• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rataan Luas Harian

SUNGAI BESAR

5.2.1. Pergerakan Harimau Hasil Translokas

5.2.1.1. Awal Pergerakan Harimau Translokas

Harimau translokasi tidak serta merta mendapatkan daerah untuk dikuasai selepas ditranslokasi. Ia harus berjuang untuk mendapatkan daerah jelajahnya dengan mengeksplorasi daerah yang cukup aman dari harimau lain untuk mendapatkan sumberdayanya. Hal inilah yang menyebabkan harimau translokasi ini bergerak cukup jauh pada bulan-bulan awal pelepasannya.

Tercatat dalam waktu 10 hari ia langsung bergerak sejauh 31,63 km atau sekitar 3,16 km/hari. Pergerakan ini relatif jauh jika dibandingkan dengan pergerakan harian harimau betina yang pada umumnya berkisar 1-2 km/hari. Namun pada bulan selanjutnya, pergerakan harimau translokasi ini cenderung menurun, menjadi 1,68 km/hari pada Januari, 1,49 km/hari pada Februari, dan 1,47 km/hari pada Maret. Hal ini mengindikasikan harimau translokasi ini telah mendapatkan daerah jelajah sementara di daerah barunya ini.

Pada beberapa lokasi ditemukan titik-titik koordinat harimau yang terlihat mengumpul, ini menunjukkan bahwa harimau sedang tidak banyak bergerak di suatu tempat dalam waktu yang lama, hal ini biasa terjadi ketika harimau sedang mendapatkan mangsa yang cukup untuk beberapa hari.

5.2.1.2. Berpindah ke Utara

Harimau berpindah dari Selatan ke Utara untuk mendapatkan daerah yang aman untuk mendapatkan sumberdayanya karena ternyata terdapat lima ekor harimau yang memiliki daerah jelajah di sekitar savana. Pada awal perpindahannya, harimau translokasi tidak menghabiskan banyak waktunya untuk mengeksplorasi daerah Utara ini. Rataan pergerakan harian setelah ia berpindah hanya sebesar 1,82 km/hari.

Kisaran rataan harian bulanan harimau tidak jauh berbeda, antara 1,47 km/hari hingga 2,88 km/hari dengan rataan total untuk pergerakan harian adalah 1,83 km/hari. Lebih rendah dari temuan Sunquist (1981) di Nepal yaitu 2,2 km/hari dan sedikit lebih tinggi dari temuan Barlow (2009) di Bangladesh sebesar 1,72 km/hari. Sebagai perbandingan, disajikan data dari pergerakan harimau di beberapa lokasi (tabel 10.)

Tabel 10. Perbandingan pergerakan harimau di beberapa lokasi

Jenis Kelamin dan Kelas Umur

Rataan (km/hari)

SD Lokasi Sumber

Jantan Dewasa 13,69 Tesso Nilo, Indonesia Hutajulu (2007) Jantan Dewasa 10,84 Tesso Nilo, Indonesia Hutajulu (2007) Betina Dewasa 7,23 Rimbang Baling, Indonesia Hutajulu (2007) Betina Dewasa 4,32 Tesso Nilo, Indonesia Hutajulu (2007) Jantan Dewasa 2,8 0,3 Chitawan, Nepal Sunquist (1981) Betina Dewasa 2,2 0,1 Chitawan, Nepal Sunquist (1981) Betina Dewasa 2,2 0,1 Chitawan, Nepal Sunquist (1981)

Betina Dewasa 1,84 1,41 Sumatera, Indonesia Riset ini

Jantan Remaja 1,8 0,1 Chitawan, Nepal Sunquist (1981) Betina Remaja 1,8 0,1 Chitawan, Nepal Sunquist (1981) Betina Dewasa 1,72 1,69 Sundarban, Bangladesh Barlow (2009) Betina Dewasa 1,65 1,4 Sundarban, Bangladesh Barlow (2009) Betina Dewasa 1,4 0,2 Chitawan, Nepal Sunquist (1981)

Pergerakan harian untuk harimau betina dewasa berkisar antara 1,4 – 2,2 km/hari di berbagai wilayah, hampir setengah dari pergerakan harian harimau jantan yang mencapai 4,2 km/hari. Harimau yang diteliti oleh Hutajulu (2007) memiliki nilai pergerakan yang sangat tinggi, hal ini disebabkan oleh sedikitnya

sampel yang diambil, yaitu hanya sekitar 3 sampai 4 titik sehingga hasilnya bisa dikatakan kurang akurat.

