit Internal

Definisi audit internal menurut Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (2013) yang dikeluarkan oleh Asosiasi Auditor Intern Pemerintah (AAIPI) adalah sebagai berikut:

“Audit Intern adalah kegiatan yang independen dan objektif dalam bentuk pemberian keyakinan (assurance activities) dan konsultasi (consulting activities), yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasional sebuah organisasi (auditi). Kegiatan ini membantu organisasi (auditi) mencapai tujuannya dengan cara menggunakan pendekatan yang sistematis dan teratur untuk menilai dan meningkatkan efektivitas dari proses manajemen risiko, kontrol atau pengendalian dan tata kelola (sektor publik)”. Gambar 2. 1 Teori Atribusi

Perilaku

Individu

Ciri Khas Konsensus Konsistensi Eksternal Internal Internal Eksternal Eksternal Internal Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah

20 Menurut Azham Md et al. (2012) dalam organisasi sektor publik, fungsi audit internal memiliki potensi tinggi untuk meningkatkan akuntabilitas dan meningkatkan kinerja pemerintah. Beberapa negara telah mengembangkan kebijakan yang bertujuan memperkuat auditor internal sektor publik dan meningkatkan kapasitas mereka untuk berkontribusi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) mendefinisikan audit intern sebagai berikut:

“Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektifitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah”.

b. Pengertian Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 yang dimaksud dengan auditor intern sektor publik adalah sebagai berikut:

“Auditor sektor publik adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai jabatan fungsional auditor dan/atau pihak lain yang diberi tugas, wewenang, tanggung jawab dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah”.

Auditor sektor publik dapat dibagi menjadi auditor eksternal dan internal, yaitu: auditor eksternal dilaksanakan oleh Badan

21 Pemeriksa Keuangan (BPK) dan auditor internal atau disebut sebagai Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).

Pengertian Aparat Pengawasan Intern Pemerintah menurut Standar Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah sebagai berikut:

“Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi pemerintah yang dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan pemerintah pusat atau daerah, yang terdiri dari Inspektorat Jenderal Derpartemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) dilingkungan lembaga Negara dan BUMN/BUMD, Inspektorat wilayah propinsi (Itwilprop), Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)”.

Aparat Pengawasan lntern Pemerintah (APIP) yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan pengawasan, adalah:

1) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang bertanggungjawab kepada Presiden.

2) Inspektorat Jenderal (Itjen), lnspektorat Utama (Ittama)/ lnspektorat yang bertanggungjawab kepada Menteri Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) Menteri Negara. 3) Inspektorat Pemerintah Provinsi yang bertanggungjawab kepada

Gubernur.

4) Inspektorat Pemerintah Kabupaten Kota yang bertanggungjawab kepada Bupati dan Walikota.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 menjelaskan tentang fungsi Aparat Pengawasan lntern Pemerintah selaku auditor internal pemerintah harus mampu melaksanakan tanggungjawabnya dalam melakukan pengawasan intern atas

22 penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Pengawasan intern sebagai salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Dalam pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 disebutkan bahwa APIP melaksanakan pengawasan internal melalui kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 05/M.PAN/03/2008 menyatakan bahwa: “Pengawasan Intern adalah kegiatan audit, reviu, monitoring, evaluasi dan pengawasan lainnya berupa asistensi, sosialisasi dan konsultasi terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah memadai dan sesuai tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien untuk kepentingan pimpinan”.

Sementara itu, departemen hanya memiliki satu aparat pengawasan fungsional yaitu Inspektorat Jenderal. Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor: 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen. Inspektorat Jenderal mempunyai tugas yaitu melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di Kementerian/lembaga sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh menteri dan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaiman yang dimaksud sebelumnya, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi, antara lain:

23 1) Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan

2) Pelaksanaan pengawasan kinerja, keuangan dan pengawasan untuk tujuan tertentu atas petunjuk menteri/kepala lembaga

3) Melaksanakan urusan administrasi Inspektorat Jenderal atau Inspektorat Utama

4) Penyusunan Laporan Hasil Pengawasan

Fungsi-fungsi tersebut dirumuskan sesuai dengan peran Inspektorat Jenderal sebagai pengawas internal pemerintah. Dengan menyelenggarakan fungsi-fungsi tersebut, Inspektorat Jenderal membantu pemerintah dalam hal pengawasan kinerja, pengawasan keuangan, pengawasan untuk tujuan tertentu, dan Inspektorat Jenderal juga dapat berpartisipasi dalam pemberantasan tindak pidana korupsi dan kejahatan keuangan lainnya.

c. Konsep IACM ( Internal Audit Capability Model)

