• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Kategorisasi Penelitian

1. Bentuk kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh ibu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan yang dilakukan ibu, yang dapat menimbulkan rasa bersalah pada ibu dengan anak ASD, antara lain: kelalaian ibu dalam menjaga diri selama masa kehamilan, dan juga ketidakmampuan ibu dalam beradaptasi dengan peran barunya sebagai ibu. Kehamilan adalah suatu proses reproduksi yang memerlukan perawatan dan perhatian khusus. Resiko yang terjadi pada kehamilan bersifat dinamis, karena ibu hamil pada mulanya normal, secara tiba-tiba beresiko tinggi. Adanya komplikasi saat ibu mengandung dan usia calon ibu di duga menjadi penyebab ganggun ASD pada anak. (Hasdianah ,2013).

Handojo, (2008) menjelaskan bahwa terdapat berbagai teori yang diajukan oleh beberapa pakar mengenai penyebab ASD yaitu penyebab genetika (keturunan), infeksi virus dan jamur, kekurangan nutrisi serta polusi udara, air dan makanan. Diyakini bahwa gangguan tersebut terjadi pada fase pembentukan organ-organ (organogenesis) yaitu pada usia kehamilan 0-4 bulan. Pada usia tersebut organ otak baru terbentuk pada usia kehamilan setelah 15 minggu. Penyandang ASD memiliki kelainan yang terjadi pada otak tepatnya di lobus paretalis otaknya, sehingga menyebabkan anak cuek terhadap lingkungan.

Kurangnya kesiapan subjek sebagai ibu menyebabkan subjek kurang mengetahui informasi tentang kehamilan dan hal-hal apa saja yang menjadi pantangan ibu hamil. Subjek yang sedang mengandung harus menjaga kehamilannya agar anak kelak tumbuh dengan sehat. Kurangnya pengetahuan

subjek akan pantangan ibu hamil sehingga terkadang melakukan beberapa kesalahan sewaktu masa kehamilan. Beberapa kesalahan yang dilakukan oleh subjek diantaranya pemakaian alat kosmetik mengandung beberapa zat-zat berbahaya diantaranya merkuri. Hasdianah (2013) menjelaskan bahwa merkuri merupakan salah satu unsur kimia yang sangat berbahaya. Kehadiran merkuri di dalam tubuh calon ibu menimbulkan efek negatif dan tidak mudah dikeluarkan dari tubuh dengan sendirinya sehingga mempengaruhi perkembangan janin. Merkuri di duga menjadi salah satu faktor penyebab ASD.

Zat-zat berbahaya lainnya yang mempengaruhi perkembangan janin saat masa kehamilan yaitu timbal. Subjek yang hamil terkontaminasi timbal mempengaruhi perkembangan janin. Hasdianah (2013) memaparkan bahwa timbal yang merupakan zat kimia yang berbahaya karena mudah larut dalam air dan menguap dalam udara. Makanan yang terkontaminasi logam berat berbahaya bagi kehamilan karena dihubungkan dengan kerusakan otak dan keterlambatan perkembangan bayi. Hal tersebut sangat berbahaya dan beresiko bagi kesehatan ibu hamil dan janin. Timbal juga merupakan salah satu zat berbahaya yang menjadi faktor penyebab anak mengalami ASD. Saat hamil subjek juga harus menjaga pola makan serta makanan yang di konsumsinya. Subjek mengkonsumsi makanan-makanan yang tidak bergizi, seperti mie instan dan makanan cepat saji. Asupan gizi yang diperoleh janin dari makanan yang di konsumsi oleh subjek mempengaruhi perkembangan janin selama masa kehamilan. Kosasih (2012) memaparkan bahwa kombinasi

makanan yang salah yang di konsumsi oleh mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang kemudian berdampak pada tingkah laku dan fisik termasuk ASD. Hasdianah (2013) memaparkan beberapa makanan-makanan yang sebaiknya di hindari oleh ibu hamil karena memberikan dampak negatif pada perkembangan janinnya. Makanan-makanan yang harus dihindari oleh ibu diantaranya makanan-makanan kalengan yang mengandung bahan pengawet, makanan yang mengandung gula pengganti/buatan, makanan ringan maupun makanan fastfood.

Menjaga bayi dalam kandungan agar tetap sehat merupakan tugas seorang ibu. Beberapa kesalahan-kesalahan yang dilakukan subjek pada saat hamil diantaranya menjadi perokok pasif. Subjek yang terkadang kurang memperhatikan lingkungan sekitarnya yang familiar dengan asap rokok, sehingga subjek tidak memperhatikan keberadaannya di lingkungan yang penuh asap rokok. Asap rokok yang di hirup oleh ibu hamil akan mempengaruhi perkembangan janinnya. Hasdianah (2013) menjelaskan bahwa salah satu hal yang harus dihindari oleh ibu hamil ialah rokok. Ibu hamil harus menghindari rokok, baik secara langsung ataupun sebagai perokok pasif. Subjek pada saat hamil terkadang mengkonsumsi obat-obatan tertentu secara terus menerus selama proses kehamilan. Subjek mengkonsumsi obat-obat berbahan kimia selama masa kehamilan dan dalam jangka waktu yang panjang, obat yang di konsumsi seperti obat maag dan obat anti mual. Obat-obatan yang di konsumsi oleh subjek akan mempengaruhi janinnya. Hasdianah (2013) menjelaskan bahwa faktor lain yang menjadi penyebab