Sayang sekali jarang dilakukan penelitian mengenai pergerakan harimau sumatera. Jika dibandingkan secara morfologis, tubuh harimau benggala lebih besar dari harimau sumatera. Beberapa daerah di India pun memiliki empat musim sehingga ada kemungkinan bulan-bulan tertentu seperti pada musim dingin akan menyulitkan harimau untuk menemukan mangsanya. Perbedaan ini bisa menyebabkan perbedaan pergerakan yang dilakukan oleh kedua jenis harimau tersebut.

5.2.2. Penggunaan Ruang

5.2.2.1. Penggunaan Ruang Total oleh Harimau Translokasi

Luasan ruang total yang digunakan oleh harimau translokasi adalah sebesar 540,60 km2. Luasan ini dihitung menggunakan metode MCP 100%. Ukuran ini sangat luas untuk seekor harimau betina. Waktu yang digunakan untuk mencapai luasan ini adalah sekitar 4 bulan, yaitu ketika harimau translokasi ini telah mendapatkan daerah jelajah di daerah Utara.

Bulan pertama adalah bulan terberat bagi harimau translokasi. Tercatat selama 41 hari setelah pelepasan, ia telah menempuh daerah seluas 183,48 km2. Bulan selanjutnya menurun hingga separuhnya, yaitu hanya sebesar 94,04 km2 dan melesat lagi hingga 150,74 km2 pada bulan Maret. Pada bulan-bulan inilah harimau translokasi mengeksplorasi daerah Selatan hingga akhirnya berpindah ke Utara. Setelah di Utara, luas daerah yang dipakai tiap bulannya tidak berbeda jauh, yaitu sebesar 82,79 km2 pada April, 101,86 km2 pada Mei, dan 79,62 km2 pada Juni.

Hasil yang berbeda ditunjukkan dari Gambar 9 tentang rataan luas harian tiap bulan. Rataan luasan harian terbesar justru pada bulan Maret dengan nilai 4,86 km2/hari, lebih besar dari saat dilepasliarkan dengan luasan 4,48 km2/hari. Hal ini terjadi karena bulan Maret adalah bulan kepindahannya dan harimau translokasi harus menempuh jarak sekitar 23 km untuk menuju Utara. Sedangkan rataan luasan harian pada bulan dimana harimau translokasi menempati daerah jelajahnya memiliki nilai yang cukup seragam, yaitu 3,36 km2/hari pada Februari

ketika masih di Selatan, dan 2,76 km2/hari pada April, 3,29 km2/hari pada Mei, dan 2,65 km2/hari pada bulan Juni ketika berada di Utara.

5.2.2.2. Daerah Jelajah Harimau Translokasi

Analisis lebih lanjut dari pola penggunaan ruang total didapatkan bahwa harimau telah berusaha mendapatkan daerah jelajahnya sebanyak dua kali, yaitu di Selatan dan di Utara. Ketika di Selatan, harimau translokasi menempati daerah jelajah semenentara hingga sebesar 225,54 km2. Daerah seluas ini dicapai dalam waktu hanya 3 bulan. Besarnya daerah jelajah sementara di Selatan ini disebabkan harimau translokasi sedang melakukan eksplorasi daerah barunya. Terlihat pada peta di Gambar 4 harimau hanya berputar di daerah jelajah Selatan ini sebanyak tiga kali.

Harimau translokasi kemudian berpindah ke Utara. Mulai bulan Maret, ia menempati dan mengitari daerah jelajahnya tersebut sehingga terbentuk daerah jelajah yang cukup solid. Hasil analisis menunjukkan bahwa luas daerah jelajah harimau translokasi ini seluas 153,491 km2. Daerah jelajah ini cukup luas untuk harimau sumatera betina, jauh di atas temuan Hutajulu (2007) seluas 15,76 km2 dan temuan Franklin et al. (1999) seluas 49 km2. Sebagai perbandingan, disajikan data daerah jelajah harimau di beberapa lokasi dalam Tabel 11. Dalam tabel ini daerah jelajah di Selatan tidak diukur sebab harimau tidak pernah kembali ke daerah tersebut sehingga dianggap harimau telah meninggalkan daerah itu dan membentuk daerah jelajah baru. Sunquist (1981) menyatakan bahwa pergerakan satwa di luar daerah jelajahnya dianggap sebagai daerah eksplorasi sehingga tidak dianggap sebagai daerah jelajah.