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan Nomor 6 Tahun 2015 Kapabilitas APIP sesuai kriteria intemasional. menggunakan konsep Internal Audit Capability Model (IACM). Model ini sudah diakui oleh The Institute of Internal Auditor (IlA) dan dipraktikkan secara internasional. Model Internal Audit Capability Model (IACM) adalah suatu kerangka kerja yang mengindentifikasi aspek-aspek fundamental yang dibutuhkan untuk pengawasan intern yang efektif di sektor publik, yang menggambarkan jalur evolusi untuk organisasi sektor

24 publik dalam rangka mengembangkan pengawasan intern yang efektif untuk memenuhi persyaratan tata kelola organisasi dan harapan profesional, yang menunjukkan langkah-langkah menuju kondisi tingkat kapabilitas pengawasan intern yang kuat dan efektif.

IACM merupakan alat yang digunakan APIP menuju ke organisasi yang lebih efektif. Dalam upaya meningkatkan kapabilitasnya, APIP perlu melakukan penilaian mandiri (self assessment) terhadap KPA (Key Process Area) yang harus dipenuhi sehingga diketahui kondisi kapabilitas APIP saat ini, serta diketahui area yang memerlukan perbaikan (areas of improvement) untuk menuju ke level kapabilitas yang lebih tinggi. Dengan IACM, tingkat kapabilitas APIP dikelompokkan ke dalam lima level, yaitu:

1) Level 1 (Initial), merupakan level kemampuan terendah karena tidak memiliki pedoman (SOP) penyelenggaraan pengawasan intern dan kemampuan APIP bergantung pada individu-individu. 2) Level 2 (Infrastructure), APIP mampu menjamin proses tata kelola sesuai dengan peraturan dan mampu mendeteksi terjadinya korupsi.

3) Level 3 (Integrated), APIP mampu menilai efisiensi, efektivitas, ekonomis suatu kegiatan dan mampu memberikan konsultasi pada tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern.

25 4) Level 4 (Managed), APIP mampu memberikan assurance secara keseluruhan atas tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern.

5) Level 5 (Optimizing), APIP sudah menjadi agen perubahan

Setiap Level terdiri dari enam Elemen, yaitu Peran dan Layanan Pengawasan Intern, Pengelolaan SDM, Praktik Profesional, Manajemen dan Akuntabilitas Kinerja, Hubungan dan Budaya Organisasi, dan Struktur Tata Kelola.

d. Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar audit dan standar pengendalian mutu. Standar audit merupakan ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan, salah satu fungsinya adalah sebagai ukuran kendali mutu atau kualitas. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang berlaku di lingkungan auditor internal pemerintah, yaitu:

1) Standar Umum

a) Pemeriksaan secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan.

26 b) Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya.

c) Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib cermat dan seksama. d) Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan

berdasarkan Standar pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai, dan sistem pengendalian mutu tersebut harus direview oleh pihak yang kompeten. 2) Standar Pelaksanaan

a) Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b) Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c) Bukti audit cukup dan kompeten melalui inpeksi, pengamatan, pengujian pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

27 3) Standar pelaporan

a) Laporan audit menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau prisip akuntansi yang lain yang berlaku secara komprehensif.

b) Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada ketidakkonsistenan penerapan prisip akuntansi dalam penusunan laporan keuangan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c) Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

d) Laporan auditor harus memuat suatu pertanyaan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasanya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor.

28 e. Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: Per/04/M.PAN/03/2008 APIP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya mempunyai pedoman dan aturan yang harus ditaati. Aturan perilaku aparat pengawasan dituangkan dalam kode etik yang mengatur nilai-nilai dasar dan pedoman perilaku bagi aparat pengawasan dalam menjalankan profesinya dan sebagai sarana dalam mengevaluasi perilaku aparat pengawasan. Kode Etik Auditor terdiri dari prinsip-prinsip perilaku auditor, auditor wajib mematuhi prinsip-prinsip perilaku sebagai berikut: 1) Integritas

Auditor harus memiliki kepribadian yang dilandasi oleh unsur jujur, berani, bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan guna memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal.

2) Obyektivitas

Auditor harus menjunjung tinggi ketidakberpihakan profesional dalam mengumpulkan, mengevaluasi, dan memproses data/informasi auditi. Auditor APIP membuat penilaian seimbang atas semua situasi yang relevan dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan sendiri atau orang lain dalam mengambil keputusan.

29 3) Kerahasiaan

Auditor harus menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang diterimanya dan tidak mengungkapkan informasi tersebut tanpa otorisasi yang memadai, kecuali diharuskan oleh peraturan perundang-undangan.

4) Kompetensi

Auditor harus memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.

Dokumen terkait