• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA A. Rasa Bersalah Ibu

B. Autism Spectrum Disorder (ASD)

1. Pengertian Autism Spectrum Disorder (ASD)

Safaria (2005) menjelaskan bahwa ASD pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun 1943. Kanner memaparkan bahwa ASD adalah ketidak-mampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan yang tertunda, ecolalia, mutism, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain yang repetitif dan streotipik, rute ingatan kuat, dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya. ASD merupakan suatu gangguan perkembangan pervasif (pervasif developmental disorders) yang menganggu fungsi kognitif, emosi dan psikomotorik anak.

Priyatna (2010) menjelaskan tentang ASD yaitu satu dari lima tipe gangguan perkembangan pervasif atau (PDD) Pervasif developmental disorder), yang ditandai dengan adanya abnormalitas pada interaksi sosial dan komunikasi. ASD muncul sejak anak berusia 3 tahun. Anak yang di diagnosa ASD mempunyai keterbatasan pada level aktivitas dan interest.

Marienzi (2012) memaparkan tentang ASD yaitu gangguan perkembangan yang ditandai dengan adanya abnormalitas yang muncul pada anak berusia 3 tahun, dengan ciri-ciri terganggunya perkembangan. Anak dengan gangguan ASD tidak dapat menjalin hubungan sosial dan komunikasi dengan baik sebagaimana anak normal lainnya. Anak ASD juga tidak dapat mempertahankan kontak mata dengan orang lain dan juga adanya gangguan kognitif, tingkah laku dan gangguan verbal (bahasa).

Kusumayanti (2011) menjelaskan tentang ASD yaitu suatu gangguan perkembangan yang mulai tampak pada anak berusia 3 tahun. Gangguan perkembangan yang dimaksud yaitu adanya ganguan komunikasi, interaksi sosial dan aktifitas imajinasi. Suryana (Kusumayanti, 2011) memaparkan bahwa anak yang di diagnosa memiliki gangguan ASD umumnya mengalami gangguan pola permainan, komunikasi, interaksi sosial, gangguan sensoris, perilaku dan emosi. Supartini (2009) mendeskripsikan bahwa ASD merupakan salah satu gangguan perkembangan yang kompleks dan terjadi sebelum usia 3 tahun, yang berdampak pada perkembangan sosial, komunikasi, perilaku dan emosi yang tidak berkembang secara optimal. ASD memenyebabkan anak menjadi tidak memperhatikan lingkungan dan asik dengan dunianya sendiri.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan oleh para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa ASD adalah suatu gangguan perkembangan yang umumnya muncul ketika anak berusia 3 tahun dan pada umumnya terjadi pada anak laki-laki. Gangguan perkembangan tersebut meliputi gangguan komunikasi, interaksi sosial dan pola perilaku.

2. Karakteristik Autism Spectrum Disorder (ASD)

Safaria (2005) memaparkan tentang beberapa kriteria diagnostik ASD,yaitu: a) Timbul sebelum usia 30 bulan

b) Secara pervasif (menyeluruh dan meresap dalam) kurang responsif terhadap orang lain sehingga mengakibatkan kegagalan membina perilaku melekat pada orang lain.

c) Gangguan yang sangat berat dalam kemampuan perkembangan berbahasa.

d) Memiliki pola berbicara yang sangat aneh, seperti terdapat ekolalia yang langsung atau tertunda, bahasa metaforik, atau memutar balikkan penggunaan kata ganti (kata “kamu” untuk menyebut “saya”).

e) Respon yang aneh terhadap berbagai kondisi dan aspek lingkungan, seperti menolak perubahan, minat yang aneh atau terdapat kelekatan erat terhadap benda atau benda yang bergerak.

f) Tidak terdapat halusinasi, waham atau pelonggaran asosiasi dan inkoherensi seperti skizofrenia.