Tabel 11. Daerah jelajah harimau di beberapa lokasi.

Jenis Kelamin dan Kelas Umur

Luas daerah jelajah (km2)

Lokasi Sumber

Jantan Dewasa 243,00 Panna, India Chundawat et al. (1999) Betina Dewasa 223,40 Sariska, India Sankar et al. (2010) Betina Dewasa 181,40 Sariska, India Sankar et al. (2010) Jantan Dewasa 168,60 Sariska, India Sankar et al. (2010)

Betina Dewasa 153,49 Aceh, Indonesia Riset ini

Jantan Dewasa 116,00 Way Kambas, Indonesia Franklin et. al. (1999) Jantan Dewasa 98,80 Nagarahole, India Karanth & Sunquist (2000) Jantan Dewasa 77,30 Nagarahole, India Karanth & Sunquist (2000) Betina Dewasa 49,00 Way Kambas, Indonesia Franklin et. al. (1999) Jantan Dewasa 48,71 Tesso Nilo, Indonesia Hutajulu (2007)

Jenis Kelamin dan Kelas Umur

Luas daerah jelajah (km2)

Lokasi Sumber

Jantan Dewasa 43,50 Nagarahole, India Karanth & Sunquist (2000) Jantan Dewasa 34,80 Nagarahole, India Karanth & Sunquist (2000) Betina Dewasa 27,00 Panna, India Chundawat et al. (1999) Jantan Dewasa 26,60 Tesso Nilo, Indonesia Hutajulu (2007)

Betina Dewasa 18,10 Nagarahole, India Karanth & Sunquist (2000) Betina Dewasa 16,20 Sundarban, Bangladesh Barlow (2009)

Betina Dewasa 15,76 Kerumutan, Indonesia Hutajulu (2007) Jantan Dewasa 12,48 Rimbang Baling, Indonesia Hutajulu (2007) Betina Dewasa 12,20 Sundarban, Bangladesh Barlow (2009) Betina Dewasa 7,18 Tesso Nilo, Indonesia Hutajulu (2007)

Luas daerah jelajah harimau translokasi mencapai tiga kali lipat lebih besar dari luasan daerah jelajah harimau betina di Way Kambas yang diteliti oleh Franklin et al. (1999). Penelitian tersebut menggunakan kamera perangkap untuk mengukur daerah jelajahnya sehingga Franklin (2002) menyatakan bahwa ada kemungkinan harimau yang ia teliti bergerak ke daerah yang tidak teramati oleh kamera perangkap. Sebagian besar harimau yang menjadi obyek penelitian pada Tabel 11 adalah harimau yang memang menempati habitat tersebut, kemudian ditangkap dan ditandai dengan radio-telemetri atau GPS collar. Namun berbeda dengan penelitian Sankar et al. (2010) yang menggunakan harimau translokasi, ukuran daerah jelajah menjadi sangat besar. Sankar et al. (2010) menyatakan bahwa besarnya luasan daerah jelajah yang dipakai adalah eksplorasi habitat baru setelah dilakukan translokasi.

Ada beberapa kemungkinan yang memungkinkan besarnya ukuran daerah jelajah harimau translokasi ini. Kemungkinan pertama adalah harimau translokasi ini belum mendapatkan daerah jelajah yang stabil. Smith (1984) menyebutkan bahwa teritori harimau betina tidak banyak berubah selama hidupnya. Namun Sunquist (1981) menyatakan bahwa daerah jelajah akan menjadi stabil setelah dihuni selama beberapa tahun. Jadi waktu eksplorasi dan kepindahannya dari Selatan ke Utara belum bisa memastikan kestabilan daerah jelajah harimau translokasi ini. Kemungkinan kedua adalah pengaruh dari faktor habitat tempat dilepasliarkannya harimau. Sherpa & Makey (1998) menyatakan bahwa harimau yang tinggal di habitat yang lebih baik dan lebih mendukung akan memiliki daerah jelajah yang lebih kecil dibandingkan dengan yang hidup di habitat yang kurang mendukung.

5.2.3. Faktor Habitat Penentu Pergerakan Harimau Hasil Translokasi

Dokumen terkait