ASD pada anak salah satunya obat-obatan yang di konsumsi oleh ibu saat hamil. Peneliti menemukan resiko yang lebih tinggi jika ibu mengkonsumsi obat-obatan tertentu selama proses kehamilan, terutama pada tiga bulan pertama. Bayi-bayi yang terpapar oleh obat-obatan tertentu saat dalam kandungan memiliki resiko yang lebih tinggi mengalami ASD. Azmira (2015) menjelaskan bahwa zat-zat kimia tertentu yang terkandung dalam makanan dan obat-obatan ibu hamil di duga menjadi faktor predisposisi yang menyebabkan anak ASD. Pada saat hamil, sel saraf berkembang sangat pesat sehingga kerusakan yang terjadi akibat makan atau obat yang dikonsumsi ibu hami sangat mungkin terjadi.

Setelah melahirkan ibu sangat berperan penting dalam masa tumbuh kembang anak. Nirwana (2011) menjelaskan bahwa sesudah melahirkan, bayi memerlukan perawatan dan pemeliharaan kesehatan. Perawatan dan pemeliharaan kesehatan yang dimaksud ASI ekslusif selama enam bulan, pemberian imunisasi yang sesuai dengan usia bayi, dan pemberian pola asuh yang sesuai.

Subjek yang tidak memberikan ASI eksklusif pada anaknya akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. ASI yang tidak diberikan oleh ibu diganti dengan susu formula yang memiliki kandungan vitamin yang lengkap dan di tambah dengan vitamin lainnya diluar dari susu formula tersebut. Vitamin yang berlebihan yang diberikan untuk anak tentu akan berdampak negatif pada perkembangan anak. Winarno (2013) menjelaskan bahwa protein kasein yang terkandung dalam ASI berbeda dengan protein kasein yang

terdapat dalam susu sapi atau susu kambing. Pengaruh negatif kasein ASI tidak terjadi pada anak ASD yang mengkonsumsi ASI, sedangkan diketahui bahwa beberapa anak ASD mengalami masalah pencernaan dengan produk susu. Anak ASD sangat sensitif terhadap produk pangan. Oleh karena itu, ibu harus lebih cermat dalam memilih atau memberikan anak produk makanan kepada anak ASD.

Subjek yang bekerja dan tidak menyediakan waktu untuk anaknya sehingga komunikasi antara ibu dan anak kurang terjalin. Kesibukan yang dimiliki subjek dan pekerjaan yang dibawah pulang ke rumah membuatnya tidak punya waktu untuk anak sehingga komunikasi antara ibu dan anak kurang terjalin. Subjek seharusnya menjalin komunikasi yang baik di dalam keluarga terutama dengan anak. Djamarah (2004) menjelaskan bahwa orang tua terutama ibu harus tampak lebih proaktif dan kreatif untuk memberikan ransangan kepada anaknya melalui pola komunikasi yang baik dalam keluarga. Rangsangan yang baik yang di berikan oleh ibu dalam menjalin komunikasi dengan anak menyebabkan kepekaan anak terhadap ransangan yang diberikan membaik.

Kesibukan yang dimiliki oleh subjek yang bekerja sehingga waktu bersama anak menjadi kurang. Anak yang di jaga oleh babysitter dan kondisi subjek yang kurang peka terhadap anak. Subjek yang tidak memiliki waktu untuk bersama anak sehingga menenangkan anak dengan memberikan gadget atau menonton TV di usia dini anak yang masih memerlukan banyak rangsangan stimulus dari luar. Rangsangan stimulus yang diperlukan oleh

anak dapat melatih pergerakan otot anak untuk bergerak dan tidak kaku. Memberikan anak gadget atau menonton tv membuat anak kurang bergerak sehingga anak hanya duduk diam tanpa melakukan kegiatan tertentu. Hasdianah (2013) menjelaskan bahwa ketika anak berusia 3 tahun dan menunjukkan ciri-ciri perilaku ASD, orang tua menduga hal tersebut disebabkan oleh kebiasaan menonton TV. Kebiasaan anak menonton TV, diacuhkan oleh babysitter yang penting diam, semua kebutuhan anak dilayani tanpa perlu belajar mengekspresikan keinginannya (baik bersifat verbal maupun non verbal), main sendiri dan hubungan antara orang tua dan anak kurang berkualitas. Hal tersebut bukan penyebab utama anak mengalami ASD, tetapi pada bagian tersebut diduga sebagai faktor yang melengkapi dan memperkuat ataupun memicu semakin kokohnya perilaku ASD tersebut.

Dokumen terkait