Hadis (Marienzi, 2012) memaparkan bahwa karakteristik anak ASD di golongkan menjadi enam. Pertama, masalah di bidang komunikasi seperti gangguan dalam perkembangan bahasa, mengoceh secara berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dimengerti dan lebih sering menggunakan bahasa tubuh. Kedua, masalah di bidang interaksi sosial, seperti tidak dapat melakukan kontak mata, menghindari tatap muka dengan orang lain dan lebih suka bermain sendiri sehingga tidak tertarik untuk bermain bersama teman-temannya. Ketiga, masalah dibidang kemampuan sensoris, seperti tidak peka terhadap sentuhan, tidak menyukai sebuah pelukan dan bereaksi (spontan menutup telinga) bila mendengar suara yang keras. Keempat, masalah di bidang pola permainan seperti tidak memiliki daya imajinasi dan tidak kreatif dalam bermain dan bermain sesuai dengan fungsi mainannya. Kelima, masalah perilaku seperti perilaku berlebihan (hiperaktif), berputar-putar, berlari-lari dan melakukan gerakan tertentu secara berulang-ulang. Keenam, masalah emosi

seperti sering terlihat marah-marah, tertawa dan menangis tanpa alasan dan bila dilarang akan mengamuk ataupun merusak barang-barang yang ada disekitarnya.

Supartini (2009) memaparkan karakteristik anak ASD yang dapat dilihat dari perilakunya, yaitu:

a) Gangguan interaksi sosial, terjadi pada tahun pertama, seperti anak menolak untuk disayang atau dipeluk, kurang bereaksi terhadap ajakan, suka menyendiri, tidak ada kontak mata, kurang mampu melakukan hubungan sosial dan emosional secara timbal balik.

b) Kemampuan komunikasi yang terhambat. Perkembangan bahasa maupun ekspresi terhambat, mengoceh tanpa arti, senang menarik tangan orang lain untuk melakukan apa yang diinginkan.

c) Adanya gangguan sensoris, sensitif terhadap sentuhan, tidak menyukai sura keras, senang mencium-cium, menjilat mainan-mainan atau benda-benda, dan tidak sensitif terhadap rasa sakit dan takut.

d) Pola bermain tidak seperti anak sebayanya, lebih menyukai bermain sendiri tetap tidak kreatif dan tidak imajinatif.

e) Perilaku anak dapat berlebihan (hiperaktif) atau hipoaktif, sering menstimuli diri seperti bergoyang-goyang, lari-lari, mengepakkan tangan seperti akan terbang, menyakiti dirinya, temper tantrum (mengamuk tak terkendali), asyik dengan dunianya sendiri dan tidak suka perubahan bertahan pada kegiatan rutin. Emosinya labil, sering marah-marah, menangis atau tertawa tanpa sebab yang

jelas, terkadang merusak atau menyerang, dan tidak mampu mengekspresikan perasaannya baik secara verbal maupun non-verbal.

f) Minat anak terbatas dan sering berpErilaku yang aneh serta berulang-ulang seperti memutar-mutar pegangan pintu, terpaku pada suatu benda dan menyukai benda yang bergerak.

3. Faktor penyebab Autism Spectrum Disorder (ASD)

Marienzi (2012) menjelaskan tentang faktor penyebab anak ASD belum ditemukan secara pasti akan tetapi ASD bersifat genetik, metabolik dan gangguan syaraf pusat. Selain itu, infeksi pada masa hamil (rubella), gangguan pencernaan dan keracunan logam berat merupakan beberapa faktor penyebab anak mengalami gangguan ASD. Faktor lingkungan juga di duga menjadi salah satu penyebab anak mengalami ganguan ASD seperti vaccination.

Suryana (Kusumayanti, 2011) memaparkan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab timbulnya ASD pada anak yaitu faktor psikologi, fisiologi dan sosiologi. Umumnya belum sepenuhnya para ahli dapat menerima bahwa ASD disebabkan fungsi dan struktur otak yang abnormal. Berbagai hal yang dapat menjadi penghambat pembentuk sel otak janin seperti virus, oksigenasi (pendaharan), keracunan makanan. Faktor genetik juga menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan ASD.

Supartini (2009) menjelaskan beberapa faktor yang menjadi penyebab ASD yaitu a. Virus seperti rubella, toxo, dan vaksin morbili

b. Gizi atau nutrisi yang kurang baik atau buruk, keracunan dan pendarahan waktu ibu hamil.

c. Gangguan pencernaan atau metabolisme yang merusak atau menganggu sel-sel otak.

d. Faktor genetik yaitu pada anak kembar satu telur, abnormal kromoson.

Dokumen terkait